Anda di halaman 1dari 6

Hemoglobin

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen
dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan.

Nilai normal :

Anak 6 bulan -6 tahun : 11,0 g/ 100 ml


Anak 6 tahun -14 tahun : 12,0 g/ 100 ml
Pria dewasa : 13,0 g/ 100 ml
Ibu hamil : 11,0 g/ 100 ml
Wanita dewasa : 12,0 g/ 100 ml

Leukosit
Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik berfungsi dalam
sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Nilai normal : 4.000-11.000/mm3.
Trombosit
Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik selama respon hemostasis
normal jika terjadi cedera pada vascular.
Nilai normal : 150.000 - 400.000/mm3
LED (Laju Endap Darah)
Pemeriksaan LED berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam
plasma selama satu jam.
Kecepatan pengendapan sel darah merah ini dipengaruhi oleh kondisi tubuh, misalnya ketika
tubuh mengalami peradangan, maka tubuh akan menghasilkan zat-zat kimia yang salah satu
pengaruhnya adalah membuat darah cepat mengendap. Tapi bukan berarti darah kental.
Pemeriksaan LED akan membantu dokter menentukan apakah pasien mengalami peradangan
atau inflamasi, jika iya maka umumnya akan ditandai dengan laju endap darah (LED) tinggi.
Nilai normal :
Wanita di bawah 50 tahun : < 20 mm / jam
Pria di bawah 50 tahun : < 15 mm / jam
Wanita di atas 50 tahun : < 30 mm / jam
Pria di atas 50 tahun : < 20 mm / jam
Bayi yang baru lahir : < 2 mm / jam
Anak-anak yang belum mencapai pubertas : 3 - 13 mm / jam.
LFT (Liver Function Test) :
1. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) = AST (aspartate aminotransferase):
Enzim hati yang terdapat di dalam sel parenkim hati. Pada kondisi normal berada di dalam
sel, sehingga apabila sel hati rusak, maka enzim ini akan keluar dan banyak terdapat dalam
darah.

Nilai normal : 3-45 u/L (mikro per liter)

2. SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase) = ALT (alanin aminotransferase):


Enzim yang terdapat di dalam sel hati. Ketika sel hati mengalami kerusakan, maka enzim ini
akan keluar dan mengalir ke dalam aliran darah

Nilai normal : 0-35 u/L (mikro perliter)

Pada kasus penyakit hati kronis (menahun dan berjalan perlahan), dapat ditemukan kadar
enzim SGOT dan SGPT yang normal atau sedikit hanya meningkat sedikit. Kondisi ini sering
ditemukan pada kasus hepatitis B kronik atau hepatitis C kronik.

3. ALP (Alkaline Phosphatase)


Diproduksi oleh hati dan sebagian kecilnya oleh tulang. Khusus pada wanita hamil, ALP
dihasilkan dari plasenta. Kenaikan kadar ALP yang tidak normal menunjukkan adanya
penyakit hati atau tulang.

Nilai normal : 30 - 115 IU/L.

4. Bilirubin total = Bilirubin direct (bilirubin terkonjugasi) + bilirubin indirect (bilirubin tak
terkonjugasi)
Bilirubin direct : bilirubin yang sudah diolah hati dan mengandung gula
Bilirubin indirect : bilirubin hasil mentah dari pecahnya eritrosit dan tidak mengandung gula

Nilai normal :
Bilirubin direct : 0 - 0.4 mg / dL
Bilirubin total : 0,3 - 1,0 mg / dL

Hasil pemeriksaan bilirubin yang tinggiperlu dillakukan tes darah lebih lanjut atau USG.
Pada orang dewasa, bilirubin yang tinggi mungkin karena masalah pada hati, saluran
empedu, atau kandung empedu.

Pada bayi, bilirubin tinggi dan penyakit kuning bisa sangat berbahaya, dan dapat disebabkan
oleh beberapa faktor. Ada tiga jenis umum:
 Ikterus fisiologis: Bayi kuning pada 2-4 hari setelah lahir, yang disebabkan oleh fungsi
hati yang belum sempurna, biasanya tidak serius.
 Breast feeding jaundice: Kuning selama minggu pertama kehidupan, yang disebabkan
oleh bayi tidak menyusui dengan baik atau pasokan susu rendah pada ibu.
 Breast milk jaundice: Bayi kuning setelah 2-3 minggu kehidupan, yang disebabkan oleh
pengolahan beberapa zat dalam ASI

