Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun

2013 tentang Standar Proses disebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan

pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran

berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan perlu

melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta

penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang benar untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Kondisi nyata yang terjadi di sekolah berdasarkan hasil supervisi

akademik yang peneliti lakukan selaku Kepala sekolah, masih ditemukan beberapa

guru yang mengalami kesulitan terkait dengan penyusunan RPP berbasis

Kurikulum 2013. Pertama; guru belum memahami benar seluk- beluk penyusunan

RPP berbasis Kurikulum 2013, maka secara otomatis rasa malas akan muncul

ketika hendak menyusunnya. Kedua; perubahan Kurikulum 2013 akan berimbas

kepada perubahan susunan komponen dan kaidah-kaidah dalam menyusun

1
2

RPP. Perubahan ini seringkali menyulitkan guru. Ketiga; minimnya penguasaan

teknologi komputerisasi para guru pasti dalam menysun RPP berbasis Kurikulum

2013 akan memakan waktu yang cukup lama, dan pasti juga akan menjadi

permasalahan yang menyulitkan guru. Sebagai jalan pintasnya mayoritas guru

dalam menyusun RPP berbasis Kurikulum 2013 copi paste utuh dari RPP orang

lain atau dari hasil MGMP tanpa adanya suatu pengembangan dan penyesuaian.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan suatu rencana yang

menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu

atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan jabarkan dalam

silabus (Mulyasa, 2007). Menurut Ginting (dalam Fadlillah, M., 2014) Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran merupakan skenario pembelajaran yang menjadi

pegangan bagi guru untuk menyiapkan, menyelenggarakan, dan mengevaluasi

hasil kegiatan belajar dan pembelajaran. Selanjutnya Permendikbud Nomor 22

Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan

bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan

atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan

pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Jadi

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu bentuk perencanaan

pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sesuai dengan

kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah.

Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar


3

Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, komponen RPP berbasis Kurikulum

2013 terdiri dari 1) identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; 2) identitas

mata pelajaran atau tema/subtema; 3) kelas/semester; 4) materi pokok; 5) alokasi

waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar

dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan

KD yang harus dicapai; 6) tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan

KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,

yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 7) kompetensi dasar dan

indikator pencapaian kompetensi; 8) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep,

prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai

dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi; 9) metode pembelajaran,

digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai; 10) media pembelajaran,

berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran; 11)

sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau

sumber belajar lain yang relevan; 12) langkah-langkah pembelajaran dilakukan

melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan 13) penilaian hasil

pembelajaran.

Sedangkan prinsip-prinsip penyusunan RPP berbasis Kurikulum 2013

menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah adalah sebagai berikut: 1) Perbedaan

individual peserta didik; 2) Partisipasi aktif peserta didik; 3) Berpusat pada peserta
4

didik; 4) Pengembangan budaya membaca dan menulis; 5) Pemberian umpan balik

dan tindak lanjut RPP; 6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD,

materi pembelajaran kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,

penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar; 7)

Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran,

lintas aspek belajar, dan keragaman budaya; 8) Penerapan teknologi informasi

dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi

dan kondisi.

Mengingat sangat urgennya kompetensi pedagogik guru dalam menyusun

RPP berbasis Kurikulum 2013, maka Kepala sekolah harus melakukan pembinaan

guru secara berkesinambungan dan terus-menerus (continuous profesional

development). Hal ini sesuai dengan amanat Permendiknas No.13 Tahun 2007

tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah bahwa seorang kepala sekolah sekolah

harus memiliki 5 standar kompetensi yang salah satunya adalah kompetensi

supervisi akademik. Konsekuensi kompetensi ini, menuntut seorang Kepala

sekolah harus memberikan bantuan profesional kepada guru dalam mencarikan

solusi terhadap permasalahan yang mereka dihadapi.

Dalam membantu guru menyusun RPP berbasis Kurikulum 2013,

dalam penelitian ini peneliti selaku kepala sekolah mencoba mengembangkan

strategi Supervisi Akademik Dengan Pendampingan Indidual Terprogram yaitu

supervisi akademik dengan pendampingan individual terprogram. Yang dimaksud

supervisi akademik yaitu serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan

kemampuan mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan


5

pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman2007) dengan tujuan membantu guru

mengembangkan potensinya, mengembangkan kurikulum, mengembangkan

kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK)

(Glickman, et.al. 2007, Sergowati, 1987). Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan

dan direalisasikan dalam supervisi akademik adalah: 1) praktis, 2) sistematis, 3)

obyektif, 4) realistis, 5) antisipatif, 6) konstruktif, 7) kooperatif, 8) kekeluargaan,

9) demokratis, 10) aktif, 11) humanis, 12) berksinambungan, dan 13) terpadu.

Dari beragam teknik ini berkaitan dengan permasalahan dalam

penelitian ini, peneliti memfokuskan pada teknik supervisi akademik individu

dengan bentuk kegiatan pendampingan individual yang dilaksanakan secara

terprogram atau direncanakan baik materi maupun jadwal waktunya.

Teknik pendampingan ini diterapkan karena menurut Eric Parsloe (dalam Modul

Usaid Prioritas: Praktik yang Baik dalam Fasilitasi dan Pendampingan) teknik

pendampingan merupakan alat pemberdayaan dan pengembangan personal yang

ampuh, merupakan cara yang efektif dalam menolong seseorang mengembangkan

karirnya, merupakan hubungan kerja yang bermanfaat didasarkan pada sikap

saling percaya dan menghormati sehingga akan terwujud tiga hal yaitu:

motivating, inspiring dan challenging. Dengan pertimbangan inilah maka

strategi ini diharapkan akan mampu meningkatkan kompetensi pedagogik guru

dalam menyusun RPP berbasis Kurikulum 2013. Action Research (SAR) dengan

Menerapkan Supervisi Akademik Dengan Pendampingan Indidual Terprogram

yaitu supervisi akademik dengan pendampingan individual terprogram.untuk

meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam menyusun RPP berbasis


6

Kurikulum 2013.

B. Identifikasi Masalah

Beradasarkan latar belakang ditas maka dapat diidentifikasi masalah

dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Guru belum memahami benar seluk- beluk penyusunan RPP berbasis

Kurikulum 2013

2. Perubahan Kurikulum 2013 akan berimbas kepada perubahan susunan

komponen dan kaidah-kaidah dalam menyusun RPP.

3. Minimnya penguasaan teknologi komputerisasi para guru

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas,

diajukan rumusan masalah sebagai berikut. Apakah dengan supervisi akademik

dengan pendampingan indidual terprogram dapat meningkatkan kompetensi

pedagogik guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis

Kurikulum 2013.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini bertujuan untuk meningkatkan

kompetensi pendadogik guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran berbasis kurikulum 2013 melalui supervisi akademik dengan

pedampingan individual terprogram.


7

E. Manfaat Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini diharapkan dapat memberikan

manfaat

1. Manfaat bagi peneliti

a) kemampuan peneliti dalam menyusun serta menulis laporan dan artikel

ilmiah.

b) Sebagai Meningkatkan kemampuan profesionalisme peneliti untuk

melakukan penelitian tindakan sekolah sesuai dengan permasalahan yang

dihadapi di sekolah binaan peneliti.

c) Meningkatkan motivasi bagi peneliti dalam membuat karya tulis

ilmiah.

d) Dengan adanya pengalaman menulis, dapat memberikan bimbingan

kepada teman-teman guru yang akan menulis.

e) Hasil penelitian ini digunakan peneliti sebagai evaluasi terhadap guru

dalam menyusun RPP berbasis kurikulum 2013 yang selanjutnya akan

digunakan sebagai bahan kajian kepada guru di sekolah..

