Anda di halaman 1dari 14

6.

TITRASI ASAM BASA

1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu :
-Melakukan standardisasi untuk larutan asam kuat dan basa kuat
-Melakukan penentuan konsentrasi larutan dengan titrasi asam-basa

2. PERINCIAN KERJA
-Standardisasi larutan NaOH dengan KHP
-Standardisasi larutan HCl dengan Na2CO#
-Penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan std. NaOH
-Penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan std. HCl
-Penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan std. NaOH
-Penentuan konsetrasi larutan NaOH dengan larutan std. HCl

3. TEORI
3.1 Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi asam basa
yang terjadi antara analit dengan titran. Titrasi asam basa terdiri dari titrasi antara :
- asam kuat dengan basa kuat
- asam kuat dengan basa lemah
- basa kuat dengan asam lemah
3.2 Pereaksi Asam Basa
Dalam praktikum di laboratorium adalah hal biasa untuk membuat dan
menstandardisasi satu larutan asam dan satu larutan basa. Karena larutan asam
lebih mudah diawetkan daripada larutan basa, maka suatu asam lah yang biasanya
dipilih sebagai standar pembanding tetap yang lebih baik daripada basa.
Dalam memilih asam untuk dipakai dalam larutan standar, faktor-faktor
berikut harus diperhatikan :
1. Asam harus kuat yaitu terdisosiasi tinggi
2. Asam tidak boleh mudah menguap
3. Larutan asam harus stabil
4. Garam dari asamnya harus larut
5. Asam nya harus tidak merupakan suatu pereaksi oksidator yang cukup kuat
untuk merusak senyawa-senyawa organic yang digunakan seperti indicator.
Asam –asam klorida dan sulfat merupakan larutan asam yang paling luas
digunakan sebagai larutann standar meskipun tidak satupun mencukupi semua
persyaratan di atas. Garam klorida dari ion-ion perak, timbal dan merkuri (I) adalah
larut, seperti halnya ssulfat dari logam-logam alkali tanah dan timbal.namun hal ini
biasanya tidak menyebabkan kesukaran pada kebanyakan penggunaan titrasi asam
basa. Hidrogen klorida merupakan gas tetapi tidak cukup menguap dari larutan-
larutan pada batas-batas konsentrasi yang biasanya di pergunakan, karena
terdisosiasi sangat tinggi dalam larutan air. Suatu larutan 0,5 N dapat didihkan untuk
beberapa lama tanpa kehilangan hydrogen klorida, jika larutannya tidak boleh
dipekatkan dengan penguapan. Asam nitrat jarang digunakan, sebab merupakan
pereakssi oksidasi kuat, dan larutannya terurai apabila dipanaskan atau dikenakan
cahaya. Asam perklorat merupakan asam kuat tidak menguap dan stabil terhadap
reduksi dalam larutan-larutan encer. Garam-garam kalium dan amonium dapat
mengendap dari larutan-larutan pekat apabila terbentuk selama titrasi. Asam
perklorat lebih disukai dalam titrasi yang bukan air. Ia pada dasarnya suatu asam
yang lebih kuat dari pada asam klorida dan lebih kuat terdisosiasi dalam perlarut
yang bersifat asam, seperti asam asetat murni.
Natrium hidroksida merupakan basa ya suatu asam yang lebih kuat dari pada
asam klorida dan lebih kuat terdisosiasi dalam perlarut yang bersifat asam, seperti
asam asetat murni.
Natrium hidroksida merupakan basa yang paling umum digunakan. Kalium
hidroksida tidak memberikan keuntungan dibandingkan dengan natrium hidroksida
dan lebih mahal. NaOH selalu terkontaminasi oleh jumlah kecil zat pengotor yang
palig sering diantaranya adalah natrium karbonat.
3.3 Indikator Untuk Titrasi Asam Basa
Indikator yang digunakan pada titrasi ini adalah indikator yang bekerja sesuai
dengan perubahan pH pada larutan. Indikator asam basa merupakan suatu asam
basa merupakan suatu asam atau basa organik lemah yang bentuk tak
terdisosiasinya bebeda warna dengan ionnya. Indikator ini akan berubah warna pada
perubahan pHlarutan yang menyebabkan indikator tersebut mengalami disosiasi.
Indikator yang terkenal adalah indikator fenolftalein. Indikator ini mrupakan
asam diprotik dan tak berwarna. Ia mula-mula terdisosiasi ke dalam suatu bentuk tak
berwarna dan kemudian kehilangan hydrogen kedua, menjadi ion yang brwarna
merah.

