Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Manusia diciptakan Allah SWT begitu mulia, karena selain bentuk
yang sempurna manusia juga dibekali piranti-piranti berupa akal, fitrah,
qolbu, dan nafsu sehingga ia mampu mentransformasikan segala anugerah
itu untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam mencapai kesempurnaan
sebagai khalifah di muka bumi. Untuk dapat mencapai itu semua manusia
butuh proses atau kegiatan yang ilmiah yaitu pendidikan.
Pendidikan merupakan bentuk usaha sadar dan terencana yang berfungsi
untuk mengembangkan potensi yang ada pada manusia agar bisa
digunakan untuk kesempurnaan hidupnya dimasa depan nanti. Jika dilihat
dalam perspektif Islam adalah untuk membentuk manusia menjadi
manusia seutuhnya (insan kamil) dan menciptakan bentuk masyarakat
yang ideal dimasa depan. Dari istilah insan kamil ini maka segala aspek
dalam pendidikan haruslah sesuai dengan idealitas Islam.
Setiap kegiatan yang akan dilakukan apa lagi untuk mencapai sesuatu dari
yang dilakukan tersebut memerlukan suatu perencanaan atau
pengorganisasian yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur.
Demikian juga dalam suatu pendidikan baik jenis dan jenjangnya pasti
memerlukan suatu program yang terencana dan sistematis sehingga dapat
menghantarkan pada tujuan yang diinginkan, yang proses perencanaan ini
dalam istilah pendidikan disebut dengan kurikulum.
Dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan
yang harus diajarkan oleh pendidik kepada anak didik, tetapi juga segala
kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu karena
mempunyai pengaruh terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan Islam. Disamping itu, kurikulum juga hendaknya dapat
dijadikan ukuran kwalitas proses dan keluaran pendidikan sehingga dalam

1|Esensi Kurikulum dalam Perspektif Filsafat


Pendidikan Islam
kurikulum sekolah telah tergambar berbagai pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki setiap lulusan sekolah.

Salah satu tugas dari filsafat pendidikan Islam adalah memberikan arah bagi
tercapainya tujuan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan Islam yang akan dicapai
harus direncanakan atau di programkan melalui kurikulum. Oleh karena itu
kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan pada
lembaga pendidikan islam. Dengan demikian akan menjadi jelas dan terencana
tentang bagaimana dan apa yang harus diterapkan dalam proses belajar mengajar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Kurikulum Dalam Perspektif Pendidikan Islam?

1.3 Tujuan Masalah


Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Untuk mengetahui bagaimana kurikulum pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui pentingnya kurikulum pendidikan Islam.

2|Esensi Kurikulum dalam Perspektif Filsafat


Pendidikan Islam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam


Menurut Haitami dan Syamsul (dalam Ramayulis, 1994:61)
mengatakan bahwa secara etimologis kurikulum berasal dari bahsa
Yuninani, yaitu curir yang artinya pelari atau curere berarti tempat
berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman
Romawi Kuno yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus
ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Dalam bahasa
Arab, kata kurikulum bisa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan
yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan.
Menurut Haitami dan Syamsul (dalam Al-Khuli,t.t.:105) arti
manhaj/kurikulum dalam pendidikan Islam sebagaimana yang terdapat
dalam kamus adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan
acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan
pendidikan.
Menurut Haitami dan Syamsul (dalam An-Nahlawy, 1995: 130)
mengatakan bahwa defenisi-defenisi tentang kurikulum telah banyak
dirumuskan oleh para ahli pendidikan. Di antaranya defenisi yang
dikemukakan oleh Abdurrahman an-Nahlawy, yaitu seluruh program
pendidikan yang didalamnya tercakup masalah-masalah metode, tujuan,
tingkat pengajaran, materi pelajaran, setiap tahun ajaran, topik-topik
pelajaran, serta aktifitas yang dilakukan setiap peserta didik pada setiap
materi pelajaran.