2. Manfaat bagi sekolah

a) Akan berdampak adanya peningkatan administrasi guru pada KBM yang

lebih lengkap.

b) Dapat meningkatkan kualitas pendidikan karena Kompetensi Inti dan

Kompetensi Dasar sudah tersampaikan.


8

3. Manfaat bagi guru

a) Dapat meningkatkan kompetensi dalam membuat RPP berbasis kurikulum

2013 dengan lengkap serta menciptakan kesadaran guru tentang tanggung

jawabnya terhadap pelaksanaan tugasnya.

b) Sebagai panduan dan arahan dalam mengajar sehingga apa yang

diinginkan dalam standar isi dapat tersampaikan.

4. Manfaat bagi siswa

a) Adanya kesiapan belajar, keseriusan , keingintahuan, dan semangaat

belajar tinggi terhadap pelajaran.

b) Siswa lebih percaya diri dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga

tercapai target kompetensinya.


9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kompetensi Pedagogik

Guru profesional adalah guru yang memenuhi persyaratan kompetensi

untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu,

membicarakan aspek profesionalisme guru berarti mengkaji kompetensi yang

harus dimiliki seorang guru.

Kompetensi berasal dari bahasa inggris yaitu competence yakni,

kemampuan, kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan dibidang tertentu. Jadi,

kata kompetensi diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk melakukan

suatu tugas atau suatu keterampilan dan kecakapan yang di syaratkan.

Kompetensi menurut Usman (2005) adalah suatu hal yang

menggambarkan kualifikasi atau kemamuan seseorang, baik yang kualifikasi

maupum yang kuantitatif. Kemampuan kualitatif seseorang yang hanya dapat

dinilai dengan ukuran baik dan buruk. Sedangkan kualitatif adalah kemampuan

seseorang yang dapat dinilai dengan ukuran (terukur). Pengertian ini mengandung

makna bahwa kometensi itu dapat digunakan dalam dua konteks. Pertama, sebagai

indikator kemampuan yang menunjukkan kepada perbuatan yang diamati, yakni

seperangkat teori ilmu pengetahuan dalam bidangnya. Kedua, sebagai konsep

yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan perbuatan serta tahap-tahap

pelaksanaannya secara utuh.

Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan

9
10

kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya

sehingga seseorang dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan

psikomotorik dengan sebaik-baiknya (Fachruddin Saudagar dkk.2011).

Roestiyah. 1989 ( dalam W. Robert Houston. 1989) memberikan

pengertian kompetensi sebagai berikut. Yakni, kompetensi diartikan sebagai suatu

tugas yang memadai, atau pemilikan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan

yang dituntut oleh jabatan seseorang . Dalam pengertian ini kompetensi dititik

beratkan pada tugas guru dalam mengajar.

Dari beberapa pengertian kompetensi seperti tersebut di atas maka yang

dimaksud dengan kompetensi guru ialah sejumlah kemampuan yang harus dimilki

guru untuk mencapai tingkatan guru profesional.

Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 10 disebutkan “kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalannya. Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya

pikir), sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya psikis) yang diwujudkan dalam

bentuk perbuatan

Sedangkan menurut UU SPN No.20 tahun 2003 dalam pasal 10

dijelaskan, kompetensi guru meliputi; 1). Kompetensi pedagogic yaitu

kemampuan mengelola pebelajaran peserta didik. 2). Kompetensi kepribadian

yaitu kemampuan kepribadian yang mantap berakhlak mulia, arif, dan berwibawa

serta menjadi teladan bagi anak didiknya. 3). Kompetensi social yaitu
11

kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan

peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali peserta didik. 4). Kompetensi

profesionalisme yaitu kemampuan menguasai materi pelajaran secara luas dan

mendalam diperoleh melalui pendidikan profesi

Adapun rumusan kelompok kompetensi terdiri dari dari; 1). Kompetensi

utama yaitu kemampuan untuk menampilkan unjuk kerja yang memuaskan sesuai

dengan penciri program study. 2). Kompetensi pendukung yaitu kemampuan yang

dapat mendukung kompetensi utama serta merupakan ciri khas satuan pendidikan

bersangkutan 3). Kompetensi lainnya yaitu kemampuan yang ditambahkan yang

dapat membantu meningkatkan kualitas hidup, dan ditetapkan berdasarkan

keadaan serta kebutuhan lingkungan satuan pendidikan (Asep jihad dkk.2013)

Istilah pedagogik, berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu

Paedos yang berarti anak dan agogos yang berarti mengantar, membimbing,

memimpin. Pedagogic adalah ilmu menuntun anak yang membicarakan masalah

atau persoalan-persoalan dalam pendidikan dan kegiatan-kegiatan mendidik,

antara lain seperti tujuan pendidikan, alat pendidikan, cara melaksanakan

pendidikan, anak didik, pendidik, dan sebagainya. Oleh sebab itu pedagogic

dipandang sebagai suatu proses atau aktifitas yang bertujuan agar tingkah laku

manusia mengalami perubahan yaitu memanusiakan manusia.

Pedagoik adalah suatu teori yang membahas tentang persoalan bagaimana

dan seperti apa cara mendidik sebaik-baiknya agar anak didik dapat menjadi anak

yang cerdas, kreatif, dan inovatif sehingga dapat tercapainya tujuan dari

pendidikan.
12

Sesuai Pasal 28 ayat 3 PP 19 tahun 2005 tentang SNP yang dimaksud

dengan kompetensi pedagogic adalah kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik yang meliputi : 1). Pemahaman terhadap peserta didik 2).

Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran 3). Evaluasi hasil belajar dan 4).

Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan sebagai potensi yang

dimilikinya.

Menurut Hoogeveld (Belanda) dalam bukunya Fachruddin Saudagar

& Ali Idrus, pedagogik ialah ilmu yang mempeljari masalah membimbing anak

kearah tujuan tertentu, supaya kelak ia mampu secara mandiri menyelesaikan

tugas hidupnya.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pedagogik adalah ilmu tentang

pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada interaksi edukatif

antara pendidik dengan siswa (Fachruddin Saudagar dkk.2011).

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) yang dimaksud

dengan kompetensi pedagogis adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik

yang meliputi: 1). Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan 2).

Pemahaman tentang peserrta didik 3).Pengembangan kurikulum/silabus 4).

Perancangan pembelajaran 5).Pelaksanaan pembeljaran yang mendidik dan

dialogis 6). Evaluasi hasil belajar dan 7). Pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan sebagai potensi yang dimilikinya. (Jejen Musfah.2012) Jadi,

kompetensi pedagogik adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan

ilmu dan seni mengajar siswa.

Rumusan kompetensi pedagogic didalam Penjelasan Peraturan


13

Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28,

ayat 3 (Tim Redaksi Fokusmedia, 2005) menyebutkan bahwa kompetensi ialah

kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan peserta didik

tersebut. Kemudian kompetensi pedagogic sendiri ialah kemampuan dalam

pengelolaan pembelajaran peserta didik (Fachruddin Saudagar. 2011) yang

meliputi :

1. Pemahaman wawasan

Pemahaman wawasan ini berkaitan dengan pengertian, dasar, fungsi, dan

tujuan pendidikan. Untuk dapat memahaminya guru tersebut memerlukan

pengalamn belajar yang ditinjau dari historis, psikologis, sosiologis, fisiologis

serta fungsi sekolah sebagai lembaga yang berpotensi memajukan masyarakat.

