Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA

PADA BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA


PADANGSIDIMPUAN

Factors Connected With Pneumonia Events On Home In Hospital General Health Region (RSUD)
City Padangsidimpuan Year 2017

Dewi Aminasty Siregar1*, Thomson P Nadapdap2, Rina Hanum3


1
Mahasiswa, Program Magister Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia
2
Dosen Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Methodist
3
Dosen Fakultas Farmasi dan Kesehatan Umum, Institut Kesehatan Helvetia

Abstrak
Pendahuluan : Kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Anak
balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan terhadap penyakit. Tujuan penelitian :
untuk menganalisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan Tahun 2017. Metode : Penelitian ini
menggunakan rancangan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 65 responden. Hasil : Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan berat
badan lahir (p=0,036), pemberian ASI (0,006), imunisasi dasar (0,022), penyakit asma (0,004), dan
tidak ada hubungan vitamin A (p=0,828) dengan kejadian pneumonia. Selanjutnya hasil uji Binary
Logistic menunjukkan bahwa ada pengaruh berat badan lahir OR=4,017, pemberian ASI OR=5,764,
dan penyakit Asma OR=5,529 dengan kejadian pneumonia pada balita di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kota Padangsidimpuan tahun 2017. Kesimpulan : Kepada pihak Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan agar lebih memperhatikan dan mensosialisasikan faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia khususnya pada balita sehingga mampu
mempertahankan sel-sel tubuh agar tidak mudah terserang penyakit khusunya pneumonia dan
menurunkan angka kematian balita
Kata Kunci : Faktor-faktor Berhubungan, Balita, Pneumonia

Abstract
Background : Health is a healthy, physical, mental, spiritual and social condition that enables
everyone to live socially and economically productive. Toddlers are a nutritious age group and are
prone to illness. Objective: To analyze Factors Associated with Pneumonia Occurrence in Toddlers
At District General Hospital (RSUD) Kota Padangsidimpuan Year 2017. Method : This research use
analytic survey design with cross sectional approach.The number of samples in this study were 65
respondents. Result : The result of chi-square test showed that there was a relationship of birth
weight (p = 0,036), breastfeeding (0.006), basic immunization (0,022), asthma disease (0,004), and
no vitamin A (p = 0,828) relationship with pneumonia incidence. Furthermore Binary Logistic test
results show that there is influence of birth weight OR = 4,017, breastfeeding OR = 5,764, and
Asthma OR = 5,529 with the incidence of pneumonia in infants at the Regional General Hospital
(RSUD) Kota Padangsidimpuan 2017. Conclusion : To the Regional General Hospital (RSUD) Kota
Padangsidimpuan to pay more attention and socialize factors associated with the incidence of
pneumonia, especially in toddlers so as to maintain the body's cells so as not easily attacked by the
disease especially pneumonia and reduce child mortality rate.
Keywords : Related Factors, Toddler, Pneumonia