2.2 Asas-asas Kurikulum Pendidikan Islam


Secara teoritis penyusunan sebuah kurikulum harus berdasarkan asas-asas
tertentu. Asas – asas tersebut antara lain yaitu :

3|Esensi Kurikulum dalam Perspektif Filsafat


Pendidikan Islam
1. Asas Filosofis
Dalam pengembangan kurikulum muncul pertanyaan-pertanyaan
pokok seperti: hendak dibawa kemana siswa yang dididik itu?
Masyarakat yang bagaimana harus diciptakan melaui ikhtiar
pendidikan? Apakah hakikat pengetahuan yang harus dipelajari dan
dikaji siswa? Norma-norma atau sistim nilai yang bagaimana yang
harus diwariskan kepada anak didik sebagai generasi penerus? Dan
bagaimana seharusnya proses pendidikan itu berlangsung?
Sebagai landasan fundamental, filasafat memegang peranan penting
dalam proses pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi filasat
dalam mengembangkan kurikulum yaitu:
 Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Dengan
filsafat segaai pandangan hidup, atau value sistem, maka dapat
ditentukan mau dibawa kemana siswa yang kita didik.
 Filsafat dapat menentukan materi dan bahan ajaran yang
diberkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
 Filsafat dapat menentukan strategi atau cara penyampaian
tujuan. Sebagai sistem nilai, filsafat dapat dijadikan pedoman
dalam merancang kegiatan pembelajaran.
 Melalui filsafat dapat ditentukan baaimana menentukan tolak
ukur keberhasilan proses pendidikan.
Dari penjelasan tentang fungsi-fungsi filasafat dalam pengembangan
kurikulum maka semua pertanyaan pokok yang timbul dalam
pengembangan kurikulum dapat terjawabkan. Filsafat merupakan
asas/landasan yang paling utama dalam pengembangan kurikulum.
Filsafat sangat penting, khususnya dalam pengambilan keputusan pada
setiap aspek kurikulum, dimana setiap keputusan harus ada dasarnya
(landasan filosofisnya). Para pengembang kurikulum harus mempunyai
filsafat yang jelas tentang apa yang mereka junjung tinggi. Filsafat yang
kabur akan menimbulkan kurikulum yang tidak tentu arah. Kurikulum
sebagai rancangan dari pendidikan, mempunyai kedudukan yang cukup

4|Esensi Kurikulum dalam Perspektif Filsafat


Pendidikan Islam
sentral dalam keseluruhan kegiatan pendidikan karena kurikulum
menentukan proses pelaksanaan dan hasil daripada pendidikan.
Mengingat begitu pentingnya peranan kurikulum dalam pendidikan dan
perkembangan kehidupan manusia, maka pengembangan kurikulum
tidak dapat dirancang sembarangan.
Kurikulum sebagai suatu program dan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, mempunyai hubungan dengan proses perubahan perilaku
peserta didik. Dalam hal ini kurikulum merupakan suatu program
pendidikan yang berfungsi sebagai alat untuk mengubah perilaku
peserta didik (peserta didik) ke arah yang diharapkan oleh pendidikan.
Oleh sebab itu, proses pengembangan kurikulum perlu memperhatikan
asumsi-asumsi yang bersumber dalam bidang kajian psikologi.
Pengembangan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat,
yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang
mendalam.
Asas filosofis membawa rumusan kurikulum pendidikan Islam
kepada tiga dimensi:ontologi, epistemologi, dan aksiologi.Dimensi
ontologi mengarahkan kurikulum agar lebih banyak memberi anak
didik kesempatan untuk berhubungan langsung dengan fisik-fisik,
obyek-obyek. Pada mulanya dimensi ini diterapkan Allah SWT.dalam
pengajaranNya kepada nabi Adam as dengan memberitahukan atau
mengajarkan nama-nama benda ‘’Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya
kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang
orang-orang yang benar! " (QS.Al-Baqarah{2}:31) dan belum sampai
pada tahap penalaran atau pengembangan wawasan.Demensi
epistemologi adalah perwujudan kurikulum yang sah, yang berdasarkan