Dengan pemahaman wawasan ini seorang guru dapat dengan baik melaksanakan

profesinya sebagai guru (Zahar Idris.1995)

2. Pemahaman terhadap peserta didik

Setiap peserta didik pasti memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh

karnanya seorang guru harus memahami karakter pserta didik tersebut. Tujuan

memahami karakteristik peserta didik adalah untuk mengukur apakah peserta

didik mampu mencapai tujuan pembelajaran atau tidak. Dengan begitu guru akan

dengan mudah mengetahui minat dan potensi peserta didik dalam pelajaran yang

dipelajari.

3. Perancangan pembelajaran

Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogik


14

yang harus di miliki guru. Kaufman mengatakan dalam buku Harjanto, bahwa

“perencanaan pengajaran adalah suatu proyek tentang apa yang diperlukan dalam

rangka mencapai tujuan abstrak dan bernilai, didalamnya mencakup elemen-

elemen:

a. Mengidentifikasi dan mendokumentasikan kebutuhan

b. Menetukan kebutuhan-kebutuhan yang perlu diprioritaskan

c. Spesifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang diprioritaskan

d. Identifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan

e. Sekuensi yang diperlukan untuk mencapai kebutuhan yang dirasakan

f. Identifikasi strategi alternative yang mungkin alat atau tool untuk melengkapi

tiap persyaratandalam mencapai tiap kebutuhan (Harjanto.2005)

Dalam pembelajaran elemen-elemen tersebut dimasukan kedalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan untuk panduan

pembelajaran.

4. Pelaksanaan pembelajaran

Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal, yaitu:

a. Arsepsi, yang berfungsi untuk mengetahui sejauh mana kesiapan peserta didik

dalam proses belajar mengajar

b. Kegiatan inti, dimaksudkan sebagai kegiatan inti dari pelaksanaan

pembelajaran dan pembentukan potensi peserta didik

c. Kegiatan akhir, pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan

post test. Yang berguna untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi

peserta didik yang telah ditentukan


15

5. Evaluasi proses dan hasil belaja

Tujuan utama evaluasi adalah untuk melihat tingkat keberhasilan,

efektifitas, dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Seain itu digunakan untuk

mengetahui perubahan tingkah laku dan pembentukan kompetensi peserta didik

yang dapat dilakukan melalui:

a. Penilaian kelas, dilakukan untuk kemajuan dan hasil belajar peserta didik,

mendiagnosa kesulitan belajar siswa serta membantu memperbaiki proses

pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.

b. Test kemampuan dasar, dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca,

menulisdan berhitung dalam rangka memperbaiki program pembelajaran

c. Penilaian akhir, dilakukan guna mendapatkan gambaran secara menyeluruh

mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu

d. Benchmarking, dilakukan untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan untuk

mencapai suatu keunggulan yang memuaskan. Penilaian unggulan dapat

ditentukan ditingkat sekolah, daerah atau nasional

e. Penilaian program, untuk mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar,

fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaian dengan tuntutan

perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman.

Dengan demikian berdasarkan pengertian diatas dengan kompetensi

pedagogic ini maka guru mempunyai kemampuan- kemampuan berikut: 1).

Menguasai wawasan / landasan mengajar 2). Menguasai ilmu mengajar 3).

Mengenal siswa 4). Menguasai teori motivasi 5). Mengenal lingkungan

masyarakat 6). Menguasai penyusunan kurikulum/ silabus 8). Menguasai


16

penyusunan RPP 9). Menguasai pengetahuan evaluasi pembelajaran, dll

(Fachruddin Saudagar.2011)

B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sejalan dengan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan,

banyak program inovatif yang muncul kaitannya dengan perubahan paradigma dan

pembaharuan dalam dunia pendidikan. Perubahan paradigma pendidikan tidak

cukup hanya dengan perubahan dalam sektor kurikulum, baik struktur maupun

prosedur perumusannya. Pembaharuan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti

oleh perubahan prkatik pembelajaran baik di luar maupun di dalam kelas.

Indikator perubahan kurikulum ditunjukkan dengan adanya perubahan pola

kegiatan pembelajaran, pemilihan media pembelajaran, penentuan pola

penilaian yang menentukan keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Keberhasilan

implementasi kurikulum akan banyak ditentukan oleh pengetahuan, keterampilan,

dan kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang diembannya, dan

pembelajaran merupakan salah satu tugas yang sangat menentukan keberhasilan

itu.

Pembelajaran akan menjadi sesuatu yang bermakna buat peserta didik

ketika diupayakan melalui sebuah perencanan pembelajaran yang baik dan benar.

Oleh karena itu, keterampilan guru dalam merancang pembelajaran merupakan

sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai

seorang pendidik, pembelajar, dan seorang perancang pembelajaran.

Pembelajaran, secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya untuk


17

membelajarkan siswa dan aktivitas belajar siswa tersebut dapat terjadi dengan

direncanakan (by designed). Perencanaan merupakan aktivitas pendidikan

dimana pembelajaran ada di dalamnya yang secara sadar dirancang untuk

membantu siswa dalam mengembangkan fotensi dirinya melalui sejumlah

kompetensi yang diacunya dalam setiap proses pembelajaran yang diikutinya.

Dengan demikian, inti dari perencanaan pembelajaran adalah proses

memilih, menetapkan dan mengembangkan, pendekatan, metode dan teknik

pembelajaran, menawarkan bahan ajar, menyediakan pengalaman belajar yang

bermakna, serta mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran dalam

mencapai hasil pembelajarannya.

Menurut Nana Sudjana (2000) mengatakan bahwa perencanaan adalah

proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tidakan yang akan

dilakukan pada waktu yang akan datang. Hal senada juga dikemukakan oleh

Hadari Nawawi (1983) bahwa perencanaan berarti menyusun langkah-

langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang

terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Kesimpulannya, efektivitas perencanaan

berkaitan dengan penyusunan rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan, dapat

diukur dengan terpenuhinya apa yang tertuang dalam perumusan perencanaan.

Sementara untuk pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang

dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta

didik untuk memiliki pengalaman belajar. Menurut Mulyani Sumantri (1988)

pembelajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar

bagi peserta didik.


18

Merujuk kepada pemahan di atas, berarti perencanaan pembelajaran pada

dasarnya merupakan pengambilan keputusan yang diwujudkan dalam penyusunan

langkah-langkah untuk pencapaian tujuan pembelajaran agar peserta didik

memiliki pengalaman belajar yang berarti.

Pemahaman secara konseptual berikut ini, diharapakan dapat membantu

anda untuk meningkatkan efektifitas pembuatan perencanaan pembelajaran.

Konsep berikut memiliki dua pemahaman, yaitu pertama proses pengambilan

keputusan dan pengetahuan professional tentang proses pembelajaran, Kedua

keputusan yang diambil oleh guru bisa beragam mulai dari yang sederhana

misalnya pengorganisasian aktivitas kelas, sampai yang komplek misalnya

menentukan apa yang akan dipelajari oleh siswa.

Dalam lingkup yang lebih luas, perencanaan pembelajaran dapat diartikan

sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran,

penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian dalam alokasi

waktu tertentu untuk menapai tujuan yang telah ditentukan.

Dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses,

disebutkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan

pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan

dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam

upaya mencapai Kompetensi Dasar. Menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun

2013 lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum

Pembelajaran, tahapan pertama dalam pembelajaran menurut standar proses adalah

perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan peyusunan Rencana


19

Pelaksanaan Pembelajaran. RPP adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan

secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu mengacu pada silabus.