Alamat Korespondensi :
Dewi Aminasty Siregar : Institut Kesehatan Helvetia, Jalan Kapten Sumarsono No. 107, Helvetia,
Medan, Indonesia 20124. Hp. 081264857055
1
PENDAHULUAN kesehatan. Lebih dari 98% kematian
Kesehatan merupakan keadaan sehat, pneumonia dan diare pada anak-anak terjadi
baik secara fisik, mental, spritual maupun di negara berkembang (4)
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk Data World Health Organization
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. (WHO) pada tahun 2015 di seluruh dunia
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan terjadi 1,6 sampai 2,2 juta kematian anak
salah satu unsur kesejahteraan yang harus balita karena pneumonia setiap tahun,
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa sebagian besar terjadi di negara berkembang,
Indonesia. Di dalam pendekatan siklus 70% terdapat di Afrika dan di Asia Tenggara.
pelayanan kesehatan ada tahapan bayi dan Di Negara maju pada tahun 2015 terdapat 4
anak yang salah satu aspeknya adalah juta kasus setiap tahun hingga total di
manajemen terpadu balita sakit (1). seluruh dunia ada 156 juta kasus pneumonia
Anak balita merupakan kelompok anak balita setiap tahun. Terdapat 15 negara
umur yang rawan gizi dan rawan terhadap dengan prediksi kasus baru dan insiden
penyakit. Anak balita harus mendapatkan pneumonia anak balita paling tinggi, mencakup
perlindungan untuk mencegah terjadi penyakit. 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh
Penyakit dapat mengakibatkan gangguan dunia lebih dari setengahnya terkonsentrasi
pertumbuhan dan perkembangan menjadi di 6 negara, mencakup 44% populasi -balita
terganggu atau bahkan dapat menimbulkan di dunia. Ke 6 negara tersebut adalah India
kematian. Salah satu penyebab kematian (43 juta), China (21 juta), Pakistan (10 juta)
tertinggi akibat penyakit infeksi pada anak usia dan Bangladesh, Indonesia serta Nigeria
balita adalah penyakit pneumonia (2) masing masing 6 juta kasus per tahun (5)
Penyakit pneumonia merupakan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
masalah kesehatan masyarakat utama di tahun 2013 di Indonesia, pneumonia
Indonesia. Pneumonia merupakan salah satu merupakan urutan kedua penyebab kematian
penyebab dari 4 juta kematian pada balita, balita setelah diare. Riskesdas melaporkan
khususnya pada bayi. Kejadian pneumonia bahwa kejadian pneumonia sebulan terakhir
pada bayi dan balita di Indonesia diperkirakan (period prevalence) 2,7 % pada tahun 2013.
antara 10-20% per tahun. Angka kematian Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia
pneumonia pada balita di Indonesia adalah 6 periode prevalence dan prevalensi tahun 2013
per 1000 balita. Ini berarti dari setiap 1000 sebesar 1,8 persen dan 4,5 persen. Lima
balita setiap tahun ada 6 orang diantaranya provinsi yang mempunyai insiden dan
yang meninggal akibat pneumonia. Jika prevalensi pneumonia tertinggi untuk semua
dihitung jumlah balita yang meninggal akibat umur adalah Nusa Tenggara Timur (4,6%
pneumonia di Indonesia diperkirakan dapat dan 10,3%), Papua (2,6% dan 8,2%), Sulawesi
mencapai 150.000 orang per tahun, 12.500 per Tengah (2,3% dan 5,7%), Sulawesi Barat
bulan, 416 per hari, 17 orang per jam atau 1 (3,1% dan 6,1%), dan Sulawesi Selatan
orang balita tiap menit (3). (2,4% dan 4,8%).(6)
UNICEF pada tahun 2015 Angka Kematian Balita (AKB)
menyebutkan penyebab utama kematian balita menurut Survei Demografi Kesehatan
yaitu pneumonia, diare, malaria, kekurangan Indonesia (SDKI) 2012 adalah dan 40
gizi. Dari 8,8 juta kematian anak di dunia, kematian per 1.000 kelahiran hidup yang
1,6 juta adalah akibat pneumonia dan 1,3 berarti satu di antara 28 anak meninggal
juta karena diare. Kematian karena penyakit sebelum mencapai ulang tahun kelima. Target
ini sangat terkait dengan kekurangan gizi, Millenium Development Goals sampai dengan
kemiskinan dan kurangnya akses perawatan tahun 2015 adalah mengurangi angka kematian
Alamat Korespondensi :
Dewi Aminasty Siregar : Institut Kesehatan Helvetia, Jalan Kapten Sumarsono No. 107, Helvetia,
Medan, Indonesia 20124. Hp. 081264857055
2
balita sebesar dua pertiga dari tahun 1990 Di zaman yang semakin maju , maka
menjadi 23 kematian per 1000 kelahiran di cara pandang kita terhadap kesehatan juga
tahun 2015. Penyebab kematian balita tersebut mengalami perubahan. Apabila dahulu kita
antara lain karena infeksi, pneumonia, diare, menggunakan paradigma sakit yakni kesehatan
malnutrisi.(7) hanya dipandang sebagai upaya
Kemenkes RI menyatakan pemberian menyembuhkan orang sakit dimana terjalin
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif serta gizi yang hubungan dokter dengan pasien (dokter dan
cukup dapat melindungi anak dari penyakit pasien). Namun, sekarang konsep yang dipakai
radang paru-paru (pneumonia). Penyakit ini adalah paradigma sehat, dimana upaya
merupakan pembunuh balita terbesar ke dua di kesehatan dipandang sebagai suatu tindakan
dunia.(8) untuk menjaga dan meningkatkan derajat
Departemen Kesehatan (Depkes) kesehatan individu ataupun masyarakat.(11)
menyatakan faktor risiko yang berhubungan Dalam keadaan sehat, terdapat mikro-
dengan kejadian Pneumonia terbagi atas dua organisme pada jaringan paru karena adanya
kelompok besar yaitu faktor instrinsik dan mekanisme pertahanan jalan napas dan paru-
faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi paru. Apabila terdapat ketidakseimbangan
umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan antara daya tahan tubuh, mikro-organisme dan
lahir rendah, status imunisasi, pemberian ASI, lingkungan, maka organisme dapat
dan pemberian vitamin A. Faktor ekstrinsik berkembang biak dan meimbulkan
meliputi kepadatan tempat tinggal, polusi penyakit.(12)
udara, tipe rumah, ventilasi, kelembaban, letak Lingkungan rumah berperan dalam
dapur, jenis bahan bakar, penggunaan obat peningkatan risiko anak terserang pneumonia.
nyamuk, asap rokok, penghasilan keluarga Jika lingkungan rumah tidak sehat, risiko anak
serta faktor ibu baik pendidikan, umur ibu, menderita pneumonia akan meningkat.
maupun pengetahuan ibu.(9) Lingkungan yang kumuh, jorok dan kotor
Pneumonia merupakan pembunuh merupakan tempat bersarangnya virus atau
utama balita di dunia, pneumonia lebih banyak bakteri. Rumah yang padan membuat risiko
dibandingkan dengan penyakit lain seperti penularan semakin cepat, apalagi jika
AIDS, Malaria dan Campak. Di dunia setiap masyarakat tergolong memiliki pendapat
tahun diperkirakan lebih dari dua juta balita rendah maka pemenuhan gizi akan sulit dan
meninggal karena pneumonia (1 Balita/15 memperlemah daya tahan tubuh terhadap
detik) dari 9 juta total kematian Balita. infeksi.(13)
Diantara 5 kematian Balita, 1 diantaranya Hasil penelitian Rachmawati (2013)
disebabkan oleh Pneumonia. Bahkan karena dengan judul faktor risiko yang berhubungan
besarnya kematian yang disebabkan dengan kejadian pneumonia pada balita umur
Pneumonia ini disebut pandemi yang 12-48 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mijen
terlupakan atau The Forgotten Pandemic. Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan
Pneumonia merupakan salah satu penyebab metode case control dengan uji chi square,
morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada hasil penelitian didapati ada hubungan
anak usia dibawah lima tahun di Negara pengetahuan ibu atau pengasuh balita dengan
berkembang, 19 % kematian balita disebabkan pneumonia pada balita (p value=0,0418) dan
oleh Pneumonia. Tiga perempat kasus ada hubungan dengan kejadian pneumonia
pneumonia di Dunia terdapat di 15 negara keberadaan anggota keluarga yang merokok
berkembang dan Indonesia menduduki dengan kejadian pneumonia pada balita (p
peringkat keenam.(10) value= 0,00782).(14)

