Tugas 6 Geologi & Eksplorasi Batubara IRFAN SATRIA
Tugas 6 Geologi & Eksplorasi Batubara IRFAN SATRIA
Disusun Oleh :
Dibuat Oleh :
irfan satria permana
NIM. 03042681822003
Dosen Pengajar :
Dr. Ir Endang Wiwik Dyah Hastuti, M. Sc.
1. Posisi Geoteknik
Posisi geoteknik adalah suatu tempat yang keneradaannya dipengaruhi
oleh gaya-gaya tektonik lempeng. Dalam pembentukan cekungan batubara,
posisi geoteknik merupakan faktor yang dominan. Posisi ini akan
mempengaruhi morfologi cekungan pengendapan batubara maupun kecepatan
penurunannya. Pada fase terakhir, posisi geoteknik mempengaruhi proses
metamorfosa organik dan struktur dari lapisan batubara.
2. Topografi
Topografi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting
karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk.
3. Iklim
Pada daerah iklim tropis dan sub tropis, umumnya memiliki temperatur
yang lembab dan sesuai untuk pertumbuhan flora dibandingkan wilayah
beriklim dingin. Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan
batubara dan merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora. Hasil
pengkajian menyatakan bahwa hutan rawa tropis mempunyai siklus
pertumbuhan setiap 7-9 tahun dengan ketinggian pohon sekitar 30 m.
Sedangkan pada iklim dingin, ketinggian pohon hanya mencapai 5-6 m dalam
selang waktu yang sama.
4. Penurunan
Penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik. Jika
penurunan dan pengendapan gambut seimbang akan dihasilkan endapan tebal.
5. Umur Geologi
Semakin tua umur suatu batuan, semakin dalam penimbunan yang
terjadi, sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada batubara
dengan umur geologi lebih tua selalu ada resiko mengalami deformasi tektonik
yang membentuk struktur perlipatan atau patahan pada lapisan batubara.
6. Tumbuhan
Flora merupakan unsur utama pembentuk batubara dan merupakan faktor
penentu terbentuknya berbagai tipe batubara.
7. Dekomposisi
Dekomposisi flora yang merupakan bagian dari tranformasi biokimia dari
organik merupakan titik awal untuk seluruh alterasi. Dekomposisi ini berperan
dalam kecepatan pembentukan gambut.
8. Metamorfosa Organik
Proses metamorfosa organik akan dapat mengubah gambut menjadi
batubara sesuai dengan perubahan sifat kimia, fisik dan optiknya. Dalam proses
ini terjadinya pengurangan air lembab, oksigen dan zat terbang (seperti CO 2,
CO, CH4, dan gas lainnya).
Proses pembatubaraan terjadi karena perubahan atau transformasi jaringan
tanaman atau tumbuh tumbuhan yang menjadi gambut melalui dua tahap utama,
yaitu tahap biokimia atau diagenesa dan tahap geokimia atau metamorfik.
1. Tahap biokimia atau diagenesa
Tumbuh tumbuhan terutama tumbuhan rawa akan terendapkan. Selama
proses pengendapan akan terjadi perubahan atau alterasi biokimia yang
menghasilkan partial decay (pembusukan sebagian) menjadi humus.
Perubahan ini disebabkan oleh uap air (moisture). Proses oksidasi dan
perubahan biologi menyebabkan terjadinya penguraian gas karbondioksida
serta unsur unsur oksigen dan hidrogen.
Di dalam humus yang tertumpuk selama ratusan tahun bahkan jutaan
tahun, unsur unsur karbon akan terkonsentrasi, sedangkan unsur hidrogen
dan oksigen akan terlepaskan. Akibat pengaruh tekanan, waktu dan suhu
subtropis (agak dingin) maka akumulasi unsur unsur karbon tersebut
terkompaksi dan akhirnya terbentuk gambut (peat) yang merupakan awal mula
dari pembentukan batubara.
2. Tahap Geokimia atau Metamorfic
Akibat pengaruh tekanan, temperatur dan waktu terhadap gambut maka
akan terjadi transformasi brown coal (batubara muda) menjadi batubara sub-
bituminous dan terakhir menjadi antrasit. Contoh salah satu tahap geokimia
yang terjadi pada proses ini adalah pembentukan dari kayu (cellulose) menjadi
lignit, yaitu :
(cellulose) C6H10O5 C30H34O11 (lignit atau browncoal)
Kedua proses dalam pembatubaraan tersebut memakan waktu ratusan
ribu atau jutaan tahun. Diperkirakan waktu yang diperlukan untuk
mengumpulkan bahan yang cukup dalam pembentukan deposit bituminous
setebal 30 cn adalah sekitar 150 tahun dan untuk antrasit sekitar 200 tahun.
Oleh karena itu banyak terjadi perubahan sifat selama proses pembatubaraan
berlangsung dan juga terjadi tahapan tingkatan batubara.
Tabel I. Data Lokasi (Koordinat dan Elevasi) dan Hasil Pemboran Endapan
Batubara di Suatu Daerah
Tabel I diatas menampilkan data 18 lubang bor yang terdiri dari data
koordinat lokasi pemboran menggunakan koordinat Sistem Longitude-Latitude
(X : 3o33940 dan Y : 104o17277), elevasi, kedalaman pemboran, dan
ketebalan lapisan endapan Batubara dimana pada Daerah X tersebut terdapat 3
seam batubara dengan ketebalan yang berbeda. Berdasarkan data hasil
pemboran diatas, dapat dibuat model peta kontur dan sebaran batubara dengan
menggunakan software Surfer 10. Sebelum data koordinat dan elevasi titik
lokasi pemboran diinput kedalam Program Surfer 10, maka data koordinat
perlu dikonversi kedalam sistem UTM. Hasil konversi titik koordinat lubang
pemboran disajikan dalam Tabel II dibawah ini :
Tabel II. Data Lokasi (Koordinat dan Elevasi) Setelah Dikonversi Kedalam
Sistem UTM
Tabel II diatas menampilkan data koordinat titik lokasi pemboran yang telah
dikonversi kedalam sistem UTM (X : 9578725 dan Y : 428965) sehingga data ini
dapat input kedalam Program Surfer. Hasil input data tersebut menghasilkan
Model Peta Kontur Daerah X yang ditampilkan pada Gambar 1 dibawah ini :
Grid Volume Computations
Upper Surface
Grid Size: 100 rows x 95 columns
X Minimum: 9578725
X Maximum: 9606732
X Spacing: 297.94680851064
Y Minimum: 418686
Y Maximum: 448331
Y Spacing: 299.44444444444
Z Minimum: -2.4463694345304E-005
Z Maximum: 6.9156276290132
Lower Surface
Level Surface defined by Z = 0
Volumes
Z Scale Factor: 1
Grid Volume Computations
Upper Surface
Grid Size: 100 rows x 95 columns
X Minimum: 9578725
X Maximum: 9606732
X Spacing: 297.94680851064
Y Minimum: 418686
Y Maximum: 448331
Y Spacing: 299.44444444444
Z Minimum: -0.72826151234902
Z Maximum: 4.8457779029952
Lower Surface
Level Surface defined by Z = 0
Volumes
Z Scale Factor: 1
X Minimum: 9578725
X Maximum: 9606732
X Spacing: 297.94680851064
Y Minimum: 418686
Y Maximum: 448331
Y Spacing: 299.44444444444
Z Minimum: -0.37626122898993
Z Maximum: 8.7631550926376
Lower Surface
Level Surface defined by Z = 0
Volumes
Z Scale Factor: 1
Gambar 8. Model Penampang Korelasi dari Data Hasil Pemboran Tanpa Skala