Anda di halaman 1dari 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PENGARUH PERMAINAN PUZZLE DAN METODE DISKUSI


TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK USIA DINI (5-6
TAHUN) MENGENAI SEKSUALITAS (STUDI DI TK KELURAHAN
BUGANGAN, SEMARANG TIMUR, KOTA SEMARANG)

Hasna Fadhilah Muflihah, Zahroh Shaluhiyah, Priyadi Nugraha P


Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Email: hasnafm20@gmail.com

Abstract: The city of Semarang, which was named the Eligible City of Children in
Indonesia, still has sexual violence against children case. From 16 sub-districts in
Semarang City, East Semarang District is the sub-district that has the highest
cases of sexual violence with cases that occur every year in Bugangan Village.
The lack of sexuality information in children is one reason of children become
sexual violence victims. Sexuality information can be delivered in many ways to
children, for example puzzle. This study aims to determine the effect of puzzle
and discussion methods on early childhood knowledge and attitudes about
sexuality. The type of research is a quasi experiment design with a non
equivalent control group research design. The sampling technique used
purposive sampling with a total of 20 respondents for each group. Data analysis
was carried out by univariate and bivariate. The results showed there was an
increase in knowledge and attitudes by 40% after being given intervention in the
experimental group, while in the knowledge control group and attitudes tended to
remain. The results of bivariate analysis state that puzzle and discussion
methods can affect children's knowledge ( = 0,000) and children's attitudes ( =
0,000) in the experimental group, while in the control group the children's
knowledge is ( = 0,096) and children's attitudes ( = 0,666 ) shows there is no
difference between pretest and posttest.

Keywords: Puzzle and discussion method, knowledge, attitude, early childhood

PENDAHULUAN
Anak merupakan generasi perlindungan dari kekerasan dan
penerus bangsa yang kehadirannya diskriminasi.
sangat dinantikan oleh setiap Pada masa kanak- kanak
manusia. Sudah sangat sepatutnya terdapat masa emas yang tidak
bagi orang tua untuk selalu dapat terulang, dimana seluruh
menjaga, melindungi, dan aspek yang dimiliki seorang anak
memberikan bekal untuk masa berkembang, seperti kemampuan
depan bagi anak. Seperti yang kognitif, motorik, sosio emosional,
dituliskan dalam Undang- Undang bahasa, agama, dan moral. Pada
Republik Indonesia No. 35 Tahun masa ini, anak juga memiliki
2014 tentang Perlindungan Anak kemampuan menyerap informasi
bahwa setiap anak berhak untuk yang sangat pesat dibandingkan
tumbuh dan berkembang seluas- tahap usia selanjutnya. Begitu
luasnya, serta berhak mendapatkan pentingnya masa emas pada
seorang anak, maka orang tua

483
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dituntut untuk memberikan dengan nama sebenarnya kepada