Semua ini dapat dengan mudah diobati dan biasanya tidak berbahaya jika diobati. Beberapa
kondisi yang lebih serius yang menyebabkan bilirubin tinggi dan penyakit kuning pada bayi
antara lain:

 bentuk sel darah yang abnormal, seperti anemia sel sabit


 Ketidaksesuaian jenis darah antara bayi dan ibu, yang mengarah ke pemecahan sel
darah merah bayi, yang disebut eritroblastosis fetalis
 kurangnya protein penting tertentu karena cacat genetik
 perdarahan di kulit kepala karena kelahiran yang sulit
 banyaknya sel darah merah karena ukurannya yang kecil, prematuritas
 infeksi

Serologi :
Cabang imunologi yang mempelajari reaksi antigen-antibodi secara invitro, agen infeksius
memicu host untuk menghasilkan antibodi spesifik, yang akan bereaksi dengan agen infeksius
tersebut. Reaksi serologis dapat digunakan untuk mengetahui respon tubuh terhadap agen
infeksius secara kualitatif maupun kuantitatif.

Tujuan : untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit antara lain karena reaksi serologis spesifik
untuk suatu agen infeksius, waktu yang diperlukan lebih singkat daripada pemeriksaan
kultur/identifikasi bakteri, dan pengambilan sampel relatif mudah yaitu darah.

1. Reaksi serologis untuk Salmonella Typnosa = Pemeriksaan Widal

Pemeriksaan Widal digunakan untuk


 Mengetahui diagnosa thypus abdominalis dan penyakit parathyposa A, B, C, D
 Mengetahui prognosa penyakit
 Mengetahui ada tidaknya aglutinin dalam serum penderita

2. Reaksi serologi untuk treponema


Dilakukan dalam menegakkan diagnosa penyakit sifilis. Sifilis adalah suatu penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual, disebabkan oleh TreponemaPallidum.
Infeksi treponema pallidum dalam tubuh akan menimbulkan dua macam antibodi, yaitu
Antibodi non treponema (reagin) dan Antibodi treponema
3. ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay)
Teknik biokimia yang digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran
antibodi atau antigen dalam suatu sampel.

4. Serologi untuk hepatitis B


Hepatitis B merupakan penyakit infeksi pada hati yang dapat menimbulkan masalah kronis
seperti sirosis hepatis dan kanker hati. Diagnosis hepatitis B dikerjakan dengan melakukan
tes terhadap beberapa marker serologis dari virus hepatitis B dan dengan menambahkan
tes tambahan untuk menyingkirkan penyebab lain seperti virus hepatitis Adan C.
Sedangkan untuk penyaring, cukup dilakukan pemeriksaan HBsAg dan Anti HBs

HBs Ag
Jika positif, pasien dianggap terinfeksi hepatitis B. Pengulangan tes setelah 6 bulan untuk
menentukan infeksi telah sembuh atau kronik. HBsAg positif setelah 6 bulan tetap
terdeteksi dalam darah selama lebih dari enam bulan berarti telah menjadi kronis

Anti HBs
Jika positif, pasien dianggap memiliki kekebalan terhadap hepatitis B (baik karena infeksi
yang telah sembuh atau karena vaksinasi). Hepatitis B karier kronis dapat menunjukkan
HBsAg dan Anti HBs positif tetapi jarang terjadi. Jika negatif pasien belum memiliki
kekebalan terhadap virus hepatitis B

HBeAg
HBeAg positif berhubungan dengan tingkat infeksi yang tinggi dan pada karier kronik
dengan peningkatan resiko sirosis. Tes ini dapat digunakan untuk mengamati
perkembangan hepatitis B kronik

HBV DNA
HBV DNA positif menunjukkan infeksi aktif, bergantung pada viral load (jumlah virus). Tes
ini dapat digunakan untuk mengetahui prognosis dan keberhasilan terapi.

Anti HBc
Jika positif, pasien telah terinfeksi oleh VHB. Infeksi telah sembuh (HBsAg negatif) atau
masih berlangsung (HBsAg positif). Jika infeksi telah sembuh, pasien dianggap
mempunyai kekebalan alami terhadap infeksi VHB. IgM anti HBc mungkin menjadi satu-
satunya marker yang dapat terdeteksi ketika HbsAg dan anti-HBs masih negatif

Anti HBe
Umumnya Anti HBe positif dengan HBeAg negatif menunjukkan tingkat replikasi virus
yang rendah. Namun hal ini tidak berlaku pada virus hepatitis B mutan.

Pemeriksaan tambahan
Anti HCV dan Anti HAV untuk menyingkirkan adanya infeksi hepatitis C dan A
Urinalisis (UA)
Digunakan untuk evaluasi gangyan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan hematologi,
infeksi saluram kemih dan diabetes mellitus.