5|Esensi Kurikulum dalam Perspektif Filsafat


Pendidikan Islam
metode kontruksi pengetahuan yang disebut metode ilmiah,yang
sifatnya mengajak berfikir menyeluruh,reflektif dan kritis, implikasi
dimensi epistemologi dalam rumusan kurikulum, isinya cenderung
fleksibel karena pengetahuan yang dihasilkan tidak mutlak, tentatif dan
dapat berubah-ubah.
Dampak dimensi epistimologi dalam rumusan kurikulum adalah:
1. Penguasaan konten (the what) yang tidak sepenting dengan
penguasaan bagaimana memperoleh ilmu pengatahuan itu.
Berarti pemahaman atau penguasaan suatu ilmu itu tidak
penting tapi bagaimana ilmu itu diperoleh (diproses) itu
yang dikaji.
2. Kurikulum lebih menitikberatkan pada pelajaran proses,
maksudnya disini bagaimana siswa merekonstruksi ilmu,
aktivitas yang ada, serta bagaimana pemecahan suatu
masalah.
3. Konten cenderung bersifat fleksibel karena pengetahuan itu
bersifat tidak mutlak dan dapat berubah-ubah, karena alam
akan mengalami perubahan dari saat kesaat. Umar bin al-
Khattab menyatakan:
‫ إن أبائكم قد خلقوا لجيل غير جيلكم و لزمان غير زمانكم‬.3
Artinya:
“Sesungguhnya anak-anakmu dijadikan untuk generasi yang lain dari
generasimu, dan zaman yang lain dari zamanmu.
Dimensi aksiologi mengarahkan pembentukan kurikulum agar
memberikan kepuasan pada diri peserta didik agar memiliki nilai-nilai
yang ideal, supaya hidup dengan baik dan terhindar dari nilai-nilai yang
tidak diinginkan.Nilai-nilai ideal ini bisa menimbulkan daya guna dan
fungsi yang bermanfaat bagi peserta didik dalam kelangsungan hidup
menuju kesempurnaan, kenyamanan dan dijauhi dari segala sesuatu yang
menimbulkan kesengsaraan atau kerugian.

6|Esensi Kurikulum dalam Perspektif Filsafat


Pendidikan Islam
Tugas ketiga dimensi tersebut merupakan kerangkah dalam perumusan
kurikulum pendidikan islam. Dari berbagai macam filsafat pada dasarnya
memberikan khasana intelektual di bidang kurikulum pendidikan islam
lainnya, semakin banyak pula kontribusi teori dan konsep. Teori dan
konsep yang ditimbulkan dari berbagai macam aliran filsafat tidak dapat
begitu saja diterima atau ditolak, namun diseleksi terlebih dahulu kemudian
hasilnya dimodifikasi pada khasana kurikulum pendidikan islam.

2. Asas Sosiologis.
Sekolah berfungsi mempersiapkan anak didiknya agar dapat
berperan aktif dalam masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum sebagai alat
dan pedoman dalam proses pendidikan di sekolah harus relevan dengan
kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Dengan demikian dalam konteks ini
sekolah tidak hanya berfungsi untuk mewariskan kebudayaan dan nilai-
nilai suatu masyarakat, akan tetapi sekolah juga berfungsi untuk
mempersiapkan anak didik dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu,
kurikulum bukan hanya berisi berbagai nilai suatu masyarakat akan tetapi
bermuatan segala sesuatu leh karena itu, kurikulum bukan hanya berisi
berbagai nilai suatu masyarakat akan tetapi bermuatan segala sesuatu yang
dibutuhkan masyarakat.
Kenapa kurikulum harus berubah? demikian pertanyaan yang kerapkali
dilontarkan orang, ketika menanggapi terjadinya perubahan kurikulum
yang terjadi di Indonesia. Jawabannya pun sangat beragam, bergantung
pada persepsi dan tingkat pemahamannya masing-masing. Sepanjang
sejarahnya, di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan hingga
ada kesan di masyarakat bahwa “ganti menteri, ganti
kurikulum”.Perubahan kurikulum pada dasarnya memang dibutuhkan
manakala kurikulum yang berlaku (current curriculum) dipandang sudah
tidak efektif dan tidak relevan lagi dengan tuntutan dan perkembangan
jaman dan setiap perubahan akan mengandung resiko dan konsekuensi
tertentu.