pengalaman yang bermanfaat bagi anak, misalnya payudara, penis,
anak, memberikan pendidikan, dan ataupun vagina. Anak yang minim
stimulasi dengan maksimal. Namun informasi seksualitas dapat menjadi
tanggung jawab orang tua tidak korban kekerasan seksual pada
hanya mencakup materi saja, anak.
sesungguhnya juga mencakup Berdasarkan data dari
kepada seluruh aspek kehidupan Dinas Perlindungan Anak Provisi
anaknya, termasuk aspek Jawa Tengah, kota Semarang yang
pendidikan seksualitas. Orang tua dinobatkan sebagai kota layak anak,
harus memahami bagaimana jutsru masih memiliki kasus
metode yang baik dan tepat untuk kekerasan seksual pada anak
memberikan pendidikan seksualitas dengan jumlah yang cukup banyak.
pada anak, dengan metode yang Pada tahun 2014 terdapat 39 kasus,
tepat akan membentuk anak menjadi tahun 2015 48 kasus, dan tahun
manusia yang dapat menjaga dirinya 2016 terdapat 33 kasus. Kecamatan
dari perbuatan- perbuatan terlarang yang memiliki kasus kekerasan
dan sadar akan ancaman atau seksual pada anak yang tertinggi
bahaya yang ada di sekitarnya. adalah Kecamatan Semarang Timur
Namun sayang di dengan 10 kelurahan di dalamnya.
indonesia memberikan informasi Kelurahan Bugangan adalah salah
atau pendidikan seksualitas ke anak satu kelurahan yang selalu memiliki
usia dini masih dianggap tabu, kasus kekerasan seksual pada anak
karena nantinya akan mengajarkan pada setiap tahunnya. Pada tahun
anak untuk melakukan seks lebih 2015 lalu terdapat sebanyak 5
dini pula. Padahal menurut dokter kasus, tahun 2016 terdapat 5 kasus,
Boyke Dian Nugraha selaku dokter tahun 2017 terdapat 6 kasus, dan
spersialis obstetri dan ginekologi pada tahun 2018 sampai bulan
bahwa pendidikan seksualitas harus Februari sudah terdapat 1 kasus
diberikan sejak dini dengan tujuan kekerasan seksual pada anak.
dapat melindungi anak dari Pemberian pendidikan
pelecehan seksual maupun seksualitas harus sesuai dengan
kekerasan seksual dan justru usia anak, agar anak dapat
membuat mencegah anak untuk memahami pesan yang
melakukan seks bebas, aborsi, disampaikan. Anak dengan usia 5-6
hingga penularan penyakit seksual. tahun sedang berada pada tahap
Anak usia dini (5-6 tahun) memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
masih sangat bergantung pada dan sedang suka bermain. Salah
orang tuanya terutama ibu. Pada satu permainan yang disukai anak-
usia ini, anak juga masih berada anak adalah puzzle. Puzzle tidak
pada tahap mengikuti atau hanya sekedar permainan yang
mengadopsi apa yang diajarkan oleh menyenangkan hati anak, namun
orang tuanya. Namun masih banyak puzzle juga dapat menjadi media
orang tua yang belum memiliki pembelajaran anak. Dengan puzzle
kemampuan untuk menyampaikan anak dapat melatih memecahkan
informasi seksualitas kepada masalah, mengembangkan
anaknya. Mereka masih merasa koordinasi mata dan tangan,
malu dan sungkan untuk mengembangkan kemampuan
mengajarkan bahkan mengucapkan motorik, kognitif, dan melatih
beberapa nama anggota tubuh kesabaran.

484
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tak hanya lewat Masing- masing kelompok diberikan


permainan puzzle anak- anak dapat pretest dan posttest. Populasi dalam
mengembangkan kretifitas penelitian ini adalah seluruh siswa-
berpikirnya, lewat berdiskusi dengan siswi Taman Kanak- Kanak yang
teman, guru, atau orang tuanya, berada di Kelurahan Bugangan,
anak- anak akan dapat berpikir Kecamatan Semarang Timur yaitu
secara kritis dan berani untuk sebanyak 88 orang di 4 sekolah.
menyalurkan pendapatnya. Anak- Teknik pengambilan sampel yang
anak sangat senang jika mereka digunakan Purposive Sampling
dilibatkan dalam sebuah pemecahan dengan kriteria inklusi bersekolah di
suatu masalah, mereka akan TK yang berada di Kelurahan
merasa dianggap ada jika dilibatkan Bugangan, berusia 5-6 tahun,
dalam suatu kegiatan. sedang pada kelas TK-B, belum
Berdasarkan data yang pernah mendapatkan program
telah didapatkan dari Dinas pendidikan seksualitas di sekolah,
Perlindungan Anak Provinsi Jawa dan dapat berkomunikasi dengan
Tengah dan Kota Semarang, karena baik. Sedangkan untuk kriteria
Semarang merupakan Kota Layak eksklusinya yaitu bersekolah di TK
Anak namun masih terdapat kasus yang berada di wilayah Kelurahan
kekerasan seksual pada anak Bugangan, namun tidak masuk
dengan jumlah yang tinggi dan sekolah saat penelitian sedang
masih banyak orang tua yang belum berlangsung. Jumlah sampel dalam
memiliki keterampilan untuk penelitian ini berjumlah 20 orang
memberikan pendidikan seksualitas pada masing- masing kelompok.
pada anak usia dini. Maka peneliti Pengumpulan data
tertarik untuk meneliti pengaruh menggunakan teknik wawancara
intervensi berupa permainan puzzle tersturktur dengan kuesioner.
dan metode diskusi mengenai Peneliti telah melakukan uji
seksualitas terhadap pengetahuan kuesioner sebelum melakukan
dan sikap anak usia dini di TK yang penelitian. Uji kuesioner dilakukan di
berada di Kelurahan Bugangan. TK Sedya Rini Kelurahan Mlatibaru
Penelitian ini bertujuan kepada 10 siswa. Pada saat
untuk mengetahui pengaruh pengumpulan data peneliti
permainan puzzle dan metode membentuk tim kecil yang berjumlah
diskusi terhadap pengetahuan dan 6 orang termasuk peneliti. Analisis
sikap anak usia dini (5-6 tahun) data dilakukan secara univariat dan
mengenai seksualitas di TK wilayah bivariat menggunakan Paired T-Test
Kelurahan Bugangan, Kecamatan dan Independet T-Test untuk data
Semarang Timur, Kota Semarang. berdistribusi normal, serta uji
Wilcoxon dan Mann Whitney untuk
METODE PENELITIAN data berdistribusi tidak normal.
Jenis penelitian ini adalah
penelitian eksperimen semu (quasi HASIL DAN PEMBAHASAN
experiment design) dengan Anak Usia Dini di TK Kelurahan
pendekatan kuantitatif. Rancangan Bugangan
penelitian yang digunakan yaitu Hampir seluruh responden
Rancangan Non Equivalent Control bertempat tinggal di dekat sekolah
Group dengan membagi menjadi mereka, yaitu di Kelurahan
dua kelompok yaitu kelompok Bugangan. Namun ada beberapa
eksperimen dan keompok kontrol. responden juga bertempat tinggal di