Berat jenis : digunakan untuk mengevaluasi penyakit ginjal pasien.


Berat jenis normal : 1,001-1,030, menunjukkan kemampuan pemekatan yang baik di pengaruhi
oleh status hidrasi pasien dan konsentrasi urin.

Warna :
Dipengaruhi oleh konsentrasi, adanya obat, senyawa eksogen, endogen, dan pH
 Warna merah coklat menunjukkan urin mengandung hemoglobin, myoglobin, pigmen
empedu, darah atau pewarna. Dapat juga karena pemakaian klorpromazin, haloperidol,
rifampisin, doksorubisin, fenitoin, ibuprofen. Warna merah coklat dapat berarti urin
bersifat asam (karena metronidazol) atau alkali (karena laksatif, metildopa)
 Warna kuning merah (pink) menunjukkan adanya sayuran, bit, fenazopiridin atau katartik
fenolftalein, ibuprofen, fenitoin, klorokuin
 Warna biru-hijau menunjukkan pasien mengkonsumsi bit, bakteri Pseudomonas, pigmen
empedu, amitriptilin,
 Warna hitam menunjukkan adanya, alkaptouria
 Warna gelap menunjukkan porfi ria, malignant melanoma (sangat jarang)
 Urin yang keruh merupakan tanda adanya urat, fosfat atau sel darah putih (pyuria),
polymorphonuclear (PMNs), bakteriuria, obat kontras radiografi .
 Urin yang berbusa mengandung protein atau asam empedu
 Kuning kecoklatan menunjukkan primakuin, sulfametoksazol, bilirubin, urobilin

pH urin (normal : 5,0-7,5)


Dipengaruhi oleh diet dan vegetarian dimana asupan asam sangat rendah sehingga membuat
urin menjadi alkali. pH urin mempengaruhi terbentuknya kristal. Misalnya pada pH urin asam
dan peningkatan specific gravity akan mempermudah terbentuknya kristal asam urat.

Protein
Jumlah protein dapat dilacak pada pasien yang berdiri dalam periode waktu
yang panjang. Protein urin dihitung dari urin yang dikumpulkan selama 24 jam.
Proteinuria (dengan metode dipstick) : +1 = 100 mg/dL, +2 = 300 mg/dL, +4 = 1000 mg/dL.
Dikatakan proteinuria bila lebih dari 300 mg/hari. Hasil positif palsu dapat terjadi pada
pemakaian obat berikut:
• penisilin dosis tinggi,
• klorpromazin,
• tolbutamid
• golongan sulfa

Dapat memberikan hasil positif palsu bagi pasien dengan urin alkali. Proteindalam urin dapat:
(i) normal, menunjukkan peningkatan permeabilitas glomerular atau gangguan tubular ginjal
(ii) abnormal, disebabkan multiple myeloma dan protein Bence-Jones.

Glukosa
Korelasi antara urin glukosa dengan glukosa serum berguna dalam memonitor dan penyesuaian
terapi antidiabetik.

Keton
Dapat ditemukan pada urin malnutrisi, pasien DM yang tidak terkontrol, dan pecandu alkohol.
Terjadi pada :
• gangguan kondisi metabolik seperti: diabetes mellitus, ginjal
• glikosuria,
• peningkatan kondisi metabolik seperti: hipertiroidism, demam, kehamilan dan menyusui
• malnutrisi, diet kaya lemak

Sedimen
Memberikan gambaran adanya infeksi saluran kemih, batu ginjal atau saluran kemih, nefritis,
keganasan atau penyakit hati. Tidak ada tipe urin cast tertentu yang patognomonik bagi
gangguan penyakit ginjal yang khusus, walaupun terdapat cast sel darah cast sel darah putih.
Sedimen urin dapat normal pada kondisi preginjal atau postginjal dengan minimal atau tanpa
proteinuria.

Implikasi klinik :
Cell cast : menunjukkan acute tubular necrosis
White cell cast : biasanya terjadi pada acute pyelonephritis atau interstitial nephritis
Red cell cast : timbul pada glomerulonefritis akut
RBC : Peningkatan nilai menunjukkan glomerulonefritis, vaskulitis, obstruksi
ginjal atau penyakit mikroemboli, atau proteinuria
WBC : peningkatan nilai menunjukkan penyakit ginjal dengan infl amasi
Bakteri : jumlah bakteri > 105/mL menunjukkan adanya infeksi saluran kemih.
Kristal : meliputi kristal kalsium oksalat, asam urat, amorf, triple fosfat,
menunjukkan peningkatan asam urat dan asam amino

Anda mungkin juga menyukai