3.4 Standardisasi Larutan


Standardisasi adalah proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti
konsentrasi suatu larutan. Terdapat dua macam larutan standar yaitu standar primer
dan standar sekunder. Standar primer biasanya dibuat dengan cara menimbang
dengan teliti suatu solut kemudian melarutkannya kedalam voleme larutan yang
secara teliti diukur volumenya.
Syarat-syarat dari standar primer adalah sebagai berikut :
1. Murni, jumlah pengotornya tidak lebih dari 0,01-0,02 %
2. Stabil, tidak higroskopis, dan tidak mudah bereaksi dengan udara
3. Mempunyai vberat ekivalen yang cukup tinggi untuk mngurangi
kesalahan pada waktu penimbangan.

Larutan standar pimer digunakan untuk menstandardisasi laruta standar


sekunder, arutan std. Sekunder selanjutnya digunakan untuk penentuan suatu
larutan atau cuplikan.

Senyawa kalium hydrogen fthalat KHC8H4O4 (KHP) merupakan standar primer


sangat baik untuk larutan-larutan basa. Senyawa ini mudah di peroleh dengan
kemurnian 99,95% atau lebih. Zat ini stabil apabila dikeringkan, tidak higroskopis dan
mempunyai berat ekivalen yang tinggi 204,2 g/ek. Merupakan asam monoprotik
lemah, akan tetapi karena larutan basa biasanya sering digunakan untuk
menentukan asam lemah, maka hal ini bukannya suatu kerugian.
Indikator fenolftalein digunakan dalm titrasi dan larutan basanya harus bebas karbonat.

Natrium karbonat Na2CO3 secara luas digunakan sebagai standar primer untuk
larutan-larutan asma kuat. Mudah diperoleh dalam keadaan sangat murni, kecuali hadirnya
sejumlah kecil natrium bikarbonat dengan memanaskan zatnya higga berat tetap pada
270oC sampai 300oC. Natrium karbonat sedikit higroskopis tetapi dapat ditimbang tanpa
banyak kesulitan. Karbonat dapat di titrasi menjadi natrium bikarbonat dengan mengunakan
indikator fenolftalein. Berat ekivalennya sama dengan berat molekulnya yaitu 106,0. Tetapi
secara umum zat ini dititrasi menjadi asam karbonat dengan menggunakan indicator metil
orange dengan berat ekivalen setengah dari berat moloekulnya 53,00

4. KESELAMATAN KERJA

Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti masker dan sarung tangan dalanm menangani
larutan asam pekat dan basa kuat. Lakukan pengenceran di dalam lemari asam dengan mengisi labu
ukur dengan aquadest terlebih dahulu.

5. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

- Neraca analitis
- Kaca arloji 2
- Erlenmeyer 250 ml 6
- Buret 50 ml 4
- Pipet ukur 25 ml 4
- Gelas kimia 100 ml ,250 ml 2,2
- Labu takar 100 ml, 250 ml 4,4
- Spatula, pengaduk 8
- Bola karet 4

6. BAHAN YANG DIGUNAKAN

- Larutan baku skunder NaOH 1 N


- Larutan baku skunder HCl 1 N

Kalium hydrogen ftalat, KHC8H4O4 (KHP)

