Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.

1 Tahun 2016

KAJIAN KOMODITAS UNGGULAN SUB-SEKTOR PERKEBUNAN


DI PROVINSI JAMBI
Siti Abir Wulandar1i, Nida Kemala
Abstract
The objective of this research is to know the latest ten years description and the
differenceinvolving the contribution of estate sub-sector toward to Gross Domestic Product (GDP)
in Jambi Province, the estate prime commodities potential. Literature study method was used that
completed by descriptif analization.
The result of this research showed that in the latest ten years indicated that there was an
increasing contribution of estate sub-sector toward to Gross Domestic Product (GDP) in Jambi
Province, although there wa a little deceasing in 2008. the average of rubber land area (646,707
H) was bigger than palm oil one (514,065 H). the average og rubber productivity (5,7%) was
lower then the palm oil (0,75%). the average rubber annually was 803 kg/H lower than that I
Malaysia (1,3 ton/ha) dan Thailand (1,9 ton/ha). the palm oil productivity was 3,341 ton /H was
still below the ideal productivity (6 ton/H). the last showed that the production growth of oil palm
(6% per year) was higher than rubber (3% per year). Beside there was a significant deference
among the latest ten year contribution, with a note the its average was 14,3 per year.
Key word : Contribution, potential, Rubber, Oil Palm
PENDAHULUAN 3,07%, di mana tingkat pertumbuhan
Krisis finansial pada tahun 1997 yang tersebut lebih tinggi dibandingkan
berlanjut dengan krisis ekonomi berdampak pertumbuhan tahun 2010 yang hanya 2,86%.
pada perekonomian Indonesia. Namun Pertumbuhan tersebut berasal dari sub sektor
sektor pertanian pada saat tersebut menjadi perkebunan (6,06%), disusul dengan sub
salah satu penyelamat utama perekonomian sektor peternakan (4,23%), dan sub sektor
di Indonesia. Berbicara mengenai peranan tanaman pangan (1,93%). Kontribusi PDB
sektor pertanian maka secara tidak langsung sektor pertanian (di luar perikanan dan
melibatkan peranan subsektor kehutanan) terhadap PDB nasional pada
perkebunan.Sektor perkebunan memegang tahun 2011 tersebut mencapai 11,88%, lebih
peranan penting dalam perkembangan tinggi dibandingkan tahun 2010 yang
perekonomian di Indonesia. Sektor ini mencapai 11,49%. Data terkait menunjukkan
menyediakan lebih dari 19,5 juta lapangan pula bahwa kontribusi subsektor perkebunan
kerja bagi penduduk Indonesia(BPS, 2014). terhadap PDB nasional nonmigas adalah
Selain itu sektor perkebunan juga menambah 2,9%. Selanjutnya data BPS juga
devisa negara secara signifikan. menunjukkan, nilai PDB sektor perkebunan
Indonesia tampil sebagai pemasok utama terus mengalami peningkatan dengan laju
sejumlah komoditas perkebunan di pasar antara 9,42% hingga 11,68% per tahun.
dunia. Dimana Indonesia menempatkan diri (Kementerian Kelautan dan Perikanan,
sebgai produsen minyak sawit mentah 2015)
terbesar di dunia dan menempati peringkat ProvinsiJambi merupakan salah satu
kedua setelah Thailandsebagai pemasok Provinsiyang terkenal dengan komoditi
karet entah dunia. Hal ini dikarenakan perkebunan dengan komoditi unggulan
Indonesia merupakan negara yang memiliki kelapa sawit, karet. Hampir sebagian besar
areal perkebunan terluas di dunia, yaitu luas daerah ProvinsiJambi di tanami dengan
sebesar 14 juta hektar lebih. Dalam konteks komoditi perkebunan. Pada tahun 2014
itu, sekitar 11,2 juta hektar (80 persen) sebesar 662.846 Ha lahan ditanami kelapa
merupakan perkebunan rakyat. Selebihnya sawit dengan produksi mencapai 1.571.535
adalah perkebunan besar milik swasta (PBS) Ton/th, 665.59 Ha lahan ditanami dengan
dan perkebunan besar negara (PBN). karet yang menghasilkan karet sebesar
Sehingga produk perkebunan memberikan 318.348 Ton/th. u
sumbangan kepada perekonomian Indonesia. (Disbun Provinsi Jambi, 2015).
( BPS, 2014). Beberapa produk perkebunan Selanjutnya Disbun Provinsi Jambi, 2015
yang telah dikenal lama oleh masyarakat mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan
Indonesia adalah tanaman kelapa sawit, luas lahan untuk komoditi kelapa sawit
karet. sepanjang sepuluh tahun terakhir dari
Pada tahun 2011 (sampai dengan 365,304 ha pada tahun 2004 menjadi 662,84
Triwulan III), PDB sektor pertanian (di luar ha pada tahun 2014. Sedangkan untuk
perikanan dan kehutanan) tumbuh sebesar komoditi karet untuk luas lahan terjadi
penurunandari tahun 2004 sebesar 679,051
ha menjadi 665,595 ha pada tahun 2014.
1
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sedangkan rata-rata luas lahan kelapa sawit
Batanghari