Alamat Korespondensi :
Dewi Aminasty Siregar : Institut Kesehatan Helvetia, Jalan Kapten Sumarsono No. 107, Helvetia,
Medan, Indonesia 20124. Hp. 081264857055
3
Hasil penelitian Hidayat (2014) Permasalahan kesehatan masih banyak
dengan judul faktor-faktor yang berhubungan ditemukan sampai saat ini, salah satunya
dengan kejadian pneumonia pada balita di seperti kematian anak sebelum mencapai usia 5
wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten tahun. Masa 5 tahun pertama kehidupan
Karanganyar. Sampel pada penelitian ini merupakan masa yang sangat peka terhadap
berjumlah 33 balita pada kelompok kasus dan lingkungan dan masa ini sangat pendek serta
33 balita pada kelompok kontrol. Metode tidak dapat diulang lagi, maka masa balita
pengambilan data dilakukan dengan disebut juga sebagai “ masa keemasan
observasional dan wawancara. Uji statistik “(golden period),“ jendela kesempatan
yang digunakan adalah uji Chi-square dan “(window of opportunity) dan “masa kritis“
sebagai alternatif Fisher’s Exact Test dengan (critical period). Masa balita merupakan
tingkat kemaknaan 95%. Hasil penelitian periode penting dalam tumbuh kembang anak.
menjelaskan bahwa faktor yang berhubungan Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada
dengan kejadian pneumonia pada balita adalah masa balita akan memengaruhi dan
ASI eksklusif (p=0,030 OR=4,126 menentukan perkembangan anak balita
95%CI=1,274-13,370); penggunaan kayu selanjutnya.(17)
bakar (p=0,044 OR=4,143 95%CI=1,171- Di samping penyebab perlu juga
14,653); keberadaan perokok (p=0,030 diperhatikan faktor risiko yaitu faktor yang
OR=4,126 95%CI=1,274-13,370). Sedangkan memengaruhi atau mempermudahkan
faktor yang tidak berhubungan dengan terjadinya penyakit. Faktor risiko yang sudah
pneumonia adalah imunisasi DPT (p=0,999 teridentifikasi meliputi status gizi, berat lahir
OR=0,484 95%CI=0,042-5,617); imunisasi rendah (kurang dari 2.500 gr saat lahir),
campak (p=0,613 OR=0,313 95%CI=0,031- kurangnya pemberian ASI eksklusif pada enam
3,171); status gizi (p=0,999 OR=0,999 bulan pertama kehidupan, imunisasi campak,
95%CI=0,286-3,494), berat badan lahir rendah imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) dan
(p=0,672 OR=0,468 95%CI=0,080- kepadatan rumah (lima atau lebih orang per
2,750);Vitamin A (p=0,999 OR=0,484 kamar).(18)
95%CI=0,042-5,617).(15) Di Sumatera Utara, prevalensi Infeksi
Hasil penelitian Wijaya pada tahun Saluran Pernapasan Akut sebesar 10,9%.
(2014) dengan judul Hubungan Kebiasaan Selanjutnya Profil Kesehatan Provinsi
merokok, imunisasi dengan kejadian penyakit Sumatera Utara tahun 2014 menunjukkan
pneumonia pada balita di Puskesmas Pabuaran jumlah kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Tumpeng Kota Tangerang. Penelitian ini tiga kabupaten/kota tertinggi secara berturut-
menggunakan metode penelitian survey turut adalah Kabupaten Simalungun yaitu
analitik dengan pendekatan cross sectional. 32,44%, disusul dengan Kota Medan sebesar
Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi- 25,50% dan Kabupaten Deli Serdang sebesar
Square. Kesimpulan penelitian menunjukkan 21,53%. (19)
bahwa ada hubungan yang signifikan antara Kota Padangsidimpuan angka kejadian
status imunisasi dengan kejadian pneumonia Infeksi Saluran Pernapasan Akut sebesar 5,3%.
pada balita dengan nilai p value= 0,0001 dan Angka kejadian pneumonia pada tahun 2016
nilai OR 0,790, dimana balita dengan status sebesar 2,8%. Dibandingkan data tahun 2013
imunisasi tidak lengkap mempunyai peluang angka kejadian Infeksi Saluran Pernapasan
mengalami pneumonia sebanyak 0,790 kali Akut cenderung meningkat dan angka kejadian
dibanding balita dengan status imunisasi pneumonia 1,2%. Berbagai faktor risiko yang
lengkap.(16) menyebabkan tingginya angka kejadian
pneumonia di Kota Padangsidimpuan
Alamat Korespondensi :
Dewi Aminasty Siregar : Institut Kesehatan Helvetia, Jalan Kapten Sumarsono No. 107, Helvetia,
Medan, Indonesia 20124. Hp. 081264857055
4
disebabkan oleh faktor instrinsik dan faktor Berdasarkan survei awal yang
ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi umur, dilakukan peneliti pada tanggal 21 Januari
jenis kelamin, riwayat status gizi, Berat 2017 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Badan Lahir Rendah (BBLR), riwayat status Padangsidimpuan ditemukan 65 kasus
imunisasi, riwayat pemberian ASI, dan riwayat pneumonia pada balita mulai dari bulan Januari
pemberian vitamin A. Faktor ekstrinsik - Desember 2016, terdapat 6 balita yang
meliputi kepadatan tempat tinggal, polusi meninggal dunia. Disamping itu, wawancara
udara, tipe rumah, ventilasi, kelembaban, dilakukan kepada 10 orang ibu yang memiliki
letak dapur, penggunaan obat nyamuk, asap balita terkena pneumonia, 2 diantaranya
rokok, penghasilan keluarga, status ekonomi mengatakan tidak paham bagaimana terjadinya
keluarga, serta faktor ibu baik pendidikan, pneumonia pada anaknya dan pendidikan
umur ibu, maupun pengetahuan ibu tentang terakhir ibu yaitu pada pendidikan SMA serta
pneumonia.(20) ibu kurang mendapatkan informasi bagaimana
Berdasarkan keadaan intrinsik yang cara merawat anak dengan baik agar terhindar
menyebabkan Pneumonia yaitu angka cakupan dari berbagai penyakit, 2 diantaranya
pemberian vitamin A pada balita, Kota mengatakan anaknya lahir berat badan lahir
Padangsidimpuan masih rendah cakupannya rendah dengan usia kehamilan belum cukup
pada tahun 2013 yaitu 81,8%. Begitu juga bulan atau lahir prematur, dan selama
dengan cakupan pemberian ASI Ekslusif hanya kehamilan ibu merokok, serta pada waktu
sebesar 62,40%., dan berdasarkan keadaan pertumbuhan dan perkembangan, anak tidak
ekstrinsik yang menyebabkan Pneumonia mendapatkan ASI eksklusif sehingga anak
seperti persentase rumah sehat, rumah tangga sering sakit seperti demam, batuk dan pilek, 2
ber-PHBS, di Kota Padangsidimpuan masih diantaranya mengatakan bahwa anaknya tidak
belum mencapai target. Persentase cakupan mendapatkan ASI eksklusif karena ibu sibuk
rumah sehat sebesar 81%. Kebiasaan tidak dengan pekerjaannya dan pada saat lahir anak
merokok di dalam rumah masih rendah yaitu langsung diberikan susu formula karena ASI
sebesar 55,8%. (20) belum keluar, serta ibu tidak paham bagaimana
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota cara merawat kebersihan payudara, 1
Padangsidimpuan pada tahun 2013 ditemukan diantaranya mengatakan anak tidak
20 kasus pneumonia pada balita 5 balita mendapatkan vitamin A dengan lengkap
diantaranya meninggal dunia, tahun 2014 karena jarak pemberian vitamin A terlalu lama
ditemukan 32 kasus pneumonia pada balita 7 sehingga ibu lupa, 2 diantaranya mengatakan
balita diantaranya meninggal dunia, Tahun imunisasi anaknya belum lengkap karena jarak
2015 ditemukan 37 kasus pneumonia pada antara rumah ke posyandu terlalu jauh,
balita 7 diantaranya meninggal dunia, dan pada kemudian dari kepercayaan agama mereka
tahun 2016 ditemukan 65 kasus pneumonia terhadap kandungan vaksin imunisasi tidak
pada balita mulai dari bulan Januari - menjamin bahwa vaksin tersebut ke halal, 1
Desember 2016, dari 65 balita, 6 balita diantaranya mengatakan ada keluarga yang
meninggal dunia, penyebab utamanya karena memiliki riwayat asma, kebiasaan salah satu
balita mengalami sesak dan kesulitan untuk anggota keluarga yang merokok di dalam
bernafas. Dari data yang diperoleh di Rumah rumah dan masih menggunakan obat nyamuk
Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan, bakar serta ibu tidak paham tentang kondisi
pneumonia menduduki peringkat kedua lingkungan yang baik sehingga ibu tidak bisa
penyakit terbanyak diderita oleh balita setelah melakukan perawatan yang baik kepada balita
diare. yang terkena pneumonia.

