Anda di halaman 1dari 142

SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA DI BLUD
RUMAH SAKIT BENYAMIN GULUH
KAB. KOLAKA TAHUN 2014

JUMLENI
K11113720

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

BAGIAN BIOSTATISTIK/KKB PEMINATAN


KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin Makassar
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Skripsi, Mei 2015
Jumleni
“Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia dan Eklampsi di
BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh Kabupaten Kolaka Tahun 2014 ”
xi+VI BAB + 97 Halaman + 19 Tabel + VII Lampiran

Di Indonesia preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu penyebab kedua


kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu, diagnosa dini
preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia serta penanganannya, perlu
segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, paritas, jarak kehamilan,
kehamilan ganda, riwayat hipertensi dan riwayat preeklampsi dengan kejadian
preeklampsia dan eklampsia. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
survei analitik dengan desain penelitian Cross Sectional study. Sampel pada
penelitian ini sebanyak 123 orang yang diambil dengan besaran sampel sama
dengan besaran populasi, pengumpulan data dilakukan dengan tekhnik ceklist
menggunakan data sekunder, pengolahan data menggunakan program SPSS dan
menganalisis dengan dengan uji chi square dengan tingkat kemaknaan α =
0,05.Hasil uji silang dimana terdapat hubungan riwayat preeklampsia(nilai
p=0.037) dengan kejadian preeklampsia dan eklampsia. Sedangkan pada faktor
umur (nilai p=0.154), paritas (nilai p= 0.648), jarak kehamilan (nilai p=0.875),
kehamilan ganda (nilai p=0.185), riwayat hipertensi (nilai p=0.052), tidak ada
hubungan dengan kejadian preeklampsia dan eklampsia.
Perlunya meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4
kali selama kurun waktu kehamilan dan dimulai sejak trimester satu kehamilan,
ibu hamil yang diduga berisiko harus segera dilaporkan, dipantau dan pelayanan
antenatal dimanfaatkan semaksimal mungkin (minimal 4x) selama kehamilan.

Kata kunci : Preeklampsia, eklampsia, umur, kehamilan ganda.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena


dengan rahmatnya sehingga penulis dapat merampungkan skirpsi ini.

Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah Muhammad


Sallalahu Walaiwasallam yang telah menjadi suritauladan bagi hidup penulis dan
umat manusia, sehingga mendorong dan memberikan motivasi kepada penulis
untuk selalu menuntut ilmu sesuai dengan tuntutannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,


mengingat keterbatasan diri penulis sebagai manusia biasa. Oleh karena itu
adanya saran dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan skirpsi ini sangat
penulis harapkan.

Dalam penyelesiaan proposal ini, penulis telah banyak mendapat bantuan,


dukungan, motivasi dan doa dari berbagai pihak, baik saat menempuh pendidikan,
penelitian maupun saat penulis skripsi ini dan hal ini merupakan sebuah
kebahagiaan dan kegembiraan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terimakasih yang tulus dan penghargaan yang tak terhingga
kepada :

1. Ibu Dr. Hj.A. Ummu Salma, SKM, M.Sc selaku pembimbing I dan bapak dr.
H. Mukhsen Sarake, Ms selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan fikiran untuk memberikan arahan kepada penulis dari awal
sehingga selesainya penulisan ini.
2. Ibu Rahma, SKM, M.Sc(PHC), Dr.Dra.Nurhaedar Jafar,Apt,M.Kes serta
bapak Indra Dwinata, MPH selaku penguji yang telah memberikan saran dan
kritik demi kesempurnaan penulisan penelitian
3. Ibu Dr. Masni, Apt,MSPH selaku Ketua Jurusan Kesehatan Reproduksi
beserta staf atas arahan dan perhatian yang selama ini,
4. Bapak Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, para
pembantu Dekan, Staf pengajar yang telah memberikan bantuan kepada
penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat.
5. Bapak dr. Abd. Azis Amin, MARS selaku direktur BLUD Rs. Benyamin
Guluh Kab. Kolaka beserta Staf yang berkenan memberikan kesempatan dan
bantuan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.

v
6. Dengan setulus hati teruntuk Almarhum ayahanda H. Lade T dan ibunda Hj.
Nabang atas segala cinta dan kasih sayang, saudaraku tercinta Jumbriah, ST,
M.Si, Muliadi, Hj. Jumhani, S.Pd serta kakak iparku Supratna dan H. Muh.
Nur Patte ponakanku Muh. Alif Al-aqzan dan Muh. Hidayatullah.
7. Tubel Angkatan 2013 Hj. Hasmawati, Nur Apriliana, Lili Nurindasari Kadir,
Ivet Riezky Djanggola, Seriani, Fitriani, Fatimah dan angkatan 2011-2014
yang telah banyak memberikan bantuannya dalam rangka penyelesaian skripsi
ini.
8. Kepada adik-adikku yang telah menjalin kebersamaan bersama penulis :
suryanita, zam-zam, muchlis, ema, emi, A.alfianto, Radisamad, Ustadz,
Accunk serta semua teman-teman yang tidak sempat penulis sebutkan.
9. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu memberikn bantuannya dalam rangka penyelsesaian skripsi ini.

Semoga segala bantuan, dukungan dan doa yang telah diberikan kepada
penulis di balas oleh-Nya dengan pahala yang melimpah. Amin Ya Rabbal
Alamin.

Wassalamu Alaikum Wr.Wb

Makassar , Juli 2015

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… i

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ……………………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………. iii

RINGKASAN…. ………………………………………………………………. iv

KATA PENGANTAR…………………………………………….. …………. .v

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. vii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. ix

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. xii

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...……………………………………………………..... 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………….. 7

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Preeklampsia/Eklampsia …………………. . 10

B. Tinjauan Umum tentang Eklampsia ………………..……………….... 43

C. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian ..……………………...... 53

D. Kerangka Teori ………………………………………………………… 59

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Variabel yang Diteliti …………………………………………… 60

vii
B. Pola Variabel yang Diteliti …………………………………………..... 64

C. Defenisi Oprasional dan Kriteria Obyektif …………………………… 65

D. Hipotesis Penelitian .………………………………………………….... 68

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ………….…………………………………………….. 70

B. Lokasi Penelitian .……………………………………………………… 70

C. Populasi dan Sampe……………………………………………………. 72

D. Cara Pengumpulan Data ……….……………………………………… 73

E. Instrumen Penelitian ………………………...……………………….. . 73

F. Pengelohan dan Analisis Data ...………………………………………. 73

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian…………... …………………………………………… 78

B. Pembahasan……………... …………………………………………...... 90

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………………. …………………………………………. ..102

B. Saran…………………….. …………………………………………..... 102

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 5.1 Distibusi Frekuensi Berdasarkan Agama Di BLUD

Rumah Sakit Benyamin Galuh Kabupaten Kolaka

Tahun 2014 ……………………………………..……….. 77

Tabel 5.2 Distibusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh Kabupaten

Kolaka Tahun 2014 ……………………………………… 78

Tabel 5.3 Distibusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Di BLUD

Rumah Sakit Benyamin Galuh Kabupaten Kolaka

Tahun 2014 ………………………………………………. 78

Tabel 5.4 Distibusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah Di

BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh Kabupaten

Kolaka Tahun 2014 ……………………………………… 79

Tabel 5.5 Distibusi Frekuensi Berdasarkan Keadaan Umum

Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh Kabupaten

Kolaka Tahun 2014 ……………………………………… 79

Tabel 5.6 Distibusi Frekuensi Berdasarkan Diagnosa Di BLUD

Rumah Sakit Benyamin Galuh Kabupaten Kolaka

Tahun 2014 ………………………………………………. 80

Tabel 5.7 Distibusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden

Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh Kabupaten

Kolaka Tahun 2014 ……………………………………… 80

ix
Tabel 5.8 Distibusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Responden

Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh Kabupaten

Kolaka Tahun 2014 ……………………………………… 81

Tabel 5.9 Distibusi Frekuensi Berdasarkan Jarak Kehamilan

Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh Kabupaten

Kolaka Tahun 2014 ……………………………………… 82

Tabel 5.10 Distibusi Frekuensi Berdasarkan Kehamilan Ganda

Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh Kabupaten

Kolaka Tahun 2014 ……………………………………… 82

Tabel 5.11 Distibusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Hipertensi

Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh Kabupaten

Kolaka Tahun 2014 ……………………………………… 83

Tabel 5.12 Distibusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Preeklamsia

Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh Kabupaten

Kolaka Tahun 2014 ……………………………………… 83

Tabel 5.13 Distibusi Frekuensi Berdasarkan Preeklamsia Di BLUD

Rumah Sakit Benyamin Galuh Kabupaten Kolaka

Tahun 2014 …………………….………………………… 84

Tabel 514 Hubungaan Umur Responden Dengan Preeklampsia dan

Eklampsia Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh

Kabupaten KolakaTahun 2014 ………………...………… 84

Tabel 5.15 Hubungaan Paritas Responden Dengan Preeklampsia

dan Eklampsia Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh

x
Kabupaten KolakaTahun 2014 ………………...………… 85

Tabel 5.16 Hubungaan Jarak Kehamilan Responden Dengan

Preeklampsia dan Eklampsia Di BLUD Rumah Sakit

Benyamin Galuh Kabupaten KolakaTahun 2014 .………… 86

Tabel 5.17 Hubungaan Kehamilan Ganda Responden Dengan

Preeklampsia dan Eklampsia Di BLUD Rumah Sakit

Benyamin Galuh Kabupaten KolakaTahun 2014 .…….…. 87

Tabel 5.18 Hubungaan Riwayat Hipertensi Dengan Preeklampsia

dan Eklampsia Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh

Kabupaten Kolaka Tahun 2014 .………………....………. 88

Tabel 5.19 Hubungaan Riwayat Preeklampsia Responden Dengan

Preeklampsia dan Eklmapsia Di BLUD Rumah Sakit

Benyamin Galuh Kabupaten Kolaka Tahun 2014 .…….… 89

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep ……………………………………. 59

Gambar 2. Bagan Kerangka Teori ………………………………………. 64

xii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner

2. Master Tabel

3. Hasil Analisis Data

4. Surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin Makassar

5. Rekomendasi penelitian dari Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas

Kabupaten Kolaka

6. Surat izin pelitian dari Direktur BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh

Kabupaten Kolaka

7. Surat keterangan telah melaksanan penelitian dari Direktur BLUD Rumah

Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka

8. Daftar Riwayat Hidup

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO, Angka Kematian Ibu merupakan salah satu

indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Pada tahun 2012

sekitar 358.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran

anak, termasuk eklampsia.Menurut data WHO, sebanyak 99 persen

kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-

negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang

merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran

bayi hidup. Terlebih lagi, tingginya angka kematian ibu secara global

tersebut merupakan cerminan belum adanya upaya penurunan angka

kematian ibu secara bermakna (Benny, N., 2012).

Berdasarkan data yang dimiliki oleh WHO, Indonesia berada di

peringkat ketiga tertinggi untuk angka kematian ibu di negara ASEAN.

Peringkat pertama ditempati oleh Laos dengan 470 kematian ibu per

100.000 kelahiran, sementara angka kematian paling kecil dimiliki oleh

Singapura dengan 3 kematian per 100.000 kelahiran ( BKKBN,2012). Di

samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator

dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program

pembangunan kesehatan lainnya.Angka kematian pada umumnya dihitung

dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Peristiwa kematian pada

1
dasarnya merupakan proses akumulasi akhir dari berbagai penyebab

kematian baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara umum

kejadian kematian berhubungan erat dengan permasalahan kesehatan

sebagai akibat dari gangguan penyakit atau akibat proses interaksi

berbagai faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian kematian. Salah

satu alat untuk menilai keberhasilan program pembangunan kesehatan

yang telah dilaksanakan selama ini adalah dengan melihat perkembangan

angka kematian dari tahun ke tahun (Profil Kesehatan Indonesia, 2013)

Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini 228 per

100.000 kelahiran hidup. AKI akibat preeklampsia dan eklampsia di

Indonesia 9.1% dari 5juta kelahiran per tahun di Indonesia (SDKI,2012).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat kesehatan

masyarakat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium

Development Goals (MDGs). AKI Indonesia diperkirakan tidak akan

dapat mencapai target MDGs yang ditetapkan yaitu 102 per 100 000

kelahiran hidup pada tahun 2015 ( WHO,2012 )

Kematian ibu akibat kehamilan, persalinan dan nifas sebenarnya

sudah banyak dikupas dan dibahas penyebab serta langkah‐langkah untuk

mengatasinya. Meski demikian tampaknya berbagai upaya yang sudah

dilakukan pemerintah masih belum mampu mempercepat penurunan AKI

seperti diharapkan.Hasil perhitungan AKI menurut SDKI 2012 yang

menunjukkan peningkatan (dari 228 per 100 000 kelahiran hidup menjadi

359 per 100 000 kelahiran hidup). Angka Kematian Ibu (AKI) di Malaysia

2
(62 per 100.000 kelahiran hidup), Srilanka (58 per 100.000 kelahiran

hidup), Philipina (230 per 100.000 kelahiran hidup). Diskusi sudah

banyak dilakukan dalam rangka membahas mengenai sulitnya menghitung

AKI dan sulitnya menginterpretasi data AKI yang berbeda‐beda dan

fluktuasinya kadang drastis. (Depkes, 2013)

Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih

merupakan masalah besar bagi negara berkembang termasuk indonesia.

Tingginya angka kematian ibu menerangkan bahwa rendahnya status

kesehatan nasional suatu negara. Angka kematian ibu merupakan salah

satu barometer pelayanan kesehatan ibu di suatu negara. Bila Angka

Kematian Ibu masih tinggi, pelayanan kesehatan ibu masih kurang dan

sebaliknya bila Angka Kematian Ibu rendah berarti pelayanan kesehatan

ibu sudah baik. Hal ini pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya

kualitas sumber daya manusia secara umum (BKKBN, 2009). Hasil

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 mencatat

angka kematian ibu (AKI) Nasional sebesar 359/100.000 kelahiran hidup,

hasil ini meningkat tajam dari hasil SDKI tahun 2007 yang hanya sebesar

288/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).

Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat

kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi

kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu

hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas.Untuk

menurunkan angka kematian ibu, diperlukan upaya mengurangi peran

3
dukun dalam menolong persalinan dan berupaya meningkatkan peran

bidan. Hal ini bertujuan menempatkan peran bidan di desa sebagai ujung

tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR). tertinggi

terjadi di Kabupaten Kolaka sebanyak 15 kasus dan Kabupaten Buton 12

kasus sedangkan yang terendah terdapat di Kabupaten Wakatobi dan

Buton Utara masing-masing sebanyak 2 kasus, kemudian disusul

Kabupaten Konawe Utara dan Kota Kendari sebanyak 3 kasus.

Berdasarkan data program Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Tenggara diperoleh informasi, penyebab kematian ibu

yang utama adalah keracunan kehamilan dan infeksi, kondisi ini akan lebih

diperparah lagi dengan keadaan status gizi yang buruk, faktor persalinan

yang terlalu muda, paritas tinggi, dan anemi pada ibu hamil, serta

pengetahuan ibu tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan belum maksimal

walaupun Jampersal sudah diberlakukan, sebagian ibu hamil terlambat

mendapat pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan disamping itu

masih dijumpai ibu melahirkan yang ditolong oleh dukun hal ini

disebabkan kepercayaan masyarakat terhadap dukun masih tinggi (Profil

kesehatan Provinsi Sulawesi tenggara, 2012).

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kolaka jumlah angka

kematian ibu pada tahun 2013 berjumlah 16 orang. Penyebab kematian ibu

diantaranya preeklampsia 6 orang, perdarahan 5 orang, abosrtus 1 orang,

iversio 1 orang dan lain-lain 3 orang. sedangkan di tahun 2014 angka

kematian ibu berjumlah 5 orang, diantaranya 3 orang disebabkan

4
preeklampsia, perdarahan 1 orang, dan lain-lain 1 orang (Profil Dinas

Kesehatan Kolaka, 2014).

Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang

bisa menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa

kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan

bayi. Walau penyebab dari preeklampsia masih belum diketahui secara

jelas, keadaan sindrom gangguan preeklampsia pada ibu hamil

dilatarbelakangi dengan kondisi tekanan darah tinggi. Pre-eklampsia

dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg

setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan

ketiga) atau bisa lebih awal terjadi sedangkan eklampsia bila ditemukan

kejang-kejang pada penderita preeklampsia, yang juga dapat disertai

koma.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Retno

Wulandari dan Artika Fristi Firnawati (2012)di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta Karakteristik responden menurutumur, diketahui bahwa pasien

preeklampsiaberat yang paling banyak padaumur 20-35 tahun sebesar 28

responden(63,64%), sedangkan untuk pasien preeklampsiaringan pada

umur 20-35 sebesar29 responden (65,91%).Berdasarkan usia kehamilan

diketahuibahwa responden preeklampsiaberat sebagian besar adalah

respondendengan usia kehamilan berisiko (97,73%),jauh melebihi

kejadian preeclampsia ringan pada usia kehamilan yang sama(72,73%).

Berdasarkan pekerjaan diketahui bahwa pasien preeklampsia berat

5
mayoritas adalah bekerja sebesar 28 responden (63,64%), sebaliknya

untuk pasien preeklampsia ringan justru responden yang paling banyak

adalah responden yang tidak bekerja (70,45%). Berdasarkan riwayat

penyakit diabetesmelitus diketahui bahwa baik pasien preeclampsia ringan

maupun pasien preeclampsia berat hampir semuanya tidak memiliki

riwayat diabetes mellitus (97,73%) dan yang memiliki riwayat

diabetesmelitus hanya 1 responden (2,27%). Hubungan antara usia

kehamilan dengan kejadian preeklampsia berat (p=0,001<0,05). Nilai

OR=16,125 menunjukkan bahwa usia kehamilan lebih 28 minggu berisiko

sebesar 016,125 kali dibandingkan usia kehamilan kurang dari sama

dengan kejadian preeklampsia berat. Bahwa responden preeklampsia berat

sebagian besar adalah responden dengan usia kehamilan berisiko sebesar

43 pasien (97,73%),jauh melebihi kejadian preeklampsia ringan pada usia

kehamilan yang sama sebesar 32 pasien (72,73%).Variabel lain yang

berhubungan dengan kejadian preeklampsia berat adalah pekerjaan (p =

0,001<0,05) dengan nilai OR =4,173 yang artinya seseorang ibu yang

bekeja berisiko sebesar 4,173 kali dibandingkan ibu hamil yang tidak

bekerja. Bahwa pasien preeklampsia berat yang paling banyak pada

responden yang bekerja sebesar 28 responden (63,64%), sebaliknya untuk

pasien preeklampsi ringan justru responden yang paling banyak pada

responden yang tidak bekerja sebesar 31pasien (70,45%).

Data yang diperoleh dari BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh

Kab. Kolaka, pada tahun 2014 sebanyak 398 pasien yang meliputi pasien

6
normal sebanyak 275 pasien (69,1%), preeklampsia sebanyak 120 pasien

(30,15%) dan Eklampsia sebanyak 3 pasien (0,75%).

