Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Sainsmat, Maret 2016, Halaman 30-41 Vol. V, No.

1
ISSN 2086-6755
http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat

Implementasi Pendekatan Kontekstual Dengan


Mengintensifkan Scaffolding untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika
Implementation Contextual Approach by Intensifying Scaffolding to
Improve Learning Outcomes of Mathematics
Muhammad Nurhusain 1)*, Yani Indriani 2)
1,2
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

Received 15th November 2015 / Accepted 10th January 2016

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pendekatan kontekstual
dengan mengintensifkan scaffolding pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Donggo
Kabupaten Bima pada pokok bahasan kubus dan balok. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VIIIA SMP Negeri 2 Donggo Kabupaten Bima pada semester genap tahun ajaran
2014/2015 yang berjumlah 30 orang terdiri dari 8 perempuan dan 22 laki-laki. Penelitian
ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Pengambilan data
dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar pada akhir siklus I, siklus II, dan data
hasil observasi pada setiap pertemua. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan
analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
peningkatan skor rata-rata aspek kognitif siswa yaitu sebesar 61,63 dengan standar deviasi
19,86 yang termasuk kategori rendah pada siklus I menjadi 84,17 dengar standar deviasi
10,60 termasuk kategori tinggi pada siklus II. Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek
distribusi frekuensi aktifitas siswa 35,56% pada siklus I meningkat menjadi 80% dengan
kategori baik. Ketuntasan klasikal Pada siklus I belum terpenuhi yaitu 26,67% meningkat
pada siklus II yaitu 86,67%, sehingga ketuntasan klasikal terpenuhi. Dengan demikian,
penggunaan pendekatan kontekstual dengan mengintensifkan scaffolding dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII.A SMP Negeri 2 Donggo
Kabupaten Bima.

Kata kunci: Pendekatan kontekstual, scaffolding, hasil belajar.

ABSTRACT

This research is a classroom action research that aims to improve the learning
outcomes of mathematics through contextual approach to intensify scaffolding on VIII A
grade students of SMP Negeri 2 Donggo Bima at the subject math of cubes and blocks. The
subjects were VIIIA grade students of SMP Negeri 2 Donggo Bima in the second semester

*Korespondensi:
email: zein.alhusain@gmail.com 30
Nurhusain, dkk (2016)
of academic year 2014/2015 with 30 students consisted of 8 girls and 22 boys. This
research was conducted with two-cycles namely cycle I and cycle II. The data were
collected by using achievement test at the end of both cycles and the observation data of
each meeting. The data were analyzed by using quantitative and qualitative analysis. The
results of this research showed that there was an increase in the mean score of students'
cognitive aspects in the amount of 61.63 with a standard deviation at 19.86 which
included as the lower category in the first cycle, those became 84.17 with standard
deviation at 10.60 in the second cycle. Based on the analysis of the frequency distribution
aspects of the student activity was 35.56% in the first cycle and increased to 80% with
“good” category. The classical completeness in cycle I have not been fulfilled yet which
gained 26.67% and it increased in the second cycle with 86.67%, so the classical
completeness met. Thus, the use of a contextual approach by intensifying the scaffolding
can improve the learning outcomes of VIIIA students in SMP Negeri 2 Donggo Bima.

Key words: contextual approach, scaffolding, learning outcomes.

PENDAHULUAN pembelajaran dapat tercapai secara


optimal. Namun kenyataan sering berkata
Matematika sebagai ilmu dasar lain, guru tidak inovatif dalam memilih
merupakan salah satu pelajaran yang metode, model, atau pendekatan secara
memegang peranan penting pada setiap efektif dan efisien.
jenjang pendidikan dalam upaya Berdasarkan observasi yang
penguasaan ilmu pengetahuan dan dilakukan pada hari rabu tanggal 27
teknologi. Selain itu matematika Januari 2015 peneliti melakukan
merupakan penunjang dalam wawancara terhadap tiga orang siswa kelas
perkembangan ilmu dan teknologi, namun VIIIA SMP Negeri 2 Donggo Bima
pelajaran matematika disetiap jenjang diperoleh informasi bahwa masih banyak
pendidikan sering kali menjadi kendala siswa yang tidak senang dengan pelajaran
dalam peningkatan hasil belajar siswa. Hal matematika yang ditandai dengan
ini disebabkan bahwa matematika anggapan bahwa matematika adalah
memiliki objek yang abstrak dan bahasa pelajaran yang sukar dan sulit dipelajari,
yang digunakan lebih banyak berupa siswa bersifat pasif selama proses
simbol, selain itu memiliki pola pikir yang pembelajaran berlangsung, siswa lebih
deduktif. banyak mengandalkan informasi dari guru
Mengingat peran matematika yang tanpa ada upaya untuk belajar menemukan
demikian penting dan merupakan salah sendiri. Selain itu, peneliti juga melakukan
satu ilmu yang diajarkan pada setiap wawancara terhadap guru mata pelajaran
jenjang pendidikan, maka perlu adanya matematika diperoleh informasi bahwa,
usaha peningkatan hasil belajar pada mata dalam pembelajaran matematika guru
pelajaran matematika tersebut. Salah satu mengeluhkan rendahnya kemampuan
usaha itu adalah bagaimana guru berfungsi siswa dalam mengerjakan soal
dalam melaksanakan tugasnya, yakni matematika. Hal ini terlihat dengan
harus mampu menerapkan dengan tepat banyaknya kesalahan yang mereka
berbagai metode, model, atau pendekatan lakukan dalam mengerjakan soal-soal
secara efektif dan efisien, agar tujuan matematika. Selain itu, berdasarkan

