Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

CEDERA DAN KECELAKAAN LALU LINTAS

OLEH:

Kelompok 13

Kesy Valensia 1711216037


Martha Friscilia Sitio 1711216018
Sovia Realolina 1711216053
Mustika Ramadani Ilyas 1711216025
Elga Aprodita 1711216054

DOSEN PENGAMPU :
Vivi Triana SKM, MPH

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita sampaikan kepadaAllah SWT yang telah memberikan rahmat dan
anugerah-Nya kepada pemakalah sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Tidak lupa kelompok ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular yaitu Ibu Vivi Triana, SKM.,MPH. dan teman-teman yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Juga kepada pihak-pihak lain yang tidak bisa
kami sebutkan satu per satu.

Makalah ini sebenarnya masih jauh dari kata sempurna. sehingga jika ada saran
maupun kritik yang bersifat membangun. dengan senang hati kami menerima lapang dada
dan memperbaikinya agar lebih sempurna. Semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat bagi siapapun.

Padang, Mei 2018

Kelompok 13
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................

A. Latar belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
D. Manfaat ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Cedera dan kecelakaan lalu lintas ............................................................... 3


B. Epidemiologi kejadian kecelakaan lalu lintas ............................................. 6
C. Klasifikasi kecelakaan lalu lintas ................................................................
D. Faktor risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas ..........................................
E. Penyakit yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas..............................
F. Upaya pencegahan kecelakaan lalu lintas .................................................

BAB III KESIMPULAN..................................................................................... 15

A. Kesimpulan .............................................................................................. 15
B. Saran .......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu kejadian yang sering sekali terjadi disekitar kita.
Meskipun telah banyak sistem keamanan pada kendaraan yang sengaja dirancang oleh pihak
industri kendaraan untuk mengurangi tingkat terjadinya kecelakaan, namun kecelakaan tetap
saja tidak dapat dihindari. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu
lintas, diantaranya adalah faktor cuaca, kendaraan, kondisi jalan maupun kebiasaan
pengendara kendaraan.

Secara garis besar kecelakaan lalu lintas dapat terjadi di darat, udara dan laut. Sekitar 3,5
juta jiwa manusia di dunia terenggut tiap tahunnya akibat kecelakaan dan kekerasan. Pada
tahun 1998, menurut catatan Jasa Raharja, korban yang meninggal, cacat atau luka sekitar
36.000 jiwa. Tahun 1992 menjadi 40.500 jiwa korban KL; lebih 100 kejadian perhari.
Kecelakaan dapat saja terjadi pada setiap saat dan di mana saja. Namun kecelakaan lalu lintas
itu lebih sering terjadi pada keadaan manusia bergerak atau berlalu lintas. Dan lalu lintas
terjadi hampir pada setiap detik kehidupan manusia dan terjadi di mana-mana.

Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
mempengaruhi semua sector kehidupan. Pada tahun 2002 diperkirakan sebanyak 1,18 juta
orang meninggal karena kecelakaan. Angka kecelakaan ini merupakan 2,1% dari kematian
global, dan merupakan indicator penting dalam status kesehatan. (Yusherman, 2008).
Di Indonesia, sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas adalah pengendara
sepeda motor dengan golongan umur 15-55 tahun dan berpenghasilan rendah, dan cedera
kepala merupakan urutan pertama dari semua jenis cedera yang dialami korban kecelakaan.
Proporsi disabilitas (ketidak mampuan) dan angka kematian karena kecelakaan masih cukup
tinggi yaitu sebesar 25% dan upaya untuk mengendalikannya dapat dilakukan melalui tata
laksana penanganan korban kecelakaan di tempat kejadian kecelakaan maupun setelah
sampai di sarana pelayanan kesehatan. (Yusherman, 2008)
Dampak ekonomi karena kecelakaan lalu lintas meliputi biaya perawatan kesehatan
yang lama, kehilangan pencari nafkah, kehilangan pendapatan karena kecacatan yang secara
bersama menyebabkan keluarga korban menjadi miskin dan hal ini biasanya terjadi di negara-
negara yang tingkat ekonominya rendah sampai sedang.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana definisi dari cedera dan kecelakaan lalu lintas?
2. Bagaimana epidemiologi kejadian kecelakaan lalu lintas?
3. Bagaimana klasifikasi kecelakaan lalu lintas?
4. Apa faktor risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas?
5. Apa penyakit yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas?
6. Bagaimana upaya pencegahan kecelakaan lalu lintas?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Diketahui definisi dari cedera dan kecelakaan lalu lintas
2. Diketahui epidemiologi kejadian kecelakaan lalu lintas
3. Diketahui klasifikasi kecelakaan lalu lintas
4. Diketahui faktor risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas
5. Diketahui penyakit yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas
6. Diketahui upaya pencegahan kecelakaan lalu lintas
D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang cedera dan kecelakaan lalu lintas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cedera dan Kecelakaan Lalu Lintas


