Alasannya, kata Maneger, ada perbedaan filosofis yang sangat mendasar antara UU Terorisme
dengan UU ITE. Apatah lagi, beberapa ketentuan dalam UU Terorisme tersebut belum terdapat
peraturan pelaksanaannya, seperti halnya lembaga pengawasan yang akan mengawasi penerapan
UU Terorisme ini. “Ini sungguh mengkhawatirkan dan menebar syiar ketakutan publik,” tandas
Maneger.
Ia mengingatkan, dalam penerapan UU ITE dalam kasus hoax tersebut saat ini saja, ada banyak
catatan yang harus menjadi perhatian pemerintah. Prinsip imparsialitas dalam penanganan kasus
hoaks diduga tidak terpenuhi sehingga menimbulkan rasa ketidakadilan di dalam masyarakat,
“Maka sangat membahayakan jika kasus hoax ditangani dengan UU Terorisme.”
“Kami, juga dunia kemanusiaan, tidak menginginkan adanya Siyono-siyono baru dalam kasus
hoax jika UU terorisme tersebut diterapkan,” kata mantan Komisioner Komnas HAM ini.