31
Implementasi Pendekatan Kontekstual Dengan Mengintensifkan Scaffolding

observasi singkat selama proses dengan mengintensifkan scaffolding dalam


pembelajaran berlangsung diketahui guru pembelajaran matematika. Pembelajaran
menerapkan pendekatan konvensional, kontekstual merupakan pendekatan
sehingga guru hanya menyampaikan pembelajaran yang menekankan kepada
informasi kepada siswa kemudian siswa proses keterlibatan siswa secara penuh
menghafal konsep-konsep yang untuk dapat menemukan materi yang
diinformasikan oleh guru tanpa memahami dipelajari dan menghubungkannya dengan
konsep tersebut. Hal ini juga berakibat situasi kehidupan nyata sehingga
pada rendahnya hasil belajar matematika mendorong siswa untuk dapat
dan berdasarkan informasi yang diperoleh menerapkannya dalam kehidupan mereka
dari guru matematika di SMP Negeri 2 (Komara, 2014). Ketika siswa dapat
Donggo Bima khususnya dikelas VIIIA mengaitkan isi dari mata pelajaran
bahwa nilai rata-rata hasil belajar akademik dengan pengalaman mereka
matematika siswa adalah 60,58 lebih sendiri, maka mereka menemukan makna
rendah dari nilai kentuntasan minimal dan makna memberi mereka alasan untuk
(KKM) yang ditetapkan di sekolah belajar (Johnson, 2009).
tersebut yaitu 75 dari skor ideal 100. Pembelajaran kontekstual
Upaya untuk memperbaiki (contextual teachinng and learning) adalah
rendahnya hasil belajar matematika di konsep belajar yang membatuguru
SMP telah dilakukan oleh pemerintah mengaitkan antara materi yang
dengan berbagai cara seperti cara diajarkannya dengan situasi dunia nyata
pengadaan buku paket, mengadakan siswa dan mendorong siswa membuat
penataran-penataran, dan pelatihan- hubungan antara pengetahuan yang
pelatihan bagi guru-guru dan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
sekarang di sekolah-sekolah telah kehidupan mereka seharí-hari dengan
diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan melibatkan tujuh komponen utama
Pendidikan (KTSP) yang dirancang sesuai pembelajararan kontekstual, yakni
kemampuan dan kebutuhan siswa agar konstruktivisme (contructivism), bertanya
dapat berkembang dengan optimal. (questioning), inkuri (inquiry), masyarakat
Untuk pembelajaran diperlukan belajar (learning community), pemodelan
pembelajaran yang efektif agar dalam (modeling), refleksi (reflection), dan
belajar matematika terasa mudah dan penilaian autentik (authentic assesment)
menyenangkan. Untuk itu diperlukan suatu (Trianto, 2008). Pada penerapannya,
strategi baru yang lebih memberdayakan pembelajaran kontekstual dielaborasikan
siswa. Salah satu strategi belajar siswa dengan pembelajaran scaffolding.
yang tidak mengharuskan siswa menghafal Konsep scaffolding berarti
fakta-fakta tetapi sebuah strategi memberikan bantuan secara ketat selama
pembelajaran yang mendorong siswa tahap-tahap awal pembelajaran kemudian
mengkontruksikan pengetahuan dibenak mengurangi bantuan tersebut dan
mereka sendiri. Dengan demikian, salah memberikan kesempatan kepada anak
satu upaya yang dilakukan untuk tersebut mengambil alih tanggung jawab
menunjang peningkatan hasil belajar siswa yang semakin besar segera setelah ia dapat
adalah kegiatan pembelajaran kontekstual melakukannya. Tujuan penggunaan