1. Cedera
a. Pengertian
Menurut Baker et al dalam referensi buku Gibson 1961 dan Haddon 1963, suatu
cedera disebabkan oleh pajanan yang akut dari agen secara fisik seperti energy
mekanis, panas, listrik, zat kimia, dan radiasi ion-ion yang berinteraksi dengan tubuh
dalam jumlah yang besar, melebuihi batas toleransi tubuh manusia. Dalam beberapa
kasus seperti banjir atau dingin, cedera dapat terjadi karena secara tiba-tiba terjadi
kurangnya agen yang penting bagi tubuh seperti oksigen ataupun panas. Sekitar tiga
perempat dari kasus cedera, termasuk cedera karena tabrakan kendaraan bermotor,
jatuh, cedera olahraga, dan karena tertembak, semuanya disebabkan karena energy
mekanis.(CDC.2003:3).
Beberapa definisi tentang cedera menjelaskan bahwa umumnya waktu antara
terkena pajanan sampai terjadi akibat memiliki waktu yang relative singkat. Namun,
beberapa ahli juga berpendapat bahwa rentang waktu antara terjadinya pajanan
sampai terjadinya cedera dapat berlangsung lama seperti pada kasus keracunan gas
monoksida, penyalahgunaan alcohol, atau oleh logam berat. Jadi perbedaan antara
cedera danpenyakit dapat dikatakan sebagai isu yang saling berhubungan.
(CDC.2003:4)
Secara ilmiah, tidak ada perbedaan yang mendasar antara cedera dan penyakit,
karena cedera merupakan konsekuensi dari aktivis manusia dalam lingkungan yang
berisiko dan dapat diprediksi atau dapat diperkirakan risikonya, oleh karena itu tidak
dapat dianggap sebagai kecelakaan. (Yusherman, 2008)
Cedera menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting, baik di negara maju maupun negara berkembang.
Di Indonesia, data yang dikumpulkan melalui pengumpulan data rutin dari Rumah
Sakit maupun Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan angka
morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
b. Klasifikasi Cedera
Cedera dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok, yaitu:
1) Cedera yang tidak disengaja (unintentional injuries).
Cedera yang tidak disengaja adalah cedera fisik pada tubuh yang diakibatkan
oleh suatu energy besar yang mengenai tubuh baik secara fisik maupun radiasi,
atau dari pajanan luar (seperti racun), dan juga karena kekurangan/ tidak adanya
unsur yang esensial untuk manusia bisa hidup seperti oksigen dan panas;
perlakuan, pajanan, atau hal-hal pribadi yang tidak dapat dilakukan secara bebas
oleh seseorang. Kasus cedera yang tidak disengaja berhubungan dengan insiden
lalu lintas dan transportasi, atau kecelakaan yang terjadi dirumah, tempat kerja,
tempat-tempat umum dank arena bencana alam.
2) Cedera yang berhubungan dengan kekerasan (violence-related injuries). Cedera
yang berhubungan dengan kekerasan ini biasanya berhubungan dengan cedera
yang disebabkan oleh kekerasan yang dilakukan oleh orang lain, suatu kelompok,
terror, ataupun pada diri sendiri. WHO mendefinisikan cedera yang berhubungan
dengan kekerasan merupakan cedera yang secara disengaja berupa kekerasan
fisik, ancaman ataupunsuatu aksi, melawan seseorang, orang lain, melawan
sekelompok orang atau komunitas yang akhirnya berakibat terjadinya cedera,
kematian, gangguan psikologis, kemunduran, dan kerugian. Ada tiga kategori
dalam jenis cedera ini yaitu: kekerasan pada diri sendiri, kekerasan yang
dilakuakn oleh orang lain atau sekelompok orang, dan kekerasan yang terjadi
oada kelompok yang lebih besar seperti pada suatu Negara yang dilakukan oleh
kelompok/ golongan politik, kelompok militer, maupun organisasi teroris.
c. Proses terjadinya cedera
Mekanisme terjadinya suatu cedera melibatkan tiga factor yang saling berinteraksi
dan secara epidemiologis ketiga factor itu adalah host, Agent, dan environment.
Dalam hal ini manusia yang mengalami cedera sebagai factor host (penjamu),
kendaraan dan beberapa factor penyebab cedera (multiple)sebagai Agent, dan
lingkungan jalan ataupun lingkungan kejadian sebagai factor environment.
Pembagian menurut banyaknya cedera terdiri dari;
a. Tunggal, pada bagian anatomis dan satu skala cedera.
b. Multiple, cedera di beberapa bagian tubuh atau pada satu bagian terdapat
beberapa skala cedera.