B. Rumusan Masalah

Sampai saat ini Preeklampsia dan eklampsia merupakan gejala

awal yang belum diketahui penyebab primernya, banyak faktor yang

berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka penulis

merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : apakah “Faktor

yang berhubungan dengan kejadian Preeklampsia dan eklampsia di BLUD

Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka Tahun 2014.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian

Preeklampsia dan eklampsia di BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh

Kab.Kolaka tahun2014.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan umur ibu terhadap kejadian

Preeklampsia dan eklampsia di BLUD Rumah Sakit Benyamin

Guluh Kab. Kolaka tahun 2014.

b. Untuk mengetahui hubungan paritas ibu terhadap kejadian

Preeklampsia dan eklampsia di BLUD Rumah Sakit Benyamin

Guluh Kab. Kolaka tahun 2014.

7
c. Untuk mengetahui hubungan jarak kehamilan ibu terhadap kejadian

Preeklampsia dan eklampsia di BLUD Rumah Sakit Benyamin

Guluh Kab. Kolaka tahun 2014.

d. Untuk mengetahui hubungan kehamilan ganda terhadap kejadian

Preeklampsia dan eklampsia diBLUD Rumah Sakit Benyamin

Guluh Kab. Kolaka tahun 2014.

e. Untuk mengetahui hubungan riwayat hipertensi terhadap kejadian

Preeklampsia dan eklampsia diBLUD Rumah Sakit Benyamin

Guluh Kab. Kolaka tahun 2014.

f. Untuk mengetahui hubungan riwayat preeklampsia terhadap

kejadian Preeklampsia dan eklampsia diBLUD Rumah Sakit

Benyamin Guluh Kab. Kolaka tahun 2014.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang

faktoryang berhubungan dengankejadianPreeklampsia dan

eklampsia

b. Manfaat untuk ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan yang bermanfaat bagi mahasiswa maupun aktifis

akademi lainnya dan menjadi salah satu referensi untuk

pengembangan penelitian tentang Preeklampsia dan eklampsia.

8
c. Penelitian ini dapat mengembangkan wawasan penelitian sebagai

seorang bidan agar lebih waspada dalam memberikan pelayanan

antenatal dengan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko

terjadinya Preeklampsia dan eklampsia

d. Manfaat Bagi ibu Hamil

Penelitian ini dapat mempersiapkan kehamilan dan persalinan yang

sehat sehingga ibu hamil terhindar dari komplikasi yang tidak

diharapkan.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Preeklampsia

1. Defenisi

Preeklampsia dan eklampsia adalah bentuk hipertensi dalam

kehamilan yang paling menonjol sebagai penyebab utama

morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi (WHO, 2011).

Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu penyebab

utama mortalitas dan morbilitas ibu dan janin selain perdarahan dan

infeksi.Preeklampsia merupakan kelainan pada saat kehamilan yang

timbul setelah 20 minggu usia kehamilan yang ditandai dengan

hipertensi dan proteinuria.Etiologi dari preeklampsia sampai saat ini

belum diketahui secara pasti (Zentiya agustriyani, 2011). Beberapa

teori yang mengemukakan tentang bagaimana terjadinya hipertensi

pada kehamilan antara lain teori genetik, teori imunologis, teori

iskemia regio uteroplasenter, teori kerusakan endotel pembuluh darah,

teori radikal bebas, teori trombosit dan teoridiet (Manuaba, 2007)

Preeklampsia merupakan suatu kelainan multiorgan spesifik

pada kehamilan yang ditandai dengan terjadinya hipertensi, udema dan

proteinuria setelah usia kehamilan 20 minggu. Preeklampsia

merupakan salah satu dari bentuk kelainan hipertensi dalam kehamilan,

10
yang menyumbangkan morbiditas dan mortalitas maternal terbesar

bersama perdarahan dan infeksi (Cunningham, 2005).

Preeklamsia dipengaruhi oleh adanya gizi buruk, gangguan

aliran darah ke rahim. Faktor resiko terjadinya preeklamsia

umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di

usia remaja, dan kehamilan pada wanita diatas usia 40 tahun,selain itu

faktor-faktor lain adalah riwayat tekanan darah tinggi yang kronis

sebelum kehamilan, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus

atau rematoid arthritis (Rukiyah,2010).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya preeklamsia-

eklamsia menurut Yulaikhah (2009), Lyall (2007), dan Lindheimer

(2009) adalah usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,

peningkatan indeks massa tubuh, primipara (ibu yang melahirkan

untuk pertama kalinya), ukuran plasenta yang besar, ibu yang

merokok, primigravida muda, distensi rahim yang berlebihan, adanya

riwayat preeklamsia, riwayat hipertensi, kehamilan ganda, dan

penyakit yang menyertai kehamilan seperti diabetes melitus dan

kegemukan.

Hipertensi umumnya timbul terlebih dahulu dari pada tanda-

tanda lain. Kenaikan tekanan sistolik > 30 mmHg dari nilai normal

atau mencapai 140 mmHg, atau kenaikan tekanan diastolik > 15

mmHg atau mencapai 90 mmHg dapat membantu ditegakkannya

11
diagnosis hipertensi. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2

kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.

Proteinuria ditandai dengan ditemukannya protein dalam urin 24

jam yang kadarnya melebihi 0.3 gram/liter atau pemeriksaan kualitatif

menunjukkan 1+ atau 2+ atau 1gram/liter atau lebih dalam urin yang

dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang diambil minimal 2kali

dengan jarak waktu 6 jam. Umumnya proteinuria timbul lebih lambat,

sehingga harus dianggap sebagai tanda yang serius.

Walaupun edema tidak lagi menjadi bagian kriteria diagnosis

preeklampsia, namun adanya penumpukan cairan secara umum dan

berlebihan di jaringan tubuh harus tetap diwaspadai.Edema dapat

menyebabkan kenaikan berat badan tubuh.Normalnya, wanita hamil

mengalami kenaikan berat badan sekitar 0.5 kg per minggu. Apabila

kenaikan berat badannya lebih dari normal, perlu dicurigai timbulnya

preeklampsia.

Preeklampsia pada perkembangannya dapat berkembang

menjadi eklampsia, yang ditandai dengan timbulnya kejang atau

konvulsi. Eklampsia dapat menyebabkan terjadinya Disseminated

intravascular coagulation (DIC) yang menyebabkan jejas iskemi pada

berbagaiorgan, sehingga eklampsia dapat berakibat fatal.

12
2. Klasifikasi Preeklamsia

Preeklampsia dibedakan dalam dua tingkatan tergantung berat

ringannya, yaitu:

a. Preeklamsia ringan dengan kriteria:

1) Tekanan darah naik lebih dari 140/90 tetapi masih di bawah

170/110 setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan

darah normal

2) Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr/liter, kualitatif positif 1 atau 2

pada urine kateter/midstearm.

3) Edema lokal pada kaki, jari tangan dan muka, atau edema

generalisata,serta kenaikan berat badan > 1kg/minggu

b. Preeklamsia berat dengan kriteria:

1. tekanan darah lebih dari 170/110

2. Edema generalisata

3. Proteinuria positif 3 atau 4

4. Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam

5. Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa

nyeri di epigastrium

6. Terdapat edema paru dan sianosis

7. Trombositopeni

8. Gangguan fungsi hati

9. Pertumbuhan janin terhambat.(Nasrullah, 2008)

13
3. Etiologi

Eklampsia dapat terjadi apabila preeklampsia tidak ditangani,

sehingga penyebab dari eklampsia sama dengan penyebab

preeklampsia. Ada beberapa faktor resiko predisposisi tertentu.

Penyakit eklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan

pasti.Banyak teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba

menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut ”Penyakit teori”,

namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori

yang sekarang dipakai sebagai penyebab preeklamsia adalah teori

”iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua

hal yang bertalian dengan penyakit ini (Mochtar 2007). Adapun teori-

teori yang dihubungkan dengan terjadinya preeklamsia adalah :

a. Peran prostasiklin dan trombiksan

Pada preeklamsia dan eklamsia didapatkan kerusakan pada endotel

vaskular, sehingga terjadi penurunan produksi prostsiklin (PGI 2)

yang pada kehamilan normal meningkat, aktifasi pengumpulan dan

fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan

plasmin,trombin akan mengkonsumsi anti trombin III, sehingga

terjadi deposit fibrin. Aktifasi trombosit menyebabkan pelepasan

tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan

kerusakan endotel.

14
b. Peran faktor imunologis

Preeklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul

lagi pada kehamilan berikutnya.Hal ini dapat diterangkan bahwa

pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap

antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada

kehamilan berikutnya. Beberapa data yang mendukung adanya

sistem imun pada penderita preeklampsia dan eklampsia, beberapa

wanita dengan preeklampsia dan eklampsia mempunyai komplek

imun dalam serum, beberapa studi juga mendapatkan adanya

aktifasi sistem komplemen pada preeklampsia dan eklampsia diikuti

proteinuria( Rukiyah 2010).

c. Faktor genetik

Beberapa bukti menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian

preeklampsia dan eklampsia antara lain : (1) preeklamsia hanya

terjadi pada manusia;(2) terdapatnya kecenderungan meningkatnya

frekuensi preeklampsia/eklampsia pada anak-anak dari ibu yang

menderita preeklampsia dan eklampsia; (3) kecenderungan

meningkatnya frekuensi preeklampsia dan eklampsia pada anak dan

cucu ibu hamil dengan riwayat preeklampsia dan eklampsiadan

bukan pada ipar mereka; (4) peran renin-angiotensin-aldosteron

sistem (RAAS).

15
4. Gejala – gejala preeklampsia

a. Hipertensi

Biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda - tanda lain.

Bila peningkatan tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan

pertama kali dalam trimester pertama atau kedua awal, ini mungkin

menunjukkan bahwa penderita menderita hipertensi kronik.Tetapi

bila tekanan darah ini meninggi dan tercatat pada akhir trimester

kedua dan ketiga, mungkin penderita menderita preeklampsia.

Peningkatan tekanan sistolik sekurang - kurangnya 30 mmHg, atau

peningkatan tekanan diastolik sekurang - kurangnya 15 mmHg,

atau adanya tekanan sistolik sekurang - kurangnya 140 mmHg,

atau tekanan diastolik sekurang - kurangnya 90mmHg atau lebih

atau dengan kenaikan 20 mmHg atau lebih, ini sudah dapat dibuat

sebagai diagnose. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2

kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Tetapi bila

diastolik sudah mencapai 100 mmHg atau lebih, ini sebuah indikasi

terjadi preeklampsia berat.

b. Oedema

Penimbunan cairan secara umum dan kelebihan dalam

jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat

badan serta pembengkakan pada kaki, jari - jari tangan, dan muka,

atau pembengkan pada ektrimitas dan muka. Edema pretibial yang

ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak

16
seberapa berarti untuk penentuan diagnosa preeklampsia. Kenaikan

berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih dianggap

normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali atau 3 kg

dalam sebulan preeklampsia harus dicurigai. Atau bila terjadi

pertambahan berat badan lebih dari 2,5 kg tiap minggu pada akhir

kehamilan,mungkin merupakan tanda preeklampsia. Bertambahnya

berat badan disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian

edema nampak dan edema tidak hilang dengan istirahat.Hal ini

perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya

preeklampsia. Edema dapat terjadi pada semua derajat PIH(

Hipertensi dalam kehamilan) tetapi hanya mempunyai nilai sedikit

diagnostik kecuali jika edemanya general.

c. Proteinuria

Berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang

melebihi 0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan

kualitatif menunjukkan 1+ atau 2+ (menggunakan metode

turbidimetrik standard) atau 1g/liter atau lebih dalam air kencing

yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream untuk

memperoleh urin yang bersih yang diambil minimal 2kali dengan

jarak 6 jam. Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari

hipertensi dan tambah berat badan.Proteinuri sering ditemukan

pada preeklampsia, karena vasospasmus pembuluh - pembuluh

17
darah ginjal.Karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup

serius.

5. Perubahan Fisiologi Patologik

a. Otak

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan autoregulasi

tidak berfungsi. Pada saat autoregulasi tidak berfungsi

sebagaimana mestinya, jembatan penguat endotel akan terbuka dan

dapat menyebabkan plasma dan sel- sel darah merah keluar

keruang ekstravaskular. Hal ini akan menimbulkan perdarahan

petekie atau perdarahan intrakranial yang sangat banyak. Dalam

Sarwono, McCall melaporkan bahwa resistensi pembuluh darah

dalam otak pada pasien hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi

pada eklampsia. Pada pasien preeklampsia, aliran darah ke otak

dan penggunaan oksigen otak masih dalam batas normal.

Pemakaian oksigen pada otak menurun pada pasien eklampsia

(Wiknjosastro, 2006).

b. Mata

Pada preeklampsia tampak edema retina, spasmus setempat

atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang terjadi

perdarahan atau eksudat.Spasmus arteri retina yang nyata dapat

menunjukkan adanya preeklampsia yang berat, tetapi bukan berarti

spasmus yang ringan adalah preeklampsia yang ringan.Pada

preeklampsia jarang terjadi ablasio retina yang disebabkan edema

18
intraokuler dan merupakan indikasi untuk terminasi

kehamilan.Ablasio retina ini biasanya disertai kehilangan

penglihatan (Wiknjosastro, 2006).

Skotoma, diplopia dan ambliopia pada penderita preeklampsia

merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya

eklampsia.Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah

dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina

(Wiknjosastro, 2006).Selama periode 14 tahun, ditemukan 15

wanita dengan preeklampsia berat dan eklampsia yang mengalami

kebutaan yang dikemukakan oleh Cunningham (1995) dalam

Cunningham (2005).

Skotoma, diplopia dan ambliopia pada penderita preeklampsia

merupakan gejala yang menunjukan akan terjadinya eklampsia.

Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat

penglihatan di korteks serebri atau dalam retina (Wiknjosastro,

2006).

c. Paru

Penderita preeklampsia berat mempunyai risiko besar terjadi

edema paru.Edema paru dapat disebabkan oleh payah jantung kiri,

kerusakan endotel pada pembuluh darah kapilar paru, dan

menurunnya diuresis, bisa juga diakibatkan oleh kardiogenik

ataupun non-kardiogenik dan biasa terjadi setelah melahirkan.Pada

beberapa kasus terjadi berhubungan dengan terjadinya peningkatan

19
cairan yang sangat banyak.Hal ini juga dapat berhubungan dengan

penurunan tekanan onkotik koloid plasma akibat proteinuria,

penggunaan kristaloid sebagai pengganti darah yang hilang, dan

penurunan albumin yang dihasilkan oleh hati.Dalam penangani

edema paru, pemasangan Central Venous Pressure (CVP) tidak

menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari pulmonary

capillary wadge pressure.(Prawirohardjo, 2011)

d. Hati

Pada preeklampsia berat terkadang terdapat perubahan fungsi

dan integritas hepar, termasuk perlambatan ekskresi

bromosulfoftalein dan peningkatan kadaraspartat aminotransferase

serum. Sebagian besar peningkatan fosfatase alkali serum

disebabkan oleh fosfa tase alkali tahan panas yang berasal dari

plasenta. Pada penelitian yang dilakukan Oosterhof dkk (1994),

dengan menggunakan sonografi Doppler pada 37 wanita

preeklampsia, terdapat resistensi arteri hepatika. Nekrosis

hemoragik periporta di bagian perifer lobulus hepar kemungkinan

besar penyebab terjadinya peningkatan enzim hati dalam

serum.Perdarahan pada lesi ini dapat menyebabkan ruptur hepatika,

atau dapat meluas di bawah kapsul hepar dan membentuk hematom

subkapsular (Cunningham, 2005).

20
e. Ginjal

Selama kehamilan normal, aliran darah dan laju filtrasi

glomerulus meningkat cukup besar. Dengan timbulnya

preeklampsia, perfusi ginjal dan filtrasi glomerulus menurun

(Cunningham, 2005) .Lesi karakteristik dari preeklampsia,

glomeruloendoteliosis, adalah pembengkakan dari kapiler endotel

glomerular yang menyebabkan penurunan perfusi dan laju filtrasi

ginjal.Pada sebagian besar wanita hamil dengan preeklampsia,

penurunan ringan sampai sedang laju filtrasi glomerulus

tampaknya terjadi akibat berkurangnya Konsentrasi asam urat

plasma biasanya meningkat, terutama pada wanita dengan penyakit

berat (Cunningham, 2005).

Volume plasma sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua

kali lipat dibandingkan dengan kadar normal selama hamil (sekitar

0,5 ml/dl). Namun pada beberapa kasus preeklampsia berat,

keterlibatan ginjal menonjol dan kreatinin plasma dapat meningkat

beberapa kali lipat dari nilai normal ibu tidak hamil atau berkisar

hingga 2 - 3 mg/dl.Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh

perubahan intrinsik ginjal yang ditimbulkan oleh vasospasme hebat

yang dikemukakan oleh Pritchard (1984) dalam Cunningham

(2005).Filtrasi yang menurun hingga 50% dari normal dapat

menyebabkan diuresis turun, bahkan pada keadaan yang berat

21
dapat menyebabkan oligouria ataupun anuria (Wiknjosastro,

2006).Lee(1987) dalam Cunningham (2005) melaporkan tekanan

pengisian ventrikel normal pada tujuh wanita dengan preeklampsia

berat yang mengalami oligouria dan menyimpulkan bahwa hal ini

konsisten dengan vasospasme intrarenal. Kelainan pada ginjal yang

penting adalah dalam hubungan proteinuria dan retensi garam dan

air (Wiknjosastro, 2006 ). Taufield (1987) dalam Cunningham

(2005) melaporkan bahwa preeklampsia berkaitan dengan

penurunan ekskresi kalsium melalui urin karena meningkatnya

reabsorpsi di tubulus.Pada kehamilan normal, tingkat reabsorpsi

meningkat sesuai dengan peningkatan filtrasi dari glomerulus.

Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus arteriol ginjal

mengakibatkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang

menyebabkan retensi garam dan juga retensi air ( Wiknjosastro,

2006 ). Untuk mendiagnosis preeklampsia atau eklampsia harus

terdapat proteinuria.Namun, karena proteinuria muncul

belakangan, sebagian wanita mungkin sudah melahirkan sebelum

gejala ini dijumpai. Meyer (1994) menekankan bahwa yang diukur

adalah ekskresi urin 24 jam. Mereka mendapatkan bahwa

proteinuria +1 atau lebih dengan dipstick memperkirakan minimal

terdapat 300 mg protein per 24 jam pada 92 % kasus. Sebaliknya,

proteinuria yang samar (trace) atau negatif memiliki nilai prediktif

negatif hanya 34% pada wanita hipertensif. Kadar dipstick urin +3

22
atau +4 hanya bersifat prediktif positif untuk preeklampsia berat

pada 36 % kasus (Cunningham, 2005).Seperti pada glomerulopati

lainnya, terjadi peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar

protein dengan berat molekul tinggi.Maka ekskresi protein albumin

juga disertai protein - protein lainnya seperti hemoglobin, globulin

dan transferin. Biasanya molekul - molekul besar ini tidak difiltrasi

oleh glomerulus dan kemunculan zat - zat ini dalam urin

mengisyaratkan terjadinya proses glomerulopati. Sebagian protein

yang lebih kecil yang biasa difiltrasi kemudian direabsorpsi juga

terdeteksi di dalam urin (Cunningham, 2005).

f. Darah

Kebanyakan pasien dengan preeklampsia memiliki

pembekuan darah yang normal (Pernoll, 1987).Perubahan tersamar

yang mengarah ke koagulasi intravaskular dan destruksi eritrosit

(lebih jarang) sering dijumpai pada preeklampsia menurut Baker

(1999) dalam Cunningham (2005).Trombosit openia merupakan

kelainan yang sangat sering, biasanya jumlahnya kurang dari

150.000/ μ l yang ditemukan pada 15- 20% pasien.Level fibrinogen

meningkat sangat aktual pada pasien preeklampsia dibandingkan

dengan ibu hamil dengan tekanan darah normal. Level fibrinogen

yang rendah pada pasien preeklampsia biasanya berhubungan

dengan terlepasnya plasenta sebelum waktunya (placental

abruption (Pernoll,1987).Pada 10% pasien dengan preeklampsia

23
berat dan eklampsia menunjukan terjadinya HELLP syndrome

yang ditandai dengan adanya anemia hemolitik, peningkatan enzim

hati dan jumlah platelet rendah. Sindrom biasanya terjadi tidak

jauh dengan waktu kelahiran (sekitar 31 minggu kehamilan) dan

tanpa terjadi peningkatan tekanan darah. Kebanyakan abnormalitas

hematologik kembali ke normal dalam dua hingga tiga hari setelah

kelahiran tetapi trombositopenia bisa menetap selama seminggu (

Pernoll, 1987).

g. Sistem Endokrin dan Metabolisme Air dan Elektrolit

Selama kehamilan normal, kadar renin, angiotensin II dan

aldosteron meningkat. Pada preeklampsia menyebabkan kadar

berbagai zat ini menurun kekisaran normal pada ibu tidak hamil.

Pada retensi natrium dan atau hipertensi, sekresi renin oleh

aparatus jukstaglomerulus berkurang sehingga proses penghasilan

aldost eron pun terhambat dan menurunkan kadar aldosteron dalam

darah (Cunningham, 2005). Pada ibu hamil dengan preeklampsia

juga meningkat kadar peptida natriuretik atrium. Hal ini terjadi

akibat ekspansi volume dan dapat menyebabkan meningkatnya

curah jantung dan menurunnya resistensi vaskular perifer baik pada

normotensif maupun preeklamptik. Hal ini menjelaskan temuan

turunnya resistensi vaskular perifer setelah ekspansi volume pada

pasien preeklampsia (Cunningham,2005). Pada pasien

preeklampsia terjadi hemokonsentrasi yang masih belum diketahui

24
penyebabnya. Pasien ini mengalami pergeseran cairan dari ruang

intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini diikuti dengan

kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, edema yang dapat

menyebabkan berkurangnya volume plasma, viskositas darah

meningkat dan waktu peredaran darah tepi meningkat. Hal tersebut

mengakibatkan aliran darah ke jaringan berkurang dan terjadi

hipoksia.Pada pasien preeklampsia, jumlah natrium dan air dalam

tubuh lebih banyak dibandingkan pada ibu hamil normal.Penderita

preeklampsia tidak dapat mengeluarkan air dan garam dengan

sempurna. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan filtrasi

glomerulus namun penyerapan kembali oleh tubulus ginjal tidak

mengalami perubahan (Wiknjosastro, 2006).

h. Plasenta dan Uterus

Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan

gangguan fungsi plasenta.Pada hipertensi yang agak lama,

pertumbuhan janin terganggu dan pada hipertensi yang singkat

dapat terjadi gawat janin hingga kematian janin akibat kurangnya

oksigenisasi untuk janin.Kenaikan tonus dari otot uterus dan

kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada preeklampsia.

Hal ini menyebabkan sering terjadinya partus prematurus pada

pasien preeklampsia (Wiknjosastro,2006). Pada pasien

preeklampsia terjadi dua masalah, yaitu arteri spiralis

dimiometrium gagal untuk tidak dapat mempertahankan

25
strukturmuskuloelastisitasnya dan atheroma akut berkembang pada

segmen miometrium dari arteri spiralis.Atheroma akut adalah

nekrosis arteriopati pada ujung – ujung plasenta yang mirip dengan

lesi pada hipertensi malignan.Atheroma akut juga dapat

menyebabkan penyempitan kaliber dari lumen vaskular. Lesi ini

dapat menjadi pengangkatan lengkap dari pembuluh darah yang

bertanggung jawab terhadap terjadinya infark plasenta ( Pernoll,

1987).

6. Faktor Resiko Preeklmapsia

a. Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya preeklampsia, yang

dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut :

1. Primigravida.

2. Hiperplasentosis, misalnya : molahidatidosa, kehamilan

multipel, diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar.

3. Umur < 20 tahun atau > 35 tahun.

4. Riwayat keluarga pernah preeklampsia dan eklampsia.

5. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada

sebelum hamil.

6. Obesitas.

7. Pernah menderita preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan

sebelumnya

26
b. Penelitian retrospektif menyimpulkan berbagai faktor risiko untuk

terjadinya preeklampsia adalah :

1. Penyakit ginjal kronis

2. Hipertensi kronis

3. Antiphospolipid sindrom

4. Sejarah pernah preeklampsia pada keluarga

5. Kehamilan kembar

6. Nullipara

7. Umur di atas 40 tahun

8. Diabetes melitus

(Prawirohardjo, 2011)

7. Patofisologi

Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan

ini menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan

iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus , merangsang pelepasan

bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan

renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis

menyebabkan pelepasan tromboplastin.Tromboplastin yang dilepaskan

mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit

deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya

vasospasme sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin

akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan

perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif

27
koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah

menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus

yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan

bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya

menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan

menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan

lumen arteriol menyempit.Lumen arteriol yang menyempit

menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah.

Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan

sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan

vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal

untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan

koagulasi intravaskular akan menyebabkan gangguan perfusi darah

dan gangguan multi organ.

Gangguan multiorgan terjadi pada organ- organ tubuh diantaranya

otak, darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan

dapat menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi

peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat

menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan

terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko

cedera. Pada darah akan terjadi enditheliosis menyebabkan sel darah

merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan

menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang

28
pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru-

paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena

pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya

oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan

pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan

akan menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga

menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan

penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron,

terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan

dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat

memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan.Selain

itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR

dan permeabilitas terhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR

tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga

menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya

oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa

keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein

yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari

filtrasi glomerulus dan menyebabkan proteinuria. Pada mata, akan

terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem diskus

optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia

dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta

penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai

29
pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat

berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation serta

memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin.

Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf

parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis

mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstrimitas.Pada traktus

gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan

penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat

menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas

yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga

muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob

menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP

dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan

sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat

lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi

aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang

terpajang informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang

pengetahuan. ( Wordpress.com)

Pada preeclampsia/eklampsia serum anti oksidan kadarnya

menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase

lemak.Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung

transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai

30
antioksidan yang cukup kuat.Peroksidase lemak beredar dalam aliran

darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai

kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang

akan mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-

sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain:

a. Adhesi dan agregasi trombosit.

b. Gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma.

c. Terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai

akibat dari rusaknya trombosit.

d. Produksi prostasiklin terhenti.

e. Terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan.

f. Terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh

peroksidase lemak.

(Desifebriana,2011)

8. a). DiagnosisPreeklampsia

Kejadiaan preeklampsia dan eklampsia sulit dicegah, tetapi

diagnosis dini sangat menentukan prognosa janin.Pengawasan

hamil sangat penting karena preeklampsia berat dan eklampsia

merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi, terutama di

negara berkembang.Diagnosis ditetapkan dengan dua dari trias

preeklampsia yaitu kenaikan berat badan-edema, kenaikan tekanan

darah dan terdapat proteinuria.

31
b). Diagnosis eklampsia

Diagnosis eklampsia tidak terlalu sukar, karena eklampsia

merupakan kelanjutan preeklampsia berat dan disusul kejang atau

koma.

Eklampsia dapat dibedakan dengan :

1). Epilepsi dengan kejang terjadi pada :

a. Hamil muda atau sebelum hamil

b. Tidak disertai tanda preeklampsia

c. Karena obat anestesia lokal yang disuntikkan ke dalam

vena

2). Keadaan koma pada :

a. Diabetes militus

b. Perdarahan otak

c. Infeksi : meningitis, ensefalitis

9. a. Penanganan Preeklampsia

Penanganan preeklampsia bertujuan untuk menghindari

kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan

melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan

dengan trauma minimal.

Pada preeklampsia ringan penanganan simptomatis dan

berobat jalan dengan memberikan :

a) Sedativa ringan

1. Phenobarbital 3 x 30 mgr

32
2. Valium 3 x 10 mgr

b) Obat penunjang

1. Vitamin B kompleks

2. Vitamin C atau Vitamin E

3. Zat besi

c). Nasehat

1. Garam dalam makanan dikurangi

2. Lebih banyak istirahat baring ke arah punggung janin

3. Segera datang memeriksakan diri, bila terdapat gejala sakit

kepala, mata kabur, edema mendadak atau berat badan naik,

pernafasan semakin sesak, nyeri pada epigastrium,

kesadaran makin kurang, gerak janin melemah atau

berkurang, pengeluaran urine berkurang.

d). Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat

1. Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah

sakit atau merujuk penderita perlu diperhatikan hal berikut :

a. Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih

b. Protein urine 1 plus atau lebih

c. Kenaikan berat badan 1 ½ kg atau lebih dalam

seminggu

d. Edema bertambah dengan mendadak

e. Terdapat gejala dan keluhan subjektif

33
Bidan yang mempunyai Polindes dapat merawat penderita

preeklampsia berat untuk sementara, sampai menunggu

kesempatan melakukan rujukan sehingga penderita dapat

pertolongan yang sebaik-baiknya.

Penderita diusahakan agar :

1. Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara

ataupun sinar

2. Dipasang infus glukosa 5%

3. Dilakukan pemeriksaan :

a. Pemeriksaan umum : pemeriksaan tekanan darah,

Leopold, denyut jantung janin, pemeriksaan

dalam(evaluasi pembukaan dan keadaan janin dalam

rahim)

b. Pemasangan dauer kateter

c. Evaluasi kesemibangan cairan

4. Pengobatan:

a. Sedativa : phenobarbital 3 x 100 mgr, valium 3 x 20

mgr

b. Menghindari kejang

1. Magnesium sulfat

a) Inisial 8 gr IM , dosis ikutan 4 gr/6 jam

34
b) Observasi : pernafasan tidak kurang 16

menit , refleks patela positif, urine tidak kurang

dari 600 cc/24 jam

2. Valium

a) Inisial dosis 20 mgr IV, dosis ikutan 20

mgr/drips 20 tetes/menit

b) Dosis maksimal 120 mgr/24 jam

3. Kombinasi pengobatan :

a) Pethidine 50 mgr IM

b) Klorpromazin 50 mgr IM

c) Diazepam (valium) 20 mgr IM

4. Bila terjadi oligouria di berikan glukosa 40 % IV

untuk menarik cairan dari jaringan, sehingga dapat

merangsang deuresis

5. Setelah keadaan preeklampsia berat dapat teratasi

pertimbangan dapat mengakhiri kehamilan berdasarkan :

a. Kehamilan cukup bulan

b. Mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup

bulan

c.Kegagalan pengobatan preeklampsia berat kehamilan

diakhiri tanpa memandang umur

d. Merujuk penderita ke rumah sakit untuk pengobatan yang

adekuat

35
Mengakhiri kehamilan merupakan pengobatan yang utama

untuk memutuskan atau mengakhiri kehamilan merupakan

pengobatan utama untuk memutuskan kelanjutan

preeklampsia untuk menjadi eklampsia dengan perawatan

sementara dipolindes, maka melakukan rujukan penderita

merupakan sikap yang paling tepat.Ek

a) Eklampsia

Kelanjutan dari preeklampsia berat menjadi

eklampsia dengan tambahan gejala kejang – kejang dan

atau koma. Kejadian preeklampsia dinegara berkembang

berkisar antara 0,3% sampai 0,7%. Kedatangan penderita

sebagian besar dalam keadaan preeklampsia berat atau

eklampsia.

Menjelang kejang-kejang dapat di dahului gejala

subjektif, yaitu nyeri kepala didaerah prontal, nyeri

epigastrium, penglihatan kabur dan terdapat mual-muntah

dan pemeriksaan menunjukkan hiperrefleksia atau mudah

terpasang.

Berdasarkan waktu terjadinya, eklampsia dapat dibagi :

1. Eklampsia gravidarum

a) Kejadian 50% sampai 60%

b) Serangan terjadi dalam keadaan hamil

2. Eklampsia parturientum

36
a) Kejadiaan sekitar 30% sampai 35%

b) Saat sedang inpartu

c) Batas dengan eklampsia gravidarum sukar

ditentukan terutama saat mulai inpartu

3. Eklampsia puerperium

a) Kejadian jarang 10%

b) Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan

berakhir

Dalam mengobservasi preeklampsia berat gejala tersebut perlu

mendapat perhatian seksama.

Kejang-kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :

1. Tingkat awal atau aura

a. Berlangsung 30 sampai 35 detik

b. Tangan dan kelopak mata gemetar

c. Mata terbuka dengan pandangan kosong

d. Kepala diputar kekanan atau kekiri

2. Tingkat kejang tonik

a. Berlangsung sekitar 30 detik

b. Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti dapat

diakui sianosis, tangan menggenggam, kaki diputar

kedalam, lidah dapat tergigit.

3. Tingkat kejang klonik

a. Berlangsung 1 sampai 2 menit

37
b. Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik

c. Kontraksi otot berlangsung cepat

d. Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus

e. Mata melotot

f. Mulut berbuih

g. Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis

h. Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan

4. Tingkat koma

a. Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas

b. Diikuti koma yang lamanya bervariasi

c. Selama terjadi kejang-kejang dapat terjadi suhu naik

mencapai 40°C, nadi bertambah cepat dan tekanan darah

meningkat.

Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin.

1. Komplikasi ibu

a. Menimbulkan sianosis

b. Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru

c. Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak

dan kegagalan jantung mendadak

d. Lidah dapat tergigit

e. Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka-luka

f. Gangguan fungsi ginjal : oligo sampai anuria

g. Perdarahan atau ablasio retina

38
h. Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus

2. Komlikasi janin dalam rahim.

a. Asfiksia mendadak, karena spasme pembuluh darah

menimbulakan kematian

b. Solusio plasenta

c. Persalinan prematuritas

10. Pencegahan Preeklmapsia

Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi

kehamilan yang berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh

karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi

kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian.

Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan

pengawasan hamil yang teratur dengan memperhatikan kenaikan

berat badan, kenaikan tekanan darah dan pemeriksaan urine untuk

menentukan proteinuria.

Untuk mencegah kejadiaan preeklampsia ringan dapat dilakukan

nasehat tentang dan berkaitan dengan :

1. Diet-makanan

Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan

rendah lemak.Kurangi garam apabila berat badan bertambah

atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima

sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan

tambahan satu butir telur setiap hari.

39
2. Cukup istirahat

Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja

seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan.Lebih banyak

duduk atau berbaring kearah punggung janin sehingga aliran

darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.

3. Pengawasan antenatal

Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim

sehingga segera datang ketempat pemeriksaan. Keadaan yang

memerlukan perhatian :

a) Uji kemungkinan preeklampsia :

1) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya

2) Pemeriksaan tinggi fundus uteri

3) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau udema

4) Pemeriksaan protein dalam urine

5) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal,

fungsi hati, gambaran darah umum, dan pemeriksaan

retina mata.

b) Penilaian kondisi janin dalam rahim

1) Pemeriksaan tinggi fundus

2) Pemeriksaan janin : gerakan janin dalam rahim, denyut

jantung janin, pemantauan air ketuban

3) Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi.

40
11. Sikap terhadap Kehamilannya

Penelitian Deley, berdasarkan Cochrane Review. Terhadap dua uji

klinik, terdiri atas 133 ibu dengan preeklampsia berat hamil preterm,

menyimpulkan bahwa belum ada cukup data untuk memberi

rekomendasi tentang sikap terhadap kehamilannya pada kehamilan

preterm.

Berdasarkan Williams Obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan

perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama perawatan,

maka sikap terhadap kehamilannya dibagi menjadi :

a. Aktif (agsressive management) : berarti kehamilan segera diakhiri /

diterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan

medikamentosa.

Perawatan Aktif (Agresif) : sambil memberi pengobatan,

kehamilan diakhiri :

1. Ibu

a) Umur kehamilan ≥ 37 minggu. Lockwood dan paidas

mengambil batasan umur kehamilan > 37 minggu untuk

preeklampsia ringan dan batasan umur kehamilan ≥ 37

minggu untuk preeklampsia berat.

b) Adanya tanda-tanda / gejala Inpending Eklampsia

c) Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu :

keadaan klinik dan laboratorik memburuk.

d) Diduga terjadi solusio plasenta

41
e) Timbul onset persalinan, ketuban pecah, atau perdarahan

2. Janin

a) Adanya tanda-tanda fetal distress

b) Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction

(IUGR)

c) NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal

d) Terjadinya oligohidramnion

3. Laboratorik

a) Adanya tanda-tanda “sindrom HELLP” khususnya

menurutnya trombosit dengan cepat.

b. Perawatan Konservatif

Indikasi perawatan konservasi ialah bila kehamilan preterm

≥ 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia

dengan keadaan janin baik.

1. Penyulit Ibu

a) Sistem saraf pusat. Perdarahan intrakranial vena sentral,

hipertensi ensefalopati, edema serembri, edema retina,

makular atau retisn detachment dan kebutaan korteks.

b) Gastrointestinal – hepatik, subskapular hematoma hepar,

ruptur kapsul hepar

c) Ginjal : gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut

d) Hematologik : DIC, trombositopenia dan hematoma luka

operasi.

42
e) Kardiopulmonar : edemaparu kardiogenik atau

nonkardiogenik, depresi atau arrets, pernafasan, kardiak

arrest, iskemia miokardium

f) Lain-lain : asites, edema laring, hipertensi yang tidak

terkendalikan.

g) Penyulit janin

Penyulit yang dapat terjadi pada janin ialah intrauterine fetal

growth restriction, solusio plasenta, prematur, sindroma distres

nafas, kematian janin intrauterine, kematian neonatal

perdarahan intraventrikular, necrotizing enterocolitis, sepsis,

cerebral palsy.

B. Tinjauan Umum Tentang Eklampsia

1. Defenisi

Eklampsia adalah preeklamsia yang disertai kejang dan atau

koma yang timbul bukan akibat kelainan neuroligia (Didi,

2009)Eklampsia adalah serangan lanjutan dari preeclampsia berat yang

disertai kejang (Hacker, 2007).

2. Etiologi

Eklampsia sampai saat ini masih belum sepenuhnya difahami,

masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini

sering disebut “the disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama

yang dapat diterima untuk menerangkan terjadinya eklampsia adalah :

faktor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah dan keadaan

43
dimana jumlah trophoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan

ketidakmampuan invasi trofoblast terhadap arteri spiralis pada awal

trimester satu dan trimester dua. Hal ini akan menyebabkan arteri

spiralis tidak dapat berdilatasi dengan sempurna dan mengakibatkan

turunnya aliran darah di plasenta. Berikutnya akan terjadi stress

oksidasi, peningkatan radikal bebas, disfungsi endotel, agregasi dan

penumpukan trombosit yang dapat terjadi diberbagai organ

(Widjanarko, 2009).