32
Nurhusain, dkk (2016)

pembelajaran scaffolding adalah penerapan pendekatan pembelajaran


mendorong menjadi yang mandiri dan kontekstual dengan mengintensifkan
mengatur diri sendiri (self-regulating). scaffolding terdiri dari beberapa tahapan
Begitu pengetahuan dan kompetensi pelaksanaan meliputi: perencanaan,
belajar meningkat, guru secara berangsur- pelaksanaan tindakan, observasi, dan
angsur mengurangi pemberian dukungan. refleksi (Arikunto, 2011).
Jika tidak mampu mencapai kemandirian,
guru kembali ke sistem dukungan untuk Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian
membantu memperoleh kemajuan sampai
Penelitian ini dilaksanakan pada
mereka mampu mencapai kemandirian
semester genap tahun ajaran 2014/2015
(Henry, 2002 dalam Nurramar, 2006).
yang bertempat di SMP Negeri 2 Donggo
Penerapan pendekatan kontekstual
Kabupaten Bima, Jalan Lintas Sangari-
dengan mengintensifkan scaffolding
Donggo Bima. Subjek penelitian ini adalah
diharapkan dapat lebih bermakna bagi
seluruh siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2
siswa. Proses pembelajaran alamiah dalam
Donggo Bima yang terdiri dari 30 siswa,
bentuk kegiatan siswa bekerja dan
22 siswa putri dan 8 siswa putra.
mengalami, bukan transfer pengetahuan
dari guru ke siswa. Dengan demikian Prosedur Penelitian
untuk meningkatkan hasil belajar melalui
pendekatan kontesktual dengan Penelitian ini dilaksanakan dalam
mengintensifkan scaffolding sekurang- dua siklus antara siklus I dengan siklus II
sekurangnya dapat membuat siswa aktif merupakan kelanjutan yang saling
terlibat dalam proses pembelajaran, berkaitan, dalam artian dalam pelaksanaan
pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan siklus II merupakan kelanjutan dari
nyata, perilaku dibangun atas kesadaran perbaikan siklus 1. Secara rinci
sendiri, keterampilan dikembangkan atas pelaksanaan penelitian untuk dua siklus ini
dasar pemahaman, dan hasil belajar diukur sebagai berikut:
dengan berbagai cara. Pelaksanaan Siklus I: Tahap
Berdasarkan uraian diatas, maka Perencanaan (Planning) meliputi
peneliti terdorong melakukan penelitian penyusunan: (1) rencana pelaksanaan
yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran (RPP) sesuai pendektan
belajar matematika melalui pendekatan kontekstual dengan mengintensifkan
kontesktual dengan mengintensifkan scaffolding untuk setiap pertemuan, (2)
scaffolding pada siswa kelas VIIIA SMP instrument penelitian berupa lembar
Negeri 2 Donggo Bima. observasi aktivitas siswa, (3) lembar
observasi kemampuan guru mengelola
METODE pembelajaran, (4) angket respon siswa, (5)
tes hasil belajar serta (6) perangkat
Jenis Penelitian
pembelajaran yang menunjang
Penelitian ini adalah penelitian pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
tindakan kelas (claasroom action Tahap tindakan (action). Pada tahap
research) yang dilaksanakan selama dua ini, kegiatan yang dilakukan adalah
siklus. Tindakan yang dilakukan adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang

33
Implementasi Pendekatan Kontekstual Dengan Mengintensifkan Scaffolding

telah direncanakan sesuai RPP yang dibuat terhadap pembelajaran kontekstul dengan
seperti langkah-langkah berikut: (1) mengintensifkan scaffolding.
Menyajikan materi pembelajaran dimulai Tahap refleksi. Refleksi dilakukan
dengan guru menyampaikan tujuan terhadap hasil observasi dan evaluasi yang
pembelajaran dan memotivasi untuk dilaksanakan pada akhir siklus I untuk
belajar sekaligus menyajikan informasi memperbaiki dan menyempurnakan
atau materi, (2) Memberikan penjelasan tindakan yang akan dilaksanakan pada
secara singkat tentang materi yang pelaksanaan siklus II.
dihubungkan dengan kehidupan nyata Pelaksanaan Siklus II sama halnya
siswa, (3) Membagi siswa dalam beberapa pada Siklus I yang terdiri atas empat
kelompok belajar yang telah ditentukan, tahapan. Namun dalam pelaksanaannya,
(4) Mengarahkan siswa untuk membentuk setiap tahapan pada Siklus II mengalami
kelompok, (5) Membagikan LKS kepada perbaikan sesuai hasil refleksi pada Siklus
setiap kelompok, (6) Mengarahkan siswa I. Secara khusus tahap refleksi pada Siklus
mengerjakan soal yang ada secara II, hasil refleksi dianalisis untuk
individu, (7) Menentukan Zona of mengetahui hasil penerapan pembelajaran
Proximal Development (ZPD) untuk kontekstual dengan mengintensifkan
masing-masing siswa sebelum scaffolding memenuhi kriteria
memberikan scaffolding, (8) Memberi keberhasilan penelitian atau belum.
scaffolding perindividu, (9) Meminta Penelitian berakhir jika kriteria
siswa untuk membuat kesimpulan. keberhasilan terpenuhi dan akan tetap
Tahap observasi dan evaluasi. dilanjutkan ke siklus berikutnya jika
Observasi dilakukan pada setiap kegiatan kriteria keberhasilan belum terpenuhi.
pembelajaran terhadap aktivitas siswa dan
kemampuan guru mengelola pembelajaran Data, Sumber data, Instrumen, dan
di kelas, termasuk hal-hal penting yang Prosedur Pengambilan Data
ditemukan dalam pelaksanaan
Adapun data, sumber data, instrumen,
pembelajaran. Sedangkan evaluasi
dan prosedur pengambilan data pada
dilakukan pada akhir siklus untuk
penelitian ini dicantumkan pada Tabel 1
mengetahui hasil belajar dan respon siswa
berikut

Tabel 1. Data, Sumber data, Instrumen, dan Prosedur Pengambilan Data

Sumber
No. Data Instrument Prosedur pengambilan data
data
1. Skor siklus I Siswa Soal tes siklus I Memberikan tes pada akhir
tindakan/siklus I
2. Skor siklus II Siswa Soal tes siklus II Memberikan tes pada akhir
tindakan/siklus II
3. Aktivitas siswa Siswa Lembar observasi Mengobservasi aktivitas
siswa yang dilakukan oleh
seorang pengamat pada setiap
tindakan

34
Nurhusain, dkk (2016)

mengintensifkan scaffolding pada pokok


Teknik Analisis Data bahasan kubus dan balokdapat dilihat pada
Tabel 2 berikut:
Data yang telah terkumpul selanjutnya Tabel 2. Statistik Skor Hasil Belajar
dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Siswa pada Tes Akhir Siklus I
Data aktivitas siswa dianalisis secara Statistik Nilai statistic
kualitatif, sedangkan data mengenai hasil Subjek 30
Skor Ideal 100
tes matematika dianalisis secara kuantitatif
Skor Tertinggi 91
dengan menggunakan analisis statistik Skor Terendah 24
deksriptif yaitu skor rata-rata, persentase, Rentang Skor 67
nilai maksimum, nilai minimum, modus, Skor rata-rata 61,63
median dan standar deviasi yang dicapai Standar Deviasi 19,86
setiap siklus. Median 64,5
Variansi 394,52
Kriteria Keberhasilan Modus 85

Kriteria keberhasilan penelitian Berdasarkan Tabel 2 di atas


tindakan kelas ini adalah apabila skor rata- menunjukan bahwa skor rata-rata hasil
rata hasil belajar matematika siswa kelas belajar matematika siswa pada siklus I
VIIIA SMP Negeri 2 Donggo Bima adalah 61,63 dengan standar deviasi 19,86.
mengalami peningkatan dari siklus I ke Ini berarti nilai tes hasil belajar yang
siklus II setelah menerapkan pendekatan diperoleh siswa pada siklus 1 berpusat di
kontekstual dengan mengintensifkan 61,63 dengan standar deviasi 19,86, hal ini
scaffolding. Siswa dikatakan tuntas belajar menunjukan bahwa ukuran standar
apabila memperoleh skor KKM 75 dari penyimpangan data dari rata-ratanya
skor ideal 100 dan ketuntasan secara sebesar 19,86. Median dari data di atas
klasikal terpenuhi apabila 85 dari siswa adalah 64,5 hal ini menunjukan bahwa
tuntas belajar secara individu. 50 siswa memperoleh skor dibawah
64,5 dan 50 % siswa memperoleh skor
HASIL DAN PEMBAHASAN diatas 64,5. Modus dari data di atas adalah
85 berarti skor terbanyak yang diperoleh
Hasil Penelitian siswa adalah 85.
Apabila skor hasil belajar siswa
Data mengenai hasil evaluasi tiap
dikelompokkan ke dalam kategori
siklus dianalisi secara kuantitatif,
penilaian yang digunakan maka diperoleh
sedangkan hasil observasi tiap pertemuan
distribusi frekuensi dan presentase pada
siklus I dan siklus II dianalisis secara
Tabel 3 berikut:
kualitatif. Adapun hasil analisisnya adalah
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan
sebagai berikut:
Persentase Skor Hasil Belajar
Siswa pada Siklus I
a. Analisis Kuantitatif Interval Persentase
Kategori Frekuensi
Skor (%)
Data berdasarkan hasil tes akhir 0 – 54 Sangat 10 33,33
siklus I pada siswa kelas VIIIA SMPN 2 55 - 64 Rendah 5 16,67
Donggo Bima setelah diterapkan 65 - 79 Rendah 7 23,33
pendekatan kontekstual dengan