Alamat Korespondensi :
Dewi Aminasty Siregar : Institut Kesehatan Helvetia, Jalan Kapten Sumarsono No. 107, Helvetia,
Medan, Indonesia 20124. Hp. 081264857055
5
Berdasarkan latar belakang masalah Data yang digunakan dalam penelitian ini
yang telah diuraikan diatas, maka pada adalah data primer dan data sekunder, dan data
kesempatan ini peneliti tertarik untuk meneliti tersier.
tentang Faktor – Faktor yang Berhubungan Tekhnik pengolahan data dalam penelitian
dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di ini meliputi Collecting (Mengumpulkan data
Rumah Sakit Umum Daerah Kota yang berasal dari kuesioner, angket maupun
Padangsidimpuan Tahun 2017. observasi), Cheking (memeriksa kelengkapan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk jawaban kuesioner), Coding (pemberian kode
menganalisis Faktor-Faktor Yang pada variabel-variabel yang diteliti), Entering
Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia (data entry, melakukan input data pada
pada Balita di Rumah Sakit Umum Daerah program SPSS, Data Processing (melakukan
(RSUD) Kota Padangsidimpuan Tahun 2017. olah data).
Analisis data menggunakan analisis
METODE PENELITIAN univariat (distribusi frekuensi), bivariat (Chi-
Desain penelitian ini menggunakan Square) dan multivariat regresi berganda
rancangan survei analitik dengan pendekatan binary (logistic regression)
cross sectional yaitu suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor- HASIL
faktor risiko dengan efek dengan cara Analisis Bivariat: hasil tabulasi silang
pendekatan, observasi, atau pengumpulan data disajikan dalam pada tabel 1. Pendidikan ibu
sekaligus pada suatu saat. Penelitian cross dengan kejadian pneumonia menunjukkan
sectional (potong silang) merupakan suatu nilai p value 0,013, dimana nilai p value <
penelitian dimana variabel-variabel yang α=0,05 (Ha diterima), artinya ada hubungan
termasuk faktor risiko dan variabel efek antara pendidikan ibu dengan kejadian
dilakukan penelitian sekaligus pada waktu pneumonia, berat badan lahir dengan kejadian
yang sama. (21) pneumonia menunjukkan nilai p value 0,036,
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah dimana nilai p value < α=0,05 (Ha diterima),
Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan. artinya ada hubungan antara berat badan lahir
Alasan memilih lokasi ini karena berdasarkan dengan kejadian pneumonia, pemberian ASI
survei awal ditemukan masih tingginya dengan kejadian pneumonia menunjukkan nilai
kejadian pneumonia pada balita di Rumah p value 0,006, dimana nilai p value < α=0,05
Sakit ini. (Ha diterima), artinya ada hubungan antara
Penelitian ini dimulai bulan Januari- pemberian ASI dengan kejadian pneumonia,
Oktober 2017 di rumah sakit Umum Daerah vitamin A dengan kejadian pneumonia
Kota Padangsidimpuan. menunjukkan nilai p value 0,828, dimana nilai
Populasi penelitian ini adalah Ibu yang p value > α=0,05 (Ha ditolak), artinya tidak
memiliki yang terdiagnosis pneumonia yang ada hubungan antara balita yang mendapat
dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah vitamin A dengan kejadian pneumonia, status
Kota Padangsidimpuan sebanyak 65 orang. imunisasi dasar dengan kejadian pneumonia
Sampel dalam penelitian ini adalah total menunjukkan nilai p value 0,022, dimana nilai
population dimana seluruh populasi dijadikan p value < α=0,05 (Ha diterima), artinya ada
sebagai sampel yaitu seluruh Ibu yang hubungan antara status imunisasi dasar dengan
memiliki balita yang terdiagnosis pneumonia kejadian pneumonia, riwayat penyakit asma
yang dijadikan sebagai sampel sebanyak 65 dengan kejadian pneumonia menunjukkan nilai
orang. p value 0,004, dimana nilai p value < α=0,05
(Ha diterima), artinya ada hubungan antara
Alamat Korespondensi :
Dewi Aminasty Siregar : Institut Kesehatan Helvetia, Jalan Kapten Sumarsono No. 107, Helvetia,
Medan, Indonesia 20124. Hp. 081264857055
6
riwayat penyakit asma dengan kejadian pneumonia