2. Kecelakaan Lalu Lintas


Menurut WHO kecelakaan lalu lintas merupakan suatu kejadian pada lalu lintas jalan
yang paling sedikit melibatkan satu kendaraan dan menyebabkan cidera pada seseorang.
Dari defenisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cidera kecelakaan lalu lintas
adalah suatu cidera yang di di alami seseorang akaibat kecelakaan yang terjadi dijalan.
Cidera yang dimaksud kematian, luka berat, dan luka ringan yang tidak disengaja.

Kecelakaan lalu lintas berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam pasal 93


Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 ayat 1 adalah suatu peristiwa dijalan yang
tidak disangka-sangka dan tidak disengajamelibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pemakai jalan lainnyamengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.

Korban kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disebutkan
dalam Pasal 93 ayat (2), antara lain;

a. Korban mati

b. Korban luka berat

c. Korban luka ringan

Korban mati (Fatality),sebagaimana dimaksud di atas adalah korban yang pasti mati
sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah
kecelakaan tersebut.

Korban luka berat (Serious Injury),sebagaimana dimaksud di atas adalah korban yang
karena luka-lukanya menderita cacat tetap atau harus dirawat dalam jangka waktu 30 hari
sejak terjadi kecelakaan.

Korban luka ringan (Light Injury),sebagaimana dimaksud di atas adalah korban yang
tidak masuk dalam pengertian korban mati dan korban lika serius. Secara teknis
kecelakaan lalu lintas didefinisikan sebagai suatu kejadian yang disebabkan oleh banyak
faktor yang tidak sengaja terjadi (Random Multy Factor Event). Dalam pengertian secara
sederhana, bahwa suatu kecelakaan lalau lintas terjadi apabila semua faktor keadaan
tersebut secara bersamaan pada satu titik waktu tertentu bertepatan terjadi. Hal ini berarti
memang sulit meramalkan secara pasti dimana dan kapan suatu kecelakaan akan terjadi.

Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian kecelakaan lalu lintas darat yang tidak terduga
dan tidak diinginkan. Kecelakaan dikelompokkan menjadi 3 bentuk kecelakaan yaitu :
(Gempur Santoso, 1999)

1) Kecelakaan akibat kerja pada perusahaan


2) Kecelakaan lalu lintas
3) Kecelakaan dirumah
Pengelompokkan 3 bentuk kecelakaan ini merupakan pernyataan yang jelas, bahwa
kecelakaan lalu lintas merupakan bagian dari kecelakaan kerja, Sedangkan definisi yang
pasti mengenai kecelakaan lalu lintas adalah suatu kejadian kecelakaan yang tidak
terduga, tidak direncanakan dan diharapkan yang terjadi di jalan raya atau sebagai akibat
dari kesalahan dari suatu akitivitas manusia di jalan raya, yang mana mengakibatkan
luka, sakit, kerugian baik pada manusia, barang maupun lingkungan. (Gempur Santoso,
1999).
B. Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas
Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan, sepanjang tahun itu terjadi sedikitnya
57.726 kasus kecelakaan di jalan raya. Artinya, dalam setiap 9,1 menit sekali terjadi satu
kasus kecelakaan.(Departemen Perhubungan, 2010) Jika dihitung dari pendapatan domestik
bruto (PDB) Indonesia tahun itu, kerugian ekonominya mencapai lebih dari Rp 81 triliun.
Jumlah tersebut meliputi perhitungan potensi kehilangan pendapatan para korban
kecelakaan, perbaikan fasilitas infrastruktur yang rusak akibat kecelakaan, rusaknya sarana
transportasi yang terlibat kecelakaan, serta unsur lainnya. (Departemen Perhubungan, 2010)
Badan kesehatan dunia WHO mencatat, hingga saat ini lebih dari 1,2 juta nyawa hilang di
jalan raya dalam setahun, dan sebanyak 50 juta orang lainnya menderita luka berat.
Dari seluruh kasus kecelakaan yang ada, 90 persen di antaranya terjadi di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Kerugian materiil yang ditimbulkan mencapai sekitar 3 persen
dari PDB tiap-tiap negara. (Departemen Perhubungan, 2010) Kondisi inilah yang memicu
PBB untuk mengeluarkan resolusi dengan membentuk Global Road Safety Partnership
(GRSP) di bawah pengawasan WHO pada tahun 2006, dengan tujuan utama menekan angka
kecelakaan dan tingkat fatalitas yang ditimbulkan terhadap korban-korbannya.
PBB meminta negara-negara anggotanya untuk membuat kebijakan-kebijakan strategis
baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk meminimalisasi jumlah maupun akibat
yang ditimbulkan dari kecelakaan jalan raya. (Departemen Perhubungan, 2010) Kemudian di
Indonesia diterjemahkan dengan membentuk suatu kelompok partnership yang namanya juga
Global Road Safety Partnership (GRSP) Indonesia atau dengan falsafahnya yang dikenal
sebagai Gotong Royong Selamatkan Pengguna Jalan. (Departemen Perhubungan, 2010),
Sebagai gambaran, angka korban tewas akibat peristiwa kecelakaan lalu-lintas di Jawa Barat
setahun terakhir ini mencapai 15.965 orang, luka berat sebanyak 43.458 orang, dan yang
mengalami luka ringan tercatat sebanyak 24.355 orang.(Nanang Sutisna, 2010) Kecelakaan
lalu lintas dapat terjadi kapan saja.
Namun terdapat saat-saat dimana jumlah dapat meningkat seperti pada saat menjelang
Idul fitri dimana terjadi arus mudik besar-besaran. Seperti yang disebutkan Posko Mudik
Lebaran Departemen Perhubungan pada seluruh akses jalan tol di Pulau Jawa Tahun 2009,
mencatat jumlah kecelakaan yang meningkat 54 persen dari rentang waktu yang sama pada
tahun lalu.(Kompas, 2009) Sekitar 70 persen kecelakaan lalu lintas (lakalantas) di jalan raya
di Indonesia disebabkan oleh para pengendara sepeda motor, kata pakar transportasi, Djoko
Setyowarno.
C. Klasifikasi Kecelakaan Lalu Lintas
Klasifikasi yang seragam dari kecelakaan lalu lintas akan memberikan arah hasil statistik