35
Implementasi Pendekatan Kontekstual Dengan Mengintensifkan Scaffolding

Interval
Kategori Frekuensi
Persentase kontekstual dengan mengintensifkan
Skor (%)
scaffolding belum dikatakan berhasil,
80 - 89 Sedang 7 23,33
90 – Tinggi 1 3,34 karena belum mencapai standar ketuntasan
100 Sangat belajar yang ditetapkan di SMP Negeri 2
Tinggi Donggo Bima yaitu secara klasikal 85%
Jumlah 30 100 harus berada pada kategori tuntas.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II
Dengan melihat Tabel 3 skor rata-rata dilanjutkan dengan berdasarkan hasil
hasil belajar matematika siswa kelas VIII A refleksi pada siklus I dengan menerapkan
SMP Negeri 2 Donggo Bima adalah 61,63 pendekatan kontekstual dengan
dari skor ideal yang mungkin dicapai mengintensifkan scaffolding selama empat
siswa yaitu 100 berada pada interval 0-54. kali pertemuan. Tindakan-tindakan pada
Dengan demikian dapat disimpulkan siklus II lebih dikembangkan dan diadakan
bahwa hasil belajar matematika siswa perbaikan pada hasil refleksi pada siklus I.
kelas VIIIA SMP Negeri 2 Donggo Bima Berdasarkan hasil analisis deskriptif
setelah diterapkan pendekatan kontekstual terhadap skor hasil belajar matematika
dengan mengintensifkan scaffolding pada siswa setelah diterapkan pendekatan
siklus I berada pada kategori rendah. kontekstual dengan mengintensifkan
Untuk melihat ketuntasan hasil belajar scaffolding pada pokok bahasan kubus dan
matematika siswa kelas VIIIA SMP Negeri balok selama berlangsungnya siklus II
2 Donggo Bima pada siklus I dapat dilihat terdapat pada Tabel 5 sebagai berikut:
pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 5. Statistik skor penguasaan
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan siswa pada tes siklus II
Persentase Ketuntasan Hasil
Belajar Matematika Siswa Statistik Nilai statistik
pada Siklus I Subjek 30
Skor Ideal 100
Persentase Skor Tertinggi 100
Skor Kategori Frekuensi
(%) Skor Terendah 55
0-74 Tidak 22 73,33 Rentang Skor 45
tuntas Skor rata-rata 84,17
75- Tuntas 8 26,67 Standar Deviasi 10,60
100 Median 84
Jumlah 30 100 Variansi 112,35
Modus 100
Berdasarkan hasil analisis distribusi
frekuensi persentase ketuntasan hasil Berdasarkan Tabel 5 di atas
belajar pada Tabel 4, terdapat 22 siswa menunjukan bahwa skor rata-rata hasil
(73,33%) berada pada kategori tidak tuntas belajar matematika siswa pada siklus II
dan terdapat 8 siswa (26,67%) berada pada adalah 84,17 dengan standar deviasi 10,60.
kategori tuntas. Ini berarti nilai tes hasil belajar yang
Berdasarkan persentase diperoleh siswa pada siklus II berpusat di
ketuntasan belajar di atas, maka pada 84,17 dengan standar deviasi 10,60, hal ini
siklus I dapat disimpulkan bahwa menunjukan bahwa ukuran standar
pembelajaran dengan pendekatan penyimpangan data dari rata-ratanya