3. Patofisiologi

Pada eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan

retensi garam dan air.Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat

arteriola glomerulus.Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian

sempitnya sehinnga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi

jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan

darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan

perifer akar oksigenasi jaringan (Wiknjosastro, 2006).

4. Faktor Predisposisi

Primigravida, kehamilan ganda, diabetes melitus, hipertensi

essensial kronik, mola hidatidosa, hidrops fetalis, bayi besar, obesitas,

riwayat pernah menderita preeklampsia atau eklamsia, riwayat

keluarga pernah menderita preeklampsia atau eklamsia, lebih sering

dijumpai pada penderita preeklampsia dan eklampsia (Wiwid, 2008).

44
5. Gejala

Seluruh kejang eklampsia didahului dengan pre

eklampsia.Eklampsia digolongkan menjadi kasus antepartum,

intrapartum atau postpartum tergantung saat kejadiannya sebelum

persalinan, pada saat persalinan atau sesudah persalinan.Tanpa

memandang waktu dari omset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai

dari daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah.Beberapa

saat kemudian seluruh tubuh menjadi kaku karena kontraksi otot yang

menyeluruh, fase ini dapat berlangsung 10 sampai 15 detik (Hacker,

2007).

Pada saat yang bersamaan rahang akan terbuka dan tertutup dengan

keras, demikian juga hal ini akan terjadi pada kelopak mata, otot–otot

wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot mengalami kontraksi dan

relaksasi secara bergantian dalam waktu yang cepat. Keadaan ini

kadang–kadang begitu hebatnya sehingga dapat mengakibatkan

penderita terlempar dari tempat tidurnya, bila tidak dijaga.Lidah

penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot – otot rahang.Fase ini

dapat berlangsung sampai 1 menit, kemudian secara berangsur

kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya

penderita tidak bergerak (Hacker, 2007).

Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernafasan

berhenti.Selama beberapa detik penderita sepertinya meninggal karena

henti nafas, namun kemudian penderita bernafas panjang, dalam dan

45
selanjutnya pernafasan kembali normal. Apabila tidak ditangani

dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan kejang–kejang

berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan sampai kejang yang

berkelanjutan yang disebut status epileptikus. (Prawirohardjo, 2006)

Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma selama

beberapa saat. Lamanya koma setelah kejang eklampsia bervariasi.

Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita biasanya segera pulih

kesadarannya segera setelah kejang.Namun pada kasus–kasus yang

berat, keadaan koma berlangsung lama, bahkan penderita dapat

mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya. Pada kasus

yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti

dengan koma yang lama bahkan kematian (Prawirohardjo, 2006)

Frekuensi pernafasan biasanya meningkat setelah kejang eklampsia

dan dapat mencapai 50 kali/menit.Hal ini dapat menyebabkan

hiperkarbia sampai asidosis laktat, tergantung derajat hipoksianya.

Pada kasus yang berat dapat ditemukan sianosis. Demam tinggi

merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabila hal tersebut terjadi

maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan saraf pusat

(Prawirohardjo, 2006).

6. Diagnosis Banding (Manuaba, 2006)

a. Hipertensi kronik

Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu, tidak diketahui

akan sulit untuk membedakan antara preeclampsia dan hipertensi

46
kronik dalam hal demikian tangani sebagian hipertensi karena

kehamilan.

b. Proteinuria

1) Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi urin,

sehingga dapat menyebabkan proteinuria

2) Kateterisasi tidak dianjurkan untuk mencegah infeksi

3) Infeksi kandung kemih, anemia berat, payah jantung dan partus

lama juga dapat menyebabkan proteinuria

4) Darah dalam urin, kontaminasi darah vagina dapat

menghasilkan protein positif palsu.

c. Kejang dan koma

Eklampsia harus didiagnosa banding dengan epilepsy, malaria,

serebral, trauma kepala, penyakit serebrovaskuler, intoksikasi,

asidosis, meningitis, enfalitis, dan hysteria.

7. Klasifikasi

Biasanya didahului oleh gejala dan tanda pre-eklampsi berat.

Serangan eklampsi dibagi dalam 4 tingkat (Wiwid, 2008).

a. Stadium invasi (awal atau aurora)

Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan

bergetar, kepala dipalingkan ke kanan atau kekiri. Stadium ini

berlangsung kira-kira 30 detik

47
b. Stadium kejang kronik .

Otot badan jadi kaku, waja kaku, tangan mengeggam dan kaki

membengkok ke dalam, pernafasan berhenti, muka mulai

kelihatan sianosis. Lidah dapat tergigit. Stadium ini berlangsung

kira-kira 20-30 detik

c. Stadium kejang kronik.

Semua otot berkontraksi berulang-ulang dalam waktu yang cepat,

mulut terbuka dan menutup keluar ludah berbusa dan lidah dapat

tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongestik dan sianosis.

Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang kolonik berhenti dan

penderita tidak sadar menarik nafas seperti mendengkur.

d. Stadium koma

Lamanya ketidaksadaran (koma) ini berkangsung selama beberapa

menit sampai berjam-jam. Kadang-kadang antara kesadaran timbul

serangan baru akibatnya ibu tetap dalam keadaan koma. Selama

serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai

400 C

8. Pencegahan

Mencegah timbulnya eklampsi jauh lebih penting dari pada

mengobatinya, karena sekali ibu mendapat serangan, maka prognosa

akan jauh lebih buruk, padah umumnya eklampsi dapat dicegah atau

frekunsinya dapat diturunkan. Upaya-upaya untuk menurunkanya adalah

dengan:

48
a. Memberikan informasi dan edukuasi kepada masyarakat, bahwa

eklamsi bukanlah penyakit kemasukan (magis), seperti banyak

disangka oleh masyarakat awam.

b. Meningkatkan jumlah poliklinik (balai) pemeriksaan ibu hamil

serta mengusahakan agar semua ibu hamil memeriksakan

kehamilannya sejak hamil mudah.

c. Pelayanan kebidanan yang bermutu, yaitu pada tiap-tiap

pemeriksaan kehamilan diamati tanda-tanda pre-eklampsi dan

mengobatinya sedini mungkin.

d. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37

minggu keatas, apabilah setelah rawat inap tanda-tanda tidak

menghilang.

9. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan eklampsia sama dengan pre-eklampsia berat.

Dengan tujuan utama menghentikan berulang nya serangan konvulsi dan

mengakhiri kehamilan secepatnya digunakan cara yang aman setelah

keadaan ibu mengizinkan. Prinsip penatalaksanaan

a. Pada masa kehamilan

1) Pengobatan antikonvulsan

a) Sodium Penthothal, sangat berguna untuk menghentikan

kejangan dengan segera bila diberikan secara intravena.

Akan tetapi, obat ini mengandung bahaya yang tidak kecil.

49
Obat ini hanya dapat diberikan dirumah sakit dengan

pengawasan yang tepat.

b) Sulfas magnesicus, yang mengurangi kepekaan saraf pusat

pada hubungan neuro muscular tanpa mempengaruhi

bagian lain dari susunan saraf. Obat ini menyebabkan

vasidilatasi, menurunkan tekanan darah, meningkatkan

deuresis, dan menambah aliran darah keuterus. Dosisi

inisial diberikan ialah 8 gram dalam larutan 40% secara

intramuskuler, selanjutnya tiap 6 jam 4 gram, dengan syarat

refleks patella positif, pernafasan 16/menit, deuresis harus

melebihi 600 ml/hari, selain intramuskuler, sulfas

megnesikus dapat diberikan secara intravena, dosisi inisial

yang diberikan adalah 4 g 40% MgSO4 dalam larutan 10

ml intravena secara perlahan, diikuti 8 g IM dan selalu

disediakan kasium glukonas dalam 10 ml sebagai

antidotum.

c) Lytic Coctail, yang terdiri atas petidin 100 mg,

klorpromazin 100 mg, dan promatezin 50 mg dilarutkan

dalam glukosa 5% 500 ml dan diberikan secara intravena.

2) Pengobatan antihipertensi

a) Obat pilihan adalah hidralizin, yang diberikan 5 mg IV

pelan-pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun.

50
b) Pemberian hidralizin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 mg

IM setiap 2 jam

c) Jika hidralizin tidak tersedia dapat diberikan nifedipine 5

mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah 10 menit, beri

tambahan 5 mg sublingual. Labetolol 10 mg IV, yang jika

respons tidak baik setelah 10 menit, diberikan lagi labetolol

20 mg IV.

b. Pada persalinan

1) persalinan harus terjadi pada 12 jam sejak gejala eklampsia

timbul

2) Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak terjadi dalam 12

jam lakukan seksio sesarea

3) Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa :

a) Tidak terdapat koagulopati

b) Anastesi yang aman/ terpilih adalah anestesi umum. Jangan

lakukan anastesia lokal.

4) Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm, terlalu

kecil, lakukan persalinan pervaginam. Jika serviks matang,

lakukan induksi dengan 0ksitosin 2-5 IU dalam 500 ml

dextrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.

c. Perawatan postpartum

1) Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau

kejang terakhir

51
2) Teruskan terapi antihipertensi jika tekanan diastolik masih >

110 mmHg.

3) Pantau urin

10. Komplikasi

Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin.Usaha

utama adalah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita

preeklampsi dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut dibawah biasanya

terjadi pada preeklampsi berat dan eklampsia.

a. Hipofibrinogenemia, pada pre-eklamsia berat zuspan (1978)

menemukan 23% hipofibrinogenomia, maka dari itu penulis

menunjukan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.

b. Hemolisis, penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang

menunjukan gejala klinis hemolisis yang dikenal karena ikterus.

Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-

sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosisperiportal hati

yang sering ditemukan pada autopsy penderita eklampsia dapat

menerangkan eklampsia tersebut.

c. perdarahan otak, komplikasi ini merupakan penyebab utama

kematian maternal eklampsia.

d. Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara yang

berlangsung sampai seminggu, dapat terjadi. Pendarahan kadang-

kadang terjadi pada retina: hal ini merupakan tanda gawat akan

terjadianya apopleksia serebri.

52
e. Edema paru-paru, Zuspan (1978) hanya satu penderita dari 69

kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena payah jantung.

f. Nekrosis hati, nekrosisi periportal hati pada eklampsia merupakan

akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk

eklampsia, tetapi ditemukan juga pada penyakit lain. Kerusakan

sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama

penentuan enzim-enzimnya.

g. Sindrom Haemolysis, elevated liver enzymes,dan low platelet

(HELLP)

h. Kelainan ginjal, kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu

pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa

kelainan stuktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah

unuria sampai gagal ginjal.

i. Komplikasi lain, lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh

akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi, dan DIC (disseminated

intravaskuler coagulation)

C. Tinjauan Umum Tentang variabel Penelitian

1. Tinjauan umum tentang umur

Umur pada ibu saat kehamilan merupakan salah satu faktor yang

menentukan tingkan resiko kehamilan dan persalinan, umur 20-30

tahun adalah periode paling aman untuk hamil / melahirkan

(moerman, 1990). Menurut josep dan usta tahun 2008 menyatakan

banhwa beberapa komplikasi yang lebih umum sering terjadi pada

53
wanita yang berusia di atas 35 tahun meliputi gastisional diabetes,

tekanan darah tinggi dalam hal ini terjadinya preeklampsia, masalah

plasenta dan bayi yang lahir mati. Hal ini menunjukkan betapa usia

sangat berpengaruh pada terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.

Wanita yang lebih tua, yang dengan bertambahnya usia akan

menunjukkan peningkatan insiden hipertensi kronis menghadapi

risiko yang lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan

atau superimposed preeklampsia. Jadi wanita yang berada pada awal

atau akhir usia reproduksi, dahulu di anggap rentan.

Hansen ( 1986) meninjau beberapa penelitian dan melaporkan

peningkatan insiden preeklampsia sebesar 2-3 kali lipat pada nullipara

yang berusia yang diatas 40 tahun bila dibandingkan dengan yang

berusia 25 – 29 tahun. (Chunningham, 1995) ibu muda pada waktu

hamil sering mengalami ketidak teraturan tekanan darah dan tidak

memperhatikan kehamilannya di dukung dengan psikisnya yang

belum siap menghadapi kehamilan mengakibatkan tekanan darah

meningkat dan terjadi hipertensi.

Ibu yang usianya > 35 tahun dalam tubuhnya telah terjadi

perubahan-perubahan akibat penuaan organ-organ, kemudiaan terjadi

penurunan kondisi fisik secara keseluruhan seperti penurunan fungsi

ginjal, fungsi hati, peningkatan tekanan darah dan diabetes militus,

sehingga kemungkinan untuk mendapat penyakit-penyakit dalam

masa kehamilan seperti preeklampsia akan meningkat. Pada usia ini

54
> 35 tahun merupakan kehamilan yang berisiko tinggi baik dari sisi

kehamilan maupun dari persalinannya. Karena pada usia tersebut

calon ibu akan mengalami gejala pembekuan darah, risiko yang

terjadi adalah keguguran, preeklampsia dan eklampsia, cacat bawaan

dan BBLR ( Sri, 2001).

Penelitian yang dilakukan oleh Lim (2009) menyatakan bahwa

ibu yang berusia >40 tahun memiliki resiko terhadap kejadiaan

preeklampsia dan eklampsia. Berdasarkan ACOG (2002) dan sibai

(2004) dalam barrs (2010), menyatakan bahwa wanita yang berusia di

bawah 20 tahun dan yang berusia 35 sampai 40 tahun memiliki

kemungkinan risiko terhadap kejadian preeklampsia.

2. Tinjauan umum tentang Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran yang dipunyai oleh seorang

wanita (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat

di bedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara. Dari

kejadian delapan puluh persen semua kasus hipertensi pada

kehamilan, 3 – 8 % pasien terutama pada primigravida, pada

kehamilan trimester kedua (lewelly – jones,2001).

Catatan statistik menunjukkan dari sebuah insiden sedunia, dari 5

– 8 % preeklampsia dari semua kehamilan, terdapat 21 % lebih

dikarenakan oleh primigravida (pauline, 1993). Faktor yang

mempengaruhi preeklmapsia frekuensi primigravida lebih tinggi bila

55
dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda

(duffus, 1994).

Persalinan yang berulang-ulang beresiko tinggi terhadap

kehamilan, telah terbukti bahwa persalianan kedua dan ketiga adalah

persalinan yang paling aman. Pada the new england journal of

medicine mencatat bahwa pada kehamilan pertama berisiko terjadi

preeklampsia 3,9%, kehamilan kedua 1,7% dan kehamilan ketiga

1,8% (hernandez-Di’az, 2009).

Pada kehamilan pertama secara imunologi pembentukan blocking

antibodies terhadap antibodies plasenta tidak sempurna sehingga

respon imun yang tidak tergantuk terhadap histoinkompabilitas

plasenta. Pada kehamilan berikutnya pembentukan dari bloking

antibodies ini lebih banyak akibat respon yang terjadi pada kehamilan

pertama (sarwono,2007).

3. Tinjauan umu tentang jarak kehamilan

Jarak kehamilan adalah jarak kehamilan ibu sebelum dengan

jarak kehamilan yang berikutnya.Jarak kehamilan yang terlalu dekat

meningkatkan resiko bagi ibu hamil. Hal ini di karenakan setelah

melahirkan rahim memerlukan waktu yang cukup lama untuk

pemulihan sebelum terisi lagi oleh janin, sebab pada waktu

melahirkan pembuluh darah pada dinding rahim rusak sehinggah

mempengaruhi sirkulasi makanan ke janin.Kehamilan yang berulang

56
menyebabkan keadaan rahim tidak sehat lagi untuk kehamilan

berikutnya pada jarak waktu yang berdekatan.

Seorang ibu memerlukan waktu dua sampai tiga tahun antara

kehamilan agar pulih secara fisiologi dari persalinan dan

mempersiapkan diri untuk hamil berikutnya ( Depkes, 2004).

Dengan menunggu selama dua tahun setelah kelahiran anak

terakhir sebelum menginginkan kehamilan berikutnya akan

meningkatkan kesehatan seluruh anggota keluarga ( Agutin, 2005).

4. Tinjauan umum tentang kehamilan ganda

Preeklmapsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada

kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia

dan satu kematian ibu karena eklampsia. Dari hasil pada kehamilan

tunggal, dan sebagai faktor penyebabnya ialah dislensia uterus. Dari

penelitian Rozikhan (2007,)

5. Tinjauan umum tentang riwayat hipertensi

Riwayat kesehatan yang menigkatkan terjadinya preeklampsia

yaitu riwayat hipertensi.Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi

esensial berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira

sepertiga diantaranya para wanita penderita tekanan darahnya tinggi

setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai dengan gejala lain. Kira-

kira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat

disertai satu gejala preeklampsia atau lebih, seperti edema,

proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah,gangguan visus

57
(supperiomposedpreeklampsia), bahkan dapat timbul eklampsia dan

perdarahan otak.

Penyakit preeklampsia pada kehamilan berperan besar dalam

morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal.Hipertensi

diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7 % sampai 10% seluruh

kehamilan. Seluruh ibu mengalami hipertensi selama masa hamil,

setengah sampai dua pertiganya didiagnosa mengalami preeklampsia

(Bobak,2004).

6. Tinjauan umum tentang riwayat preeklampsia

Riwayat preeklampsia dapat meningkatkan terjadinya

preeklampsia. Wanita yang mengalami preeklampsia pada kehamilan

pertama akan meningkat mendapatkan preeklampsia pada kehamilan

berikutnya.

Kehamilan berikutnya pada wanita dengan riwayat preeklampsia

dan eklampsia juga meningkatkan risiko komplikasi obstetrik lainnya

dibandingkan dengan wanita tanpa riwayat termasuk sulosui plasenta,

persalinan preterm, pertumbuhan janin terhambat, peningkatan tingkat

kematian perinatal. Risiko paling signifikan untuk mengalami

preeklampsia adalah telah memiliki preeklampsia pada kehamilan

sebelumnya (pengemanan 2002).