Lebih lanjut, di dalam Panduan Teknis Penyusunan RPP disebutkan

bahwa RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu

pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok

atau tema tertentu yang mengacu pada silabus untuk mengarahkan kegiatan

pembelajaran siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap

pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan

sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif,

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. RPP

disusun berdasarkan KD atau subtema dan dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan atau lebih.

Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal

tahun pelajaran dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu sebelum

pembelajaran dimulai. Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara

individu maupun berkelompok dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

di suatu kawasan dengan di bawah koordinasi dan supervisi oleh pengawas atau

dinas pendidikan. Kerangka acuan pengembangan RPP adalah sebagai berikut: 1).

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik

dalam upaya mencapai KD. 2). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban

menyusun RPP secara lengkap dan sistematis. 3). RPP disusun untuk setiap KD
20

yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. dan 4). Guru

merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan

penjadwalan di satuan pendidikan.

Pengembangan RPP mengikuti prinsip-prinsip berikut:

1. RPP merupakan terjemahan dari ide kurikulum yang berdasarkan silabus yang

telah dikembangkan pada tingkat nasional ke dalam betuk rancangan

proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran.

2. RPP dikembangkan sesuai dengan yang dinyatakan dalam silabus dengan

kondisi pada satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat,

motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan emosi, maupun gaya belajar.

3. RPP mendorong partisipasi aktif peserta didik.

4. RPP sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik

yang mandiri dan tak berhenti belajar.

5. RPP mengembangkan budaya membaca dan menulis.

6. Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran

membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam bentuk tulisan.

7. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,

pengayaan, remedi, dan umpan balik.

8. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI

dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber

belalajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.

9. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan TIK secara terintegrasi,

sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.


21

C. Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah

digagas dalam rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum

terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Selain itu penataan kurikulum pada

kurikulum 2013 dilakukan sebagai amanah dari UU No.20 tahun 2003 tentang

pendidikan nasional dan peraturan presiden N0. 5 tahun 2010 tentang rencana

pembangunan jangka menengah nasional.

Kurikulum 2013 dikembangkan untuk meningkatkan capaian pendidikan

dengan dua strategi utama, yaitu peningkatan efektifitas pembelajaran pada satuan

pendidikan dan penambahan waktu pembelajaran di sekolah. Efektifitas

pembelajaran dicapai melalui tiga tahap, yaitu:

1. Efektifitas interaksi, akan tercipta dengan adanya harmonisasi iklim akademi

dan budaya sekolah. Efektifitas interaksi dapat terjaga apabila

kesinambungan manajemen dan kepemimpinan pada satuan pendidikan.

2. Efektifitas pemahaman, menjadi bagian penting dalam pencapaian efektifitas

pembelajaran. Efektifitas tersebut dapat dicapai apabila pembelajaran yang

mengedepankan pengalaman personal siswa melalui observasi, asosiasi,

bertanya, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.

3. Efektivitas penyerapan, dapat tercipta manakala adanya kesinambungan

pembelajaran horizonta dan vertikal.

Penerapan kurikulum 2013 diimplementasikan adanya penambahan jam

pelajaran, hal tersebut sebagai akibat dari adanya perubahan proses pembelajaran
22

yang semula dari siswa diberi tahu menjadi siswa yang mencari tahu. Selain itu,

akan merubah pula proses penialaiayang semula berbasis output menjadi berbasis

proses dan output.

Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan

keseimbangan antara kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Hal itu

sejalan dengan amanat UU no.20 tahun 2003 sebagai mana tersurat dalam

penjelasan pasal 35: “kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan

lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan

standar yang telah disepakati”. Hal ini sejalan pula dengan pengembangan

kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan

mencangkup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu

Empat faktor yang menjadi alasan pengembangan kurikulum 2013: 1).

Tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan

hidup, kemajuan teknologi informasi, kovergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi

berbasis ilmu pengetahuan. 2). Kompetensi masa depan yang diantaranya meliputi

kemampuan berkomunikasi, kemampuan berfikir jernih dan kritis, kemampuan

mempertimbangkan segi moral, kemampuan menjadi kewarganegaraan yang

efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan

yang berbeda. 3). Fenomena sosial yang mengemuka, seperti perkelahian pelajar,

narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak

sosial (social unrest). 4). Persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini

terlalu menitik beratkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan

kurang bermuatan karakter.


23

Kurikulum 2013 sudah di implementasikan pada tahun pelajaran

2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan

secara resmi pada tanggal 15 juli 2013. Perbedaan kurikulum 2013 dengan KTSP,

sebagai berikut:

Tabel 3.1 : Perbedaan Kurikulum 2013 dengan KTSP


No Kurikulum 2013 KTSP
1. SKL (Standar Kompetensi Lulusan)
1 ditentukan terlebih dahulu, melalui Standar isi ditentukan terlebih
permendikbud No.54 Tahun 2013. dahulu melalui permendiknas No.
Setelah itu baru ditentukan Standar 22 tahun 2006. Setelah itu
isi, yang berbentuk kerangka dasar ditentukan SKL melalui
kurikulum, yang dituangkan dalam permendiknas No. 23 Tahun
permendikbud No. 67, 68, 69, dan 2006.
70 tahun 2013.
2. Aspek kompetensi lulusan ada
2 keseimbangan soft skill dan hard
Lebih menekankan pada aspek
skill yang meliputi aspek
pengetahuan
kompetensi sikap, keterampilan,
dan pengetahuan.
3. Dijenjang SD tematik terpadu Di jenjang SD tematik terpadu
3 untuk kelas I-IV untuk kelas I-III
4 Jumlah jam pelajaran perminggu Jumlah jam pelajaran lebih sedikit
4. lebih banyak dan jumlah mata dan jumlah mata pelajaraan lebih
pelajaran lebih sedikit dibanding banyak dibanding dengan
KTSP kurikulum 2013
5. 5 Proses pembelajaran setiap tema di Standar proses dalam
jenjang SD dan semua mata pembelajaran terdiri dari
pelajaran di jenjang Eksplorasi, Elaborasi, dan
SMP/SMA/SMK di lakukan Konfirmasi.
dengan pendekatan ilmiah (saintific
approach), yaitu standar proses
dalam pembelajaran terdiri dari
mengamati, menanya, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta.
6. 6 TIK (Teknologi Informasi dan TIK sebagai mata pelajaran
Komunikasi) bukan sebagai mata
pelajaran, melainkan sebagai media
pembelajaran
7. 7 Standar penilaian menggunakan Penilaian lebih dominan pada
penilaian otentik, yaitu mengukur aspek pengetahuan
24

semua kompetensi sikap,


keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil
8. 8 Pramuka menjadi ekstra kulikuler Pramuka bukan ekstra kulikuler
wajib wajib
9. 9 Permintaan (penjurusan) mulai Penjurusan mulai kelas IX
kelas X untuk jenjang SMA/MA
10. 10 BK lebih menekankan BK lebih pada menyelesaikan
pengembangan potens siswa masalah siswa

Itulah beberapa perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP. Walaupun

keliatannya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara kurikulum 2013 dengan

KTSP, namun sebenarnya terdapat kesamaan ESENSI kurikulum 2013 dengan

KTSP. Misalnya pendekatan ilmiah (saintific approach) yang pada hakikatnya

adalah pembelajaran berpusatnya pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan

menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan

pendekatan keterampilan proses (PKP). Masalah pendekatan sebenarnya bukan

bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas.