kecelakaan yang seragam pula. Kadiyali didalam Karmawan (1990) membagi kecelakaan
menjadi :
1. Berdasarkan korban kecelakaan :
• Kecelakaan luka fatal yaitu kecelakaan yang mengakibatkan seseorang atau lebih
meninggal dunia.
• Kecelakaan luka berat yaitu kecelakaan yang mengakibatkan seseorang mengalami
luka berat.
• Kecelakaan luka ringan yaitu kecelakaan yang mengakibatkanseseorang mengalami
luka ringan.
2. Berdasarkan posisi kecelakaan :
• Tabrakan secara menyudut (Angle), terjadi antara kendaraan yang berjalan pada
arah yang berbeda tetapi juga bukan pada arah yang berlawanan. Menabrak bagian
belakang (Rear End), kendaraan yang menabrak bagian belakang kendaraan lain
yang berjalan pada arah yang sama.
• Menabrak bagian samping/menyerempet (Side Swipe), kendaraan menabrak
kendaraan lain dari bagian samping sambil berjalan pada arah yang sama ataupun
berlawanan.
• Menabrak bagian depan (Head On), tabrakan antara kendaraan yang berjalan pada
arah yang berlawanan.
• Menabrak secara mundur (Backing), kendaraan menabrak kendaraan lain pada
waktu kendaraan tersebut mundur.
3. Berdasarkan cara terjadinya kecelakaan :
• Hilang kendali/selip (Running off road).
• Tabrakan di jalan (Collision On Road).
•Dengan pejalan kaki.
•Dengan kendaraan lain yang sedang berjalan
•Dengan kendaraan yang sedang berhenti.
•Dengan kereta, binatang, dll.
D. Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas
Secara garis besar ada 5 faktor yang berkaitan dengan peristiwa kecelakaan lalu lintas,
yaitu faktor-faktor mengemudi, penumpang, pemakai jalan, kendaraan, dan fasilitas jalanan.
Ditemukan konstribusi masing-masing factor manusia/pengemudi 75%, 5% faktor
kendaraan, 5% kondisi jalan, 1% kondisi lingkungan, dan faktor lainnya.
1. Faktor manusia : pejalan kaki, penumpang sampai pengemudi. Faktor manusia ini
menyangkut masalah disiplin berlalu lintas.
 Faktor pengemudi: dianggap sebagai salah satu faktor utama yang menentukan
kecelakaan lalu lintas. Faktor manusia yang berada di belakang kemudi ini
memegang peranan penting. Karakteristik pengemudi berkaitan dengan:
a. Keterampilan mengemudi
b. Gangguan kesehatan (mabuk, mengantuk, letih).
c. SIM : tidak semua pengemudi punya SIM. Jika ada ‘tilang’, maka tidak jarang
alasan tilang berhubungan dengan ketidak-lengkapan administrasi, termasuk
izin mengemudi.
 Faktor penumpang. Misalnya jumlah muatan (baik penumpangnya maupun
barangnya) yang berlebih. Secara psikologis ada juga kemungkinan penumpang
mengganggu pengemudi.
 Faktor pemakai jalanan. Pemakai jalan di Indonesia bukan saja terjadi dari
kendaraan. Disana ada pejalan kaki atau pengendara sepeda. Selain itu, jalan raya
dapat menjadi tempat numpang pedagang kaki lima, peminta-mintadan
semacamnya. Hal ini membuat semakin semrawutnya keadaan di jalanan. Jalan
umum juga dipakai sebagai saran perpakiran. Tidak jarang terjadi. Mobil terpakir
mendapat tabrakan.
2. Faktor Kendaraan
Jalan raya penuh dengan berbagai jenis kendaraan, berupa:
a. Kendaraan tidak bermotor: sepeda, becak, gerobak, bendi/delman.
b. Kendaraan bermotor: sepeda motor, roda tiga/bemo, oplet, sedan, bus, truk
gandengan.
Diantara jenis kendaraan, kecelakaan lalu lintas paling sering pada kendaraan sepeda
motor.
3. Faktor jalanan: keadaan fisik jalanan, rambu-rambu jalanan.
a. Kebaikan jalan: antara lain dilihat dari ketersediaan rambu-rambu lalu lintas.
b. Sarana jalanan:
 Panjang jalan yang tersedia dengan jumlah kendaraan yang tumpah di atasnya.
Di kota-kota besar tampak kemacetan terjadi dimana-mana, memancing
terjadinya kecelakaan. Dan sebaliknya, jalan raya yang mulus memancing
pengemudi untuk ‘balap’, juga memancing kecelakaan.
 Keadaaan fisik jalanan: pengerjaan jalanan atau jalan yang fisiknya kurang