58
D. Kerangka Teori

Status waita dalam Status Kesehatan


keluarga dan masyarakat 1. Gizi
1. Pendidikan 2. Infeksi
2. Pekerjaan 3. Penyakit Hipertensi
3. penghasilan 4. Riwayat
4. Pemberdayaan Preeklampsia Kehamilan
perempuan

Status Reproduksi
Status keluarga dalam 1. Umur
masyarakat 2. Paritas
1. Penghasilan 3. Jarak Kehamilan
2. Kepemilikan 4. Kehamilan Ganda
3. Pendidikan
4. pekerjaan
Akses Pelayanan
1. Jangkauan Yankes
2. Kualitas Yankes
3. Akses Informasi Komplikasi
Status masyarakat 1. Perdarahan
1. Kesejahteraan 2. Preeklampsi
2. Sumber daya Prilaku sehat 3. Eklampsia
1. Antenatal Care
2. Pertolongan
3. Penggunaan KB

Gambar 2.1

Kerangka Teori
(Mc.Carthy dan Maine)

59
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Kehamilan dan persalinan sebagai keadaan fisiologis yang

dialami seorang ibu tidak terlepas dari risiko yang dapat

membahayakan ibu dan janinnya. Preeklampsia sebagai tahap awal

dari eklampsia merupakan salah satu dari trias komplokasi yang

memegang peranan utama dalam memperbesar risiko kematian ibu dan

janinnya. Saat ini belum diketahui penyebabnya, sehingga penting

untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian

preeklampsia seperti umur, paritas, jarak kehamilan, kehamilan ganda,

riwayat hipertensi dan riwayat preeklampsi. Selanjutnya telah di

identifikasi hubungan antara variabel serta arah variabel yang terlibat

kedalam model kerangka konsep yang mengacuh pada model teoritis

yang dikemukakan oleh teori H. L. Bloom, adapun alasan memasukan

masing-masing variabel independen kedalam model kerangka konsep

diuraikan secara singkat sebagai berikut :

a. Umur Ibu

Umur ibu yang terlalu muda (<20 tahun ) dan terlalu tua (> 35

tahun) mempunyai resiko yang lebih besar untuk mengalami

eklampsia, karena ibu yang hamil pada usia terlalu muda

mengalami perubahan yang hebat dalam masa kehamilannya

60
sedangkan ibu yang hamil pada usia yang terlalu tua mengalami

kemampuan adaptasi yang menurun terhadap perubahan hormonal

(Cunningham,2005)

b. Paritas

Telah ditemukan bahwa ibu primigravida adalah faktor

predisposisi terjadinya penyakit eklampsia. Hal ini di dukung oleh

teori yang dikemukakan bahwa patogenesa eklampsia terjadi

karena maladaptasi dari sirkulasi uteroplasenta dan interaksi

immunologiknfeto maternal. Pada primigravida adaptasi tidak

sebaik pada multigravida.(Rachimhadhi,1991)

c. Jarak kehamilan

Jarak kehamilan bagi ibu agar mengurangi resiko eklamsia, ibu

yang hamil dengan jarak kehamilan <2 tahun akan lebih berisiko

dibandingkan dengan jarak kehamilan > 2 tahun yang mungkin

dialami oleh mereka. Risiko ini baru diketahui pada saat persalinan

yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat sehingga dapat

membawa akibat fatal (Maas, 2004). Sebagai akibat dari kurangnya

kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kehamilan dapat

berdampak pada terjadinya persalinan prematur karena tidak

terdeteksinya berbagai masalah kesehatan pada ibu (Husnina,

2006). Jarak Kehamilan Jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu

kurang dari 24 bulan merupakan jarak kehamilan yang berisiko

tinggi sewaktu melahirkan (Tukiran, 2008). Pada wanita yang

61
melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah

dua tahun), akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya

perdarahan pada trimester ke tiga, termasuk karena alasan plasenta

previa, anemia atau kurang darah, ketuban pecah awal,

endometriosis masa nifas serta yang terburuk yakni kematian saat

melahirkan (Dian, 2004). Selain itu wanita yang hamil dengan

jarak terlalu dekat berisiko tinggi mengalami komplikasi di

antaranya kelahiran prematur, bayi dengan berat badan rendah,

bahkan bayi lahir mati. Meningkatnya risiko ini tidak berkaitan

dengan faktor risiko lain, seperti komplikasi pada kehamilan

pertama, usia ibu waktu melahirkan, dan status ekonomi ibu. jarak

kehamilan terlalu dekat menyebabkan ibu punya waktu yang

terlalu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya. Setelah rahim

kembali ke kondisi semula, barulah merencanakan punya anak lagi

(Ros, 2003)

d. Kehamilan ganda

Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau

lebih.Kehamilan ganda dapat memberikan risiko yang lebih tinggi

terhadap bayi dan ibu.Oleh karena itu, dalam menghadapi

kehamilan ganda harus dilakukan pengawasan hamil yang lebih

intensif.Kebutuhan untuk pertumbuhan hamil ganda lebih besar

sehingga apabila terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia hamil

dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam rahim.Pada

62
kehamilan ganda umumnya sering mengalami berbagai keluhan

seperti terasa sesak nafas, sering ingin kencing, edema tungkai,

pembesaran pembuluh darah (varises). Pertumbuhan janin pada

kehamilan ganda tergantung dari faktor plasenta apakah menjadi

satu atau bagaimana lokasi implantasi plasentanya yang

mempengaruhi pertumbuhan pada janin. Pada kehamilan ganda

dengan distensi uterus yang berlebihan dapat menyebabkan

terjadinya persalinan prematur (Manuaba, 1998).

e. Riwayat hipertensi

Salah satu faktor predisposing terjadinya eklampsia adalah adanya

riwayat hipertensi kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi

sebelumnya, atau hipertensi esensial. Sebagian besar kehamilan

dengan hipertensi esensial berlangsung normal sampai cukup bulan.

Pada kira-kira sepertiga diantara para wanita penderita tekanan

darahnya tinggi setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala

lain. Kira-kira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan

dapat disertai satu gejala preeklampsia atau lebih, seperti edema,

proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus (

Supperimposed preeklampsia ), bahkan dapat timbul eklampsia dan

perdarahan otak (Cunningham,2005)

f. Riwayat Preeklampsia

Hasil penelitian rozikhan (2007), menyebutkan bahwa terdapat 83

(50,9%) kasus preeklampsia mempunyai riwayat preeklampsia,

63
sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 12 (7,3%) mempunyai

riwayat preeklampsia berat.

B. Pola Pikir Variabel yang Diteliti

Umur Ibu

Paritas

Jarak Kehamilan
Preeklampsia dan
Eklampsia
Kehamilan Ganda

Riwayat Hipertensi

Riwayat
Preeklampsia

Ketearangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

64
C. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif

1. Preeklampsia/eklampsia

Yang dimaksud preeklampsia dalam penelitian ini adalah apabila

ditemukan tiga dari trias utama yaitu hipertensi, edema atau

proteinuria pada ibu hamil oleh adanya hasil diagnosa dokter yang

tercantum dalam catatan medik (Kartu Ibu/ buku KIA).

Eklampsia : Jika pada catatan medik didapati hasildiagnose

Eklampsia

Preeklampsia : Jika pada catatan medik didapati hasil diagnosa

preeklampsia

2. Umur Ibu

Umur dalam penelitian ini adalah ibu pada saat hamil yang

dinyatakan dalam satuan tahun kalender sesuai dengan informasi

yang diberikan responden yang tercantum dalam catatan medik

(Rozikhan, 2007)

Kriteria Obyektif

Umur Muda dan Tua :Jika yang tercatat dalam rekam medik

umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun

Ideal :Jika yang tercatat dalam rekam medik

umur ibu 20 – 35 tahun.

65
3. Paritas

Paritas adalah jumlah persalian yang pernah dialami responden

tanpa memperhatikan keadaan hasil persalinan tersebut hidup atau

mati dengan usia kehamilan > 20 minggu yang diperoleh melalui

hasil catatan medik ( Manuaba, 2007).

Kriteria Obyektif

(1 atau ≥ 4 Paritas) :Bila kelahiran yang dialami ibu yang tercatat

dalam rekam medis adalah 1 atau ≥ 4

(2-3 Paritas) :Bila kelahiran yang dialami ibu yang

tercatat dalam rekam medis adalah 2-3.

4. Jarak Kehamilan.

Jarak kehamilan adalah antara kehamilan saat ini dengan

kehamilan ibu sebelumnya yang dinyatakan dalam satuan tahun

kalender yang diperoleh melalui catatan yang tercantum dalam

rekaman medik .(Cunningham,2005)

Kriteria Objektif

Terlalu Rapat : Jika catatan yang tercantum dalam rekaman medik

jarak kehamilan< 2 tahun

Ideal : Jika catatan yang tercantum dalam rekaman medik

jarakkehamilan> 2 tahun.

66
5. Kehamilan ganda

Kehamilan ganda yakni jumlah yang dikandung pada saat ibu

hamil dengan dua janin/lebih dan sesuai yang tercatat dalam

rekaman medik.

Kriteria Obyektif

Gemeli : jika catatan yang tercantum dalam rekam medik

ibu mengandung dua janin atau lebih

Tunggal :Jika catatan yang tercantum dalam rekaman

medik ibu hanya mengandung satu janin

6. Riwayat hipertensi

Riwayat hipertensi adalah pernah atau tidaknya mengalami

hipertensi menurut pengakuan, yang diperkuat dengan adanya

catatan yang tercantum dalam catatan medik.

Kriteria obyektif

Ada Riwayat : Bila dalam rekam medik menyatakan ada

catatan mengenai riwayat hipertensi.

Tidak Ada Riwayat : Bila dalam rekam medik menyatakan ada

catatan mengenai tidak ada riwayat

hipertensi.

7. Riwayat preeklampsia.

Riwayat preeklampsia adalah pernah atau tidaknya mengalami

preeklampsi serta adanya anggota keluarga pihak ibu yang pernah

67
mengalami preeklampsia, yang diperoleh melalui catatan yang

tercantum dalam catatan medik.

Kriteria Obyektif

Ada Riwayat : Bila dalam rekam medik menyatakan ada

catatan mengenai riwayat preeklampsia

Tidak Ada Riwayat : Bila dalam rekam medik menyatakan ada

catatan mengenai tidak ada riwayat

preeklampsia.

D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara faktor umur ibu dengan kejadian

preeklampsia dan eklampsia

b. Tidak ada hubungan antara faktor paritas dengan kejadian

preeklampsia dan eklampsia

c. Tidak ada hubungan antara faktor jarak kehamilan dengan

kejadian preeklampsia dan eklampsia

d. Tidak ada hubungan antara faktor kehamilan ganda dengan

kejadian preeklampsia dan eklampsia

e. Tidak ada hubungan antara faktor riwayat hipertensi dengan

kejadian preeklampsia dan eklampsia

f. Tidak ada hubungan antara faktor riwayat preeklampsia dengan

kejadian preeklampsia dan eklampsia

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

68
a. Ada hubungan antara faktor umur ibu dengan kejadia

preeklampsia dan eklampsia

b. Ada hubungan antara faktor paritas dengan kejadia

preeklampsia dan eklampsia

c. Ada hubungan antara faktor jarak kehamilan dengan kejadia

preeklampsia dan eklampsia

d. Ada hubungan antara faktor kehamilan gemeli dengan kejadia

preeklampsia dan eklampsia

e. Ada hubungan antara faktor riwayat hipertensi dengan kejadia

preeklampsia dan eklampsia

f. Ada hubungan antara faktor riwayat preeklampsia dengan

kejadia preeklampsia dan eklampsia

69
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian Observasional dengan rancangan

Cross Sectional Study yaitu rancangan studi epidemiologi yang

mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan

cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu dari

populasi tunggal pada satu saat atau periode.

B. Lokasi Penelitian

1. Profil instansi

Status Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab.Kolaka sebagai Badan

layanan Umum milik Pemerintah Daerah Kab.Kolaka.Rumah Sakit ini

adalah Rumah Sakit Type C yang merupakan pusat rujukan pasien yang

berasal dari unit-unit pelayanan kesehatan dari seluruh kecamatan di

Kabupaten Kolaka dan sekitarnya.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.YM.01.10/III/5061/2009 tanggal 29 Desember 2009 menetapkan

status Akreditasi Bersyarat Tingkat Dasar kepada RSBG Kab.Kolaka.

2. Letak Geografis

RSBG Kab.Kolaka terletak di Kel. Lamokato, Kec. Kolaka, Kab.

Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya di jalan Dr. Sutomo No.

1, dengan koordinat geografis 3°13´ - 4°35´ LS, 121°05´ – 121°99´ BT.

70
Lokasi ini sangat strategis karena terletak di pusat kota Kolaka sehingga

mudah dijangkau oleh masyarakat.

3. Lingkungan Fisik

Kabupaten Kolaka memiliki wilayah daratan seluas ± 6.918,38

Km2 dan wilayah perairan ± 15.000 Km2 yang terdiri dari 20 (dua

puluh) Kecamatan, dengan jumlah penduduk 321.506 jiwa (BPS Kab.

Kolaka, 2012).RSBG Kab.Kolaka dibangun di atas tanah seluas ± 1

(satu) Ha.

4. Alasan memilih lokasi penelitian

a. Data kejadian preeklamsia/eklampsia lengkap pada tahun 2014

b. Angka kejadian preeklampsia/eklampsia pada tahun 2014 masih

banyak

c. Merupakan tempat rujukan bagiibu hamil, bersalin dan post partum

yang bermasalah di wilayah kerja rumah sakit tersebut utamanya

preeklampsia dan eklampsia

5. Waktu penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan Mei2015

C. Populasi dan Sampel

1.Populasi

Semua ibu hamil dan bersalin yang dirawat di BLUD Rumah Sakit

Benyamin Guluh Kab.Kolaka tahun 2014 yang didiagnosa

Preeklampsia dan Eklampsia dan tercatatat didalam rekam medik

berjumlah 123orang.

71
2. Sampel

a. Unit Observasi

Unit observasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil, bersalin dan

post partum yang dirawat dan tercatat dalam rekam medik yang

didiagnosa Preeklampsia dan Eklampsia di BLUD Rumah Sakit

Benyamin Guluh Kab.Kolaka periode 2014, sebanyak 123 orang.

b. Unit Analisis

Semua variabel independen sampai dengan variabel dependen yang

melekat pada unit observasi (Variabel umur, paritas,jarak

kehamilan, kehamilan ganda, riwayat hipertensi, riwayat

eklampsia)

c. Besar Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah semua ibu hamil, bersalin dan

post partum yang dirawat dan tercatat dalam rekam medic yang

didiagnosa Preeklampsia dan Eklampsia di BLUD Rumah Sakit

Benyamin Guluh Kab.Kolaka periode 2014, sebanyak 123orang..

d. Tekhnik pengambilan sampel dilakukan dengan metode “total

Sampling” yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi

(sugiyono,2009).

D. Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Data sekunder yang diperoleh dari Rumah Sakit Benyamin Guluh

Kolaka dengan melakukan pengambilan data secara lengkap pada buku

72
rekam medik yang diambil dimulai dari bagian rekam medik untuk

menyesuaikan data yang ada.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunaakan pada saat

pengumpulan data.Instrumen pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan format pengumpulan data yang dilihat dari data rekam

medik.

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pada pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

komputerisasi program Statictial Product and Service Sciences (SPSS)

For Windows versi 16.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Coding

1) Pembuatan daftar variable

2) Pembuatan daftar koding

3) Pemindahan isi list variabel kedalam daftar koding

4) Pembuatan program entry atau tabulasi data sesuai dengan daftar

variable

b. Editing

Melakukan pemeriksaan pada setiap format pengumpulan data yang

diisi untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam pengisian

format.

73
c. Entry Data

Sebelum pemasukan data ke dalam komputer terlebih dahulu dibuat

program pemasukan data sesuai dengan karakteristik serta skala

masing-masing variabel.Selanjutnya, data yang sudah ada dalam

bentuk daftar koding dimasukkan dalam program, pemasukan data

sampai selesai dilakukan peneliti. Data di input dalam lembar kerja

program SPSS.

d. Penyajian Data

Data yang telah diolah, disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan

narasi untuk membahas hasil penelitian.

2. Analisis Data

Model analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Analisis Univariat

Dilakukan dengan menghitung frekuensi dalam bentuk persentase

dari variabel umur, paritas, jarak kehamilan, kehamilan ganda,

riwayat hipertensi, riwayat eklampsias

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengukur

hubungan atau asosiasi yang terjadi antara dua variabel.Hubungan

antara variabel bebas dengan skala ordinal terhadap variabel terikat

dengan skala ordinal dianalisis dengan uji Continuity Correction

untuk mendapatkan hubungan bermakna. Apakah nilai Chi-Square

74
dihitung dengan manual atau kalkulator, maka digunakan rumus

Chi-Square seperti yang ditampilkan di bawah ini :

X²= (O-E) ²

Keterangan :

X² : Statistik chi-square

O : Frekuensi hasil observasi

E : Frekuensi yang diharapkan

Untuk menentukan apakah terjadi hubungan yang bermakna antara

variabel bebas dan variabel terikat, maka menggunakan p value

yang dibandingkan dengan tingkat kesalahan yang digunakan yaitu

5% atau 0,05. Apabila p value ≤ 0,05, maka Ho ditolak, yang berarti

ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel

terikat. Sedangkan p value > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti

tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan

variabel terikat.Untuk mengetahui kekuatan hubungan dari kedua

variabel digunakan koefisien phi dengan rumus sebagai berikut :

φ=√(x^2 )/n

Interpretasi nilai phi antara 0-1

0,01-0,25 : Hubungan lemah

0,26-0,50 : Hubungan sedang

0,51-0,75 : Hubungan kuat

0,76-1 : Hubungan sangat kuat.

75
1. Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul

penelitian dan manfaat penelitian. Bila subyek menolak maka

peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subyek.

2. Anomity (Tanpa Nama)

Dalam penelitian akan dijamin kerahasiaan data dari para

responden dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi

yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset.

4. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian

kebidanan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi

etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus

diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut : (Hidayat, 2007)

76
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh

Kabupaten Kolaka pada tanggal 24 – 27 Mei 2015. Dengan jumlah sampel

sebanyak 123 resonden, yang terdiri dari 120 kasus preeklampsia dan 3 kasus

eklampsia.

1. Karakteristik Umum Responden

a. Agama

Tabel 5.1
Distibusi Frekuensi Berdasarkan Agama
Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten Kolaka
Tahun 2014
Preeklampsia/Eklampsia Total
Agama Eklampsia Preeklampsia
n % n % N %
Islam 1 33.3 120 100 121 98.4
Kristen 2 66.7 0 0 2 1.6
Total 3 100 120 100 123 100
Sumber : Data Sekunder

Tabel 5.1 menunjukkan dari 123 responden, berdasarkan

agama, islam (98.4%), dan kristen (1.6%).