Bisa jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan dikurikulum 2013 akan bernasip

sama dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila seorang guru tidak

paham dan tidak bisa menerapkan dalam pembelajaran di kelas.

D. Supervisi Akademik

Secara bahasa, kata supervisi berasal dari kata bahasa Inggris supervision

yang berarti pengawasan (Tim,2001). Kata ini berasal dari dua kata super dan

vision yang berarti melihat, mengontrol, dengan teliti pekerjaan secara

keseluruhan (Thaib, 2005).

Sedang menurut istilah, pengertian supervisi mula-mula dimaknai secara


25

tradisional yaitu sebagai suatu pekerjaan menginspeksi, memeriksa, dan

mengawasi dengan mencari-cari kesalahan melalui cara memata-matai dalam

rangka perbaikan pekerjaan yang telah diberikan. Kemudian berkembang

pemahaman supervisi yang bersifat ilmiah dengan ciri-ciri sebagaiberikut

(Sahertian, 2000): 1). Sistematis, artinya supervisi dilaksanakan secara terencana,

teratur, dan terus-menerus (kontinyu). 2). Obyektif, artinya supervisi dilaksanakan

dari data hasil observasi yang dilaksanakan sebelumnya. 3). Menggunakan alat

yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk dapat melakukan

langkah tindak lanjut menuju perbaikan di masa yang akan datang.

Secara gaya bahasa (etimologi) kata supervisi berasal dari kata super

yang artinya mempunyai kelebihan tertentu diatas rata-rata seperti kelebihan

dalam kedudukan, pangkat, jabatan dan kualias, keahlian sedang visi artinya

memandang, melihat, memantau atau mengawasi.

Menurut Burhanudin dan Mulyasa supervisi adalah mengawasi,

memandang, memantau dan menilai yang dilakukan oleh pejabat atasan terhadap

aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahannya

Supervisi akademik merupakan bagian dari supervisi pendidikan yang

menitikberatkan pada upaya memberi bantuan meningkatkan mutu pembelajaran

dan profesional guru sebagai pengelola proses belajar mengajar di kelas.

Menurut Muslim (2010) supervisi akademik adalah serangkaian usaha

pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang

diberikan oleh supervisor (kepala sekolah, penilik sekolah dan pembina

lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar”.Sementara


26

itu Neagley dan Evans (1980: 20) menyatakan bahwa “supervision

isconsidered as any service for teachers that eventually result in

improvinginstruction, learning, and the curriculum”.

Boardmab dalam Arikunto (2006: 12), menyatakan bahwa supervisi

akademik bukan hanya membantu guru dalam memahami pendidikan dan apa

peran sekolah dalam mencapai tujuannya, tapi juga membantu guru dalam

memahami keadaan dan kebutuhan siswanya, sebagai dasar analisis dalam

menyusun rencana pembelajaran secara tepat. Disamping itu, supervisi membantu

guru agar memiliki kemampuan dalam mengembangkan kecakapan pribadi.

Supervisi juga bertujuan membentuk moral kelompok yang kuat dan

mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan

bersahabat serta saling menghargai satu sama lainnya. Makna lain yang

terkandung dalam definisi tersebut adalah bahwa supervisi dimaksudkan untuk

membantu guru dalam memberi pengertian kepada masyarakat mengenai

program yang sudah ada dan direncanakan oleh sekolah agar masyarakat dapat

mengerti dan membantu usaha sekolah. Intinya, supervisi akademik menurut

Bordmab adalah bantuan kepada guru dalam meningkatkan pemahaman dan

kecakapan kompetensi profesional tenaga pendidik, agar berhasil mencapai tujuan

pendidikan. (Arikunto:2006).

Menurut Mulyasa (2003) supervisi akademik merupakan suatu proses

yang dirancang secara khusus untuk membantu guru meningkatkan

pengetahuannya dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih

baik pada orang tua, peserta didik dan sekolah serta berupaya menjadikan sekolah
27

sebagai masyarakat belajar yang efektif.

Berdasarkan beberapa rumusan pengertian supervisi akademik dari para

pakar tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian supervisi akademik

adalah kegiatan berupa bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh supervisor,

yaitu pengawas sekolah dan kepala sekolah kepada guru dalam meningkatkan

kinerjanya dan kemampuan pengelolaan pembelajaran sehingga akan mendorong

peningkatan prestasi belajar peserta didik yang pada akhirnya dapat meningkatkan

mutu pendidikan.

Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan

kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik.

Pengembangan kemampuan guru mencapai tujuan pembelajaran selain

ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru mengajar, juga

pada peningkatan komitmen (commitment) kemauan (willingness) dan motivasi

(motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja

guru, kualitas pembelajaran akan lebih meningkat (Sudjana, 2011).

Melalui supervisi akademik guru hendaknya menguasai kompetensi yang

harus dimilikinya yakni kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi

pedagogik dan kompetensi profesional sebagaimana dituangkan dalam

Permendiknas Nomor 16 tahun 2007. Dikatakan pembelajaran yang mendidik agar

guru sadar bahwa tugas yang dibebankan kepada dirinya bukan semata-mata

mengembangkan kecerdasan intelektual tetapi juga mengembangkan nilai-nilai

moral, sosial, religi sebagai bagian integral dan proses pembelajaran. Dengan kata

lain menciptakan proses pembelajaran yang menumbuhkan kedewasaan


28

intelektual, moral, sosial dan emosional pesera didik.

Supervisi akademik diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan

kualitas pembelajaran melalui pemantauan dan penilaian kegiatan proses belajar

dan proses mengajar di sekolah agar diketahui sejauhmana tercapainya tujuan

pembelajaran. Pemantauan dan penilaian bisa dilakukan melalui kunjungan

dan observasi-kelas pada saat guru melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran

dikatakan berkualitas apabila peserta didik melakukan aktivitas belajar yang

mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif dan menyenangkan

serta mencapai hasil belajar yang optimal sehingga peserta didik mampu

memecahkan masalah yang dihadapinya dan memiliki rasa keingintahuan lebih

lanjut.

Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru

menggunakan seluruh kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran,

mendorong guru untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuannya, serta

mendorong guru agar bisa memiliki perhatian yang sungguh-sungguh

(commitment) terhadap tugas dan tanggung jawab profesinya.


29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian

kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang membutuhkan pemahaman,

pengertian yang mendalam dan menyeluruh. Hal ini disebabkan karena

berhubungan dengan obyek yang diteliti untuk menjawab permasalahan dengan

mendapatkan data-data kemudian dianalisis dan mendapatkan kesimpulan

penelitian dalam situasi dan kondisi tertentu

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif sebab dalam melakukan

tindakan kepada subyek penelitian, yang sangat diutamakan adalah

mengungkapkan makna; yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya

meningkatkan motivasi kegairahan dan prestasi belajar melalui tindakan yang

dilakukan (Wahid Murni dkk.2008)

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan

sekolah (PTS). Penelitian tindakan sekolah (PTS) merupakan upaya untuk

meningkatkan kinerja sistem pendidikan, dan mengembangkan manajemen

sekolah agar menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien. Dengan bersandar pada

pendapat Stringer (1996) yang mengartikan penelitian tindakan sebagai

“diciplined inquiry (research) which seeks focused efforts to improve the quality

of people’s organizational, community and family lives”. Dengan demikian PTS

dapat diartikan sebagai sebuah upaya untuk memperbaiki kondisi dan

29
30

memecahkan berbagai persoalan pendidikan yang dihadapi di sekolah. Pengertian

tersebut menunjuk pada dua kata kunci yang minimal salah satunya harus ada

dalam PTS, yaitu pemecahan masalah (problem solving) dan peningkatan

(improvement) kinerja sistem pendidikan serta manajemen sekolah yang secara

keseluruhan akan berdampak pada peningkatan mutu.