- Natrium karbonat, Na2CO3


- Etanol 95%
- Indikator fenolftalein
- Indikator metil merah
- Indikator metil orange/metil jingga
- Larutan H2SO4
- Larutan CH3COOH
- Larutan NH4OH
- Larutan NaOH

7. PROSEDUR PERCOBAAN

7.1 Standardisasi larutan std sekunder NaOH dengan KHP


- masukan kira-kira 4-5 g KH fthalat murni dalam botol timbang yang bersih dan
keringkan dalam oven pada temperatur 110oC sekurang-kurangnya selama 1 jam.
- dinginkan botol timbang beserta isinya dalam desikator.
- timbang dengan teliti dalam 3 erlenmeyer bersih yang telah diberi nomor sebanyak
0,7 sampai 0,9 g KH fthalat.
- pada tiap erlenmeyer tambahkan 50 ml air suling diukur dengan gelas ukur dan
kocok perlahan-lahan sampai KHP larut
- tambah kan 2 tetes indikator pp pada tiap erlenmeyer
- titrasi larutan dengan NaOH yang telah dibuat sampai berubah warna menjadi
merah muda
- catat volume titran

7.2 Standarisasi larutan standar sekunder HCl dengan Na2CO3

- Buatlah larutan yang mempunyai pH 4 dengan cara melarutkan 1gr KH ftalat dalam
100ml air suling tambahkan 2 tetes metil jingga kedalamnya

- larutan ini digunakan sebagai larutan pembanding

- Tiimbang dengan teliti 3 cuplikan dalam erlenmeyer masing-masing 0.2


gr,0.25gr,dan 0.25gr Na2CO3 murni yang telah dikeringakan

- larutkan dalam 50ml aquadest dan tambahkan 2 tetes metil jingga

- Titrasikan dengan HCl sampai warnanya sama dengan larutan pembanding

- catat volume titran


7.3 Penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan std.NaOH

- Pipet 25ml cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250ml

- Tambahkan indicator pp

- Titrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna yang tetap

- Ulangi untuk 3 kali percobaan

7.4 Penentuan konsentrasi larutanNH4OH dengan larutan std.HCl

- Pipet 25ml cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250ml

- Tambahkan indicator m.o

- Titrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna yang tetap

- Ulangi untuk 3 kali percobaan

7.5 Penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan std.NaOH

- Pipet 25ml cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250ml

- Tambahkan indicator m.o

- Titrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna yang tetap

- Ulangi untuk 3 kali percobaan

7.6 Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std.HCl

- Pipet 25ml cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250ml

- Tambahkan indicator pp

- Titrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna yang tetap

- Ulangi untuk 3 kali percobaan

8. DATA PENGAMATAN
8.1 Standarisasi larutan standar sekunder NaOH dengan larutan KHP

No. Analit KHP Titran NaOH


1. 10 ml 2,1 ml
2. 10 ml 2,0 ml
3. 10 ml 1,9 ml
Rata-rata 2,0 ml
8.2 Standarisasi larutan standar sekunder HCl dengan larutan Na2CO3

No. Analit Titran HCl


Na2CO3
1. 10 ml 0,6 ml
2. 10 ml 1 ml
3. 10 ml 1 ml
Rata-rata 0,86 ml

8.3 Penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan standar NaOH

No. Analit Titran NaOH


CH3COOH
1. 10 ml 12 ml
2. 10 ml 12 ml
3. 10 ml 12,2 ml
Rata-rata 12,07 ml

8.4 Penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan standar HCl

No. Analit NH4OH Titran HCl


1. 10 ml 9 ml
2. 10 ml 9 ml
3. 10 ml 9 ml
Rata-rata 9 ml

8.5 Penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan standar NaOH

No. Analit H2SO4 Titran NaOH


1. 10 ml 13 ml
2. 10 ml 13 ml
3. 10 ml 13 ml
Rata-rata 13 ml

8.6 Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan standar HCl

No. Analit NaOH Titran HCl


1. 10 ml 9,1 ml
2. 10 ml 8,8 ml
3. 10 ml 8,6 ml
Rata-rata 8,833 ml
9. Data perhitungan