Tabel 1. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2017
Kejadian Pneumonia
P
Pendidikan Ibu Pneumonia Berat Pneumonia Ringan f
value
f % f %
SD 7 58,3 5 41,7 12
SMP 9 36 16 64 25
SMA 3 15,8 16 84,2 19
0,013
PT 0 0 9 100 9
Berat Badan Lahir
BBLR 14 42,4 19 57,6 33 0,036
Normal 5 15,6 27 84,4 32
Pemberian ASI
ASI Tidak Eksklusif 16 44,4 20 55,6 36 0,006
ASI Eksklusif 3 10,3 26 89,7 29
Vitamin A
Tidak mendapat Vit A 12 31,6 26 68,4 38 0,828
Mendapat Vit A 7 25,9 20 74,1 27
Status Imunisasi Dasar
Tidak Lengkap 16 41 23 59 39 0,022
Lengkap 3 11,5 23 88,5 26
Riwayat Penyakit Asma
Ada Riwayat Asma 13 52 12 48 25
0,004
Tidak Ada Riwayat Asma
6 15 34 85 40

Analisis Multivariat : analisis 0,05 dengan nilai OR 3,773, berat badan lahir
multivariat regresi logistik disajikan dalam memiliki nilai p value (Sig) < 0,05 dengan
tabel 2 menunjukkan bahwa dari 3 variabel nilai OR 5,170, pemberian ASI memiliki nilai
independen yang diuji hasilnya adalah p value (Sig) < 0,05 dengan nilai OR 7,220.
pendidikan ibu memiliki nilai p value (Sig) <

Tabel 2. Hasil Variabel in the Equation

Variabel B S.E Wald df Sig Exp. (B)


Pendidikan ibu 1,328 0,510 6,793 1 0,009 3,773
Berat Badan Lahir 1,643 0,736 4,980 1 0,026 5,170
Pemberian ASI 1,977 0,834 5,622 1 0,018 7,220
Constant -6,821 2,176 9,822 1 0,002 0,001

PEMBAHASAN berpendidikan PT (Perguruan Tinggi) terhadap


Faktor Pendidikan Ibu terhadap kejadian pneumonia pada balita di Rumah Sakit
Kejadian Pneumonia Pada Balita : Hasil Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan.
penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ibu Hasil uji statistik chi-square antara
mayoritas berpendidikan SMP dan minoritas variabel pendidikan ibu dengan kejadian

