JUDUL PROGRAM
INKUBATOR ALAM sebagai solusi Penyediaan Inkubator Pada Daerah 3T
BIDANG KEGIATAN
PKM KARSA CIPTA
Diusulkan oleh :
Ferdy Winanta Eka Saputra NIM 20130130134 angkatan 2013
Yusuf Susanto NIM 20130310140 angkatan 2013
Angga Ardinista NIM 20130130026 angkatan 2013
Dwi Verdi Firmansyah NIM 20130120140 angkatan 2013
Henry Yunanto D.C NIM 20130130029 angkatan 2015
i
PENGESAHAN USULAN PKM-KARSA CIPTA
Menyetujui
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Ketua Pelaksana Kegiatan
dan Kerjasama Fakultas Teknik
(Sri Atmaja P. Rosyidi, Ph. D.) (Rama Okta Wiyagi, S.T., M.Eng.)
NIK. 19780415 200004 123 046 NIDN. 0517108602
ii
DAFTAR ISI
iii
RINGKASAN
Kelahiran bayi yang prematur adalah penyebab utama meninggalnya bayi yang baru
lahir dibawah usia 4 minggu dan penyebab kedua setelah pneumonia untuk anak dibawah
5 tahun. Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, Angka
Kelahiran Bayi (AKB) di Indonesia adalah 34/1000 Kelahiran Hidup (KH). Apabila
dibandingkan dengan target dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun
2015, yaitu 17/1000 KH, ternyata AKB di Indonesia masih sangat tinggi. Ini memang
bukan gambaran yang baik karena masih terbilang tinggi bila dibandingkan degan negara-
negara di Asia Tenggara.
Terciptanya inovasi baru prototype INKUBATOR ALAM yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan dasar perawatan bayi didaerah 3T (Tertinggal, Terluar,dan
Terdepan) dengan pemanfaatan energi panas matahari yang sangat potensial di daerah
tropis. Dalam pembuatan INKUBATOR ALAM ini menggunakan solar water heater
sebagai kolektor panas yang dikumpulkan dari enegi panas matahari untuk menaikkan
temperatur ruangan INKUBATOR ALAM yang disesuaikan dengan temperatur bayi.
Kemudian setelah implementasi alat terpenuhi dan langkah terakhir adalah prosedur
validasi alat berupa pengujian alat secara menyeluruh.
Dalam kegiatan ini diharapkan INKUBATOR ALAM menjadi alat yang mampu
membantu masyarakat di daerah 3T (Tertinggal,Terluar, Terdepan) bekerja menggunakan
energi bersih mandiri serta ramah lingkungan. Sekaligus menjadi solusi penyediaan
inkubator pada daerah 3T (Tertinggal, Terluar,Terdepan ).
Kata kunci : Solar water heater, Inkubator, Bayi prematur, Kebutuhan dasar bayi prematur
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelahiran bayi yang prematur adalah penyebab utama meninggalnya bayi yang
baru lahir dibawah usia 4 minggu dan penyebab kedua setelah pneumonia untuk anak
dibawah 5 tahun. Menurut data statistik WHO tahun 2013, kurang lebih 1.5 juta bayi
terlahir prematur setiap tahunnya di dunia, jumlah ini terus bertambah setiap tahunnya.
Indonesia berada dalam urutan ke 5 dari 10 negara dengan jumlah bayi prematur
terbanyak di dunia [1]. Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2007, Angka Kelahiran Bayi (AKB) di Indonesia adalah 34/1000 Kelahiran
Hidup (KH). Apabila dibandingkan dengan target dalam Millenium Development Goals
(MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 17/1000 KH, ternyata AKB di Indonesia masih sangat
tinggi . Ini memang bukan gambaran yang baik karena masih terbilang tinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara [2]. Persoalan fasilitas yang
mendukung untuk pemenuhan kebutuhan bayi prematur menjadi hal yang sangat
penting seperti kebutuhan akan peralatan inkubator, namun beberapa daerah di
Indonesia hingga saat ini belum terjangkau pasokan listrik sebagai sumber energi utama
peralatan medis. Contohnya di Maluku, sekitar 400 desa belum teraliri listrik [3].
Sehingga alat pemenuhan kebutuhan bayi seperti inkubator belum dapat digunakan di
daerah tersebut. Selain itu harga dari sebuah inkubator di pasaran relatif mahal,
sehingga dapat menambah beban pengeluaran rumah sakit di daerah terpencil.
Hal ini yang menjadi dasar untuk menginovasikan INKUBATOR ALAM yang
dapat diaplikasikan pada daerah yang tertinggal, karena inkubator ini tidak memerlukan
energi listrik sebagai sumber energi utama, sumber energi yang digunakan inkubator
alam adalah energi panas matahari yang sangat melimpah di daerah tropis, sehingga
sangat cocok di aplikasikan di daerah terpencil yang tidak ada sumber listrik. Selain itu,
INKUBATOR ALAM ini sangat ramah lingkungan karena menggunakan energi
terbarukan sebagai sumber energinya dan juga biaya pembuatan INKUBATOR ALAM
ini sangat terjangkau oleh masyarakat.