77
b. Pendidikan

Tabel 5.2
Distibusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten Kolaka
Tahun 2014
Preeklampsia/Eklampsia Total
Pendidikan Eklampsia Preeklampsia
n % n % N %
SD 1 33.3 19 15.8 20 1.3
SMP 0 0 34 28.3 34 27.6
SMA 0 0 49 40.8 49 39.8
DIII 2 6.7 6 5 6 6.5
SI 0 0 12 10 12 9.8
Total 3 100 120 100 123 100
Sumber :Data Sekunder

Tabel 5.2 menunjukkan dari 123 responden, berdasarkan

tingkat pendidikan SD (16.3%), SMP (27.6%), SMA (39.8%), DIII

(6.5%), dan SI (9.8%).

c. Pekerjaan

Tabel 5.3
Distibusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan
Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten Kolaka
Tahun 2014
Preeklampsia/Eklampsia Total
Pendidikan Eklampsia Preeklampsia
n % N % N %
PNS 2 66.7 8 6.7 10 8.1
IRT 0 0 111 92.5 111 90.2
Honorer 1 33.3 1 0.8 2 1.6
Total 3 100 120 100 123 100
Sumber :Data Sekunder

78
Tabel 5.3 menunjukkan dari 123 responden, berdasarkan

pekerjaan, PNS (8.1%), IRT (90.2%), dan honorer (1.6%).

d. Tekanan Darah

Tabel 5.4
Distibusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah
Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten Kolaka
Tahun 2014
Tekanan Preeklampsia/Eklampsia Total
Darah Eklampsia Preeklampsia
(mmHg) n % N % N %
≥160 3 100 25 20.8 28 22.8
<160 0 0 95 79.2 95 77.2
Total 3 100 120 100 123 100
Sumber : Data Sekunder

Tabel 5.4 menunjukkan dari 123 responden, berdasarkan

tekanan darah <160 mmHg (77.2%) dan tekanan darah ≥160 mmHg

(22.8%)

e. Keadaan Umum

Tabel 5.5
Distibusi Frekuensi Berdasarkan Keadaan Umum
Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten Kolaka
Tahun 2014
Preeklampsia/Eklampsia Total
Keadaan Eklampsi Preeklampsia
Umum n % n % N %
Sadar 0 0 120 100 120 97.6
Tidak Sadar 3 100 0 0 3 2.4
Total 3 100 120 100 123 100
Tabel 5.5 menunjukkan dari 123 responden, berdasarkan

keadaan umum, sadar (97.6%) dan tidak sadar (2.4%)

79
f. Diagnosa

Tabel 5.6
Distibusi Frekuensi Berdasarkan Diagnosa
Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten Kolaka
Tahun 2014
Diagnosa N %

Eklampsia 3 2.4
Preeklampsia 120 97.6
Total 123 100.0
Sumber :Data Sekunder

Tabel 5.6 menunjukkan dari 123 responden, berdasarkan

diagnosa, eklampsia sebanyak 3 orang (2.4%), dan preeklampsia

sebanyak 120 orang (97.6%).

e. Analisis Univariat

a. Umur

Tabel 5.7
Distibusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden
Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten Kolaka
Tahun 2014
Preeklampsi/Eklampsia Total
Umur
(Tahun) Eklampsia Preeklampsia
n % N % N %
< 20 tahun 0 0 23 19.2 23 18.6
20-35 Tahun 0 0 68 56.7 70 56.9
> 35 Tahun 3 100 27 24.2 30 24.3
Total 3 100 120 100 123 100
Sumber :Data Sekunder

80
Tabel 5.7 menunjukkan dari 123 responden, berdasarkan umur

yaitu kategori umur berisiko (43.1%), dan kategori tidak berisiko

(56.9%)

b. Paritas

Tabel 5.8
Distibusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Responden
Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten Kolaka
Tahun 2014
Preeklampsi/Eklampsia Total
Paritas Eklampsia Preeklampsia
n % n % N %
Primipara 0 0 17 14.2 17 13.8
Multipara 1 33.3 76 63.3 77 62.6
Grandemultipara 2 66.7 27 22.5 29 23.6
Total 3 100 120 100 123 100.0
Sumber :Data Sekunder

Tabel 5.8 menunjukkan dari 123 responden, berdasarkan

paritas yaitu kategori berisiko(1 dan >3) (37.4%), dan tidak berisiko

(2-3) (62.6%).

81
c. Jarak Kehamilan

Tabel 5.9
Distibusi Frekuensi Berdasarkan Jarak Kehamilan
Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten Kolaka
Tahun 2014
Preeklampsi/Eklampsia Total
Jarak Eklampsia Preeklampsia
Kehamilan n % n % N %
Terlalu Rapat 1 33.3 66 55 67 54.5
Ideal 2 66.7 54 45 56 45.5
Total 3 100 120 100 123 100.0
Sumber :Data Sekunder

Tabel 5.9 menunjukkan dari 123 responden, berdasarkan

jarak kehamilan yaitu terlalu rapat (54.5%), dan kategori ideal

(45.5%).

d. Kehamilan Ganda

Tabel 5.10
Distibusi Frekuensi Berdasarkan Kehamilan Ganda
Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten Kolaka
Tahun 2014
Preeklampsi/Eklampsia Total
Kehamilan Eklampsia Preeklampsia
Ganda n % n % N %
Gemelli 1 33.3 3 2.5 4 3.3
Tunggal 2 66.7 117 95.1 119 96.7
Total 3 100 120 100.0 123 100.0
Sumber :Data Sekunder

Tabel 5.10 menunjukkan dari 123 responden, berdasarkan

kehamilan ganda yaitu gemelli (3.3%), dan tunggal (96.7%).

82
e. Riwayat Hipertensi

Tabel 5.11
Distibusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Hipertensi
Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten Kolaka
Tahun 2014
Preeklampsi/Eklampsia Total
Riwayat Eklampsia Preeklampsia
Hipertensi n % n % N %
Ada Riwayat 3 100 36 30 39 31.7
Tidak Ada 0 0 84 70 84 68.3
Riwayat
Total 3 100 120 100.0 123 100.0
Sumber :Data Sekunder

Tabel 5.11 menunjukkan dari 123 responden, berdasarkan

riwayat hipertensi yaitu ada riwayat (31.7%), dan tidak ada riwayat

(68.3%).

f. Riwayat Preeklampsia

Tabel 5.12
Distibusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Preeklamsia
Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten Kolaka
Tahun 2014

Preeklampsi/Eklampsia Total
Riwayat Eklampsia Preeklampsia
Hipertensi n % n % N %
Ada Riwayat 3 100 33 27.5 36 29.3
Tidak Ada 0 0 87 72.5 87 70.7
Riwayat
Total 3 100 120 100.0 123 100.0
Sumber :Data Sekunder

83
Tabel 5.12 menunjukkan dari 123 responden, berdasarkan

riwayat preeklampsia yaitu ada riwayat (29.3%), dan tidak ada riwayat

(70.7%).

g. Preeklampsia/eklampsia

Tabel 5.13
Distibusi Frekuensi Berdasarkan Preeklamsia
Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten Kolaka
Tahun 2014
Preeklamsia N %

Eklampsia 3 2.4
Preeklampsia 120 97.6
Total 123 100.0
Sumber :Data Sekunder

Tabel 5.13 menunjukkan dari 123 responden,

berdasarkan preeklampsia yaitu eklampsia sebanyak 3 orang (2.4%),

dan preeclampsia sebanyak 120 orang (97.6%).

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Umur responden dengan Preeklampsia dan Eklampsia

Tabel 5.14
Hubungaan Umur Responden Dengan Preeklampsia dan
Eklampsia Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten KolakaTahun 2014
Preeklampsia
Umur Eklampsia Preeklampsia Total
n % N % N %
Umur Tua dan
Muda 3 100 50 41.7 53 43.1
Ideal 0 0 70 58.3 70 56.9
3 100 120 100 123 100
Total
Signifikan (p) : 0.154

84
Tabel 5.14menunjukkan bahwa umur muda dan tua dan

menderita eklampsia (100%) lebih besar dari umur yang ideal (0%).

Sedangkan umur muda dan tua yang mengalami preeklampsia (41.7%)

lebih kecil dibandingkan umur ideal (58.3%)

Hasil uji continuity correction, menunjukkan tidak ada

hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian preeklampsi

dan eklampsia di BLUD RS Benyamin Galuh Kabupaten Kolaka,

dengan nilai p=0.154< nilai α= 0,05. Dimana kekuatan hubungan kedua

variabel lemah, dengan nilai phi= 0.182.

b. Hubungan Paritas responden dengan Preeklampsia

Tabel 5.15
Hubungaan Paritas Responden Dengan Preeklampsia dan
Eklampsia Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten KolakaTahun 2014
Preeklampsia
Paritas Eklampsia Preeklampsia Total
n % N % N %
1 dan ≥ 4 2 66.7 44 36.7 46 37.4
2–3 1 33.3 76 63.3 77 62.6
3 100 120 100 123 100
Total
Signifikan (p) : 0.648
Sumber :Data Sekunder

Tabel 5.15menunjukkan bahwa paritas 1 dan ≥ 4 dan menderita

eklampsia (66.7%) lebih besar dari paritas 2 – 3 (33.3%). Sedangkan

paritas 1 dan ≥ 4 yang mengalami preeklampsia (36.7%) lebih kecil

dibandingkan paritas 2 – 3 (63.3%)

Hasil uji continuity correction, menunjukkan tidak ada

hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian

85
preeklampsi/eklampsia di BLUD RS Benyamin Galuh Kabupaten

Kolaka, dengan nilai p=0.648> nilai α= 0,05.

c. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Preeklampsia dan Eklampsia

Tabel 5.16
Hubungaan Jarak Kehamilan Responden Dengan Preeklampsia
dan Eklampsia Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten KolakaTahun 2014
Preeklampsia/Eklampsia Total
Jarak Kehamilan Eklampsia Preeklampsia
n % N % N %
1 33.3 66 55 1 33.3
Terlalu Rapat
2 66.7 54 45 2 66.7
Ideal
3 100 120 100 3 100
Total
Signifikan (p) : 0.875
Sumber :Data Sekunder

Tabel 5.16menunjukkan bahwa jarak kehamilan terlalu rapat dan

menderita eklampsia (33.3%) lebih kecil dari jarak kehamilan ideal

(66.7%). Sedangkan jarak kehamilan terlalu rapat dan mengalami

preeklampsia (55%) lebih besar dibandingkan jarak kehamilan ideal

(45%)

Hasil uji continuity correction, menunjukkan tidak ada

hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan kejadian

preeklampsi dan eklampsia di BLUD RS Benyamin Galuh Kabupaten

Kolaka, dengan nilai p=0.875 > nilai α= 0,05..

86
d. Hubungan Kehamilan Ganda dengan Preeklampsia dan Eklampsia

Tabel 5.17
Hubungaan Kehamilan Ganda Responden Dengan Preeklampsia
dan Eklampsia Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten KolakaTahun 2014
Preeklampsia/Eklampsia
Kehamilan
Ganda Eklampsia Preeklampsia Total
n % n % N %
1 33.3 3 2.5 4 3.3
Gemelli
2 66.7 117 95.1 119 96.7
Tunggal
3 100 120 100 123 100
Total
Signifikan (p) ; 0.185
Sumber :Data Sekunder

Tabel 5.17 menunjukkan bahwa kehamilan gemelli dan

menderita eklampsia (33.3%) lebih kecil dari kehamilan tunggal

(66.7%). Sedangkan kehamilan gemelli dan mengalami preeklampsia

(2.5%) lebih kecil dibandingkan kehamilan tunggal (95.1%)

Hasil uji continuity correction, menunjukkan tidak ada

hubungan yang bermakna antara kehamilan ganda dengan kejadian

preeklampsi dan eklampsia di BLUD RS Benyamin Galuh Kabupaten

Kolaka, dengan nilai p=0.185> nilai α= 0,05.

87
e. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Preeklampsia dan Eklampsia

Tabel 5.18
Hubungaan Riwayat Hipertensi Dengan Preeklampsia dan
Eklampsia Di BLUD Rumah Sakit Benyamin Galuh
Kabupaten Kolaka Tahun 2014
Preeklampsia
Riwayat
Hipertensi Eklampsia Preeklampsia Total
n % n % N %
Ada Riwayat 3 100 36 30 39 31.7
Tidak Ada 0 0 84 70 84 68.3
Riwayat
120 97.6 3 2.4 123 100
Total
Signifikan (p) : 0.052
Sumber :Data Sekunder

Tabel 5.18 menunjukkan bahwa ada riwayat hipertensi dan

menderita eklampsia (100%).Sedangkan ada riwayat hipertensi dan

mengalami preeklampsia (30%) lebih kecil dibandingkan tidak ada

riwayat (70%)

Hasil uji continuity correction, menunjukkan tidak ada

hubungan yang bermakna antara riwayat hipertensi dengan kejadian

preeklampsi dan eklampsia di BLUD RS Benyamin Galuh Kabupaten

Kolaka, dengan nilai p=0.052> nilai α= 0,05.

88
f. Hubungan Riwayat Preeklampsia dengan Preeklampsia dan Eklampsia

Tabel 5.19
Hubungaan Riwayat Preeklampsia Responden Dengan
Preeklampsia dan Eklmapsia Di BLUD Rumah
Sakit Benyamin Galuh Kabupaten Kolaka
Tahun 2014
Preeklampsia
Riwayat
Preeklampsia Eklampsia Preeklampsia Total
n % N % N %
Ada Riwayat 3 100 33 27.5 36 29.3
Tidak Ada 0 0 87 72.5 87 70.7
Riwayat
120 97.6 3 2.4 123 100
Total Koefesiensi phi : 0.246
Signifikan (p) : 0.037
Sumber :Data Sekunder

Tabel 5.19 menunjukkan bahwa ada riwayat preeklampsia dan

menderita eklampsia (100%).Sedangkan ada riwayat preeklampsia dan

mengalami preeklampsia (27.5%) lebih kecil dibandingkan tidak ada

riwayat (72.5%)

Hasil uji continuity correction, menunjukkan ada hubungan

yang bermakna antara riwayat preeklampsia dengan kejadian

preeklampsi dan eklampsia di BLUD RS Benyamin Galuh Kabupaten

Kolaka, dengan nilai p=0.052 ≤ nilai α= 0,05. Dimana kekuatan

hubungan kedua variabel sedang, dengan nilai phi= 0.232.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil teoritis didalam tinjauan pustaka tentang landasan

teori yang menjadi dasar penyusunan kerangka konsep dari penelitian ini,

yakni bahwa kejadian preeklampsia dan eklampsia berhubungan dengan

89
beberapa faktor antara lain umur, paritas, jarak kehamilan, kehamilan ganda,

riwayat hipertensi dan riwayat preeklampsia. Salah satu syarat yang dituntut

untuk menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dan memberi risiko

terhadap kejadian preeclampsia dan eklampsia ialah adanya konsistensi

penelitian ini dengan penelitian lainnya seperti dikemukakan diatas, syarat

yang lain adalah adanya risiko masing-masing faktor terhadap kejadian

preeklampsia dan eklampsia yang diketahui melalui besarnya risiko yang

diberikan didalam perhitungan dan diperkuat dengan adanya hubungan yang

bermakna melalui uji continuity correction. Secara keseluruhan pembahasan

hasil penelitian ini dimulai dengan pembahasan terhadap karakteristik umum

selanjutnya karakteristik khusus.

1. Karakteristik Umum

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan secara

univariat mengenai kelompok pendidikan memberikan hasil ibu hamil

yang mengalami preeclampsia dan eklampsia berdasarkan tingkat

pendidikan SD (16.3%), SMP (27.6%), SMA (39.8%), DIII (6.5%), dan SI

(9.8%).

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan secara

univariat mengenai kelompok pekerjaan memberikan hasil ibu hamil yang

mengalami preeclampsia dan eklampsia berdasarkan pekerjaan, PNS

(8.1%), IRT (90.2%), dan honorer (1.6%).

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan secara

univariat mengenai kelompok agama memberikan hasil ibu hamil yang

90
mengalami preeclampsia dan eklampsia berdasarkan agama, islam

(98.4%), (1.6%).

2. Karakteristik Khusus

a. Hubungan Umur Responden DenganPreeklampsia dan Eklampsia

Umur ibu pada saat hamil merupakan salah satu penyebab

kematian Ibu akibat melahirkan di negara berkembang termasuk

Indonesia. Ibu-ibu berumur remaja yang masih dalam pertumbuhan

masih memerlukan kalori yang banyak, sehingga apabila mereka hamil

maka kalori yang diterima untuk pertumbuhannya akan diambil pula

oleh janinnya (Wiknjasastro, 2006).

Kehamilan dengan usia di bawah 20 tahun ternyata mengalami

kematian maternal 2-5 kali lebih tinggi daripada kehamilan pada

usia 20-35 tahun. Ibu yang hamil berumur lanjut atau lebih dari 35

tahun, proses faal tubuhnya akan mengalami pengapuran. Keadaan ini

nantinya akan mempengaruhi sirkulasi makanan ke janin, yang

akhirnya akan mempengaruhi kesehatan janinnya (Wiknjosastro,

2006).

Wanita yang hamil pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari

35 tahun akan meningkatkan kemungkinan untuk mengalami

preeklampsia, eklamsia, anemia, keguguran, persalinan premature,

berat badan lahir rendah, kelainan bawaan, mudah terjadi infeksi dan

kematian ibu yang tinggi serta penyakit - penyakit yang diakibatkan

oleh kelahiran (Roeshadi RH, 2008).

91
Keadaan alat reproduksi yang belum siap dengan anemia

semakin meningkatkan terjadinya komplikasi kehamilan dalam bentuk

preeklampsia maupun eklampsia dan ini sangat memerlukan perhatian

serius karena dapat mengakibatkan kematian (Saifuddin, AB, 2006).

Pada usia > 35 tahun kondisi kesehatan ibu dan fungsi berbagai

organ dan sistem tubuh diantaranya otot, syaraf, endokrin, dan

reproduksi mulai menurun, sehingga terjadi penurunan curah jantung

yang disebabkan kontraksi miokardium. Ditambah lagi dengan

tekanan darah dan penyakit lain yang melemahkan kondisi ibu dan

terjadi hipertensi laten, sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah

yang berisiko meningkatkan komplikasi medis pada kehamilan

preeklampsia. Pada usia< 20 tahun belum berfungsinya fisik dan

sistem hormonal (Saifuddin, 2008)

Setelah melakukan penelitian dan pengolahan data, diperoleh

informasi mengenai tidak adanya hubungan antara umur dengan

kejadian preeklampsi/eklampsia.Dari hasil tabulasi silang menunjukkan

bahwa umur berisiko dan menderita eklampsia (100%) lebih besar dari

umur yang tidak berisiko (0%). Sedangkan umur berisiko dan

mengalami preeklampsia (41.7%) lebih kecil dibandingkan umur tidak

berisiko (58.3%). Hasil uji continuity correction, menunjukkan tidak

ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian

preeklampsi/eklampsia di BLUD RS Benyamin Galuh Kabupaten

Kolaka, dengan nilai p=0.154< nilai α= 0,05.

92
Hal ini menjelaskan bahwa ibu dengan umur tidak berisiko pun

cenderung mengalami preeklampsi/eklampsia lebih besar dari ibu

dengan umur berisiko. Data proporsi umur hampir seluruhnya berada

pada umur 20-35 tahun, peneliti mengasumsikan bahwa tingginya

kejadian preeklampsi dan eklampsia pada ibu dengan umur tidak

berisiko dikarenakan masih adanya tingkat pendidikan yang rendah

pada ibu, sehingga pengetahuan akan preeklampsia dan eklampsi

kurang.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nelly

(2012) di RSKDI Siti Fatimah Makassar, dimana tidak ada hubungan

yang bermakna antara umur dengan kejadian preeklampsi.

b. Hubungan Paritas Responden dengan Preeklampsia dan Eklampsia

Paritas adalah banyaknya kelahiran yang dipunyai oleh seorang

wanita (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat

di bedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara. Dari

kejadian delapan puluh persen semua kasus hipertensi pada kehamilan,

3 – 8 % pasien terutama pada primigravida, pada kehamilan trimester

kedua (lewelly – jones,2001).

Catatan statistik menunjukkan dari sebuah insiden sedunia, dari 5 –

8 % preeklampsia dari semua kehamilan, terdapat 21 % lebih

dikarenakan oleh primigravida (pauline, 1993). Faktor yang

mempengaruhi preeklmapsia frekuensi primigravida lebih tinggi bila

93
dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda

(duffus, 1994).

Persalinan yang berulang-ulang beresiko tinggi terhadap

kehamilan, telah terbukti bahwa persalianan kedua dan ketiga adalah

persalinan yang paling aman. Pada the new england journal of

medicine mencatat bahwa pada kehamilan pertama berisiko terjadi

preeklampsia 3,9%, kehamilan kedua 1,7% dan kehamilan ketiga 1,8%

(hernandez-Di’az, 2009).