Alamat Korespondensi :
Dewi Aminasty Siregar : Institut Kesehatan Helvetia, Jalan Kapten Sumarsono No. 107, Helvetia,
Medan, Indonesia 20124. Hp. 081264857055
7
pneumonia menunjukkan nilai p value 0,013, Hasil uji statistik chi-square antara
dimana nilai p value < α=0,05 (Ha diterima), variabel berat badan lahir dengan kejadian
artinya ada hubungan antara pendidikan ibu pneumonia menunjukkan nilai p value 0,036,
dengan kejadian pneumonia di Rumah Sakit dimana nilai p value < α=0,05 (Ha diterima),
Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan artinya ada hubungan antara berat badan lahir
Tahun 2017 dengan kejadian pneumonia di Rumah Sakit
Pendidikan ibu memiliki nilai p value Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan
(Sig) < 0,05 dengan nilai OR 3,773, hal ini Tahun 2017.
menunjukkan bahwa ada pengaruh antara Berat badan lahir memiliki nilai p value
pendidikan ibu dengan kejadian pneumonia. (Sig) < 0,05 dengan nilai OR 5,170, hal ini
Variabel pendidikan ibu memiliki OR 3,773, menunjukkan bahwa ada pengaruh antara berat
maka peluang terjadinya pneumonia 3,773 kali badan lahir dengan kejadian pneumonia.
lebih besar pada balita yang memiliki ibu Variabel berat badan lahir memiliki OR 5,170,
dengan pendidikan SD dibandingkan dengan maka peluang terjadinya pneumonia 5,170 kali
pendidikan PT. Nilai B = Logaritma natural lebih besar pada balita yang lahir dengan BBLR
dari 3,773 = 1,328, oleh karena nilai B bernilai dibandingkan dengan anak yang lahir normal.
positif, maka pendidikan ibu mempunyai Nilai B = Logaritma natural dari 5,170 = 1,643,
hubungan positif dengan kejadian pneumonia. oleh karena nilai B bernilai positif, maka berat
Pendidikan biasanya berawal saat badan lahir mempunyai hubungan positif
seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung dengan kejadian pneumonia.
seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal Pneumonia lebih banyak terjadi pada
dari bayi belum lahir seperti yang dilakukan anak dengan berat badan lahir rendah
oleh banyak orang dengan memainkan musik dibandingkan dengan anak yang lahir dengan
dan membaca kepada bayi dalam kandungan berat badan lahir normal. Bayi dengan berat
dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka badan lahir rendah (BBLR) mempunyai risiko
sebelum kelahiran.(8) morbiditas yang lebih besar bila dibandingkan
Menurut Peneliti, tingkat pendidikan dengan bayi yang tidak mengalami berat badan
ibu yang rendah menyebabkan tindakan lahir rendah. Berat badan saat lahir menentukan
perawatan kepada anak balitanya yang tidak perkembangan dan pertumbuhan fisik serta
begitu baik, maka anak balitanya mudah mental pada masa balita. Adapun masalah
terpapar kuman penyakit melalui saluran kesehatan yang dialami oleh bayi yang BBLR
pernapasan sehingga terkena ISPA berlanjut lebih mudah terkena penyakit infeksi, terutama
menjadi pneumonia.Kemungkinan ibu dengan pneumonia dan sakit saluran pernapasan
pendidikan yang lebih tinggi akan lebih banyak lainnya hal ini dikarenakan sistem pembentukan
membawa anaknya untuk berobat ke fasilitas organ yang belum sempurna.
kesehatan, tetapi ibu dengan pendidikan rendah Menurut peneliti berat badan lahir
akan lebih memilih anaknya untuk mengobati memiliki peranan penting dalam menyebabkan
sendiri. pneumonia. Ibu yang memiliki bayi dengan
Faktor berat badan lahir Ibu BBLR harus lebih memperhatikan ankanya
terhadap Kejadian Pneumonia Pada Balita : karena anak yang lahir dengan BBLR lebih
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat udah terkena penyakit infeksi dari pada yang
badan lahir mayoritas berada pada berat badan lahir normal. Pertumbuhan dan perkembangan
lahir rendah (BBLR) dan minoritas berat badan pada anak yang lahir BBLR harus lebih
lahir normal terhadap kejadian pneumonia pada diperhatikan dengan memberikan makanan
balita di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang sehat dan terus menjaga kesehatannya
Kota Padangsidimpuan.
Alamat Korespondensi :
Dewi Aminasty Siregar : Institut Kesehatan Helvetia, Jalan Kapten Sumarsono No. 107, Helvetia,
Medan, Indonesia 20124. Hp. 081264857055
8
agar tidak mudah terserang penyakit, salah makanan yang terbaik yaitu dengan cara
satunya yaitu pneumonia. menyusui secara eksklusif selama 6 bulan.
Faktor Pemberian ASI terhadap ASI merupakan makanan yang aman dan
Kejadian Pneumonia Pada Balita : Hasil selalu tersedia buat bayi yang berperan dalam
penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI tumbuh kembang secara optimal. Bayi atau
mayoritas ASI tidak eksklusif dan minoritas balita yang tidak mendapatkan nutrisi yang
pemberian ASI secara eksklusif terhadap cukup, juga akan membuat kekebalan
kejadian pneumonia pada balita di Rumah Sakit tubuhnya berkurang sehingga lebih mudah
Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan. terkena pneumonia ataupun penyakit lain.
Hasil uji statistik chi-square antara Fakta di lapangan masih banyak ibu-ibu yang
variabel pemberian ASI dengan kejadian tidak memberikan ASI secara eksklusif
pneumonia menunjukkan nilai p value 0,006, kepada anaknya, ASI memberikan
dimana nilai p value < α=0,05 (Ha diterima), perlindungan kepada anak dari berbagai jenis
artinya ada hubungan antara pemberian ASI penyakit dengan membentuk antibodi, salah
dengan kejadian pneumonia di Rumah Sakit satu penyakit yang dapat dihindari adalah
Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan penyakit infeksi yaitu pneumonia. Salah satu
Tahun 2017. penyakit infeksi yang merupakan penyebab
Pemberian ASI memiliki nilai p value kematian bayi adalah pneumonia, sedangkan