memadai, misalnya lubang-lubang dapat menjadi pemacu terjadi kecelakaan.
Keadaan jalan yang berkaitan dengan kemungkinan kecelakaan lalu lintas berupa:
 Struktur: datar/mendaki/menurun; lurus/berkelok-kelok
 Kondisi: baik/berlubang-lubang.
 Luas: lorong, jalan tol.
 Status: jalan desa, jalan provinsi/Negara.
4. Faktor Lingkungan
Dapat diduga bahwa dengan adanya kabut, hujan, jalan licin akan membawa resiko
KLL.
Secara khusus faktor-faktor pengemudi yang pernah diteliti (al. oleh Boediharto dkk)
adalah :
a. Perilaku mengemudi: ngebut, tidak disiplin/melanggar rambu.
b. Kecakapan mengemudi: pengemudi baru/belum berpengalaman melalui
jalanan/rute.
c. Mengantuk pada waktu mengemudi.
d. Mabuk pada waktu mengemudi.
e. Umur pengemudi ±20 dan ±50.
E. Penyakit-Penyakit Yang Disebabkan Oleh Kecelakaan Lalu Lintas
1. Trauma kaki
Merupakan tempat tersering dan dapat berupa abrasi dan laserasi, lokasinya pada tibia
bagian atas, area lutut, dan femur. Dikenal istilah “Bumper fracture” yang berarti fraktur
gabungan pada tibia dan fibula yang biasanya terletak setinggi bamper mobil,fraktur pada
femur jarang terdapat kecuali pada anak kecil yang oleh karena posturnya yang kecil
2. Cedera kepala
Menduduki tempat kedua, oleh karena tertumbuk kaca mobil, tepi mobil, atap mobil atau
ke tanah dan merupakan penyebab tersering kematian.
3. Cedera jaringan lunak
Sering terjadi dan dapat berupa abrasi, laserasi, memar, luka remuk. Pada korban yang
jatuh dan terseret di jalan didapatkan luka lecet serut yang luas. Dikenal istilah“flying injury”
dimana terjadi oleh karena efek berutarnya roda dari kendaraan merobek kulit dan otot dari
tubuh atau kepala. Jika mobil melindas abdomen atau pelvis dapat mengakibatkan striae
pararel multipel atau laserasi yang dangkal oleh karena tekanan yang merobek pada kulit
4. Kerusakan tubuh bagian dalam
Kerusakan yang hebat dapat terjadi saat roda melewati pelvis, abdomen atau kepala,
walaupun disertai dengan cedera permukaan yang ringan. Berat dari kendaraan sendiri dapat
menghancurkan tulang tengkorak dan sering disertai keluarnya otak dari luka laserasi kulit
kepala, tulang pelvis dapat menjadi rata, patah tulang simfisis, terputusnya sendi sakroiliaka,
pada organ dalam dapat terjadi ruptur limpa atau hati, pada dada dapat terjadi fraktur iga yang
dapat melukai paru dan jantung.
F. Upaya Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas
Untuk mecegah terjadinya KLL, berbagai upaya dapat dilakukan berupa:
1. Safety fasilities seperti helmet, seat, belt, sidewalk (koridor), overhead bridge
(jembatan penyeberangan), traffic signal (rambu jalanan).
Helmet merupakan suatu proteksi cedera kepala yang kemungkinan besar terjadi
pada pengemudi kendaraan beroda dua, khususnya sepeda motor. Peraturan wajib
helm ini ditetapkan dalam peraturan SK Menteri Perhubungan No. 188/Aj.
403/PHB/86.
Adapun masalah dalam pemakaian helm adalah sebagai berikut:
 Tidak semua pengendara memakai helm.
 Token compliance (ketaatan semu): hanya dipakai ketika takut
polisi/kualitas rendah.
 Alasan tidak pakai: malas, discomfort/rasa tidak enak, terlalu berat, ketat,
mengganggu kepala, bikin sakit kepala; mengganggu rambut, dan gatal.
Helm dianggap dapat memberikan proteksi sebesar 29% terhadap cedera kepala.
2. Law enforcement/peraturan.
Peraturan lalu lintas masih berkembang memenuhi kebutuhan masyarakat.
Ketika awal wajib helm diterapkan terdapat ‘reaksi’ di dalam masyarakat juga
terhadap pemakain tali ikat pinggang pada pengendara motor juga sudah dianjurkan
tetapi masih belum diacuhkan.
Langkah-langkah kegiatan untuk mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas adalah :
a. Faktor Manusia