Pada kehamilan pertama secara imunologi pembentukan blocking

antibodies terhadap antibodies plasenta tidak sempurna sehingga

respon imun yang tidak tergantuk terhadap histoinkompabilitas

plasenta. Pada kehamilan berikutnya pembentukan dari bloking

antibodies ini lebih banyak akibat respon yang terjadi pada kehamilan

pertama (sarwono,2007).

Setelah melakukan penelitian dan pengolahan data, diperoleh

informasi mengenai tidak adanya hubungan antara paritas dengan

kejadian preeklampsi dan eklampsia.Dari hasil tabulasi silang

menunjukkan bahwa paritas berisiko dan menderita eklampsia (66.7%)

lebih besar dari paritas yang tidak berisiko (33.3%). Sedangkan paritas

berisiko dan mengalami preeklampsia (36.7%) lebih kecil

dibandingkan umur tidak berisiko (63.3%). Hasil uji continuity

correction, menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara

paritas dengan kejadian preeklampsi/eklampsia di BLUD RS

94
Benyamin Galuh Kabupaten Kolaka, dengan nilai p= 0.648> nilai α=

0,05.

Hal ini menjelaskan bahwa ibu dengan paritas tidak berisiko pun

cenderung mengalami preeklampsi dan eklampsia lebih besar dari ibu

dengan paritas berisiko. Data proporsi paritas hampir seluruhnya

berada pada paritas 2-3, peneliti mengasumsikan bahwa tingginya

kejadian preeklampsi dan eklampsia pada ibu dengan paritas tidak

berisiko dikarenakan jarak kehamilan yang terlalu rapat.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nelly (2012)

di RSKDI Siti Fatimah Makassar, dimana tidak ada hubungan yang

bermakna antara paritas dengan kejadian preeklampsi.

c. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Preeklampsia dan Eklampsia

Jarak kehamilan adalah jarak kehamilan ibu sebelum dengan jarak

kehamilan yang berikutnya. Jarak kehamilan yang terlalu dekat

meningkatkan resiko bagi ibu hamil. Hal ini di karenakan setelah

melahirkan rahim memerlukan waktu yang cukup lama untuk

pemulihan sebelum terisi lagi oleh janin, sebab pada waktu melahirkan

pembuluh darah pada dinding rahim rusak sehinggah mempengaruhi

sirkulasi makanan ke janin. Kehamilan yang berulang menyebabkan

keadaan rahim tidak sehat lagi untuk kehamilan berikutnya pada jarak

waktu yang berdekatan.

Setelah melakukan penelitian dan pengolahan data, diperoleh

informasi mengenai tidak adanya hubungan antara jarak kehamilan

95
dengan kejadian preeklampsi/eklampsia.Dari hasil tabulasi silang

menunjukkan bahwa jarak kehamilan terlalu rapat dan menderita

eklampsia (33.3%) lebih kecil dari jarak kehamilan ideal (66.7%).

Sedangkan jarak kehamilan terlalu rapat dan mengalami preeklampsia

(55%) lebih besar dibandingkan jarak kehamilan ideal (45%). Hasil uji

continuity correction, menunjukkan tidak ada hubungan yang

bermakna antara jarak kehamilan dengan kejadian preeklampsi dan

eklampsia di BLUD RS Benyamin Galuh Kabupaten Kolaka, dengan

nilai p= 0.875 > nilai α= 0,05.

Hal ini menjelaskan bahwa ibu dengan jarak kehamilan yang

terlalu rapattidak cenderung mengalami preeklampsi dan

eklampsia.Data proporsi jarak kehamilan hampir seluruhnya berada

pada jarak kehamilan yang terlalu rapat, peneliti mengasumsikan

bahwa tingginya kejadian preeklampsi/eklampsia pada ibu dengan

jarak kehamilan yang terlalu rapat tidak mempengaruhi terjadinya

preeclampsia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sumrah (2012) di RSUD

Labuang Baji bahwa tidak ada pengaruh jarak kehamilan dengan

kejadian preeclampsia.

d. Hubungan Kehamilan Ganda dengan Preeklampsia dan Eklampsia

Kehamilan ganda adalah satu kehamilan dengan dua janin atau

lebih yang dapat membawa resiko pada janin (Prawirohardjo, 2010).

Kehamilan ganda sangat penting diidentifikasi sejak dini.Sejumlah

96
komplikasi yang dihubungkan dengan kehamilan, persalinan, dan

kelahiran serta masa nifas pada wanita yang mengandung lebih dari

satu janin (Varney’s, 2008).

Komplikasi pada ibu dan janin pada kehamilan ganda lebih besar

dibandingkan kehamilan tunggal. Angka kematian perinatal pada

kehamilan kemba cukup tinggi, dengan kembar monozigotik 2,5 kali

angka kematian kembar dizigotik.Resiko terjadinya abortus pada salah

satu fetus atau keduanyatinggi.Padatrisemester pertama kehamilan

reabsorbsi satu janin atau keduanya kemungkinan.

Setelah melakukan penelitian dan pengolahan data, diperoleh

informasi mengenai tidak hubungan antara kehamilan ganda dengan

kejadian preeklampsi/eklampsia.Dari hasil tabulasi silang

menunjukkan bahwa kehamilan gemelli dan menderita eklampsia

(33.3%) lebih kecil dari kehamilan tunggal (66.7%). Sedangkan

kehamilan gemelli dan mengalami preeklampsia (2.5%) lebih kecil

dibandingkan kehamilan tunggal (95.1%). Hasil uji continuity

correction, menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara

kehamilan ganda dengan kejadian preeklampsi dan eklampsia di

BLUD RS Benyamin Galuh Kabupaten Kolaka, dengan nilai p= 0.185

> nilai α= 0,05.

Hal ini menjelaskan bahwa ibu dengan kehamilan ganda yang

cenderung mengalami preeklampsi/eklampsia. Data proporsi

kehamilan ganda hampir seluruhnya berada pada kehamilan tunggal,

97
peneliti mengasumsikan bahwa tingginya kejadian preeklampsi dan

eklampsia pada ibu dengan kehamilan tunggal dikarenakan ibu yang

kurang melakukan pemeriksaan kehamilan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sumrah (2012) di RSUD

Labuang Baji bahwa tidak ada pengaruh kehamilan ganda dengan

kejadian preeklampsia.

e. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Preeklampsia dan Eklampsia

Riwayat kesehatan yang menigkatkan terjadinya preeklampsia

yaitu riwayat hipertensi.Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi

esensial berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira

sepertiga diantaranya para wanita penderita tekanan darahnya tinggi

setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai dengan gejala lain. Kira-

kira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat

disertai satu gejala preeklampsia atau lebih, seperti edema, proteinuria,

nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus

(supperiomposed preeklampsia), bahkan dapat timbul eklampsia dan

perdarahan otak.

Setelah melakukan penelitian dan pengolahan data, diperoleh

informasi mengenai tidak adanya hubungan antara riwayat hipertensi

dengan kejadian preeklampsi dan eklampsia.Dari hasil tabulasi silang

menunjukkan bahwa ada riwayat hipertensi dan menderita eklampsia

(100%).Sedangkan ada riwayat hipertensi dan mengalami

preeklampsia (30%) lebih kecil dibandingkan tidak ada riwayat

98
(70%). Hasil uji continuity correction, menunjukkan tidak ada

hubungan yang bermakna antara riwayat hipertensi dengan kejadian

preeklampsi dan eklampsia di BLUD RS Benyamin Galuh Kabupaten

Kolaka, dengan nilai p= 0.052 ≤ nilai α= 0,05.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nelly (2012)

di RSKDI Siti Fatimah Makassar, dimana tidak ada hubungan yang

bermakna antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsi.

f. Hubungan Riwayat Preeklampsi dengan Preeklampsia dan Eklampsia

Riwayat preeklampsia dapat meningkatkan terjadinya

preeklampsia. Wanita yang mengalami preeklampsia pada kehamilan

pertama akan meningkat mendapatkan preeklampsia pada kehamilan

berikutnya

Kehamilan berikutnya pada wanita dengan riwayat preeklampsia

dan eklampsia juga meningkatkan risiko komplikasi obstetrik lainnya

dibandingkan dengan wanita tanpa riwayat termasuk sulosui plasenta,

persalinan preterm, pertumbuhan janin terhambat, peningkatan tingkat

kematian perinatal,.Risiko paling signifikan untuk mengalami

preeclampsia adalah telah memiliki preeklampsia pada kehamilan

sebelumnya (pengemanan 2002).

Setelah melakukan penelitian dan pengolahan data, diperoleh

informasi mengenai adanya hubungan antara riwayat preeklampsia

dengan kejadian preeklampsi dan eklampsia. Dari hasil tabulasi silang

menunjukkan bahwa ada riwayat preeklampsia dan menderita

99
eklampsia (100%).Sedangkan ada riwayat preeklampsia dan

mengalami preeklampsia (27.5%) lebih kecil dibandingkan tidak ada

riwayat (72.5%). Hasil uji continuity correction, menunjukkan ada

hubungan yang bermakna antara riwayat preeklampsia dengan

kejadian preeklampsi/eklampsia di BLUD RS Benyamin Galuh

Kabupaten Kolaka, dengan nilai p= 0.052 ≤ nilai α= 0,05. Dimana

kekuatan hubungan kedua variabel sedang, dengan nilai phi= 0.232

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nelly

(2012) di RSKDI Siti Fatimah Makassar, dimana ada hubungan yang

bermakna antara riwayat preeklampsia dengan kejadian preeklampsi

100
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di BLUD Rumah Sakit

Benyamin Galuh Kabupaten Kolaka, dapat ditarik kesimpulan dari hasil

penelitian yang dilakukan yaitu :

1. Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, paritas, jarak

kehamilan, kehamilan ganda dan riwayat hipertensi dengan kejadian

preeklampsia dan eklampsia, artinya umur, paritas, jarak kehamilan,

kehamilan ganda dan riwayat hipertensi tidak mempengaruhi kejadian

preeklampsia dan eklampsia.

2. Ada hubungan yang bermakna antara riwayat preeklampsia dengan

kejadian preeklampsia dan eklampsia, artinya riwayat preeklampsia

mempengaruhi kejadian preeclampsia eklampsia.

B. Saran

1. Menganjurkan ibu untuk tidak bersalin lebih dari 3 kali untuk mencegah

terjadinya komplikasi dan melakukan konseling pada ibu untuk

menggunakan kontrasepsi bagi ibu dengan grandemultipara.

3. Perlunya penyuluhan pada ibu bahwa jarak kehamilan yang terlalu

dekat juga berisiko terhadap kehamilan ibu.

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara

rutin untuk mengetahui keadaan janin.

101
5. Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi dan

mengurangi makanan yang tinggi garam, untuk mencegah terjadinya

preeklampsi maupun eklampsia.

102
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, C, dkk. 2005. OptimumBird Spacing Interval (Jarak


Kelahiran Optimal). Buku Panduan OBSI.STARH Program
(johns Hopkins University),BKKBN, dan Depkes.

Benny, N. Joewono. 2012. angka kematian ibu.


http://regional.kompas.com/read/201201/31/22093816/angka
kematian ibu, diakses tanggal 18 Februari 2013, Makassar.

Bobak. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Cunningham, G…[et al]. 2005. Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta:


EGC.

Data SDKI. 2012. Angka Kematian Ibu Melonjak. Retrieved from


http://nasional.sindonews.com/read/787480/15/data-sdki-2012-
angka-kematian-ibu-melonjak-1380122625

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Kesehatan


Indonesia 2012. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2013.Profil Kesehatan


Indonesia 2013.rettrieved from.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan


Indonesia 2014. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/article/view/201410270005/senyum-
keluarga-posyandu-untuk-selamatkan-ibu.html

Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka. 2014. Profil Dinas Kesehatan


Kabupaten Kolaka.

Dinas Kesehatan Provinsi SulawesiTenggara. 2012. Profil Kesehatan


Provinsi Sulawesi Tenggara.
Hernandez-Di’az,s.,sengwee Toh.,&Cnattingius,s. 2009. Riks Of
Preeclampsia in firs and subsequent pregnancies: Prospective
cohort study. Retrieved November 20, 2012, from
http://www.bmj.com/content/338/bmj.b2255?view=long&pmid
=19541696

Hacker, 2007. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta.


Hipocrates.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan


Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Untuk menurunkan


Angka Kematian Ibu dan Kematian Bayi Perlu Kerja Keras.
http://www.depkes.go.id/article/view/793/untuk-menurunkan-
angka-kematian-ibu-dan-kematian-bayi-perlu-kerja-keras.html.

Manuaba Ida Bagus Gede.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit


Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta: EGC.

Nelly, 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian


Preeklampsia di RSKDIA Siti Fatimaha Makassar. Diploma IV
Kebidanan Pendidik. Stikes Mega Rezky Makassar.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka.

Novida Hidayati, Titik Kurniawati. 2012. Hubungan Umur dan


Paritas Dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu hamil di
Puskesmas Bangetayu Kota Serang.

Pangemanan, Win T. 2002. Pencegahan Preeklampsia. Palembang:


Jurnal, Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
UNSARI .

Prawirohardjo, 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka


Rachimhadhi, Preeklampsia-Eklampsia dalam
Winkjosastro,Syaifuddin Rachmhamdhi T.eds Ilmu Kebidanan
edisi ke-3. Yayasan Bina Pustaka, Sarwono P.,Jakarta

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Retrieved from


http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20
Riskesdas%202013.pdf

Rozikhan. 2007. Berat di Rumah sakit Dr. H. Soewondo Kendal,


Program Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro
Semarang.

Saifuddin, A.B. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, A.B. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Sastrawinata, S. 2008. Obstetri Patologi. Jakarta: FKUI.

Sujud Mardi Raharja.2012. Risiko Kematian Ibu Menurut Usia Kasus


Kematian Ibu dengan Preeclampsia di Provinsi Jawa Timur.

Sumrah, 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian


Preeklampsia di RSKDIA Siti Fatimaha Makassar. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Muslim Indonesia.
Makassar

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, H.2006. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga, Cetakan


Keenam. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
LEMBAR KUESIONER

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA DI BLUD
RUMAH SAKIT BENYAMIN GULUH
KAB. KOLAKATA HUN 2014

A. Data identitas pewawancara

1. Nama Peneliti : Jumleni

2. Nim : K11113720

3. Bagian : Biostatistik/KKB Peminatan Kesehatan Reproduksi

B. Data umum responden

1. No. responden :

2. Nama ibu :

3. Umur :

4. Agama :

5. Alamat :

6. Pendidikan terakhir :

7. Status pekerjaan :

C. Data Khusus

8. Tekanan Darah ibu :

9. Keadaan umum ibu saat masuk ruang tindakan/ saat di rawat di Rumah Sakit?

1. Sadar 2. Tidak sadar/kejang

10. Paritas

a. Berapa jumlah anak ibu ….

b. Berapa jumlah kelahiran hidup….


c. Berapa jumlah kelahiran mati ….

d. Apakah ibu pernah mengalami keguguran ?

1. Ya 2. Tidak

11. Jarak Kehamilan

Berapa jarak antara kehamilan ibu sebelumnya dengan keadaan kehamilan yang

terakhir adalah …………. Tahun

12. Kehamilan ganda

Apakah kehamilan ibu yang terakhir mengalami kehamilan ganda/kembar…………...

13. Riwayat Hipertensi Sebelumnya

a. Apakah sebelum kehamilan ibu pernah mengalami hipertensi……………………..

b. Apakah didalam keluarga ibu ada yang menderita

hipertensi……………….............

14. Riwayat Preeklampsi sebelumnya

Apakah sebelum kehamilan ini ibu pernah mengalami preeklampsi……………….