36
Nurhusain, dkk (2016)

sebesar 10,60. Median dari data di atas Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan
adalah 84 hal ini menunjukan bahwa 50 Persentase Ketuntasan Hasil
siswa memperoleh skor dibawah 84 dan Belajar Matematika Siswa
pada Siklus II
50 % siswa memperoleh skor diatas 84.
Modus dari data di atas adalah 100 berarti Persentase
skor terbanyak yang diperoleh siswa Skor Kategori Frekuensi
(%)
adalah 100. 0-74 Tidak 4 13,33
Jika skor hasil belajar matematika tuntas
siswa tersebut dikelompokkan ke dalam 75-100 Tuntas 26 86,67
lima kategori, maka diperoleh distribusi Jumlah 30 100
frekuensi dan persentase seperti disajikan
Dengan melihat Tabel 7 diatas
pada Tabel 6 berikut:
menunjukan bahwa persentase ketuntasan
Tabel 6. Statistik Frekuensi dan
Persentase Skor Hasil hasil belajar siswa pada siklus II
Belajar Matematika Untuk memenuhi syarat ketuntasan klasikal yaitu
Siklus II 85%. Berdasarkan hasil analisis distribusi
frekuensi persentase ketuntasan hasil
Interval Persentase
Kategori Frekuensi belajar pada Tabel 6, terdapat 4 siswa
Skor (%)
Sangat (13,33%) berada pada kategori tidak tuntas
0-54 Rendah 0 0 dan terdapat 26 siswa 86,67%) berada
55-64 Rendah 1 3,33 pada kategori tuntas.
65-79 Sedang 9 30 Berdasarkan persentase
80-89 Tinggi 10 33,33
ketuntasan belajar di atas, maka pada
90-100 Sangat 10 33,34
Tinggi siklus II dapat disimpulkan bahwa
Jumlah 30 100 pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual dengan mengintensifkan
Dengan melihat Tabel 6 skor rata-rata scaffolding dikatakan telah berhasil,
hasil belajar matematika siswa kelas VIIIA karena telah mencapai standar ketuntasan
SMP Negeri 2 Donggo Bima pada siklus II belajar yang ditetapkan di SMP Negeri 2
adalah 84,17 dari skor ideal yang mungkin Donggo Bima yaitu secara klasikal
dicapai siswa yaitu 100 berada pada 90- minimal 85% berada pada kategori tuntas.
100. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar matematika siswa b. Analisis Kualitatif
kelas VIIIA SMP Negeri 2 Donggo Bima
Data tentang aktivitas siswa kelas
setelah diterapkan pendekatan kontekstual
VIIIA SMP Negeri 2 Donggo Bima dalam
dengan mengintensifkan scaffolding pada
mengikuti pembelajaran matematika
siklus II berada pada kategori tinggi.
diperoleh melalui lembar observasi.
Untuk melihat ketuntasan hasil belajar
Adapun deskripsi tentang aktivitas siswa
matematika siswa kelas VIIIA SMP Negeri
selama mengikuti proses pembelajaran
2 Donggo Bima pada siklus II dapat dilihat
pada siklus I diperoleh bahwa secara
pada Tabel 7 berikut ini:
umum siswa masih cenderung pasif dalam
proses pembelajaran. Sedangkan di sisi
lain, frekuensi siswa yang melakukan