Teori perubahan perilaku menyatakan bahwa perubahan dapat terjadi apabila terjadi
motivasi untuk berubah. Salah satu cara untuk menimbulkan motivasi pada seseorang ialah
dengan melibatkannya ke dalam suatu aktivitas. Aktivitas demikian disebut sebagai keadaan
anteseden. Keadaan ini dapat memberi stimulasi, sehingga terjadi partisipasi. Partisipasi
selanjutnya menimbulkan interaksi antar anggota masyarakat sehingga timbul pertanyaan-
pertanyaan pada dirinya sehingga timbul kesadaran tentang keadaan dirinya tersebut, atau
terjadi realisasi.

Kesadaran atau realisasi inilah yang kemudian menimbulkan keinginan ataupun dorongan
untuk berubah, yakni merubah keadaannya yang jelek menjadi baik; keadaan inilah yang
menunjukkan motif pada diri seseorang telah terbentuk. Atas dasar perubahan inilah akan
terjadi perubahan perilaku. Dengan demikian usaha kesehatan lingkungan pun perlu
didukung oleh usaha pendidikan kesehatan. (Bank Dunia, 1989;Juli Soemirat Slamet, 2006;
WHO, 1985)

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi faktor resiko kecelakaan lalu lintas
dari faktor manusia, yaitu :