134
Kajian Komoditas Unggulan Sub-Sektor Perkebunan di Provinsi Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

sebesar 500,541 ha dengan rata-rata Jambi. 2) Bagaimana gambaran potensi


produksi sebesar 1.253,568 ton/th dan rata- komoditas unggulan Kelapa Sawit dan Karet
rata produktivitas sebesar 3.308 kg/thn berdasarkan luas lahan dan produksi periode
sedangkan untuk karet sebesar 649,647 ha 10 tahu terakhir di Provinsi Jambi. 3)
dengan rata-rata produksi sebesar 283,264 Adakah perbedaan kontribusi Sub-sektor
ton/th dan ratarata produkstivitas sebesar perkebunan periode 10 tahun terakhir di
809 kg/th. Provinsi Jambi.
Pemerintah ProvinsiJambi tetap Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memprioritaskan pembangunan perkebunan mengetahui : 1) Gambaran kontribusi sub-
kelapa sawit dan karet melalui Dinas sektor perkebunan terhadap PDRB periode
Perkebunan agar terus melakukan berbagai 10 tahun terakhir di Provinsi Jambi. 2)
upaya untuk meningkatkan produktivitas Gambaran potensi komoditas unggulan
kedua komoditas ini. Perkebunan kelapa Kelapa Sawit dan Karet berdasarkan luas
sawit dan karet dipertahankan sebagai lahan dan produksi periode 10 tahu terakhir
lokomotif ekonomi rakyat dan daerah dan di Provinsi Jambi. 3) Perbedaan kontribusi
sebagai motor penggerak ekonomi rakyat Sub-sektor perkebunan periode 10 tahun
dan daerah. Namun sampai saat ini potensi terakhir di Provinsi Jambi.
kedua komoditas ini belum maksimal untuk Dari penelitian ini diharapkan diperoleh
di kelola, sehingga belum meberikan hasil manfaat sebagai berikut : 1) Memberikan
yang maksimal. informasi kepada masyarakat tentang potensi
Berdasarkan BPS Propinsi Jambi 2014, dan peluang untuk memulai usahatani
untuk komoditi kelapa sawit Kabupaten kelapasawit dan karet. 2) Sumbangan
Muaro Jambi memiliki luas lahan kelapa pemikiran dan bahan informasi bagi instansi
sawit terbesar di ProvinsiJambi namun terkait dalam membuat kebijakan
produktivitasnya hanya di peringkat ketujuh menyangkut kelapa sawit dan karet.
dibawah Kabupaten Tebo. Hal ini TINJAUAN PUSTAKA
mengungkapkan bahwa potensi kelapa sawit Perkebunan
belumlah maksimal sehingga masih Perkebunan merupakan salah satu
memungkinkan untuk ditingkatkan. subsektor dari beberapa subsektor pertanian.
Sedangkan untuk komoditi karet Kabupaten Pengertian dan definisi yang digunakan
Merangini memiliki luas lahan karet terbesar mengacu pada UU No 18 Tahun 2004
di ProvinsiJambi namun produktivitas mengenai Perkebunan. Perkebunan adalah
tertingi dipegang Kabupaten Bungo. Hal ini segala kegiatan yang mengusahakan
mengungkapkan bahwa potensi karet tanaman tertentu pada tanah dan/atau media
belumlah maksimal sehingga masih tumbuh lainnya dalam ekosistem yang
memungkinkan untuk ditingkatkan. sesuai, mengolah dan memasarkan barang
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan
potensi sektor perkebunan kelapa sawit dan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
karet tersebut masih belum maksimal di permodalan serta manajemen untuk
setiap daerah.Sehingga belum menunjukkan mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku
besaran komoditi unggulan sub-sektor usaha perkebunan dan masyarakat (BPKP,
perkebunan di ProvinsiJambi. Oleh karena 2015)
itu penulis tertarik untuk mengangkat tema Perkebunan diselenggarakan berdasarkan
penelitian dengan judul “ Kajian Potensi atas asas manfaat dan berkelanjutan,
Komoditas Unggulan Di ProvinsiJambi”. keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan,
Rumusan Masalah serta berkeadilan. Sedangkan tujuan
Saat ini tanaman kelapa sawit dan karet pengelolaan perkebunan adalah :
masih menjadi unggulan sekaligus andalan 1. Meningkatkan pendapatan masyarakat
komoditas perkebunan ProvinsiJambi. Dinas 2. Meningkatkan penerimaan negara
perkebunan Provinsijambi melakukan 3. Meningkatkan penerimaan devisa negara
pelbagai upaya untuk meningkatkan potensi 4. Menyediakan lapangan kerja
derah di setiap kabupaten di Provinsijambi 5. Meningkatkan produktivitas, nilai
dalam mengembangkan perkebunan kelapa tambah, dan daya saing
sawit dan karet mulai dari luas lahan, 6. Memenuhi kebutuhan konsumsi dan
produksi maupun produktivitas berdasarkan bahan baku industri dalam negeri dn
wilayah administrasi. Dari uraian diatas 7. Mengoptimalkan pengelolaan sumber
maka dapat dirumuskan permasalahan daya alam secara berkelanjutan.
sebagai berikut : 1) Bagaimana gambaran Perkebunan mempunyai fungsi:
kontribusi sub-sektor perkebunan terhadap
PDRB periode 10 tahun terakhir di Provinsi