(Sig) < 0,05 dengan nilai OR 7,220, hal ini salah satu faktor penting terjadinya
menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pneumonia adalah pemberian ASI yang
pemberian ASI dengan kejadian pneumonia. kurang adekuat.
Variabel pemberian ASI memiliki OR 7,220, Faktor Vitamin A terhadap Kejadian
maka peluang terjadinya pneumonia 7,220 kali Pneumonia Pada Balita : Hasil penelitian
lebih besar pada balita yang ASI tidak eksklusif menunjukkan bahwa pemberian vitamin A
dibandingkan dengan anak ASI eksklusif. Nilai mayoritas balita tidak mendapatkan vitamin A
B = Logaritma natural dari 7,220 = 1,977, oleh dan minoritas balita mendapatkan vitamin A
karena nilai B bernilai positif, maka pemberian terhadap kejadian pneumonia pada balita di
ASI mempunyai hubungan positif dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
kejadian pneumonia. Padangsidimpuan.
Pencegahan pertama yang dapat Hasil uji statistik chi-square antara
dilakukan oleh seorang ibu agar bayinya variabel vitamin A dengan kejadian pneumonia
tidak mudah terkena pneumonia atau menunjukkan nilai p value 0,828, dimana nilai
penyakit lainnya adalah dengan memberikan p value > α=0,05 (Ha ditolak), artinya tidak ada
ASI yangcukup bahkan sejak ia dilahirkan. hubungan antara balita yang mendapat vitamin
Pemberian ASI yang cukup bisa A dengan kejadian pneumonia di Rumah Sakit
meningkatkan kekebalan tubuh bayi serta Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan
menurunkan jumlah bayi dan balita yang Tahun 2017.
terkena pneumonia sebanyak 15-23%. Determinan terjadinya pneumonia pada
Apabila anak sudah tidak ASI lagi, maka balita adalah faktor lingkungan (pencemaran
perhatikan asupan gizi yang dikonsumsi dari udara dalam rumah, ventilasi rumah, kepadatan
makanan yang dikonsumsi sehari-hari. (11) hunian rumah), faktor individu anak (umur
Menurut Peneliti, pemberian ASI anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A,
memiliki peranan penting dalam dan status imunisasi) dan faktor perilaku. (3)
menyebabkan pneumonia. ASI merupakan Menurut peneliti, vitamin A tidak
makanan pertama dalam kehidupan bayi yang berhubungan dengan kejadian pneumonia.
merupakan kewajiban ibu untuk memberikan Pemberian vitamin A dimaksudkan untuk
Alamat Korespondensi :
Dewi Aminasty Siregar : Institut Kesehatan Helvetia, Jalan Kapten Sumarsono No. 107, Helvetia,
Medan, Indonesia 20124. Hp. 081264857055
9
menjaga kesehatan mata agar terhindar dari berperan penting dalam peningkatan antibody
kebutaan, selain itu vitamin A juga berperan sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit
dalam meningkatkan daya tahan tubuh. infeksi terutama pneumonia.
Kekurangan vitamin A bisa menurunkan respon Faktor Riwayat Penyakit Asma
antibodi dan sebaliknya, keadaan infeksi yang terhadap Kejadian Pneumonia Pada Balita :
terjadi di dalam tubuh bisa memperburuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat
kekurangan vitamin A. penyakit asma mayoritas tidak ada riwayat
Faktor Status Imunisasi Dasar penyakit asma dan minoritas ada riwayat
terhadap Kejadian Pneumonia Pada Balita : penyakit asma terhadap kejadian pneumonia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status pada balita di Rumah Sakit Umum Daerah
imunisasi dasar mayoritas imunisasi yang (RSUD) Kota Padangsidimpuan.
didapat tidak lengkap sesuai umur dan Hasil uji statistik chi-square antara
minoritas imunisasi yang didapat lengkap variabel riwayat penyakit asma dengan kejadian
sesuai umur terhadap kejadian pneumonia pada pneumonia menunjukkan nilai p value 0,004,
balita di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dimana nilai p value < α=0,05 (Ha diterima),
Kota Padangsidimpuan. artinya ada hubungan antara riwayat penyakit
Hasil uji statistik chi-square antara asma dengan kejadian pneumonia di Rumah
variabel status imunisasi dasar dengan kejadian Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
pneumonia menunjukkan nilai p value 0,022, Padangsidimpuan Tahun 2017
dimana nilai p value < α=0,05 (Ha diterima), Permasalahan kesehatan masih banyak
artinya ada hubungan antara status imunisasi ditemukan sampai saat ini, salah satunya seperti
dasar dengan kejadian pneumonia di Rumah kematian anak sebelum mencapai usia 5 tahun.
Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Masa 5 tahun pertama kehidupan merupakan
Padangsidimpuan Tahun 2017. masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan
Bayi dan balita yang pernah terserang masa ini sangat pendek serta tidak dapat diulang
campak dan selamat akan mendapat kekebalan lagi, maka masa balita disebut juga sebagai “
alami terhadap pneumonia sebagai komplikasi masa keemasan “(golden period),“ jendela
campak. Sebagian besar kematian pneumonia kesempatan “(window of opportunity) dan “masa
yang berkembang dari penyakit yang dapat kritis“ (critical period). Masa balita merupakan
dicegah dengan imunisasi seperti difteri, periode penting dalam tumbuh kembang anak.
pertusis, campak, maka peningkatan cakupan Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa
imunisasi akan berperan besar dalam upaya balita akan memengaruhi dan menentukan
pemberantasan pneumonia. Untuk mengurangi perkembangan anak balita selanjutnya. (17)
faktor yang meningkatkan mortalitas Menurut peneliti, penyakit asma memiliki
pneumonia, diupayakan imunisasi lengkap. Bayi peranan dalam menyebabkan pneumonia,
dan balita yang mempunyai status imunisasi dimana penyakit asma merupakan faktor yang
lengkap bila menderita pneumonia dapat dapat diturunkan oleh orang tua. Jika orang tua
diharapkan perkembangan penyakitnya tidak atau keluarga memiliki riwayat asma maka akan