 Melakukan advokasi baik perorangan maupun kelompok


 Melakukan pelatihan baik terhadap lintas program dan lintas sektor maupun terhadap
masyarakat
 Studi banding
 Melakukan kegiatan reward dan punishment, dengan cara melakukan identifikasi
lokasi rawan kecelakaan dan waktu pelaksanaan, kemudian melaksanakan operasi
patuh lalu lintas. Pemberian sanksi bagi pengendara yang melanggar peraturan lalu
lintas, sebaliknya memberikan pengahargaan bagi pengendara yang mematuhi
peraturan lalu lintas, secara acak
 Kegiatan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
 Kegiatan pemeriksaan kesehatan. (Yusherman, 2008)
b. Faktor Kendaraan
 Kegiatan pemeriksaan rutin kondisi kendaraan sebelum pemakaian, seperti melakukan
pemeriksaan ban, rem, lampu, bahan bakar, mesin dan radiator
 Pemakaian kendaraan sesuai dengan peruntukannya, seperti melakukan pembatasan
kapasitas angkut dan melakukan kesesuaian angkutan
 Kesesuaian antara kendaraan dan pengemudi, seperti melakukan pemeriksaan
kesehatan, melakukan peningkatan sistem pemberian Surat Izin Mengemudi (SIM),
dan melakukan/menerapkan sertifikasi pengemudi angkutan umum
 Pemeliharaan kendaraan secara rutin, seperti melakukan pemeliharaan secara berkala
 Uji kelayakan dan keamanan kendaraan, dengan cara melakukan pemeriksaan
kelengkapan fasilitas keselamatan dan kelayakan secara berkala
c. Faktor risiko lingkungan
 Mendesain jalan dan jembatan sesuai dengan peruntukannya
 Pemeriksaan dan pemeliharaan jalan dan jembatan yang aman untuk berkendara
 Pemasangan dan pengaturan penempatan rambu-rambu lalu lintas dan marka jala
sesuai dengan standar keselamatan
 Menginformasikan kondisi cuaca dan jalanan yang tiba-tiba berubah secara ekstrim
oleh petugas pemakai jalan, dengan cara menginventariassi karakteristik alam (cuaca,
daerah patahan, suhu, dan lain-lain), melakukan penyesuaian disain dengan
meninggikan faktor keamanan, dan melakukan pemantauan secara berkala.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cedera kecelakaan lalu lintas adalah suatu cidera yang di di alami seseorang akibat
kecelakaan yang terjadi dijalan. Cidera yang dimaksud kematian, luka berat, dan luka ringan
yang tidak disengaja.
Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan, sepanjang tahun itu terjadi sedikitnya
57.726 kasus kecelakaan di jalan raya. Artinya, dalam setiap 9,1 menit sekali terjadi satu
kasus kecelakaan. Dari seluruh kecelakaan yang terjadi di jalan raya, faktor kelalaian manusia
(human error) memiliki kontribusi paling tinggi yaitu mencapai antara 80-90 persen
dibandingkan faktor ketidaklaikan sarana kendaraan yang berkisar antara 5-10 persen.
Keselamatan lalu lintas merupakan suatu program untuk menurunkan angka kecelakaan
beserta seluruh akibatnya, karena kecelakaan mengakibatkan pemiskinan terhadap keluarga
korban kecelakaan.
Program Keselamatan: mempengaruhi pengguna jalan, peningkatan keselamatan kendaraan,
peningkatan jalan lalu lintas, penanganan korban,asuransi, ilmu pengetahuan/riset yang
berhubungan.
Penyakit-penyakit Yang Diakibatkan Oleh Kecelakaan Lalu Lintas:Trauma kaki,
cedera kepala, cedera jaringan lunak, kerusakan tubuh bagian dalam
B. Saran
Kelalaian pengguna jalan adalah faktor utama yang menyebabkan kecelakaan dijalan
raya, sehingga sosialisasi kesadaran berkendara harus dimulai sejak dini, dimanakesadaran
berkendara harus ditanamkan mulai dari lingkungan rumah dan sekolah. Selainitu,
pemerintah hendaknya lebih tanggap terhadap tingginya angka kejadian kecelakaanlalu
lintas yang banyak lebih berakhir dengan cedera, kecacatan, bahkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bustan, Bustan.2000.Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.PT. Rineka Cipta:Jakarta.


2. Firma,O.Pola Cedera Kecelakaan.Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia,2008
3. Adhitya Purbaya, Angling. 2012. Kisah Mencekam dan Detik detik Terakhir Kecelakaan
Maut di Baturaden. www. Detik News.com Catatan kecelakaan tahun 2012. dari
http://metro.sindonews.com.
4. Ismail, Rachmadin. 2012.IniDiaIdentitasKorbanKecelakaanTrukvs Bus Rosalia Indah.
www.detikNews.com

Anda mungkin juga menyukai