135
Kajian Komoditas Unggulan Sub-Sektor Perkebunan di Provinsi Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

a. ekonomi, yaitu peningkatan kemakmuran sepanjang tahun sekitar 1500-3000


dan kesejahteraan rakyat serta penguatan mm/tahun. Kelembaban udara yang
struktur ekonomi wilayah dan nasional; diperlukan adalah 60% - 80% dan lama
b. ekologi, yaitu peningkatan konservasi penyinaran matahari minimum 1500
tanah dan air, penyerap karbon, penyedia jam/tahun atau berkisar 5 - 7 jam/hari dan
oksigen, dan penyangga kawasan merata (Siagian dkk, 1999).
lindung; dan Kelapa Sawit dapat tumbuh pada
c. sosial budaya, yaitu sebagai perekat dan berbagai jenis tanah, tetapi agar kelapa sawit
pemersatu bangsa. dapat tumbuh secara optimal memerlukan
Tanaman Kelapa Sawit tanah yang cocok. Jenis tanah yang baik
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis untuk tanaman kelapa sawit adalah tanah
jacg) adalah salah satu dari beberapa palma latosol, Podsolik Merah Kuning dan Alluvial
yang menghasilkan minyak. Menurut Lubis yang kadang-kadang meliputi pola tanah
(2000), daun pertama yang keluar dari gambut, dataran pantai dan muara sungai.
stadia bibit adalah berbentuk lanceolate Sifat-sifat fisika dan kimia yang harus
(tidak membelah), daun berikutnya dipenuhi untuk pertumbuhan kelapa sawit
berbentuk bifuricate (membelah) dan yang optimal adalah (1) drainase baik dan
kemudian pinnate (mempunyai anak permukaan air tanah cukup dalam, (2) solum
daun). Daun kelapa sawit bersirip genap cukup dalam tidak berbatu agar permukaan
dan bertulang sejajar. pada pangkal akar tidak terganggu, (3) reaksi tanahnya
pelepah, daun membentuk dua baris pada asam dengan pH antara 4-6 (Setyamidjaja,
kedua sisinya. Anak-anak daun berbaris 1997). Lebih lanjut Fauzi Yann (2007)
dua sampai ujung daun dan di tengah- menjelaskan bahwa potensi areal
tengah anak daun terbentuk lidi sebagai perkebunan di Indonesia masih terbuka luas
tulang daun. Daun muda yang belum untuk tanaman kelapa sawit khusus
mekar berwarna kuning pucat dan serat- perkebunan rakyat pada periode tiga tahun
serat daun sejajar memanjang sepanjang terakhir mencapai 41,1% per tahun,
lidi. Buah kelapa sawit termasuk buah sementara areal perkebunan negara tumbuh
batu. Bagian-bagiannya terdiri dari kulit 6,1% per tahun dan areal perkebunan swasta
buah (eksocarp), daging buah tumbuh 12,8% per tahun.
(mesocarp), yang mengandung minyak, untuk tujuan komersil minyak sawit
cangkang (endocarp) daging buah selain digunakan sebagai minyak makanan
(endosperm) yang juga mengandung margarine, dapat juga digunakan untuk
minyak dan disebut minyak inti. industri sabun, lilin dan dalam pembuatan
Berdasarkan ketebalan kulit buah yakni lembaran-lembaran timah serta industri
lapisan serat (poricarp) dan lapisan kosmetik. Kelapa sawit termasuk tanaman
cangkang (endocarp), tanaman kelapa yang rakus dengan air dalam arti
sawit dibagi atas tiga golongan yaitu memerlukan banyak air untuk dapat tumbuh
Dura (cangkang setebal 2-8 mm, inti dengan baik. Untuk itu diperlukan lahan
tebal dan tidak terdapat cincin serabut yang tepat untuk berusahatani kelapa sawit
yang mengelilingi inti), Tenera (tebal agar tujuan usahatani dapat tercapai sesuai
cangkang 1,5-4 mm, mempunyai cincin dengan rencana.
serabut tapi tidak setebal Dura), dan Tanaman Karet
Psifera (intinya kecil sedangkan kulit Karet adalah tanaman perkebunan
daging tebal). Tenera merupakan hibrida tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon
dari persilangan Dura dan pesifera karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil,
(Setyamidjaja, 1999). Amerika Selatan, namun setelah percobaan
Tanaman Kelapa sawit, dapat tumbuh berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini
baik dan berproduksi secara optimal berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di
menghendaki persyaratan tanah dan iklim mana sekarang ini tanaman ini banyak
tertentu. Secara umum kondisi iklim yang dikembangkan sehingga sampai sekarang
cocok bagi tanaman kelapa sawit terletak Asia merupakan sumber karet alami. Di
antara 15o LU - 15o LS. Beberapa unsur Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman
iklim yang penting yaitu suhu, curah hujan, karet mulai dicoba dibudidayakan pada
kelembaban udara, lama penyinaran tahun 1876. Tanaman karet pertama di
matahari (Satyawibawa dkk, 1996). Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor.
Suhu rata-rata yang baik berkisar antara Indonesia pernah menguasai produksi karet
24o - 28o C, dengan suhu terendah 18o C dan dunia, namun saat ini posisi Indonesia
tertinggi 32o C. Curah hujan yang lebih baik didesak oleh dua negara tetangga Malaysia
adalah yang penyebarannya merata dan Thailand (Tim Penebar Swadaya, 2007).