9.1 Perhitungan membuat larutan

*Analit(asam)NaOH *Titran (basa) NaOH


gr=M.V.BM gr = M.V.BM
=1 x 0,1 x 40 = 1 x 0,25 x 40
= 4 gr = 10 gr

* HCl * CH3COOH
ρ x % x 1000 ρ x % x 1000
M1= M 1=
BM BM

1,19 𝑥 37% 𝑥 1000 1,05 𝑥 100% 𝑥 1000


= =
36,5 60

440,3 1,050
= =
36,5 60

= 12,0630 M =17,5 M

M1.V1=M2.V2 M1.V1=M2.V2
12,0630 x V1 = 1 x 250 17,5 x V1 = 1 x 100
250 100
V1 = V1 =
12,0630 17,5
V1 = 20, 7296 ml V1 = 5,71 ml

* NH4OH * H2SO4
ρ x % x 1000 ρ x % x 1000
M1= M 1=
BM BM

0,88 𝑥 28% 𝑥 1000 1,84 𝑥 98% 𝑥 1000


= =
35,05 98,08

246,4 1803,2
= =
35,05 98,08

= 7,0299 M =18,38 M
M1.V1=M2.V2 M1.V1=M2.V2
7,0299 x V1 = 1 x 100 18,38 x V1 = 1 x 100
100 100
V1 = V1 =
7,0299 18,38
V1 = 14,225 ml V1 = 5,44 ml

9.2 standarisasi larutan standar sekunder NaOH dengan KHP


Gr KHP = V NaOH x N NaOH
BE KHP
0,8 x 1000 x 10/50 = 0,83 x N NaOH
204,2
160
= 0,83 x N NaOH
204,2

0,784
= N NaOH
0,83

0,945 mek/ml = N NaOH

% kesalahan = (T - P) x 100
T
= (1 - 0,945) x 100
1
= 5,5 %
9.3. standarisasi larutan standar sekunder HCl dan Na2CO3
Gr Na2CO3 = V HCl x N HCl
BE Na2CO3
0,2084 x 1000 x 10/50 = 2,4 ml x N HCl
53
41,68
= 0,83 x N HCl
53

0,9144 mek/ml = N HCl

% kesalahan =(T - P) x 100


T
= (1 - 0,9144) x 100
1
= 8,56 %
9.4. penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan standar NaOH
V CH3COOH x N CH3COOH = V NaOH x N NaOH
10 ml x N CH3COOH = 12,07 ml x 0,945 mek/ml
10 ml x N CH3COOH = 11,406 mek
11,406 mek
N CH3COOH =
10 ml
N CH3COOH = 1,1406 mek/ml
% kesalahan = (P - T) x 100
P
= (1,1406 - 1) x 100
1,1406
= 14,06 %
9.5 penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan standar HCl
V NH4OH x N NH4OH = V HCl x N HCl
10 ml x N NH4OH = 9 ml x 0,9144 mek/ml
10 ml x N NH4OH = 8,2269 mek
8,2269mek
N NH4OH =
10 ml
N NH4OH = 0,82296 mek/ml

% kesalahan = (T - P) x 100
T
= (1 – 0,82296) x 100
1
= 17,704 %
9.6 penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan standar NaOH
V H2SO4 X N H2SO4 = V NaOH X N NaOH
10 ml x N H2SO4 = 13 ml x 0,945 mek/ml
10 ml x N H2SO4 = 12,285 mek
12,285mek
N H2SO4 =
10 ml
N H2SO4 = 1,2285 mek/ml
% kesalahan = (P - T) x 100
P
= (1,2285 – 1 ) x 100
1,2285
= 22,85%

9.7 penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan HCl


V NaOH x N NaOH = V HCl x N HCl
10 ml x N NaOH = 8,833 ml x 0,9144 mek/ml
10 ml x N NaOH = 8,073362 mek
8,073362mek
N NaOH =
10 ml
N NaOH = 0,81 mek/ml