MASTER TABEL
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
DI BLUD RUMAH SAKIT BENYAMIN GULUH KABUPATEN KOLAKA
TAHUN 2014
No RM Nama Agama Pendidikan Peker Paritas KU TD Jum Hidup Mati Abortus JK KG RH RP PE EK Sis Dias Diag
1 57317 Ny. x 1 4 1 1 1 2 3 3 0 0 2 2 1 1 2 2 2 2 2
2 52450 Ny. x 1 3 2 2 1 2 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 2 1 2
3 59368 Ny. x 1 2 2 2 1 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 1 3 2
4 60224 Ny. x 1 3 2 1 1 3 3 3 0 0 2 2 2 2 2 2 3 4 2
5 63162 Ny. x 1 3 2 2 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 3 2
6 52375 Ny. x 1 5 3 1 2 4 4 3 0 1 2 1 1 1 1 1 4 4 1
7 58773 Ny. x 1 3 2 2 1 4 3 0 0 2 1 2 2 2 2 2 4 4 2
8 57300 Ny. x 1 3 2 2 1 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2
9 57197 Ny. x 1 3 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 4 2
10 57183 Ny. x 1 2 2 2 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 4 2
11 57186 Ny. x 1 3 2 1 1 4 6 6 0 0 1 2 1 1 2 2 4 4 2
12 63492 Ny. x 1 2 2 2 1 2 8 5 0 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2
13 63533 Ny. x 1 1 2 1 1 4 9 6 0 3 2 2 1 1 2 2 4 3 2
14 62353 Ny. x 1 1 2 2 1 2 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 2 3 2
15 62269 Ny. x 1 4 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 2 2
16 60128 Ny. x 1 2 2 2 1 4 7 7 0 0 1 2 1 1 2 2 4 3 2
17 64622 Ny. x 1 3 2 2 1 2 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 2 2 2
18 53077 Ny. x 1 4 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 3 2
19 60157 Ny. x 1 4 2 2 1 4 2 2 0 0 2 2 1 1 2 2 4 4 2
20 55339 Ny. x 1 3 2 2 1 2 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 2 3 2
21 54029 Ny. x 1 3 2 2 1 3 2 1 0 0 2 2 1 2 2 2 3 2 2
22 56264 Ny. x 1 3 2 2 1 2 3 3 0 0 2 2 2 2 2 2 2 1 2
23 54520 Ny. x 1 2 2 2 1 2 8 8 0 0 2 2 1 1 2 2 2 4 2
24 53517 Ny. x 1 2 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 2 2
25 53130 Ny. x 1 2 2 2 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 3 2
26 56321 Ny. x 1 4 1 2 1 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 3 2
27 59586 Ny. x 1 4 2 2 1 3 1 1 0 0 1 2 1 1 2 2 3 3 2
28 59603 Ny. x 1 5 2 1 2 4 1 1 0 0 2 2 1 1 1 1 4 3 1
29 59675 Ny. x 1 2 2 2 1 4 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 4 3 2
30 60477 Ny. x 1 2 1 1 4 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 4 4 2
31 42677 Ny. x 1 3 2 2 1 3 5 4 0 1 2 2 1 1 2 2 3 1 2
32 42441 Ny. x 1 3 2 1 1 2 6 5 0 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
33 59695 Ny. x 1 3 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 3 2
34 59627 Ny. x 1 2 2 2 1 3 7 5 1 1 2 2 1 1 2 2 3 3 2
35 59977 Ny. x 1 1 2 1 1 3 5 5 0 0 2 2 2 2 2 2 3 4 2
36 59454 Ny. x 1 3 2 2 1 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 3 2
37 53801 Ny. x 1 3 2 2 1 3 7 5 0 2 2 1 1 1 2 2 3 4 2
38 53564 Ny. x 1 2 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 4 2
39 52777 Ny. x 1 1 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 4 2
40 60611 Ny. x 1 3 2 2 1 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2
41 55537 Ny. x 1 3 2 2 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 4 2
42 55913 Ny. x 1 5 2 2 1 3 1 1 0 0 1 1 2 2 2 2 3 3 2
43 54480 Ny. x 1 3 1 2 1 4 3 3 0 0 2 2 1 1 2 2 4 4 2
44 55926 Ny. x 1 5 2 2 1 4 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 4 3 2
45 55996 Ny. x 1 2 2 2 1 4 2 1 1 0 1 2 2 2 2 2 4 4 2
46 55123 Ny. x 1 2 2 1 1 4 5 5 0 0 2 2 1 1 2 2 4 4 2
47 60831 Ny. x 1 3 2 1 1 4 8 7 0 1 2 2 1 1 2 2 4 4 2
48 60853 Ny. x 1 2 2 2 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 4 2
49 56910 Ny. x 1 2 2 2 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 3 2
50 60559 Ny. x 1 5 2 2 1 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 3 2
51 56111 Ny. x 1 2 2 2 1 2 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 2 2 2
52 38559 Ny. x 1 3 2 2 1 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2
53 37765 Ny. x 1 5 1 2 1 4 4 4 0 0 2 2 2 2 2 2 4 3 2
54 55470 Ny. x 1 3 2 2 1 4 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 4 3 2
55 58334 Ny. x 1 2 2 2 2 4 1 1 0 0 1 2 1 1 1 1 4 4 1
56 37377 Ny. x 2 3 2 2 1 3 3 3 0 0 2 2 2 2 2 2 3 2 2
57 66033 Ny. x 1 3 2 2 1 3 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 3 3 2
58 50904 Ny. x 1 2 2 1 1 3 5 4 0 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2
59 66209 Ny. x 1 3 2 2 1 2 2 1 0 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2
60 57026 Ny. x 1 5 2 2 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 3 2
61 65443 Ny. x 1 5 1 2 1 3 4 3 0 1 2 2 1 2 2 2 3 4 2
62 56657 Ny. x 1 2 2 1 1 2 5 5 0 0 2 2 2 2 2 2 2 4 2
63 62620 Ny. x 1 1 2 2 1 3 9 8 0 1 2 2 1 1 2 2 3 3 2
64 62664 Ny. x 2 3 2 2 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 3 2
65 56490 Ny. x 1 1 2 2 1 4 2 1 0 1 2 2 2 2 2 2 4 2 2
66 61746 Ny. x 1 3 2 1 1 1 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 1 2 2
67 61490 Ny. x 1 1 2 1 1 4 4 3 0 1 2 2 2 2 2 2 4 4 2
68 61535 Ny. x 1 2 2 2 1 1 6 5 0 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2
69 61473 Ny. x 1 3 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 1 1 2 2 3 4 2
70 61199 Ny. x 1 2 2 2 1 2 4 4 0 0 2 2 1 1 2 2 2 2 2
71 61176 Ny. x 1 2 2 2 1 2 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 2 4 2
72 62184 Ny. x 1 3 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 2 2
73 64386 Ny. x 1 1 2 2 1 3 3 1 0 1 2 2 2 2 2 2 3 1 2
74 57131 Ny. x 1 3 2 1 1 2 5 3 0 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2
75 60329 Ny. x 1 2 2 2 1 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 1 3 2
76 60955 Ny. x 1 5 1 1 1 2 4 3 0 1 2 2 1 1 2 2 2 3 2
77 62858 Ny. x 1 3 2 1 1 3 4 4 0 0 2 2 1 1 2 2 3 3 2
78 61096 Ny. x 1 2 2 2 1 3 6 5 0 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2
79 58892 Ny. x 1 2 2 2 1 2 5 5 0 0 2 2 2 2 2 2 2 3 2
80 58763 Ny. x 1 1 2 2 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 4 2
81 56845 Ny. x 1 3 2 2 1 3 3 3 0 0 2 2 1 1 2 2 3 4 2
82 56839 Ny. x 1 2 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 3 2
83 56804 Ny. x 1 2 2 2 1 2 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 2 2 2
84 50420 Ny. x 1 2 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 3 2
85 56800 Ny. x 1 5 2 2 1 3 3 3 0 0 2 2 1 1 2 2 3 3 2
86 56648 Ny. x 1 2 2 2 1 3 1 1 0 0 1 2 1 1 2 2 3 3 2
87 59548 Ny. x 1 1 2 2 1 4 5 5 0 0 2 2 1 1 2 2 4 4 2
88 50088 Ny. x 1 2 2 2 1 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2
89 49140 Ny. x 1 3 2 2 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 4 2
90 57467 Ny. x 1 1 2 2 1 4 3 2 0 0 2 2 2 2 2 2 4 4 2
91 59546 Ny. x 1 3 2 1 1 4 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 4 4 2
92 41346 Ny. x 1 3 1 1 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 3 2
93 50794 Ny. x 1 2 2 1 1 2 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 2 2 2
94 59420 Ny. x 1 1 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 3 2
95 59367 Ny. x 1 4 2 2 1 3 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 3 3 2
96 51101 Ny. x 1 3 2 2 1 4 3 1 0 2 2 2 1 1 2 2 4 3 2
97 65456 Ny. x 1 3 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 1 1 2 2 3 4 2
98 65411 Ny. x 1 2 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 3 2
99 57315 Ny. x 1 3 2 2 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 4 2
100 57233 Ny. x 1 3 2 2 1 3 3 3 0 0 2 2 2 2 2 2 3 4 2
101 63780 Ny. x 1 3 2 2 1 2 6 6 0 0 1 2 1 1 2 2 2 3 2
102 63390 Ny. x 1 2 2 1 1 2 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 2 3 2
103 58697 Ny. x 1 3 2 1 1 2 7 7 0 0 1 2 2 2 2 2 2 3 2
104 59066 Ny. x 1 4 1 2 1 4 2 2 0 0 1 2 1 1 2 2 4 3 2
105 58980 Ny. x 1 1 2 2 1 3 3 3 0 0 1 2 2 2 2 2 3 3 2
106 58183 Ny. x 1 1 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 3 2
107 58513 Ny. x 1 1 2 2 1 3 3 3 0 0 1 2 1 1 2 2 3 4 2
108 58513 Ny. x 1 5 1 1 1 2 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 2 3 2
109 50922 Ny. x 1 3 2 2 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 3 2
110 50579 Ny. x 1 2 2 1 1 2 1 1 0 0 1 2 1 1 2 2 2 3 2
111 57419 Ny. x 1 1 2 1 1 3 5 5 0 0 2 2 1 1 2 2 3 3 2
112 57738 Ny. x 1 3 1 2 1 4 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 4 4 2
113 38378 Ny. x 1 3 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 3 2
114 59184 Ny. x 1 5 2 2 1 4 2 2 0 0 1 2 2 2 2 2 4 4 2
115 58111 Ny. x 1 3 3 2 1 4 2 2 0 0 2 2 1 1 2 2 4 2 2
116 58153 Ny. x 1 1 2 2 1 4 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 4 2 2
117 58110 Ny. x 1 3 2 1 1 2 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 2 3 2
118 58006 Ny. x 1 1 2 2 1 2 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 2 2 2
119 57015 Ny. x 1 3 2 1 1 3 1 1 0 0 1 1 2 2 2 2 3 2 2
120 63311 Ny. x 1 3 2 2 1 2 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 2 3 2
121 63297 Ny. x 1 1 2 1 1 3 6 4 0 2 2 2 1 1 2 2 3 4 2
122 63159 Ny. x 1 1 2 1 1 3 1 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3 4 2
123 63109 Ny. x 1 3 2 2 1 3 3 2 0 1 2 2 1 1 2 2 3 3 2
FREQUENCIES VARIABLES=Pendidikan Pekerjaan Umur Paritas Jarak_Kehamilan Kehamilan_G
anda Riwayat_Hipertensi Riwayat_Preeklampsia Pree
klampsia Eklampsia Sistol Diastol Diagnosa

/ORDER=ANALYSIS.

Frequency Table

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 20 16.3 16.3 16.3

SMP 34 27.6 27.6 43.9

SMA 49 39.8 39.8 83.7

DIII 8 6.5 6.5 90.2

SI 12 9.8 9.8 100.0

Total 123 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PNS 10 8.1 8.1 8.1

IRT 111 90.2 90.2 98.4

Honorer 2 1.6 1.6 100.0

Total 123 100.0 100.0

Agama

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Islam 121 98.4 98.4 98.4

Kristen 2 1.6 1.6 100.0

Total 123 100.0 100.0

Page | 1
Umur responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Berisko 53 43.1 43.1 43.1

Tidak Berisiko 70 56.9 56.9 100.0

Total 123 100.0 100.0

Paritas responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Berisko 46 37.4 37.4 37.4

Tidak Berisiko 77 62.6 62.6 100.0

Total 123 100.0 100.0

Jarak kehamilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Terlalu Rapat 67 54.5 54.5 54.5

Ideal 56 45.5 45.5 100.0

Total 123 100.0 100.0

Kehamilan ganda

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Gemelli 4 3.3 3.3 3.3

Tunggal 119 96.7 96.7 100.0

Total 123 100.0 100.0

Page | 2
Riwayat hipertensi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ada Riwayat 39 31.7 31.7 31.7

Tidak Ada Riwayat 84 68.3 68.3 100.0

Total 123 100.0 100.0

Riwayat preeklampsia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ada Riwayat 36 29.3 29.3 29.3

Tidak Ada Riwayat 87 70.7 70.7 100.0

Total 123 100.0 100.0

Preeklampsia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Eklampsia 3 2.4 2.4 2.4

Preeklampsia 120 97.6 97.6 100.0

Total 123 100.0 100.0

Eklampsi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Eklampsia 3 2.4 2.4 2.4

Tidak Eklampsia 120 97.6 97.6 100.0

Total 123 100.0 100.0

Page | 3
Sistol TD

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pre Hipertensi 4 3.3 3.3 3.3

Ringan 34 27.6 27.6 30.9

Sedang 57 46.3 46.3 77.2

Berat 28 22.8 22.8 100.0

Total 123 100.0 100.0

Diastol TD

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Normal 4 3.3 3.3 3.3

Ringan 25 20.3 20.3 23.6

Sedang 55 44.7 44.7 68.3

Berat 39 31.7 31.7 100.0

Total 123 100.0 100.0

Diagnosa

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Eklampsia 3 2.4 2.4 2.4

Preeklampsia 120 97.6 97.6 100.0

Total 123 100.0 100.0

CROSSTABS
/TABLES=Umur Paritas Jarak_Kehamilan Kehamilan_Ganda Riwayat_Hipertensi Riwayat_P
reeklampsia BY Preeklampsia Eklampsia
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ PHI
/CELLS=COUNT ROW COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Page | 4
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur responden *
123 100.0% 0 .0% 123 100.0%
Preeklampsia

Umur responden * Eklampsi 123 100.0% 0 .0% 123 100.0%

Paritas responden *
123 100.0% 0 .0% 123 100.0%
Preeklampsia

Paritas responden * Eklampsi 123 100.0% 0 .0% 123 100.0%

Jarak kehamilan *
123 100.0% 0 .0% 123 100.0%
Preeklampsia

Jarak kehamilan * Eklampsi 123 100.0% 0 .0% 123 100.0%

Kehamilan ganda *
123 100.0% 0 .0% 123 100.0%
Preeklampsia

Kehamilan ganda * Eklampsi 123 100.0% 0 .0% 123 100.0%

Riwayat hipertensi *
123 100.0% 0 .0% 123 100.0%
Preeklampsia

Riwayat hipertensi * Eklampsi 123 100.0% 0 .0% 123 100.0%

Riwayat preeklampsia *
123 100.0% 0 .0% 123 100.0%
Preeklampsia

Riwayat preeklampsia *
123 100.0% 0 .0% 123 100.0%
Eklampsi

Page | 5
Riwayat preeclampsia * Preeklampsia/Eklampsia
Crosstab

Preeklampsia

Eklampsia Preeklampsia Total

Riwayat preeklampsia Ada Riwayat Count 3 33 36

% within Riwayat
8.3% 91.7% 100.0%
preeclampsia

% within Preeklampsia 100.0% 27.5% 29.3%

% of Total 2.4% 26.8% 29.3%

Tidak Ada Riwayat Count 0 87 87

% within Riwayat
.0% 100.0% 100.0%
preeclampsia

% within Preeklampsia .0% 72.5% 70.7%

% of Total .0% 70.7% 70.7%

Total Count 3 120 123

% within Riwayat
2.4% 97.6% 100.0%
preeclampsia

% within Preeklampsia 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 2.4% 97.6% 100.0%

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .246 .006

Cramer's V .246 .006

N of Valid Cases 123

Page | 6
Riwayat hipertensi * Preeklampsia/Eklampsia
Crosstab

Preeklampsi/Eklampsi

Tidak
Eklampsia Eklampsia Total

Riwayat hipertensi Ada Riwayat Count 3 36 39

% within Riwayat
7.7% 92.3% 100.0%
hipertensi

% within Eklampsi 100.0% 30.0% 31.7%

% of Total 2.4% 29.3% 31.7%

Tidak Ada Riwayat Count 0 84 84

% within Riwayat
.0% 100.0% 100.0%
hipertensi

% within Eklampsi .0% 70.0% 68.3%

% of Total .0% 68.3% 68.3%

Total Count 3 120 123

% within Riwayat
2.4% 97.6% 100.0%
hipertensi

% within Eklampsi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 2.4% 97.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.623a 1 .010

Continuity Correctionb 3.785 1 .052

Likelihood Ratio 7.055 1 .008

Fisher's Exact Test .030 .030

Linear-by-Linear Association 6.569 1 .010

N of Valid Casesb 123

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .95.

b. Computed only for a 2x2 table

Page | 7
Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .232 .010

Cramer's V .232 .010

N of Valid Cases 123

Kehamilan ganda * Preeklampsia/Eklampsia


Crosstab

Preeklampsia/ Eklampsia

Eklampsia Preeklampsia Total

Kehamilan ganda Gemelli Count 1 3 4

% within Kehamilan ganda 25.0% 75.0% 100.0%

% within Preeklampsia 33.3% 2.5% 3.3%

% of Total .8% 2.4% 3.3%

Tunggal Count 2 117 119

% within Kehamilan ganda 1.7% 98.3% 100.0%

% within Preeklampsia 66.7% 97.5% 96.7%

% of Total 1.6% 95.1% 96.7%

Total Count 3 120 123

% within Kehamilan ganda 2.4% 97.6% 100.0%

% within Preeklampsia 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 2.4% 97.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.844a 1 .003

Continuity Correctionb 1.759 1 .185

Likelihood Ratio 3.399 1 .065

Fisher's Exact Test .095 .095

Linear-by-Linear Association 8.772 1 .003

N of Valid Casesb 123

a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .10.

b. Computed only for a 2x2 table

Page | 8
Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .268 .003

Cramer's V .268 .003

N of Valid Cases 123

Jarak kehamilan * Preeklampsia//Eklampsia


Crosstab

Preeklampsia/ Eklampsia

Eklampsia Preeklampsia Total

Jarak kehamilan Terlalu Raat Count 1 66 67

% within Jarak kehamilan 1.5% 98.5% 100.0%

% within Preeklampsia 33.3% 55.0% 54.5%

% of Total .8% 53.7% 54.5%

Ideal Count 2 54 56

% within Jarak kehamilan 3.6% 96.4% 100.0%

% within Preeklampsia 66.7% 45.0% 45.5%

% of Total 1.6% 43.9% 45.5%

Total Count 3 120 123

% within Jarak kehamilan 2.4% 97.6% 100.0%

% within Preeklampsia 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 2.4% 97.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .554a 1 .457

Continuity Correctionb .025 1 .875

Likelihood Ratio .557 1 .456

Fisher's Exact Test .591 .433

Linear-by-Linear Association .550 1 .459

N of Valid Casesb 123

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.37.

b. Computed only for a 2x2 table

Page | 9
Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi -.067 .457

Cramer's V .067 .457

N of Valid Cases 123

Paritas responden * Preeklampsi/Eklampsia


Crosstab

Preeklampsia/Eklampsia

Eklampsia Preeklampsia Total

Paritas responden Berisiko Count 2 44 46

% within Paritas
4.3% 95.7% 100.0%
responden

% within Preeklampsia 66.7% 36.7% 37.4%

% of Total 1.6% 35.8% 37.4%

Tidak Berisiko Count 1 76 77

% within Paritas
1.3% 98.7% 100.0%
responden

% within Preeklampsia 33.3% 63.3% 62.6%

% of Total .8% 61.8% 62.6%

Total Count 3 120 123

% within Paritas
2.4% 97.6% 100.0%
responden

% within Preeklampsia 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 2.4% 97.6% 100.0%

Page | 10
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.125a 1 .289

Continuity Correctionb .209 1 .648

Likelihood Ratio 1.079 1 .299

Fisher's Exact Test .555 .314

Linear-by-Linear Association 1.116 1 .291

N of Valid Casesb 123

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.12.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .096 .289

Cramer's V .096 .289

N of Valid Cases 123

Umur responden * Preeklampsia/Eklampsia


Crosstab

Preeklampsia/ Eklampsia

Eklampsia Preeklampsia Total

Umur responden Berisiko Count 3 50 53

% within Umur responden 5.7% 94.3% 100.0%

% within Preeklampsia 100.0% 41.7% 43.1%

% of Total 2.4% 40.7% 43.1%

Tidak Berisiko Count 0 70 70

% within Umur responden .0% 100.0% 100.0%

% within Preeklampsia .0% 58.3% 56.9%

% of Total .0% 56.9% 56.9%

Total Count 3 120 123

% within Umur responden 2.4% 97.6% 100.0%

% within Preeklampsia 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 2.4% 97.6% 100.0%

Page | 11
ChiSquare Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.061a 1 .044

Continuity Correctionb 2.031 1 .154

Likelihood Ratio 5.151 1 .023

Fisher's Exact Test .077 .077

Linear-by-Linear Association 4.028 1 .045

N of Valid Casesb 123

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.29.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .182 .044

Cramer's V .182 .044

N of Valid Cases 123

Page | 12
RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI
Nama : Jumleni
Tempat / Tanggal Lahir : Atula, 07 September 1987
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Drs. H. Abd. Silondae No. 68 Atula
Kec. Ladongi, Kab. Kolaka Timur
Email : jumleni87@gmail.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. Lulus Sekolah Dasar Tahun 1999 di SD Negeri 1 Atula Kab. Kolaka
2. Lulus Sekolah Lanjutan Pertama Tahun 2002 di SMP Negeri 2 Ladongi
Kab. Kolaka
3. Lulus Sekolah Menengah Atas Tahun 2005 di SMA Negeri 1 Ladongi
kab. Kolaka
4. Lulus Diploma III Kebidanan Tahun 2008 di Politeknik Kendari
5. Lulus FKM Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2015 di Makassar

C. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Bidan PTT Puskesmas Lambandia Tahun 2009
2. Staff Puskesmas Ladongi Welala Tahun 2010 – sekarang

Anda mungkin juga menyukai