37
Implementasi Pendekatan Kontekstual Dengan Mengintensifkan Scaffolding

aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan memperketat pengawasan kepada siswa
proses pembelajaran masih tinggi. yang sering melakukan kegiatan yang
Sedangkan deskripsi tentang aktivitas kurang positif di dalam kelas dan
siswa selama mengikuti proses memberikan sanksi, seperti mengerjakan
pembelajaran pada siklus II diperoleh soal di papan tulis; (3) Mengubah setting
bahwa secara umum siswa lebih aktif tempat duduk dan jarak bangku antara
dalam proses pembelajaran. Sedangkan di setiap kelompok agar kejadian-kejadian
sisi lain, frekuensi siswa yang melakukan yang kurang positif dapat diminimalisir;
aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan dan (4) Memperjelas materi dalam bentuk
proses pembelajaran telah menurun atau perbaikan dan umpan balik terhadap kasus
rendah. LKS yang dianggap sulit dengan lebih
mengintensifkan scaffolding.
c. Refleksi Pelaksanaan tindakan sebagai
perbaikan dari pelaksanaan siklus I
Pembelajaran pada siklus I secara
memberikan dampak yang positif terhadap
umum siswa belum mampu menemukan
aktivitas siswa. Secara umum hasilnya
masalah-masalah kontekstual yang
semakin sesuai dengan yang diharapkan,
berkaitan dengan materi yang diajarkan
dan dapat dikatakan bahwa seluruh
dan belum mampu mengkonstruksi
kegiatan pada siklus II ini mengalami
sendiri pengetahuannya. Pada pertemuan
peningkatan dibandingkan dengan Siklus
kedua hingga akhir siklus I, antusias siswa
I. Hal ini dapat dilihat dari keseriusan
untuk menyelesaikan soal secara individu
siswa memperhatikan pelajaran yang
mulai tampak, walaupun masih ada siswa
diberikan, keaktifan siswa untuk bertanya
yang pasif. Selain itu, masih terdapat
kepada guru dan memberi tanggapan
beberapa siswa yang tidak mampu
tentang materi yang dibahas, kehadiran
mencapai kemandirian, sehingga guru
siswa, dan keaktifan siswa yang berani
kembali ke sistem dukungan untuk
tampil semakin meningkat.
membantu memperoleh kemajuan. Karena
hasil yang diperoleh pada siklus I belum PEMBAHASAN
menujukkan hasil yang optimum dan
sistem pembelejaran yang digunakan Berdasarkan skor rata-rata data awal
belum terserap dengan baik pada siswa ke siklus I ke siklus II, diketahui
maka perlu dilanjutkan pada siklus II. mengalami peningkatan. Skor rata-rata
Setelah merefleksi hasil pelaksanaan data awal sebesar 60,58, siklus I sebesar
siklus I, diperoleh suatu gambaran 61,63 dengan standar deviasi 19,86 dan
tindakan yang akan dilaksanakan pada skor rata-rata siklus II sebesar 84,17
siklus II ini, sebagai perbaikan dari dengan standar deviasi 10,60.
tindakan yang telah dilakukan pada siklus Kecenderungan peningkatan skor rata-rata
I. Adapun tindakan yang dilakukan antara siswa dari siklus I ke siklus II
lain: (1) Guru memberikan penguatan menunjukkan bahwa proses pembelajaran
materi pokok dan memberikan motivasi menggunakan pendekatan kontekstual
yang lebih kepada siswa, agar mereka dengan mengintesifkan scaffolding
dapat secara mandiri mengkonstruksi berpengaruh terhadap kemampuan
sendiri pengetahuannya; (2) Lebih akademik.

38
Nurhusain, dkk (2016)

Pada siklus I tingkat ketuntasan 30 siswa yang belum mendapatkan hasil


belajar siswa secara klasikal adalah yang maksimal pada tes hasil belajar
26,67% dan pada siklus II sebesar 86,67%. Siklus I, sehingga tujuan yang diharapkan
Pada siklus I secara klasikal siswa kelas tidak tercapai.
VIIIA SMP Negeri 2 Donggo Bima Dalam pembelajaran matematika,
dikatakan belum tuntas karena belum siswa dibiasakan untuk dapat
mencapai batas minimal yang ditentukan mengemukakan masalah-masalah
yaitu 85% dari total siswa yang kontekstual dan untuk siswa yang
memperoleh skor 75. Pada siklus II, memiliki kemampuan yang lebih juga
secara klasikal siswa kelas VIIIA SMP dibiasakan untuk memberikan
Negeri 2 Donggo Bima telah tuntas belajar pendapatnya yang berkaitan dengan materi
karena 17 siswa telah mencapai skor 75 kepada siswa yang lain atau siswa yang
(86,67%). Hal ini menunjukkan bahwa kurang pengetahuannya dalam materi yang
proses pembelajaran cenderung dipelajari. Selain itu, guru menyampaikan
mengalami peningkatan dari siklus I ke kepada siswa bahwa jika ada teman yang
siklus II sehingga dapat dikatakan terjadi ingin bertanya atau menyampaikan
peningkatan hasil belajar siswa setelah pendapat agar menghargai dan tidak
diterapkannya pembelajaran kontekstual menertawakan satu sama lain. Sehingga
dengan mengintensifkan scaffolding. perlahan siswa mulai terbiasa tanpa ragu
Berdasarkan hasil penelitian mulai lagi.
dari Siklus I sampai pada Siklus II dapat Hingga pada Siklus II terlihat bahwa
dikatakan bahwa secara umum hasil yang keseriusan dan semangat siswa untuk
dicapai setelah tindakan mengalami belajar sudah mengalami peningkatan.
peningkatan. Baik dilihat dari perubahan Mereka lebih aktif dari siklus sebelumnya.
sikap siswa, motivasi siswa belajar Hal ini dinilai pada saat siswa
matematika dan hasil tes pada akhir setiap mengerjakan lembar kerja terlihat sangat
siklus. Meskipun pada Siklus I terlihat aktif dan semangat, begitupun pada saat
bahwa siswa belum antusias dan belum pembahasan soal. Siswa dapat menjawab
menunjukkan keseriusannya dalam soal dengan benar.
kegiatan belajar mengajar utamanya dalam Adanya peningkatan hasil belajar
mengikuti langkah-langkah pendekatan siswa, disebabkan karena sistem
kontekstual. lingkungan belajar yang kondusif, ruangan
Hal ini disebabkan karena masih ada yang bersih dan rapi, serta alat dan bahan
siswa yang melakukan kegiatan lain saat pelajaran yang lengkap. Selain itu, dalam
proses pembelajaran berlangsung. Selain kegiatan pembelajaran yang dilakukan
itu, siswa masih ragu dalam mengajukan berbeda dari biasanya. Dalam hal ini,
diri untuk menjawab soal ketika diberikan pendekatan kontekstual dengan
soal dan belum mampu untuk mengintensifkan scaffolding, mengajak
mengemukakan masalah-masalah dan mendorong siswa dalam belajar
kontekstual yang berkaitan dengan materi, membuat hubungan antara pengetahuan
dapat dilihat pada halaman lampiran yang dimilikinya dengan kehidupan
lembar observasi aktivitas siswa. Situasi mereka sehari-hari serta membiasakan
ini mengakibatkan ada 22 orang siswa dari mereka untuk lebih mandiri dalam proses