Penelitian tindakan adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis,

dan penyimpulan data dari suatu jenis dan isi tindakan yang sengaja direncanakan

dan dilaksanakan untuk memperbaiki metode kerja yang efektif dalam

melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya (Nana Sujana, 2010).

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) adalah tindakan ilmiah yang

dilakukan kepala sekolah untuk memecahkan masalah di sekolah yang dibinanya

(Mills, 2003; Stringer, 2004; Glickman etr al., 2007; Hopkins, 2008). PTS adalah

penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti (umumnya juga praktisi) di sekolah

untuk membuat peneliti lebih profesional terhadap pekerjaannya, memperbaiki

praktik-praktik kerja, dan melakukan inovasi sekolah serta mengembangkan ilmu

pengetahuan terapan (professional knowledge).

Berdasarkan definisi tersebut, maka ciri utama PTS adalah melakukan

tindakan nyata untuk memperbaiki situasi atau melakukan inovasi sekolah dalam

upaya meningkatkan mutu pembelajaran sehingga mampu menghasilkan siswa

yang berpikir kritis, kreatif, inovatif, cakap dalam menyelesaikan masalah, dan

bernaluri kewirausahaan

29
31

B. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini di laksanakan di SMA Negeri 1 Pujer

dengan alamat Jalan Raya Bondowoso No.01 Pujer; Kodepos: 68271;

Desa/kelurahan: Kejayan; Kecamatan Pujer Kabupaten Bondowoso. Adapaun

alasan memlihh lokasi tersebut karena penelitia adalah kepala SMA Negeri 1

Pujer.

C. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yang menjadi

alat utamanya adalah (Human tools), artinya melibatkan penelitiannya sendiri

sebagai instrumen dengan memperhatikan kemampuan peneliti dalam hal

bertanya, mengamati, melacak, memaham dan mengabstraksikan sebagai alat

penting yang tidak dapat diganti dengan cara lain (Wahid Murni.2008).

Kehadiran peneliti bertujuan menciptakan hubungan yang baik dengan

subyek penelitian, disini peneliti secara terbuka atau terang-terangan bertindak

melalui pengamatan partispatif yakni pengamatan dimana peneliti terlibat

langsung dalam kegiatan subyek.(Iskandar.2009), Oleh karena itu, kehadiran

peneliti adalah mutlak, lebih-lebih dalam penelitian tindakan kelas (PTK) peneliti

selain sebagai pelaku tindakan juga bertugas sebagai pengamat aktifitas peserta

didik dalam proses Supervisi Akademik dengan pedampingan individu

terprogram.
32

D. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini di laksanakan selama 3 bulan yaitu pada

bulan Februari sampai dengan April 2018. adapun jadwal penelitian dapat dilihat

dalam tabel berikut :

Tabel 3.1 : Jadwal pelaksanaan Penelitian


Bulan / Minggu ke
No Kegitaan Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal x x
2 Mengajukan Ijin x
3 Merancang Penelitian Pada Siklus I x
4 Pelaksanaan Penelitian Siklus I x x
5 Refleksi Pelaksnaan pada Siklus I x
6 Merancang Penelitian pada Siklus II x x
7 Pelaksanaan Penelitian Siklus I x x
8 Refleksi Pelaksnaan pada Siklus I x
9 Menyusun Laporan Penelitian x x

E. Subyek Penelitian

Adapaun subyek penielitian tindakan sekolah ini adalah semua guru

kelas X SMA Negeri 1 Pujer pada semester genap Tahun Pelajaran 2017/2018.

F. Sumber data

Sumber Data dalam penelitian tindakan kelas (PTS) ini adalah Hasil

supervisi administrasi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kurikulum 2013

.
33

G. Teknik Analisis Data dan Alat pegumpul data

1. Teknik Analisis data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara,

observasi, dan diskusi.

a) Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang

pemahaman guru terhadap RPP Kurikulum 2013.

b) Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui

kompetensi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

dengan lengkap.

c) Diskusi dilakukan antara peneliti dengan guru

2. Alat pegumpul data

Alat pengumpulan data dalam PTS ini sebagai berikut.

a) Wawancara menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui

kemampuan awal yang dimiliki guru tentang Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Kurikulum 2013.

b) Observasi menggunakan lembar observasi untuk mengetahui komponen

RPP Kurikulum 2013 yang telah dibuat dan yang belum dibuat oleh guru

.Diskusi dilakukan dengan maksud untuk sharing pendapat antara

peneliti dengan guru

H. Desain Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ada empat tahap yang

lazim dilalui yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4)


34

refleksi. Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut di atas adalah unsur

untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, yang

kembali ke langkah semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap penyusunan

rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi (Suharsimi

Arikunto, dkk. 2012). Model ini dapat digambarkan sebagai berikut :

..

Gambar 3.1 : Ranacanagan penelitian tindakan sekolah

1. Rencana : Tindakan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan

kompetensi guru dalam menyusun RPP secara lengkap.

Solusinya yaitu dengan melakukan : a) wawancara dengan guru

dengan menyiapkan lembar wawancara, b) Diskusi dalam

suasana yang menyenangkan dan c) memberikan pendampingan

dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 secara lengkap.


35

2. Pelaksanaan: Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya meningkatkan

kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013yang

lengkap yaitu dengan memberikan pendampingan pada guru

sekolah sendiri .

3. Observasi: Peneliti melakukan pengamatan terhadap RPP Kurikulum 2013

yang telah dibuat untuk memotret seberapa jauh kemampuan

guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 dengan lengkap,

hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilaksanakan oleh

guru dalam mencapai sasaran. Selain itu juga peneliti mencatat

hal-hal yang terjadi dalam pertemuan dan wawancara. Rekaman

dari pertemuan dan wawancara akan digunakan untuk analisis

dan komentar kemudian.

4. Refleksi: Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil

dari refleksi ini, peneliti bersama guru melaksanakan revisi atau

perbaikan terhadap RPP Kurikulum 2013 yang telah disusun

agar sesuai dengan rencana awal yang mungkin saja masih bisa

sesuai dengan yang peneliti inginkan.

I. Indikator Keberhasilan Penelitian

Peneliti mengharapkan secara rinci indikator pencapaian hasil paling

rendah 78 % guru membuat kesembilan komponen Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran sebagai berikut.


36

1. Komponen identitas mata pelajaran diharapkan ketercapaiannya 100%.

2. Komponen kompetensi inti diharapkan ketercapaiannya 85%.

3. Komponen kompetensi dasar diharapkan ketercapaiannya 85%.

4. Komponen indikator pencapaian kompetensi diharapkan ketercapaiannya

75%.

5. Komponen materi pembelajaran diharapkan kecercapaian 75%.

6. Komponen alokasi waktu diharapkan ketercapaiannya 75%.

7. Komponen langkah-langkah kegiatan pembelajaran diharapkan

ketercapaiannya 70%.

8. Komponen sumber belajar diharapkan ketercapaiannya 70%.

9. Komponen penilaian diharapkan ketercapaiannya 75%


37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Siklus I

Sesuai dengan desain penelitian tindakan sekolah maka pada siklus I

dilaksankan kegiatan sebagai berikut : 1). Menyusun rencana pelaksanaan

supervisi Akademik melalui kegiatan pedampinagn 2). Merancang Skenario

pelaksanaan supervisi Akademik melalui kegiatan pedampinagn 3). Merancang

alat pegumpul data dan observasi pelaksanaan penelitian tindakan sekolah.