% kesalahan = (T - P) x 100
T
= (1 – 0,81 ) x 100
1
= 19,24%

10. Analisa data


percobaan ini dilakukan unutk melakukan standarisasi untuk asam kuat dan basa kuat,
dan melakukan penentuan konsentrasi larutan dengan titrasi asam basa. Untuk mencari
jumlah, persen kesalahan juga di cari. Penentuan volume titran serta menimbang berat
masing-masing analit ini dapat d cari dengan rumus;
untuk standarisasi :
gr analit = V titran x N titran
BE analit
Untuk penentuan normalitas larutan analit dengan titran standar:
V sampel x N sampel = V titran x N titran
Sedangkan untuk mencari persen kesalahan:
(Teori – Praktek) x 100
Teori
Dari percobaan di atas didapatkan standarisasi dari NaOH dengan KHP adalah 0,945 N
dengan persen kesalahan 5,5%. Standarisasi larutan standarsekunder HCl dengan Na2CO3
yaitu 0,9144 N dengan persen kesalahan 8,56%. Penentuan normalitas CH3COOH dengan
larutan standar NaOH adalah 1,1406 N, kesalahan 14,06%. Penentuan normalitas NH4OH
dengan larutan HCl yaitu 0,82296 N dengan persen kesalahan 17,704%. Penentuan
normalitas H2SO4 dengan laruutan standar NaOH yaitu 1,2285 N dengan persen kesalahan
22,85%. Penentuan normallitas larutan NaOH dengan larutan standar HCl yaitu 0,81 N,
dengan persen kesalahan 19,24%. Normalitas secara teori adalah 1 N untuk semua larutan
yang digunakan baik titran ataupun analit. Semakin nilai N yang didapat mendekati 1 N,
maka makin kecil kesalahan yang akan di dapat.

11. Pertanyaan
1. Tuliskan 5 macam larutan standar primer untuk titrasi asam basa !
2. Tuliskan 5 macam indicator untuk titrasi asam basa!
3. Tuliskan 5 macam penerapan titrasi asam basa !
4. Suatu larutan standar primer,Kalium Hydrogen Ftalat (KHC8H4O4) seberat 0,8426 gr
dititrasi dengan 42,14 ml NaOH. Hitung normalitas larutan NaOH!
Jawaban :
1. Larutan standar primer
- KHP- Na2CO3
- KH(IO3)2
- enol
- (CH2OH)3CNH2
2. Indicator
- Indicator pp
- Indicator biro timol
- Indicator m.o
- Indicator merah
- Indicator metil merah
3. Penerapan titrasi asam basa
- Asam kuat – Basa kuat
- Asam kuat –Basa lemah
- Asam lemah – Basa kuat
- Asam kuat – Garam dari asam lemah
- Basa kuat – Garam dari basa lemah
4. Diket : KHP 0,8426 gr V. NaOH 42,14 ml
Ditanya : N NaOH dit…?
Gr KHP = V NaOH x N NaOH
BE KHP
0,8426 x 1000 = 42,14 x N NaOH
204,2
8426
= 42,14 x N NaOH
204,2

4,127
= N NaOH
42,14

0,098 mek/ml = N NaOH

12. Kesimpulan
Standardisasi adalah proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti
konsentrasi suatu larutan. Indikator yang digunakan adalahh PP, metil jingga, metil
kuning, hasil yang di dapat :

1. N NaOH =0,945 N; kesalahan 5,5%


2. N HCl = 0,9144 N; kesalahan 8,56%
3. N CH3COOH = 1,1406 N ; kesalahan 14,06%
4. N NH4OH = 0,82296 N ; kesalahan 17,704%
5. N H2SO4 = 1,2285 N ; kesalahan 22,85%
6. N NaOH = 0,81 N ; kesalahan 19,24%

Anda mungkin juga menyukai