39
Implementasi Pendekatan Kontekstual Dengan Mengintensifkan Scaffolding

belajar, sehingga pembelajaran yang Alkusaeri dan Irzani. 2013.


dilakukan lebih bermakna dari biasanya. Pengembangan Program
Bahkan siswa dapat bekerja dalam Pembelajaran Matematika. Jawa
mengerjakan soal tanpa didampingi/ Tengah: Sukses Mandiri Pres.
dibimbing oleh guru yang merupakan
Arikunto, Suharsini, dkk. 2011. Penelitian
dampak dari penerapan scaffolding.
Berdasarkan pembahasan di atas maka Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
hasil belajar matematika siswa kelas VIII A Aksara.
SMP Negeri 2 Kabupaten Bima dapat Johnson, Elaine B. 2009. Contextual
meningkat melalui pendekatan kontekstual Teaching and Learning. Bandung:
dengan mengintensifkan scaffolding. Mizan Learning Center.

Komara, Endang. 2014. Belajar dan


KESIMPULAN Pembelajaran Interaktif. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa Nurhusain, Muhammad. 2013.
proses pembelajaran matematika melalui Peningkatan Hasil Belajar
pendekatan kontekstual dengan Matematika Melalui Pembelajaran
mengintensifkan scaffolding dapat Kooperatif tipe Two Stay Two
meningktkan hasil belajar matematika Stray dengan Mengintensifkan
siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Donggo Scaffolding pada Siswa Kelas VII.2
Bima. Hal tersebut ditandai dengan kriteria SMP Negeri 1 Bontoramba. Jurnal
keberhasilan yang terpenuhi, yaitu sebagai Panrita Vol. 8 No. 3: 266-274.
berikut:
1. Sebelum penerapan pendekatan Nurramar, 2006. Peningkatan Hasil
kontekstual dengan mengintensifkan Belajar Matematika Siswa Kelas
scaffolding rata-rata hasil belajar yang VII-4 SMP Negeri 3 Makassar
dicapai oleh siswa adalah 60,58 Melalui Pembelajaran Kooperatif
meningkat pada siklus I menjadi 61, 63 Dengan Mengintensifkan
dengan standar deviasi 19,86, dan Scaffolding. [Skripsi]. Makassar:
kembali meningkat pada siklus II FMIPA UNM.
menjadi 84, 17 dengan standar Ratih, 2013. Meningkatkan Hasil Belajar
deviasi10,60. Matematika dengan Menerapka
2. Sebelum penerapan pendekatan Pendekatan Kontekstual pada
kontekstual dengan mengintensifkan Siswa Kelas VIII.4 SMP
scaffolding, ketuntasan hasil belajar Muhammadiyah Limbung
30%. Pada siklus I ketuntasan hasil Kabupaten Gowa. [Skripsi].
belajar 26,67% dan siklus II ketuntasan Makassar: FKIP Unismuh.
belajar 86,67%.
Sanjaya, Wina, 2008. Strategi
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran Berorientasi Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.

40
Nurhusain, dkk (2016)

Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran


kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) Di Kelas. Jakarta:
Cerdas Pustaka Publisher.

Trianto. 2009. Mendesain Model


Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana.

41

Anda mungkin juga menyukai