136
Kajian Komoditas Unggulan Sub-Sektor Perkebunan di Provinsi Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

Karet (Hevea brasiliensis) adalah polimer dengan cara membongkar pohon-pohon


hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi yang tidak baik dan terserang penyakit.
kesusuan, yang dikenal sebagai latex. Memasuki tahun kelima dari siklus hidup
Tanaman karet adalah tanaman daerah karet, tanaman karet sudah disebut tanaman
tropis.Daerah yang cocok untuk tanaman karet yang menghasilkan. Pada tahun ini tanaman
adalah pada zona antara 15°LS dan 15°LU, karet sudah mulai disadap. Namun
curah hujan yang cocok tidak kurang dari 2000 adakalanya dari sejumlah pohon karet yang
mm. Optimal 2500-4000 mm/ tahun. Tanaman berumur empat tahun itu ada pohon yang
karet tumbuh optimal pada dataran rendah belum bisa disadap. Menurut teori, tanaman
yaitu pada ketinggian 200 m dpl sampai 600 m karet yang bisa disadap pada usia empat
dpl, dengan suhu 25°-30°C (Setyamidjaja, tahun itu belum 100%. Biasanya dari 476
1993). pohon, yang benar-benar matang sadap
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia hanya sekitar 400 pohon.
telah banyak menghasilkan klon-klon karet Pemupukan pada tanaman menghasilkan
unggul sebagai penghasil lateks dan (TM) mempunyai dua tujuan yaitu untuk
penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional meningkatkan hasil dan mempertahankan
Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah serta memperbaiki kesehatan dan kesuburan
direkomendasikan klon-klon unggul baru pertumbuhan tanaman pokok. Pemberian
generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, pupuk dilakukan 2 kali setiap tahun.
yaitu klon Indonesian Rubber Research Menurut Setyamidjaja (1993) dosis setiap
(IRR) : IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, aplikasi berdasarkan jenis tanah sebahgai
IRR 104, IRR 112, dan IRR 188. Klon berikut :
IRR 42 dan IRR 122 akan diajukan  Jenis tanah latosol : 280 gr Urea, 133,3
pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya gr TSP, 180 gr KCL per pohon.
sudah dilepas secara resmi.  Jenis tanah Podsolik Merah Kuning
Perawatan pada tanaman belum (PMK) : 280 gr Urea, 324 gr TSP, 156 gr
menghasilkan (TBM) akan berpengaruh ZK per pohon.
pada saat penyadapan pertama. Perawatan Pemupukan tanaman produktif yang
yang intensif dapat mempercepat awal dilakukan dengan dosis yang tepat dan
penyadapan. Perawatan tanaman belum teratur dapat mempercepat pemulihan
menghasilkan (TBM) meliputi kegiatan bidang sadapan, memberi kenaikan produksi
penyulaman, penyiangan, pemupukan, 10-20%, meningkatkan resistensi tanaman
seleksi dan penjarangan, pemeliharan terhadap gangguan hama penyakit dan
tanaman penutup tanah, serta pengendalian tingkat produksi yang tinggi dapat
hama dan penyakit. Kematian tanaman dipertahankan dalam jangka waktu lebih
karet setelah penanaman masih dapat lama (Setyamidjaja, 1993). Pemungutan
ditolerir sebanyak 5%. Penyiapan bibit untuk hasil tanaman karet disebut penyadapan
penyulaman dilakukan bersamaan dengan karet. Pada tanaman muda, penyadapan
penyiapan bibit untuk penanaman agar umumnya dimulai pada umur 5-6 tahun
diperoleh keseragaman bibit yang tumbuh. tergantung pada kesuburan pertumbuhannya.
Penyulaman dilakukan pada saat tanaman Semakin bertambah umur tanaman semakin
berumur satu sampai dua tahun. Tahun meningkat produksi lateksnya. Mulai umur
ketiga tidak ada lagi penyulaman tanaman 16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan
(Adiwiganda, 1995). stabil sedangkan sesudah berumur 28 tahun
Pemupukan pada TBM mempunyai produksinya akan menurun. Apabila sudah
tujuan untuk memperoleh tanaman yang terjadi penurunan produksi lateks karena
subur dan sehat, sehingga lebih cepat umur tua, maka tanaman karet sudah
tercapainya matang sadap dan agar tanaman waktunya untuk diremajakan (Syamsulbahri,
cepat menutup sehingga dapat menekan 1996).
pertumbuhan gulma. Pemberian pupuk Penyadapan dilakukan dengan
secara berkala dan dengan frekuensi yang memotong kulit pohon karet sampai batas
tinggi dapat mengurangi kehilangan hara kambium dengan menggunakan pisau sadap.
disebabakan proses pencucian dan dosis Bentuk irisan berupa saluran kecil,
pupuk tahunan dapat diserap akar tanaman melingkar batang arah miring ke bawah.
lebih efesien. Melalui saluran irisan akan mengalir lateks
Seleksi pohon yang sehat dan homogen selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks akan
menjelang masak sadap perlu dilakukan. mengental (Sadjad. S, 1996).
Pohon yang tetap tertinggal adalah pohon Kebun karet mulai disadap bila 55%
yang benar-benar baik dan tidak terserang pohonnya sudah menunjukkan matang
penyakit. Sedangkan penjarangan dilakukan sadap. Jika belum mencapai 55% maka