7|Esensi Kurikulum dalam Perspektif Filsafat


Pendidikan Islam
Perubahan kurikulum yang berskala nasional memang kerapkali
mengundang sejumlah pertanyaan dan perdebatan, mengingat dampaknya
yang sangat luas serta mengandung resiko yang sangat besar, apalagi kalau
perubahan itu dilakukan secara tiba-tiba dan dalam waktu yang singkat
serta tanpa dasar yang jelas.
Namun dalam konteks KTSP, perubahan kurikulum pada tingkat sekolah
justru perlu dilakukan secara terus menerus. Dalam hal ini, perubahan
tentunya tidak harus dilakukan secara radikal dan menyeluruh, namun
bergantung kepada data hasil evaluasi. Mungkin cukup hanya satu atau
beberapa aspek saja yang perlu dirubah.
Kita maklumi bahwa semenjak pertama kali diberlakukan KTSP
yang terkesan mendadak, kegiatan pengembangan kurikulum di sekolah
sangat mungkin diawali dengan keterpaksaan demi mematuhi ketentuan
yang berlaku, sehingga model yang dikembangkan mungkin saja belum
sepenuhnya menggambarkan kebutuhan dan kondisi sebenarnya di
sekolah. Oleh karena itu, untuk memperoleh model kurikulum yang sesuai,
tentunya dibutuhkan perbaikan-perbaikan yang secara terus-menerus
berdasarkan data evaluasi, hingga pada akhirnya dapat ditemukan model
kurikulum yang lebih sesuai dengan karakteristik dan kondisi nyata
sekolah.
Justru akan menjadi sesuatu yang aneh dan janggal, kalau saja
suatu sekolah semenjak awal memberlakukan KTSP hingga ke depannya
tidak pernah melakukan perubahan-perubahan apapun. Hampir bisa
dipastikan sekolah yang demikian, sama sekali tidak menunjukkan
perkembangan. Oleh karena itu, dalam rangka menemukan model
kurikulum yang sesuai di sekolah, sudah seharusnya di sekolah dibentuk
tim pengembang kurikulum tingkat sekolah yang bertugas untuk
memanage kurikulum di sekolah. Memang saat ini, di sekolah-sekolah
sudah ditunjuk petugas khusus yang menangani kurikulum yang biasanya
dipegang oleh wakasek kurikulum. Namun pada umumnya mereka
cenderung disibukkan dengan tugas -tugas yang hanya bersifat rutin dan

8|Esensi Kurikulum dalam Perspektif Filsafat


Pendidikan Islam
teknis saja, seperti membuat jadwal pelajaran, melaksanakan ulangan
umum atau kegiatan yang bersifat rutin lainnya. Usaha untuk mendesain,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi serta mengembangan kurikulum
yang lebih inovatif tampaknya kurang begitu diperhatikan. Dengan adanya
Tim Pengembang Kurikulum di sekolah maka kegiatan manajemen
kurikulum mungkin akan jauh lebih terarah, sehingga pada gilirannya
pendidikan di sekolah pun akan jauh lebih efektif dan efisien.
Memberikan dasar untuk menentukan apa saja yang akan dipelajari
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