Berdasarkan Hasil pelaksanaan supervisi oleh penelitia atau kepala

sekolah pada siklus I diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.1 : Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Pada Siklus I


NILAI SETIAP KOMPOTEN KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

SKOR 148 156 158 149 158 149 148 148 143 139 142 142
66 70 71 67 71 67 66 66 64 62 63 63
PROSENTASE % % % % % % % % % % % %
KRITERIA C C B C B C C C C C C C

RATA2
PROSENTASE
66%
KRITERIA
RATA -RATA
C (Cukup)
Sumber Rekap Hasil supervisi Pada Siklus I ( Lampiran 4)

Dari data analisis hasil pelaksnaan supervisi pada siklus I dapat digambarakan

sebagai berikut di bawah ini :

37
38

HASIL SUPERVISI PADA SIKLUS I


72%
70%
68%
PROSENTASE

66%
B. 64%
Pembahasan
62%
60%
58%
56%

Gambar 4.1 : Hasil Supervisi Pada siklus I

Berdasarkan hasil supervisi melalui Pedampingan terprogram pada

siklus I untuk tiap – tiap komponen dari 14 orang guru SMA Negeri pujer

diperoleh data yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Komponen Persiapan pembelajaran, pada komponen ini diperoleh rata- rata

prosentase 66% atau kriteria C

2. Komponen Apersepsi diperoleh rata - rata sebesar 70% atau kriteria C

3. Komponen Kesuaian materi dengan tujuan pembelajaran diperoleh rata-rata

sebesar 71% atau B

4. Komponen Penguasaan materi diperoleh rata –rata sebesar 67 atau kriteria C

5. Komponen Strategi pembelajaran yang dipakai diperoleh rata –rata sebesar

71 atau kriteriaB

6. Komponen Metode yang digunakan guru diperoleh rata-rata sebesar 67 atau

Kriteria C
39

7. Komponen Media yang digunkan dalam KBM diperoleh rata-rata sebesar

66% atau kriteria C

8. Komponen Manajemen/pengelolahan kelas diperoleh rata-rata 66% atau

kriteria C

9. Komponen pemberian Motivasi kepada siswa dalam PBM diperoleh rata-rata

sebesr 64% atau kriteria C

10. Komponen Nada dan Suara dalam penyampaian materi diperoleh rata-rata

sebesar 62% atau kriteria C

11. Komponen penggunaan bahasa dalam pelaksanaan KBM guru dikelas

siperoleh rata-rata sebesar 63% atau kriteria C

12. Komponen Gaya dan sikap Guru dalam pelaksanaan KBM dikels diperoleh

rata –rata sebesar 63% atau kriteria C

Refleksi pelaksanaan supervisi akademik yang dilaksanakan pada siklus

I berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan langsung

oleh kepala sekolah sebagai observer diperoleh data sebagai berikut

1. Guru kurang dalam mempersiapkan persiapan pembelajaran seperti, tepat

waktu masuk kelas, mengecek kebersihan kelas, dan membiasakan

mengabsen siswa sebelum memulai kegiatan pembelajaran.

2. Masih banyak guru yang tidak mengunakan media pembelajaran

3. Nada dan suara guru dalam menyampaiakn materi masih kurang keras dan

kurang bisa diterima oleh siswa.

4. Masih banyak guru yang kurang dapat membuat manajemen kelas sehingga

masih terdapat siswa yang kurang memperhatikan dalam kegiatan KBM


40

Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dari hasil supervisi

pelaksanaan pembelajaran dengan pedampingan individu terprogram di peroleh

rata-rata nilai pelaksanaan pembelajaran 66% atau dalam kriteria C (cukup)

berdasarkan. Temuan hasil refleksi dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I ini

akan digunakan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada siklus II

SIKLUS II

Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan penelitian pada siklus I , maka

disusunlah kegiatan sebagai berikut : 1). Menyusun rencana pelaksanaan

Pembelajaran pada siklus II 2). Merancang Skenario pelaksanaan supervisi

Akademik melalui kegiatan pedampinagn 3). Merancang alat pegumpul data dan

observasi pelaksanaan penelitian tindakan sekolah .

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus II diperoleh

data sebagai berikut :

Tabel 4.2 : Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Pada Siklus II


% NILAI SETIAP KOMPOTEN KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

SKOR 197 206 184 192 192 185 161 206 206 181 157 158

PROSENTASE 88% 92% 82% 86% 86% 83% 72% 92% 92% 81% 70% 71%
KRITERIA A A B A A B B A A B B B
RATA2
PROSENTASE 83%
KRITERIA
RATA -RATA B (Baik)
Sumber Rekap Hasil supervisi Pada Siklus II ( Lampiran 5)

Dari data analisis hasil pelaksnaan supervisi pada siklus I dapat digambarakan

sebagai berikut di bawah ini :


41

HASIL SUPERVISI PADA SIKLUS II


72%
70%
68%
PROSENTASE

66%
64%
62%
60%
58%
56%

Gambar 4.2 : Hasil Supervisi Pada siklus II

Berdasarkan hasil supervisi melalui Pedampingan terprogram pada

siklus I untuk tiap – tiap komponen dari 14 orang guru SMA Negeri pujer

diperoleh data yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Komponen Persiapan pembelajaran, pada komponen ini diperoleh rata- rata

prosentase 88% atau kriteria A

2. Komponen Apersepsi diperoleh rata - rata sebesar 92% atau kriteria A

3. Komponen Kesuaian materi dengan tujuan pembelajaran diperoleh rata-rata

sebesar 82% atau B

4. Komponen Penguasaan materi diperoleh rata –rata sebesar 86% atau kriteria

5. Komponen Strategi pembelajaran yang dipakai diperoleh rata –rata sebesar

86 atau kriteria A

6. Komponen Metode yang digunakan guru diperoleh rata-rata sebesar 83 atau

Kriteria B
42

7. Komponen Media yang digunkan dalam KBM diperoleh rata-rata sebesar

72% atau kriteria B

8. Komponen Manajemen/pengelolahan kelas diperoleh rata-rata 92% atau

kriteria A

9. Komponen pemberian Motivasi kepada siswa dalam PBM diperoleh rata-rata

sebesr 92% atau kriteria A

10. Komponen Nada dan Suara dalam penyampaian materi diperoleh rata-rata

sebesar 80% atau kriteria B

11. Komponen penggunaan bahasa dalam pelaksanaan KBM guru dikelas

siperoleh rata-rata sebesar 70% atau kriteria B

12. Komponen Gaya dan sikap Guru dalam pelaksanaan KBM dikels diperoleh

rata –rata sebesar 71% atau kriteria B

Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dari hasil supervisi

pelaksanaan pembelajaran dengan pedampingan individu terprogram di peroleh

rata-rata nilai pelaksanaan pembelajaran 83% atau dalam kriteria B (Baik)


43

B Pembahasan

Hasil pelaksanaan supervisi akademik yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.3 : Hasil Pelaksanaan Supervisi Pada Tiap Siklus


SIKLUS I SIKLUS II
No. Uraian Aspek PENINGKATAN
Ketercapaian Kategori Ketercapaian Kategori
1. Persiapan 66% C 88% A 22%