137
Kajian Komoditas Unggulan Sub-Sektor Perkebunan di Provinsi Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

sebaiknya penyadapan ditunda.Penyadapan dan kelapa sawit) digunakan analisis Chi


yang dilakukan sebelum mencapai kuadrat (χ2) dengan formula Lukiastuti , F
persentase tersebut akan mengurangi dan Hamdani, M. 2002 sebagai berikut :
produksi lateks dan akan mempengaruhi
pertumbuhan pohon karet (Adiwiganda, k (O ij. – e ij)2
2
1995). Sebatang pohon karet telah dapat χ= ∑ --------------
dikatakan memenuhi syarat untuk disadap i=1 e ij
bila pohon tersebut telah mencapai lilit Dimana :
batang 45 cm pada ketinggian 100 cm di atas χ2 : χ2 hitung
pertautan untuk tanaman yang berasal dari O ij : Jumlah observasi pertumbuhaan komoditas
bibit okulasi atau pada ketinggian 100 cm unggulan
dari permukaan tanah untuk tanaman asal e ij : Nilai harapan = rataan pertumbuhaan
biji (Setyamidjaja, 1993). Menurut komoditas unggulan
Syamsulbahri (1996), sadapan dilakukan Adapun hipotesis penelitian adalah :sebagai berikut
dengan memotong kulit kayu dari kiri atas :
ke arah kanan bawah dengan sudut Ho: Tidak terdapat perbedaan pertumbuhan
kemiringan 30° dari horizontal. Pisau komoditas unggulan periode 2005-
sadapan berbentuk V dengan demikian 2014 antar kabupaten dan antar
aliran lateks akan tertampung pada daerah komoditas karet dan kelapa sawit di
dasarnya. Provinsi Jambi.
Dalam pelaksanaan penyadapan harus Hi: Terdapat perbedaan pertumbuhan
diperhatikan ketebalan irisan, kedalaman komoditas unggulan periode 2005-
irisan, waktu pelaksanaan dan pemulihan 2014 antar kabupaten dan antar
kulit bidang sadap. Tebal irisan yang komoditas karet dan kelapa sawit di
dianjurkan 1,5 – 2 mm, kedalaman irisan Provinsi Jambi.
yang dianjurkan 1 – 1,5 mm dari lapisan Kaidah keputusan :
kambium. Penyadapan hendaknya dilakukan Tolak Ho bila χ2hitung ≥ χ2tabel
pada pagi hari antara pukul 05.00 – 06.00 Terima Ho bila χ2hitung < χ2tabel
pagi. Sedang pengumpulan lateksnya Derajat bebas (Variasi kabupaten ) -1 = 10-
dilakukan antara pukul 08.00 - 10.00 pagi. 1=9 sehingga berdasarkan tabel sebaran nilai
Kulit pulihan bisa disadap kembali setelah 9 χ2di dapat χ2 (10;5%)= 16,919
tahun untuk kulit pulihan pertama dan dapat Konsepsi Variabel Penelitian
disadap kembali pada bidang yang sama Untuk memperjelas variable yang dimaksud
setelah 8 tahun untuk kulit pulihan kedua dalam peneelitian ini maka diterangkan
(Adiwiganda, 1995) sebagai berikut:
METODOLOGI PENELITIAN  Pertumbuhan produksi : perubahan
Ruang Lingkup Penelitian jumlah produksi bauk komoditas karet
Penelitian ini dilakukan di Provinsi maupun kelapa sawit selama 10 tahun
Jambi dengan fokus kajian potensi terakhir (2005-2014) dalam satuan
komoditas unggulan (karet dan kelapa persen.
sawit)di Provinsi Jambi”. Secara khusus  Potensi : Kekuatan wilayah komoditas
kajian difokuskan pada gambaran potensi unggulan berdasarkan luas tanaman
komoditas unggulan kelapa sawit dan karet menghasilkan dan pertumbuhan
baik di tingkat provinsi maupun di wilaayah produksi.
administrasi daeraah tingkat II, serta  Luas tanaman menghasilkan :
perbedaan potensi tersebut antar wilayah Perbandingan luas tanaman
administrasi di Provinsi Jambi? menghasilkan dari total luas lahan
Teknik Penarikan Sampel perkebunan komoditas unggulan di
Pemilihan objek penelitian ini dilakukan wilayah administrasi daerah tingkat II
dengan sengaja atas pertimbangan bahwa Provinsi Jambi dinyatakan dalam persen
Provinsi Jambi merupakan salah satu (%).
wilayah yang berpotensi tinggi dalam sub-  Pertumbuhan produksi: Perubahan
sektor perkebunnan yang memiliki jumlah produksi komoditas unggulan
kontribusi terbesar dan sector pertanian. pada periode sepuluh tahun terakhir
Metode Analisis Data (2005-2014) yang dinyatakan dengan
Penelitian ini dilakukan dengan metode persen (%)
kajian pustaka berdasarkan data sekunder. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data dianalisis secara deskriptif dan untuk Gambaran kontribusi sub-sektor
melihat perbedaan pertumbuhan produksi perkebunan terhadap PDRB periode 10
masing-masing komoditas unggulan (karet tahun terakhir di Provinsi Jambi