485
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Sig. (2- seksualitas stabil. Presentase pada


tailed) pretest dan posttest yaitu sebesar
Kelompok Pretest & 40% responden memiliki
0,000
Eksperimen Posstest pengetahuan yang kurang baik,
Kelompok Pretest & sisanya 60% sudah memiliki
0,096 pengetahuan yang baik.
Kontrol Posstest
luar Kelurahan Bugangan. Mereka
biasa diantar dan dijemput oleh Menurut hasil uji t- tes
orang tua, kakek, atau nenek. berpasangan pengaruh bermain dan
Banyak dari responden yang tidak belajar melalui permainan puzzle
mendapatkan informasi seksualitas terhadap pengetahuan responden
dari orang tuanya. Berdasarkan hasil terkait seksualitas yaitu ada
wawancara, ada beberapa perbedaan yang signifikan sebelum
responden yang pernah mempunyai dan sesudah diberikan intervensi
pengalaman yang berhubungan pada kelompok eksperimen. Hal
dengan seksualitas. Beberapa tersebut dibuktikan dengan nilai
responden pernah disentuh bagian < 0,05. Pada pretest dan posttest
tubuh yang harus dilindungi oleh nilai sebesar 0,000 dengan selisih
temannya. Ada juga yang penah rata- rata 20, sedangkan pada
mandi bersama dengan saudaranya kelompok kontrol pada pretest dan
dan tetangganya lawan jenis. posttest nilai yang dihasilkan yaitu
Pengetahuan 0,096 ( > 0,05), yang artinya tidak
Kelompok Eksperimen ada perbedaan yang signifikan pada
Kategori Pretest Posttest pretest dan posttestI pada kelompok
Pengetahuan f % f % kontrol.
Kurang Baik 8 40 0 0 Pengetahuan responden
Baik 12 60 20 100 mengenai seksualitas pada
Total 20 100 20 100 kelompok eksperimen saat pretest,
ada beberapa responden yang
Kelompok Kontrol masih salah dalam menjawab fungsi
Kategori Pretest Posttest anggota tubuh. Selain itu, masih
Pengetahuan f % f % banyak juga yang belum bisa
Kurang Baik 8 40 8 40 membedakan jenis kelamin dan
Baik 12 60 12 60 tidak mengetahui apa itu payudara
Total 20 100 20 100 serta nama sebenarnya dari alat
kelamin laki- laki maupun
Berdasarkan hasil perempuan. Namun pada saat
penelitian pada kelompok posttest dengan kondisi sudah
eksperimen pengetahuan anak diberikan intervensi, seluruh
terkait seksualitas mengalami responden dapat menjawab dengan
peningkatan setelah diberikan benar nama dan fungsi anggota
intervensi. Pada pretest, sebesar tubuh mereka. Namun sayang, untuk
40% responden memiliki nama dan fungsi alat kelamin laki-
pengetahuan yang kurang baik, laki dan perempuan tidak semua
sedangkan sisanya 60% sudah responden dapat menjawab dengan
memiliki pengetahuan yang baik. betul. Pada kondisi ini, responden
Pada posttest, seluruh anak sudah juga sudah dapat membedakan jenis
memiliki pengetahuan yang baik. kelamin dan perbedaannya.
Sedangkan pada kelompok kontrol Dari hasil analisis yang
pengetahuan anak terkait dilakukan peneliti dapat disimpulkan