3. Asas Organisatoris
Asas ini memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana bahan
itu disusun, dan bagaimana penentuan luas dan urutan mata pelajaran.
4. Asas Psikologis
Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam mendidik anak
didik sesuai dengan yang diharapakn dalam tujuan pendidikan. Secara
psikologis, anak didik memiliki keunikan dan perbedaan-perbedaan baik
perbedaan bakat, minat, maupun potensi yang dimilikinya sesuai dengan
tahapa perkembangannya. Dengan alasan itulah kurikulum harus
memperhatikan kondisi psikologis, perkembangan dan psikologi belajar
anak.
Pemahaman tentang anak bagi seorang pengembang kurikulum
sangatlah penting. Kesalahan persepsi dan kedangkalan pemahaman
tentang anak dapat menyebabkan kesalahan arah dan kesalahan praktek
pendidikan.
Jadi, Landasan psikologis pengembangan kurikulum menuntut agar
dalam pengembangan kurikulum harus memperhatikan dan
mempertimbangkan aspek peserta didik dalam pelaksanaan kurikulum
sehingga nantinya pada saat pelaksanaan kurikulum apa yang menjadi

9|Esensi Kurikulum dalam Perspektif Filsafat


Pendidikan Islam
tujuan kurikulum akan tercapai secara optimal. Sehingga unsur psikologis
dalam pengembangan kurikulum mutlak perlu diperhatikan.
Asas ini memberikan prinsip – prinsip tentang perkembangan anak didik
dalam berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar
dapat dipahami oleh anak didik sesuai dengan perkembangan.

2.2.1 Pengertian Pengelolaan Peserta Didik


Menurut Hendayat Soetopo dan Wanty Soemato (1982)
pengelolaan peserta didik merupakan suatu penataan atau
pengaturan segala aktvitas yang berkaitan dengan peserta didik
diantaranya, yaitu mulai masuknya peserta didik sampai dengan
keluarnya peserta didik dari suatu sekolah atau suatu lembaga.
Menurut Kenezevich (1961) pengelolaan peserta didik
merupakan suatu layanan yang memusatkan perhatian, pengaturan,
pengawasan dan layanan siswa dikelas dan diluar kelas. Seperti :
pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan
keseluruhan kemampuan minat, kebutuhan sampai matang
disekolah.
Kegiatan-kegiatan pengelolaan pendidikan yang baik yang
berkenaan dengan pengelolaan kurikulum dan pengajaran, tenaga
kependidikan, prasarana dan sarana, keuangan, hubungan sekolah
dengan masyarakat, maupun layanan khusus pendidikan, diarahkan
agar peserta didik mendapatkan layanan yang optimal. Oleh karena
itu, pengelolaan peserta didik memiliki kedudukan paling penting
yang merupakan sentral layanan disekolah. Pengelolaan peserta
didik menitik beratkan kepada pelayanan siswa secara individual
dengan harapan agar siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat,
kemampuan dan perbedaan individu masing-masing sehingga
dengan adanya pengelolaan peserta didik ini dapat membantu
kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
tersebut melalui proses pendidikan sekolah.

10 | E s e n s i K u r i k u l u m d a l a m P e r s p e k t i f F i l s a f a t
Pendidikan Islam
2.2.2 Dasar Pengelolaan Peserta Didik
Dasar hukum pengelolaan peserta didik diantaranya :
1. Pertumbuhan Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat
yang mengamanatkan tentang mencerdaskan kehidupan
bangsa.
2. Batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1
sampai ayat 5.
3. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional yang menyatakan :
 Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (pasal
5 ayat 1).
 Setiap warga Negara yang berusia 7-15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar (pasal 6 ayat 1).
 Masyarakat berhak berperan serta dalam
perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan (pasal 8).
 Warga Negara yang berlainan fisik atau mental
berhak memperoleh pendidikan luar biasa (pasal 8).
 Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya (pasal 12
ayat 16).