1.3. Tujuan
Terciptanya inovasi baru prototype INKUBATOR ALAM yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan dasar perawatan bayi di daerah 3T (Tertinggal, Terluar,
Terdepan) dengan pemanfaatan energi panas matahari yang sangat potensial di daerah
tropis.
1
1.4. Luaran yang diharapkan
Luaran yang diharapkan yaitu menghasilkan model desain INKUBATOR
ALAM dan didapatkan paten untuk alat tersebut sehingga menjadi alternatif dari
inkubator yang telah ada.
1.5. Manfaat
INKUBATOR ALAM menjadi alat yang mampu bekerja menggunakan energi
bersih dan mandiri. Sekaligus menjadi solusi penyediaan inkubator pada daerah 3T
(Tertinggal, Terluar dan Terdepan ).
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Bayi prematur adalah bayi yang lahir di usia kehamilan kurang dari 37 minggu,
dimana kelahiran bayi normal biasanya pada kurun waktu 37 sampai 41 minggu. Bayi
prematur memiliki berat badan yang kurang dari 2500 gram sehingga sangat rentan
terhadap suhu disekitarnya. Jika suhu ruangan terlalu dingin maka dapat menurunkan
suhu badan bayi prematur sehingga bayi dapat mengalami kedinginan, dimana suhu
normal bayi baru lahir (neonatus) sekitar 36,5-37,5 derajat celcius [4].
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat
hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000- 2500 gram atau tua
kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu [5].
Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi beberapa, yaitu:
a. Usia kehamilan 32 – 36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)
b. Usia kehamilan 28 – 32 minggu disebut persalinan sangat prematur
c. Usia kehamilan 20 – 27 minggu disebut persalinan ekstrim prematur
Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok:
a. Berat badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR)
b. Berat badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan
Lahir Sangat Rendah (BBLSR)
c. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Ekstrim Rendah (BBLER) [6].
Prematuritas dan berat badan lahir rendah merupakan suatu keadaan yang sangat
terkait dengan berbagai macam komplikasi yang dapat mengancam kehidupan bayi
baru lahir serta menimbulkan gangguan neurologi dan perkembangan berat badan [7].
Prematuritas merupakan penyumbang angka kematian bayi yang cukup tinggi.
Kelahiran dengan usia gestasi 32-36 minggu terjadi pada kurang lebih 5%, persalinan
dengan angka kematian neonatal 15%, sedangkan kelahiran dengan usia gestasi ≤ 32
minggu hanya terjadi sekitar 1% persalinan, namun angka kematiannya sangat tinggi
45% [8].
2.2 Inkubator
3
pemanas lainnya [9]. Faktor –faktor yang perlu diperhatikan pada inkubator adalah suhu
inkubator dan suhu bayi. Untuk itu perlu dibuat suatu alat pengontrol suhu ruangan
inkubator, agar dapat mempertahankan suhu tubuh bayi dalam batas normal sekitar 31-
36ºC. Selain itu kondisi kelembaban pada inkubator bayi itu sendiri biasanya berkisar
antara 50%RH – 60% RH [10].
4
dalam derajat celcius [12]. Sensor ini akan digunakan untuk mendeteksi suhu yang naik
di dalam ruangan inkubator bayi.
Sensor ini berfungsi untuk mengukur kelembaban nisbi udara disekitar sensor.
Modul sensor ini memiliki keluaran data digital yang telah terkalibrasi penuh sehingga
dapat langsung digunakan tanpa perhitungan tambahan [13]. Sensor ini akan digunakan
untuk mengukur kelembaban didalam ruangan inkubator bayi.
5
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
3.1 Metode Pelaksanaan
Alur Pelaksanaan Program
1. Studi Literatur
Studi literatur berisi tentang serangkaian kegiatan penelaahan sumber-sumber
yang benar dan terpercaya dalam pengumpulan materi sehingga menjadi acuan PKM
ini.
2. Survei Rumah Sakit
Dalam pembelajaran kasus ini, kami mengambil referensi kasus nyata yaitu
masalah krisis energi yang semakin meluas. Sekaligus belum meratanya pasokan listrik
khususnya di daerah 3T ( Terdepan, Terluar, Tertinggal).
3. Desain Modeling dan simulasi
Dalam tahap ini dilakukan proses pembuatan desain dengan menggunakan
software SolidWork 3D. Penggunaan desain tersebut diharapkan dapat membantu
perancangan desain dengan sebaik-baiknya yang nantinya sebagai langkah pembuatan
alat selanjutnya .
6
Gambar 3. Desain model INKUBATOR ALAM
4. Pembuatan Alat
Tahap ini dilakukan setelah melihat hasil dari pengujian alat INKUBATOR
ALAM. Apabila pada alat ini menunjukkan hasil yang belum maksimal maka perlu
adanya evaluasi dan penyempurnaan alat agar bisa bekerja dengan maksimal.
7
BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
Pembuatan
Ferdy
5. laporan
&Yusuf
akhir
8
Daftar Pustaka
9
10
11
12
13
14