486
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

bahwa ada peningkatan setelah diberikan intervensi. Pada


pengetahuan anak sebelum dan pretest, sebesar 40% responden
sesudah diberikan intervensi. Hal masih memiliki sikap yang kurang
tersebut sejalan dengan penelitian mendukung terhadap pencagahan
Novisa Arum terkait pengaruh kekerasan seksualitas, sedangkan
pendidikan seks terhadap sisanya 60% sudah memiliki sikap
pengetahuan dan sikap remaja yang mendukung. Pada posttest,
dalam pencegahan seks pra-nikah di seluruh reponden sudah memiliki
SMA N 1 Pundong Bantul sikap yang mendukung terhadap
Yogyakarta bahwa sebesar 21,9% pencegahan kekerasan seksualitas
pengetahuan responden meningkat pada anak. Sedangkan pada
setelah diberikan intervensi 76 Selain kelompok kontrol Responden yang
itu, dari seluruh hasil analisis yang memiliki sikap kurang mendukung
dilakukan peneliti dapat ditarik terhadap pencegahan kekerasan
kesimpulan bahwa permainan seksual pada anak yaitu sebesar
puzzle dapat mempengaruhi 50% dan sisanya 50% responden
pengetahuan anak terkait sudah memiliki sikap yang
seksualitas. Kesimpulan tersebut
diperkuat dengan adanya penelitian Sig. (2-
Inggried (2017) yang menyatakan tailed)
bahwa permainan puzzle Kelompok Pretest &
0,000
berpegaruh terhadap perkembangan Eksperimen Posttest
kognitif anak usia 5-6 tahun di Desa Kelompok Pretest &
0,666
Linawan, Kecamatan Pilonosion, Kontrol Posttest
Kabupaten Bolaan Mongondow mendukung.
Selatan dengan hasil =
0,000. Menurut uji Wilcoxon,
pada kelompok eksperimen terdapat
Sikap perbedaan sikap anak yang
Kelompok Eksperimen signifikan antara pretest dan
posttest. Hal tersebut dibuktikan oleh
Kelompok Kontrol nilai pada pasangan pretest dan
Kategori Pretest Posttest posttest adalah 0,000 ( < 0,05).
Sikap Sedangkan pada kelompok kontrol,
f % f %
menurut hasil uji t berpasangan
Kurang 8 40 0 0
menunjukkan bahwa tidak ada
Mendukung
perbedaan sikap yang signifikan
Mendukung 12 60 20 100
antara pretest dan posttest karena
Total 20 100 20 100
nilai = 0,666 ( > 0,05).
Kategori Pretest Posttest Sikap anak pada
Sikap f % f % kelompok eksperimen saat pretest
Kurang 10 50 10 50 sudah tergolong cukup baik. Namun
Mendukung masih ada responden yang masih
Mendukung 10 50 10 50 mengijinkan orang lain untuk
Total 20 100 20 100 meraba- raba tubuhnya dan hampir
setengah dari responden masih mau
Berdasarkan hasil mandi bersama dengan lawan jenis
penelitian, sikap anak yang mereka. Pada saat posttest, sikap
mendukung pencegahan kekerasan responden mengalami peningkatan.
seksualitas mengalami peningkatan Sudah seluruh responden tidak