2.2.3 Tujuan dan Fungsi Pengelolaan Peserta Didik

11 | E s e n s i K u r i k u l u m d a l a m P e r s p e k t i f F i l s a f a t
Pendidikan Islam
Tujuan umum pengelolaan peserta didik adalah mengatur
kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang
proses belajar mengajar disekolah, lebih lanjut proses belajar
mengajar disekolah berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga
memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan
pendidikan secara keseluruhan (Ali Imron.2003)
Tujuan khusus pengelolaan peserta didik adalah sebagai berikut:
 Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor
peserta didik.
 Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum
(kecerdasan), bakat dan minat peserta didik.
 Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan
peserta didik.
Dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta
didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang
lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.

Fungsi pengelolaan peserta didik adalah sebagai wahana


bagi peserta didik untuk mengembangan diri seoptimal mungkin,
baik yang berkenaan dengan segi individualnya, segi sosial, segi
apresiasi, segi kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik
lainnya.
 Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial
peserta didik ialah agar peserta didik dapat mengadakan
sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua dan
keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan
lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan
dengan hakikat peserta didik sebagai makhluk sosial.
 Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan
harapan peserta didik, ialah agar peserta didik tersalur hobi,
kesenangan dan minatnya. Hobi, kesenangan dan minat

12 | E s e n s i K u r i k u l u m d a l a m P e r s p e k t i f F i l s a f a t
Pendidikan Islam
peserta didik demikian patut disalurkan, oleh karena itu, ia
juga dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta
didik secara keseluruhan.
 Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan
kesejahteraan peserta didik ialah agar peserta didik
sejahtera dalam hidupnya. Kesejahteraan ini sangat penting
karena dengan demikian ia juga akan ikut memikirkan
kesejahteraan teman sebayanya.

2.2.4 Pendekatan Manajeman Peserta Didik


Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen
peserta didik (Yeager, 1994). Pertama, pendekatan kuantitatif (the
quantitative approach). Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada
segi-segi administratif dan birokratik lembaga pendidikan. Dalam
pendekatan demikian, peserta didik diharapkan banyak memenuhi
tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan lembaga pendidikan di
tempat peserta didik tersebut berada. Asumsi pendekatan ini adalah
bahwa peserta didik akan dapat matang dan mencapai
keinginannya, manakala dapat memenuhi aturan-aturan, tugas-
tugas, dan harapan-harapan yang diminta oleh lembaga
pendidikannya.
Wujud pendekatan ini dalam manajemen peserta didik
secara operasional adalah: mengharuskan kehadiran secara mutlak
bagi peserta didik di sekolah, memperketat presensi, penuntutan
disiplin yang tinggi, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya. Pendekatan demikian, memang teraksentuasi pada
upaya agar peserta didik menjadi mampu.
Kedua, pendekatan kualitatif (the qualitative approach).
Pendekatan ini lebih memberikan perhatian kepada kesejahteraan
peserta didik. Jika pendekatan kuantitatif di atas diarahkan agar

13 | E s e n s i K u r i k u l u m d a l a m P e r s p e k t i f F i l s a f a t
Pendidikan Islam
peserta didik mampu, maka pendekatan kualitatif ini lebih
diarahkan agar peserta didik senang. Asumsi dari pendekatan ini
adalah, jika peserta didik senang dan sejahtera, maka mereka dapat
belajar dengan baik serta senang juga untuk mengembangkan diri
mereka sendiri di lembaga pendidikan seperti sekolah. Pendekatan
ini juga menekankan perlunya penyediaan iklim yang kondusif dan
menyenangkan bagi pengembangan diri secara optimal.
Di antara kedua pendekatan tersebut, tentu dapat diambil
jalan tengahnya, atau sebutlah dengan pendekatan padu. Dalam
pendekatan padu demikian, peserta didik diminta untuk memenuhi
tuntutan-tuntutan birokratik dan administratif sekolah di satu pihak,
tetapi di sisi lain sekolah juga menawarkan insentif-insentif lain
yang dapat memenuhi kebutuhan dan kesejahteraannya. Di satu
pihak siswa diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas berat yang
berasal dari lembaganya, tetapi di sisi lain juga disediakan iklim
yang kondusif untuk menyelesaikan tugasnya. Atau, jika
dikemukakan dengan kalimat terbalik, penyediaan kesejahteraan,
iklim yang kondusif, pemberian layanan-layanan yang andal adalah
dalam rangka mendisiplinkan peserta didik dan penyelesaian tugas-
tugas peserta didik.