138
Kajian Komoditas Unggulan Sub-Sektor Perkebunan di Provinsi Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

Pada 10 tahun terakhir Sub-sektor Alfarabi, M.A. dkk. (2014) hal tersebut tidak
perkebunan secara umum menunjukkan berpengaruh nyata terhadap tingkat
peningkatan kontribusi terhadap PDRB kesejahteraan karena menurutnya hanya
Provinsi Jambi (Tabel 1). perubahan (peningkatan) share sektor
Tabel 1. Perkembangan dan industri yang berpengaruh signifikan
Pertumbuhan Kontribusi Sub-sektor terhadap penurunan kemiskinan sebagai
Perkebunan Secara Umun 10 Tahun indikator kesejahteraan (berpengaruh
Terakhir terhadap PDRB di Provinsi negatif. Sedangkan pergeseran sektor lain
Jambi. tidak berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan kemiskinan.
Kontribusi
No. Tahun kontribusi
(%) Gambaran Potensi Komoditas Unggulan
(%)
1 Kelapa Sawit dan Karet Berdasarkan
2005 11,07 -
Luas Lahan dan Produksi Periode 10
2 2006 13,16 2,09
3 2007 13,16 0
Tahu Terakhir Di Provinsi Jambi
4 2008 10,79 -2,37 Tanaman karet dan sawit masih
5 2009 13,35 2,56 merupakan komoditas perkebunan andalan
6 2010 16,13 2,78 di Provinsi Jambi dan diyakini menjadi
7 2011 16,23 0,1 penggerak ekonomi rakyat serta membuka
8 2012 16,31 0,08 peluang kerja. Dalam hal ini Indonesia
9 2013 16,4 0,09
10 2014 16,4 0 merupakan negara dengan lahan perkebunan
Tabel 1 menunjukkan bahwa ada karet terluas di dunia. Namun bila ditinjau
kecenderungan peningkatan kontribusi sub- dari segi produktivitas, Indonesia masih
sub-sektor perkebunan terhadap PDRB berada di bawah Thailand dan Malaysia.
Provinsi Jambi selama 10 tahun terakhir Berdasarkaan data Tabel 2 rata-rata luas
walaupun sempat mengalami penurunan lahan karet di Provinsi Jambi (646,707 ha)
pada tahun 2008, dengan nilai pertumbuhan lebih besar dari kelapa sawit (514,065 ha),
-2,37. Kondisi penurunan tersebut bertolak tetapi ternyata pertumbuhan luas lahan
belakang dengan laju pertumbuhan ekonomi kelapa sawit (5,7%) lebih besar
meningkat dari 6,8% menjadi 7,16% (BPS. dibandingkan karet (0,75%).
2014) Hal ini mengindikasikan bahwa Tabel 2. Perkembangan Luas Lahan
terdapat peningkatan kontribusi di sektor Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit di
selain sektor pertanian khususnya sub-sektor Provinsi Jambi Tahun 2005-2014.
Pertum- Pertum-
perkebunan. Terdapat dua periode yang Th
L. Lahan
buhan L.
L. Lahan
buhan L.
menunjukkan pertumbuhan yang stagnan (ha) (ha)
Lahan (%) Lahan (%)
(0%) yaitu pada periode tahun 2006-2007 Karet Kelapa Sawit
dan 2013-1014. Untuk lebih jelas ilustrasi ‘05 622,192 403,467
perkembangan kontribusi sub-sektor
‘06 630,211 1.29 422,888 4.81
perkebunan dapat terlihat pada Gambar di ‘07 636,907 1.06 448,899 6.15
bawah ini. ‘08 644,943 1.26 484,137 7.85
20 ‘09 645,145 0.03 489,384 1.08
‘10 649,404 0.66 513,959 5.02
15 ‘11 653,160 0.58 532,293 3.57
‘12 657,299 0.63 589,340 10.72
10 ‘13 662,213 0.75 593,433 0.69
5 ‘14 665,595 0.51 662,846 11.70
± 646,707 0.75 514,065 5.73
0 Tabel 3. Perkembangan Produksi dan
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Produktivitas Perkebunan Karet dan