487
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

memperbolehkan orang lain untuk memiliki pengetahuan terkait


meraba- raba atau menyentuh tubuh seksualitas yang baik setelah
responden yang harus dilindungi. dilakukan intervensi bermain
Namun masih ada beberapa dan belajar melalui permainan
responden yang menyatakan bahwa puzzle terkait seksualitas,
mereka mau mandi bersama lawan sedangkan pengetahuan pada
jenisnya. kelompok kontrol cenderung
Dari hasil analisis yang tetap.
dilakukan peneliti dapat disimpulkan 2. Sikap anak usia dini pada
bahwa ada peningkatan sikap anak kelompok eksperimen
sebelum dan sesudah diberikan mengalami peningkatan sebesar
intervensi pada kelompok 40% responden menjadi
eksperimen. Sesuai dengan teori memiliki sikap yang mendukung
yang menyatakan bahwa perubahan pencegahan kekerasan seksual
sikap seseorang dapat disebabkan pada anak setelah dilakukan
karena peningkatan pengetahuan intervensi bermain dan belajar
yang diterima seseorang melalui melalui permainan puzzle terkait
inderanya. Peningkatan sikap yang seksualitas, sedangkan sikap
terjadi setelah dilaksanakan pada kelompok kontrol
pemberian permainan puzzle terkait cenderung tetap.
seksualitas menguatkan bahwa 3. Perbedaan pengetahuan anak
pemberian pendidikan seksualitas mengenai seksualitas pada
merupakan pendidikan kesehatan kelompok eksperimen pada
yang dilakukan untuk menyebarkan pretest & posttest memiliki nilai
pesan, menanamkan keyakinan, = 0,000 ( < 0,05) yang
sehingga responden tidak hanya artinya ada perbedaan yang
mengetahui, mengerti, menyadari , signifikan antara nilai pretest
namun juga mau dan mampu dan posttest pada kelompok
melaksanakan anjuran yang eksperimen.
disarankan. 4. Perbedaan pengetahuan anak
Berdasarkan dari seluruh mengenai seksualitas pada
hasil analisis dapat ditarik kelompok kontrol pada pretest &
kesimpulan bahwa bermain dan posttest memiliki nilai =
belajar melalui permainan puzzle 0,096 ( > 0,05), yang artinya
dapat mempengaruhi sikap anak tidak ada perbedaan yang
dalam pencegahan kekerasan signifikan antara nilai pretest
seksual. Kesimpulan tersebut dan posttest pada kelompok
didukung oleh hasil penelitian dari kontrol.
Tunggul Sri, dkk (2018) yang 5. Perbedaan sikap anak dalam
menyatakan bahwa permainan pencegahan kekerasan seksual
puzzle dapat mempengaruhi pada kelompok eksperimen
perkembangan perilaku sosial dan pada pretest & posttest memiliki
kemandirian. nilai = 0,000 ( < 0,05), yang
artinya ada perbedaan yang
KESIMPULAN signifikan antara nilai pretest
1. Pengetahuan anak usia dini dan posttest pada kelompok
terkait seksualitas pada eksperimen.
kelompok eksperimen 6. Perbedaan sikap anak dalam
mengalami peningkatan sebesar pencegahan kekerasan seksual
40% responden menjadi pada kelompok kontrol pada

488
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pretest & posttest memiliki nilai informasi seksualitas pada