2.2.5 Prinsip Pengelolaan Peserta Didik


1. Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari
keseluruhan manajemen sekolah. Oleh karena itu, ia harus
mempunyai tujuan yang sama atau mendukung terhadap
tujuan manajemen secara keseluruhan. Ambisi sektoral
manajemen peserta didik tetap ditempatkan dalam kerangka
manajemen sekolah. Ia tidak boleh ditempatkan di luar
sistem manajemen sekolah.

14 | E s e n s i K u r i k u l u m d a l a m P e r s p e k t i f F i l s a f a t
Pendidikan Islam
2. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah
mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik
para peserta didik. Segala bentuk kegiatan, baik itu ringan,
berat, disukai atau tidak disukai oleh peserta didik, haruslah
diarahkan untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk
yang lainnya.
3. Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah
diupayakan untuk mempersatukan peserta didik yang
mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya banyak
perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta
didik, tidak diarahkan bagi munculnya konflik di antara
mereka melainkan justru mempersatukan dan saling
memahami dan menghargai.
4. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang
sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta
didik. Oleh karena membimbing, haruslah terdapat
ketersediaan dari pihak yang dibimbing. Ialah peserta didik
sendiri. Tidak mungkin pembimbingan demikian akan
terlaksana dengan baik manakala terdapat keengganan dari
peserta didik sendiri.
5. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan
memacu kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian
demikian akan bermanfaat bagi peserta didik tidak hanya
ketika di sekolah, melainkan juga ketika sudah terjun ke
masyarakat. Ini mengandung arti bahwa ketergantungan
peserta didik haruslah sedikit demi sedikit dihilangkan
melalui kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik.
6. Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu
diupayakan oleh kegiatan manajemen peserta didik haruslah
fungsional bagi kehidupan peserta didik baik di sekolah
lebih-lebih di masa depan.

15 | E s e n s i K u r i k u l u m d a l a m P e r s p e k t i f F i l s a f a t
Pendidikan Islam
7. Aktifitas peserta didik hendaknya mempertimbangkan hal-
hal sbb :
 Atas dasar penelusuran minat dan kemampuan, serta
pola jenis karir dalam masyarakat.
 Aktivitas pengelolaan dilakukan/dilaksanakan
secara demokratis
 Peserta didik dipandang sebagai orang-orang yang
memiliki potensi
 Pembinaan dilakukan secara berkesinambungan
 Tidak menambah biaya beban bagi orang tua
 Pengelolaan dilaksanakan secara terpadu
 Kegiatan dilaksakan atas azas kerjasama
 Perlu adanya deskripsi, pembagian tugas yang jelas
 Setiap saat dievaluasi secara komprehensif

2.2.6 Ruang Lingkup Pengelolaan Peserta Didik


Ada tiga tugas utama dalam bidang manajemen peserta
didik, untuk mencapai tujuan tersebut yaitu penerimaan peserta
didik, kegiatan kemajuan belajar serta bimbingan dan pembinaan
disiplin.
Dalam pembahasan ini pengelolaan peserta didik meliputi
beberapa kegiatan yaitu :
a. Perencanaan terhadap peserta didik
Perencanaan peserta didik akan langsung
berhubungan dengan kegiatan penerimaan dan proses
pencatatan atau dokumentasi data pribadi siswa, yang
kemudian tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan
pencatatan atau dokumentasi data hasil belajar dan aspek-
aspek lain yang diperlukan dalam kegiatan kurikuler dan ko-
kurikuler.