Kelapa Sawit di Provinsi Jambi tahun
Kontribusi perkebunan karet terhadap 2005-2014.
PDRB Provinsi Jambi Pro- Pro-
Th Produ-ksi duktivit Produksi duktivita
(ton) as (ton) s
Peningkatan kontributi sektor (kg/ha) (ton/ha)
perkebunan selama 10 tahun terakhir Karet Kelapa Sawit
menggambarkan adanya bergeseran kegiatan ‘05 247,568 727 1.018,768 3,301
ekonomi dimana masyarakat menggeser ‘06 266,263 778 1.150,355 3,395
‘07 264,674 779 1.203,433 3,307
sektor yang diusahakann ya dari non
‘08 271,752 799 1.265,789 3,404
perkebunan ke sektor perkebunan. Hal ini ‘09 280,620 823 1.392,293 3,462
diharapkan dapat merubah kesejahteraan ‘10 288,981 838 1.426,081 3,417
menjadi lebih baik dan diharapkan dapat ‘11 298,786 865 1.472,852 3,398
menekan tingkat kemiskinan. Menurut ‘12 319,324 914 1.555,697 3,499

139
Kajian Komoditas Unggulan Sub-Sektor Perkebunan di Provinsi Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016
‘13 323,271 922 1.571,535 3,024 selama 10 tahun terakhir, dengan rata-rata
‘14 318,348 922 936,595 3,204 kontrubusi 14,3 per tahun.
± 287,959 803 1.299,340 3,341 Berdasarkan data yang ada terlihat
Catatan: rataan pertumbuhan produksi karet peningkatan luas lahan baik pada karet
10 th terakhir = 3% per tahun rataan maupun kelapa sawit maka ini
pertumbuhan produksi kelapa sawit 10 th mengindikasikan adanya proses alih fungsi
terakhir = 6% per tahun lahan, maka disarankan agar pemerintah
Perbedaan kontribusi Sub-sektor turut memantau proses tersebut yang
perkebunan periode 10 tahun terakhir di berkaitan dengan penggunaan lahan yang
Provinsi Jambi. disesuaikan dengan perencanaan yang telah
Kontribusi merupakan besarnya digariskan sehingga menjamin keberlanjutan
sumbangan sub-sektor tertentu terhadap pembangunan.
PDRB Provinsi Jambi. Data Tabel 4 DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan bahwa adanya peningkatan Adiwiganda, R. 1995. Pertemuan Teknis
kontribusi sub-sektor perkebunan Karet. Pusat Penelitian Karet, Medan.
Tabel 4. Perhitungan χ2. Alfarabi, M.Andri, M.Syurya Hidayat,
Kontribusi perkebunan 10 Selamet Rahmadi.2014. Perubahan
Tahun
tahun terakhir terhadap
Nilai χ2
Struktur Ekonomi dan Dampaknya
PDRB Provinsi Jambi Terhadap emiskinan di Provinsi
(%)
2005 11.07 0.647993
Jambi. Jurnal Perspektif Pembiayaan
2006 13.16 0.061616 dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No.
2007 13.16 0.061616 3, Januari-Maret 2014 . ISSN: 2338-
2008 10.79 0.773641 4603
2009 13.35 0.039051 Badan Pengawas Keuangan Pemerintah,
2010 16.13 0.294794
2015. Undang-undang Republik
2011 16.23 0.32443
2012 16.31 0.349162 Indonesia No. 18 Tahun 2004
2013 16.4 0.37807 Tentang Perkebunan.
2014 16.4 0.37807 www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/3
Rataan 14.3 0.330844 9/224.bpkp Di akses tanggal 3
terhadap PDRB Provinsi Jambi. Hasil Februari 2016
analisis statistik menunjukkan bahwa ada Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2014.
perbedaan kontribusi sub-setor perkebunan Perkembangan Pembanngan Provinsi
secara umum terhadap PDRB Provinsi Jambi.
Jambi selama 10 tahun terakhir, dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2015.