= 0,666 ( > 0,05), yang anak usia dini.
artinya tidak ada perbedaan
yang signifikan antara nilai 3. Bagi Orang Tua
pretest dan posttest pada a. Orang tua mengajarkan
kelompok kontrol. kepada anak mengenai
nama- nama anggota tubuh
SARAN termasuk payudara dan alat
1. Bagi Sekolah Terkait kelamin dengan nama
a. Menjadikan pendidikan sebenarnya tanpa rasa
seksualitas menjadi materi malu.
yang wajib diajarkan kepada b. Orang tua mengajarkan
anak selama sekolah guna anak mengenai bagian
mencegah terjadinya tubuh yang harus dilindungi.
kekerasan seksual pada c. Membangun komunikasi
anak. yang baik dengan anak
b. Menyediakan fasilitas yang agar anak nyaman untuk
menunjang untuk mencegah bercerita tentang apapun ke
terjadinya pelecehan seksual, orang tua.
seperti toilet perempuan dan
toilet laki- laki. DAFTAR PUSTAKA
c. Guru mengajarkan anak 1. Republik Indonesia. 2014.
mengenai pendidikan Undang- Undang No. 35 Tahun
seksualitas melalui 2014 tentang Perubahan atas
permainan puzzle secara Undang- Undang No. 23 Tahun
berulang. 2002 tentang Perlindungan
Anak. Sekertariat Negara.
2. Bagi Dinas Pendidikan Kota Jakarta.
Semarang 2. Solihin. 2015. Pendidikan Seks
a. Menjadikan pendidikan untuk Anak Usia Dini, (Online),
seksualitas terdapat dalam vol 1, No. 2,
kurikulum Pendidikan Anak (http://jurnal.untirta.ac.id/index.p
Usia Dini (PAUD) guna hp/jpsd/article/view/695, diakses
mengurangi korban pada 20 Desember 2017).
kekerasan seksual pada 3. Maharani, Dian. 2016.
anak. Pentingnya Pendidikan Seks
b. Melakukan kerjasama untuk Sejak Dini. Diunduh pada 21
memberikan pelatihan Desember 2017. [Online] di
kepada guru dengan http://lifestyle.kompas.com/read/
berbagai pihak seperti dinas 2016/04/20/094500123/Penting
kesehatan, dinas nya.Pendidikan.Seks.Sejak.Dini
perlindungan anak, LSM, 4. Kementrian Pemberdayaan
pihak swasta, maupun Perempuan dan Perlindungan
pihak lainya dalam upaya Anak. Republik Indonesia.
pencegahan kekerasan SIMFONI PPA (Sistem
seksual pada anak. Informasi Online Perlindungan
c. Mengadopsi permainan Perempuan dan Anak). Jakarta:
puzzle sebagai salah satu Kemenpppa RI; 2018
media peyampaian 5. Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak,

489
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dan Keluarga Berencana 14. A.Wawan & Dewi M. 2011. Teori


Provinsi Jawa Tengah. 2018. dan Pengukuran Pengetahuan,
6. Dinas Pemberdayaan Sikap, dan Perilaku
Perempuan, Perlindungan Anak, Manusi.Cetakan II. Yogyakarta :
dan Keluarga Berencana Kota Nuha Medika.
Semarang. 2018. 15. Taufik, M. 2007. Prinsip- Prinsip
7. Indriani, Siti Putri. 2016. Media Promosi Kesehatan Dalam
Pembelajaran Puzzle. Diunduh Bidang Keperawatan. Jakarta:
pada 24 April 2018. [Online] di Infomedika.
http://www.tintapendidikanindon 16. Setyaningsih, Tunggul, dkk.
esia.com/2016/12/media- 2018. Stimulasi Permainan
pembelajaran-puzzle_5.html Puzzle Berpengaruh terhadap
8. Hasana, Sry, dkk. 2013. Perkembangan Perilaku Sosial
Pengaruh Alat Permainan dan Kemandirian Anak Usia Pra
Edukatif Terhadap Aspek Sekolah. Jurnal Keperawatan
Perkembangan pada anak pra Silampari. Vol.1., No 2.
sekolah di Wilayah Puskesmas
Ondong Kabupaten kepulauan
Siau Tagulandang Biaro. E-
journal: Universitas Sam
Ratulangi Manado.
9. Akram,Ridho. 2010. Pentingnya
Pendidikan Seks Usia Dini.
Diunduh pada 15 Maret 2018.
[Online] di
http://www.waspada.co.id
10. Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi
Metodologi Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
11. A. M. Hoeta Soehoet. 2002.
Teori Komunikasi. Yayasan
Kampus Tercinta-IISIP, Jakarta.
12. Arum, Novisa. 2013. Pengaruh
Pendidikan Seks terhadap
Pengetahuan dan Sikap Remaja
dalam Pencegahan Seks
Pranikah di SMAN 1 Pundong
Bantul Yogyakarta. Jurnal
Kebidanan dan Keperawatan
Aisyiyah.
13. Muloke, Inggried . 2017.
Pengaruh Alat Permainan
Edukatif (Puzzle) Terhadap
Perkembangan Kognitif Anak
Usia 5-6 Tahun Di Desa
Linawan Kecamatan Pilonosian
Kabupaten Bolaan Mongondow
Selatan. Jurnal Keperawatan.
Vol 5., No 1.

490

Anda mungkin juga menyukai