akan menjadi lebih berat.(3) mempermudah seseorang mengalami penyakit
Menurut peneliti, status imunisasi pernapasan salah satunya yaitu pneumonia.
memiliki peranan dalam menyebabkan
pneumonia, status imunisai dikelompokkan KESIMPULAN DAN SARAN
menjadi lengkap dan tidak lengkap. Fakta Berdasarkan hasil uji regresi logistik
dilapangan menunjukkan bahwa masih banyak menunjukkan ada pengaruh pendidikan ibu,
status imunisasi yang tidak lengkap yang berat badan lahir, dan pemberian ASI dengan
diterima oleh balita. Pemberian imunisasi kejadian pneumonia pada balita.
Alamat Korespondensi :
Dewi Aminasty Siregar : Institut Kesehatan Helvetia, Jalan Kapten Sumarsono No. 107, Helvetia,
Medan, Indonesia 20124. Hp. 081264857055
10
.Tersedia di http://apps.who.int.
UCAPAN TERIMAKASIH 10. PPHI.
5 Panduan Tatalaksana Infeksi
Terimakasih peneliti ucapkan kepada semua Hepatitis B Kronik. [diunduh tanggal 01
pihak di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Oktober 2016]. Tersedia di
Kota Padangsidimpuan http://www.pphi-online.org.
11. Rezeki
6 S. Karakteristik Penderita
DAFTAR PUSTAKA
Hepatitis B Rawat Inap di Rumah Sakit
1. Manggabarani S. Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Murid di Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit
Sekolah Dasar Inpres Galangan Kapal Kota Barisan Medan.2010-2013. [Skripsi].
Makassar. [Makassar, Indonesia]: [diunduh tanggal 29 September 2016].
Universitas Indonesia Timur; 2013. Universitas Sumatera Utara,
2. Lestari W, Rezeki SHI, Siregar DM, Departemen Epidemiologi Fakultas
Manggabarani S. Faktor Yang Kesehatan Masyarakat; Tersedia di
Berhubungan dengan Kejadian Stunting
http://repository.usu.ac.id.
pada Anak Sekolah Dasar Negeri 014610
Sei Renggas Kecamatan Kisaran Barat 12. Musdalifah
7 A, Arsin A, Thaha IL.
Kabupaten Asahan. J Dunia Gizi. Faktor Risiko Kejadian Hepatitis B Pada
2018;1(1):59–64. Pasien di RSUP DR. Wahidin
3. Manggabarani S. Analisis Faktor Yang Sudirohusodo Makassar. 2012. [diunduh
Berhubungan dengan Kejadian Anemia
tanggal 29 September 2016]. Universitas
Gizi Murid di Sekolah Dasar Inpres Andi
Tonro Kota Makassar. [Makassar, Hasanuddin, Bagian Epidemiologi
Indonesia]: Universitas Indonesia Timur; Fakultas Kesehatan Masyarakat;
2015. Tersedia di http://repository.unhas.ac.id.
4. Anto, Sudarman S, Yetti ER, Manggabarani 13. Eriyawati
8 N. Beberapa Faktor Yang
S. The Effect Of Counseling to
Berhubungan Dengan Terjadinya Infeksi
Modification the Lifestyle On Prevention
Of Obesity In Adolescents. Promot J Virus Hepatitis B dan C Pada Pemakai
Kesehat Masy. 2017;7(2):99–106. Narkoba di Lapas Kedungpane
5. Manggabarani S, Hadi AJ, Said I, Bunga S. Semarang. [ejournal] [diunduh tanggal
Hubungan Status Gizi, Pola Makan, 11 November 2016]. Universitas
Pantangan Makanan dengan Kelancaran Diponegoro, Fakultas Kesehatan
Produksi ASI pada Ibu Menyusui di Kota Masyarakat. Tersedia di
Makassar. J Dunia Gizi. 2018;1(1):1–9.
http://eprints.undip.ac.id.
6. Widoyono.
7 Penyakit Tropis. Epidemiologi, 14. Wirayuda
9 A. Hubungan Antara
Penularan, Pencegahan dan Beberapa Faktor Penyebab Terhadap
Pemberantasannya.hal 95-97. Jakarta: Terjadinya Hepatitis B di Rumah Sakit
Erlangga; 2011. Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
2013. [Skripsi] [diunduh tanggal 30
7. Padila.
2 Asuhan Keperawatan Penyakit
November 2016]. Unoversitas Sumatera
Dalam. hal 103. Yogyakarta: Nuha
Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat;
Medika; 2013.
Tersedia di http://repository.usu.ac.id.
8. Kementerian
3 Kesehatan RI. [diunduh
15. Kamus
1 Kependudukan dan Keluarga
tanggal 23 Agustus 2016]. Tersedia di
Berencana.
0 [diunduh pada tanggal 28
http://www.pusdatin.kemkes.go.id.
Desember 2016]. Tersedia di
9. WHO.4 Combatting Hepatitis B and C https:/www.slidershare.net.
To Reach Elimination By 2030.
16. Maksum
1 R. Immunologi dan Virologi .
[diunduh tanggal 23 Agustus 2016]. ;
Alamat Korespondensi :
Dewi Aminasty Siregar : Institut Kesehatan Helvetia, Jalan Kapten Sumarsono No. 107, Helvetia,
Medan, Indonesia 20124. Hp. 081264857055
11
hal 207-213.
1 Jakarta: PT Isfi Penerbitan; Utara, Jurnal Fakultas Kesehatan
2010. Masyarakat; Tersedia di
17. Kunoli
1 FJ. Penyakit Tropis Jakarta. hal http://repository.usu.id.fkm-fazidah.
130-132
2 CV Trans Info Media; 2012. 24. Soemoharjo
1 S. Hepatitis Virus B . hal
18. Andareto
1 O. Penyakit Menular di 22Jakarta:
9 Buku Kedokteran EGC;
Sekitar
3 Anda. hal 118-120. Jakarta: 2008.
Pustaka Ilmu Semeste; 2015. 25. Amtarina
2 R, Arfianti , Zainal A,
19. Corwin
1 EJ. Buku Saku Patofisiologi. hal Chandra
0 F. Faktor Resiko Hepatitis B
99. Jakarta:
4 EGC; 2009. Pada Tenaga Kesehatan Kota
Pekanbaru. [ejournal] [diuntuh tanggal
20. Wilson
1 LM. Patofisiologi Konsep Klinis
19 September 2016]. Universitas Riau,
Proses-proses
5 Penyakit. hal 488-489.
Fakultas Kedokteran. Tersedia di
Jakarta: Buku Kedokteran; 2006.
http://journal.fk.unpan.ac.id.
21. Rukiyah
1 YA. Asuhan Neonatus, Bayi
26. Muhammad
2 I. Panduan Penyusunan
dan 6Anak Balita. hal 318 Jakarta: CV
Karya
1 Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan.
Media; 2010.
hal 80, 95-96. Bandung: Ciptapustaka
22. Ranuh
1 G. Pedoman Imunisasi di Media Perintis; 2016.
Indonesia.
7 hal 48-51. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2011.
23. Siregar
1 FA. Hepatitis B Ditinjau Dari
Kesehatan
8 Masyarakat dan Upaya
Pencegahan.2007. [diuntuh tanggal 10
Oktober 2016]. Universitas Sumatera

Alamat Korespondensi :
Dewi Aminasty Siregar : Institut Kesehatan Helvetia, Jalan Kapten Sumarsono No. 107, Helvetia,
Medan, Indonesia 20124. Hp. 081264857055
12

Anda mungkin juga menyukai