2. Apersepsi 70% C 92% A 22%

3. Relevansi materi dengan tujuan pembelajaran 71% B 82% B 12%

4. Penguasaan materi 67% C 86% A 19%

5. Strategi Belajar (eksplorasi, elaborasi, dan 71% B 86% A 15%

6. Metode 67% C 83% B 16%

7. Media 66% C 72% B 6%

8. Manajemen kelas 66% C 92% A 26%

9. Pemberian motivasi kepada siswa 64% C 92% A 28%

10. Nada dan Suara 62% C 81% B 19%

43
44

11. Penggunaan Bahasa 63% C 70% B 7%

12. Gaya dan Sikap Perilaku 63% C 71% B 7%

RATA - RATA PROSENTASE 66% C 83% B 17%


Sumber Rekapitulasi hasil supervisi Tiap siklus ( Lampiran 6)

Dari data tersebut diatas dapat digambarkan sebagai berikut :

HASIL SUPERVISI TIAP SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

100%
80%
PROSENTASE

60%
40%
20%
0%

KOMPENEN YANG DISUPERVISI

Gambar 4.3 : Repitulasi Hasil Supervisi Setiap Siklus

44
45

Dari data rekapituali hasi supervisi pada siklus I dan siklus 2 dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Komponen Persiapan pembelajaran, pada komponen ini pada siklus I

diperoleh Prosentase 66% pada Siklus II Meningkat menjadi 88% atau

megalami peningkatan sebesar 22%

2. Komponen Apersepsi pada siklus I sebesar 70% pada siklus II meningkat

menjadi 92% atau mengalami peningkatan sebesar 22%

3. Komponen Kesuaian materi dengan tujuan pembelajaran pada siklus I

diperoleh prosentase sebesar 71% pada siklus II meningkat menjadi 82%

atau mengalami peningkatan sebesar 12%

4. Komponen Penguasaan materi pada siklus I diperoleh prosentase 67% pada

siklus II meningkat menjadi 86% atau mengalami peningkatan sebesar 19%.

5. Komponen Strategi pembelajaran pada siklus I diperoleh prosentase sebesar

71 pada siklus dua meningkat menjadi 86% atau mengalami peningkatan

sebesar 15%

6. Komponen Metode yang digunakan guru pada siklus diperoleh rprosentase

67% pada siklus II meningkat menjadi 83% atau mengalami peningkatan

sebesar 16%

7. Komponen Media yang digunkan dalam KBM pada siklus I prosentase

sebesar 66% pada siklus II meningkat menjadi 72% atau mengalami

peningkatan sebesar 6%
46

8. Komponen Manajemen/pengelolahan kelas pada siklus I diperoleh prosentase

66% pada siklus II meningkat menjadi 92% atau megalami peningkatan

sebesar 26%

9. Komponen pemberian Motivasi kepada siswa dalam PBM pada siklus I

diperoleh prosentase sebesar 64% pada siklus II meningkat menjadi 92%

atau meningkat sebesar 26%

10. Komponen Nada dan Suara dalam penyampaian materi pada siklus I

diperoleh prosentase sebesar 62% pada siklus II meningkat menjadi 81%

atau mengalami peningkatan sebesar 19%

11. Komponen penggunaan bahasa dalam pelaksanaan KBM guru dikelas pada

siklus I diperoleh prosentase sebesar 63% pada siklus II meningkat menjadi

70% atau meningkat sebesar 7%

12. Komponen Gaya dan sikap Guru dalam pelaksanaan KBM dikels pada siklus

I diperoleh prosentase sebesar 63% pada siklus II meningkat menjadi 71%

atau mengalami penngkatan sebesar 7%.


47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulakan kalau

pelaksanan Supervisi Akademik Dengan Pendampingan Indidual Terprogram

dapat meningkatkan kompetensi pendagogik guru,hal ini dapat dilihat dari rata –

rata prosentase hasil supervisi dari Siklus I rata rata prosentase kompetensi

pendagogik guru sebesar 66% atau dalam katagori cukup (C), sedngkan pada

siklus II meningkat menjadi sebesar 83% atau katagori baik (B) atau dapat

dikatakan pelaksnaan supervisi Akademik dengan pendampingan individual

terprogram dari Siklus I ke siklus II meningkat sebesar 23%.

B. Saran

Kepada Guru SMK Negeri 1 Pujer Pada Umumnya dan Guru Kelas X

pada khususnya Disarankan :

1. Agar mengoptimalkan perannya sebagai perencana, pengorganisir, dan

penilai pembelajaran yang handal. Khusus dalam peran sebagai perencana

pembelajaran, diharapkan bisa menjadi penemu model rencana pembelajaran

baru yang lebih efektif.

2. Agar proses pembelajaran maksimal walaupun guru menerapkan Teknologi,

Informasi dan Komunikasi (TIK) namun tidak lupa guru menyiapkan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan baik.

47
48

3. Agar terus mengembangkan kompetensi pedagogiknya, baik melalui

pendidikan formal, informal, maupun non formal atas keinginan sendiri atau

saat disertakan dalam kegiatan-kegiatan pengembangan profesi dalam jabatan

(in service training) berbagai kegiatan diklat, seminar, workshop dan lain-

lain.

4. Kegiatan supervisi akademik sangat baik dilakukan untuk membina guru

meningkatkan kompetensinya. Sebaiknya kegiatan ini dilaksanakan secara

terencana dan berkesinambungan.


49

DAFTAR PUSTAKA

Asep jihad dkk (2013). Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Airlangga

Ahmad Sahar. (2015) Efektivitas Pelaksanaan Supervisi Akademik Pengawas


Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Pai SdDi Kecamatan
Prambanan Sleman. Surakarta. Institut Agama Islam Negeri Surakarta

BSNP. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia


Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru. Jakarta : BSNP.

Depdiknas. (2003). Revitalisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).


Jakarta : Program Pendidikan Menengah Umum.

Depdiknas. (2008). Pedoman Penelitian Tindakan Sekolah (School Action


Research) Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah Jakarta :
Dirjen PMPTK.

Fachruddin Saudagar & Ali Idrus (2011). Pengembangan Profesionalitas Guru.


Jakarta: GP Press,

Fachruddin Saudagar, dkk (2011) Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta:


GP Press

Harjanto. (2005) Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta

Makmun, Abin Syamsudin. (2005). Psikologi Kependidikan, Perangkat Sistem


Pengajaran Modul. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mahmud, (2011) Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia

Panitia Pelaksana Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 10 Jawa Barat.
(2009). Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG),
Pengawas. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun


2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan.

Roestiyah (1989). Masalah-maslah Ilmu Keguruan. Jakarta: BINA AKSARA

49
50

Sagala, H. Syaiful. (2006). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung :


Alfabeta.

Sudjana, H. Nana. (2009). Penelitian Tindakan Kepengawasan, Konsep dan


Aplikasinya bagi Pengawas Sekolah. Jakarta : Binamitra Publishing.

Sukardi, (2007) Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara

Trianto,(2011) Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action


Research) Teori & Praktik, Jakarta: Prestasi Putrakarya,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan


Dosen.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional.

Wardani, IGAK, dkk. ((2007). Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi Pokok
IDIK4008/2SKS/MODUL 1-6. Jakarta : Universitas Terbuka

Windarto (2014) . Penyusunan Rpp Pada Kurikulum 2013. Yogyakarta


LPPMP Universitas Negeri Yogyakarta

Wahid Murni.(2008) Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum


dari Teori Menuju Praktek, .Malang: UM Press

Jejen Musfah.(2012). Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta: Kencana Prenada


Media Grup.

Anda mungkin juga menyukai