Anda di halaman 1dari 1

PP Muhammadiyah: Rencana Wiranto

Tebar Ketakutan Publik


27 Maret 2019 Anti-terorisme, islamofobia, Pilpres 2019
Pemerintah dan Kepolisian sebaiknya membenahi dulu beberapa regulasi pelaksanaan yang
menjadi mandat UU Terorisme dan juga tata kelola penanganan kasus terorisme, sebelum hasrat
menerapkan UU Terorisme untuk kasus lain.

MuslimahNews.com – Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan, rencana Menkopolhukam


Wiranto menerapkan UU Terorisme dalam menangani kasus hoaks dalam Pemilu 2019 sebagai
berlebihan.
Wakil Ketua Majelis Hukum dan HAM Pimpinan Pusat Muhammadiyah Maneger Nasution
dalam siaran persnya (21/3) mengkhawatirkan jika ini diterapkan akan menimbulkan persoalan
baru dalam pelaksanaan UU Terorisme.

Alasannya, kata Maneger, ada perbedaan filosofis yang sangat mendasar antara UU Terorisme
dengan UU ITE. Apatah lagi, beberapa ketentuan dalam UU Terorisme tersebut belum terdapat
peraturan pelaksanaannya, seperti halnya lembaga pengawasan yang akan mengawasi penerapan
UU Terorisme ini. “Ini sungguh mengkhawatirkan dan menebar syiar ketakutan publik,” tandas
Maneger.

Ia mengingatkan, dalam penerapan UU ITE dalam kasus hoax tersebut saat ini saja, ada banyak
catatan yang harus menjadi perhatian pemerintah. Prinsip imparsialitas dalam penanganan kasus
hoaks diduga tidak terpenuhi sehingga menimbulkan rasa ketidakadilan di dalam masyarakat,
“Maka sangat membahayakan jika kasus hoax ditangani dengan UU Terorisme.”

“Kami, juga dunia kemanusiaan, tidak menginginkan adanya Siyono-siyono baru dalam kasus
hoax jika UU terorisme tersebut diterapkan,” kata mantan Komisioner Komnas HAM ini.

Menurutnya, pemerintah dan Kepolisian sebaiknya membenahi dulu beberapa regulasi


pelaksanaan yang menjadi mandat UU Terorisme dan juga tata kelola penanganan kasus
terorisme, sebelum hasrat menerapkan UU Terorisme untuk kasus lain.

Ia pun membuka kembali catatan Muhammadiyah terkait penanganan terorisme. Menurutnya,


penanganan yang dilakukan oleh Densus 88, diduga keluar dari koridor penegakan hukum (rule
of law) dan prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia (HAM).
Contoh yang paling nyata yakni bagaimana warga Muhammadiyah tewas di tangan Densus 88.
Padahal Siyono saat ditangkap dalam kondisi sehat kemudian pulang dalam kondisi tewas
mengenaskan. Apa kesalahan Siyono hingga kini tak dijelaskan oleh kepolisian.[]

Anda mungkin juga menyukai