rata-rata kontrubusi 14,3 per tahun. Tabel Provinsi Jambi Dalam Angka. Jambi
perhitungan χ2dapat dilihat pada Tabel 4. Dinas Perkebunan Propinsi Jambi. 2015.
Nilai χ2 (0.330844) lebih keci dari Nilai Luas Areal, Produksi dan
χ2(9;5%) (16,919) sehingga menolak hipotesis Produktivitas Tanaman Kelapa
nol. Sawit Provinsi Jambi Tahun 2004
SIMPULAN DAN SARAN sampai Tahun 2014.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat Dinas Perkebunan Propinsi Jambi. 2015.
disimpulkan bahwa kontribusi sub-sektor Luas Areal, Produksi dan
perkebunan terhadap PDRB Provinsi Jambi Produktivitas Tanaman Karet
selama 10 tahun terakhir ada kecenderungan Provinsi Jambi Tahun 2004 sampai
meningkat walaupun mengalami penurunan Tahun 2014.
pada tahun 2008. Rata-rata luas lahan karet Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2015.
(646,707 ha) lebih besar dari kelapa sawit PDB Perikanan Triwulan I 2015.
(514,065 ha), dengan pertumbuhan luas http://kkp.go.id/assets/uploads/2015/0
lahan kelapa sawit (5,7%) lebih besar 5/PDB-perikanan-tw1-
dibandingkan karet (0,75%). Rata-rata 2015.pdf.Diakses tanggal 30 Januari
produktivitas karet 803 kg/ha lebih rendah 2016.
dari rata-rata produktivitas karet di Malaysia Lubis, A.U. 2000. Kelapa Sawit Di
(1,3 ton/ha) dan Thailand (1,9 ton/ha), Indonesia. Pusat Penelitian
sedangkan produkktivitas kelapa sawit 3,341 Perkebunan Marihat Pematang
ton per ha masih bisa ditingkatkan untuk Siantar. Medan.
mendekati produktivitas ideal yaitu 6 ton per Sadjad, S. 1996.Agronomi Umum.
ha. Produksi kelapa sawit (6% per tahun) Departemen Agronomi, Fakultas
tumbuh lebih besar dibandingkan dengan Pertanian Institut Pertanian Bogor,
karet (3% per tahun). Terdapat perbedaan Bogor.
kontribusi sub-setor perkebunan secara
umum terhadap PDRB Provinsi Jambi

140
Kajian Komoditas Unggulan Sub-Sektor Perkebunan di Provinsi Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

Setyawibawa dan Y. E, Widyastuti. 1996.


Kelapa sawit. Usaha Budidaya,
Pemanfaatan Hasil, dan Aspek
Pemasaran. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Septian Deny .2013. Ironis, Lahan Karet RI
Terluas di Dunia Tapi Tak
Termanfaatkan
http://bisnis.liputan6.com/read/68842
5/ironis-lahan-karet-ri-terluas-di-
dunia-tapi-tak-termanfaatkan
Setyamidjaja. 1993. Karet Budidaya dan
Pengolahan. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
---------------. 1999. Budidaya Kelapa
Sawit. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.Tim Penebar Swadaya.
2007. Panduan Lengkap Karet.
Penebar Swadaya. Jakarta
Siagian, B. Kusmini. S. Silitongga, A.
Barus Dan J. Ginting. 1999.
Pengaruh Pupuk Nurseryace Dan
Zat Pengatur Tumbuh Atonik
Terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis
Jacq) Di Pembibitan Awal.
Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Yann Fauzin. 2007. Kelapa Sawit:
Budidaya, Pemanfaatan Hasil Dan
Limbah, Analisis Usaha Dan
Pemasaran. Revedisi Penebar
Swadaya. Jakarta.
Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam
Tanaman Perkebunan Tahunan.
Gajahmada University Press,
Malang.

141
Kajian Komoditas Unggulan Sub-Sektor Perkebunan di Provinsi Jambi

Anda mungkin juga menyukai