16 | E s e n s i K u r i k u l u m d a l a m P e r s p e k t i f F i l s a f a t
Pendidikan Islam
b. Pembinaan dan pengembangan peserta didik
Pembinaan dan pengembangan peserta didik
dilakukan sehingga anak mendapatkan bermacam-macam
pengalaman belajar untuk bekal kehidupannya di masa yang
akan datang. Lembaga pendidikan (sekolah) dalam
pembinaan dan pengembangan peserta didik biasanya
melakukan kegiatan yang disebut dengan kegiatan kurikuler
dan kegiatan ekstra kurikuler.
Kegiatan kurikuler adalah semua kegiatan yang
telah ditentukan dalam kurikulum yang pelaksanaannya
dilakukan pada jam-jam pelajaran. Kegiatan kurikuler dalam
bentuk proses belajar mengajar dengan nama mata pelajaran
atau bidang studi yang ada di sekolah dan bersifat wajib.
Sedangkan kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan
yang dilaksanakan diluar kelas dan ketentuan yang ada
didalam kurikulum.Kegiatan ini biasanya terbentuk
berdasarkan bakat dan minat peserta didik.
Keberhasilan pembinaan dan pengembangan peserta
didik diukur melalui proses penilaian yang dilakukan oleh
lembaga pendidikan (guru). Ukuran yang sering digunakan
adalah naik kelas dan tidak naik kelas bagi peserta didik yang
belum mencapai tingkat akhir sebuah lembaga pendidikan
(sekolah).

c. Pencatatan dan pelaporan peserta didik


Pencatatan dan pelaporan peserta didik yaitu
dimulai sejak peserta didik diterima di sekolah sampai
dengan tamat atau meninggalkan sekolah. Tujuan pencatatan
tentang kondisi peserta didik dilakukan agar lembaga mampu
melakukan bimbingan yang optimal pada peserta didik.

17 | E s e n s i K u r i k u l u m d a l a m P e r s p e k t i f F i l s a f a t
Pendidikan Islam
Sedangkan pelaporan dilakukan sebagai bentuk tanggung
jawab lembaga dalam perkembangan peserta didik di sebuah
lembaga.

2.2.7 Rekruitmen Peserta Didik


Rekruitmen peserta didik di sebuah lembaga pendidikan
(sekolah) pada hakikatnya adalah merupakan proses pencarian,
menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi
peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) yang bersangkutan.
Langkah-langkah rekruitmen peserta didik adalah sebagai berikut:
Pembentukan panitia penerimaan siswa baru, yang
terdiri dari semua unsur guru, tenaga tata usaha dan
dewan sekolah/komite sekolah. Panitia ini bertugas
mengadakan pendaftaran calon siswa, mengadakan
seleksi dan menerima pendaftaran kembali siswa
yang diterima.
Pembuatan dan pemasangan pengumuman
penerimaan peserta didik baru yang dilakukan
secara terbuka.

2.2.8 Seleksi Peserta Didik


Seleksi peserta didik adalah kegiatan pemilihan calon
peserta didik untuk menentukan diterima atau tidaknya calon
peserta didik menjadi peserta didik di lembaga pendidikan
(sekolah) tersebut berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Adapun cara-cara seleksi yang dapat digunakan adalah:
 Melalui tes atau ujian, yang meliputi psikotest, tes
jasmani, tes kesehatan, tes akademik atau tes
ketrampilan.
 Melalui Penelusuran Bakat Kemampuan.

18 | E s e n s i K u r i k u l u m d a l a m P e r s p e k t i f F i l s a f a t
Pendidikan Islam
 Berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN.

2.2.9 Orientasi Peserta Didik Baru


Orientasi peserta didik (siswa baru) adalah kegiatan
penerimaan siswa baru dengan mengenalkan situasi dan kondisi
lembaga pendidikan (sekolah) tempat peserta didik itu menempuh
pendidikan. Situasi dan kondisi ini menyangkut lingkungan fisik
sekolah dan lingkungan sosial sekolah. Adapun tujuan diadakannya
orientasi bagi calon peserta didik antara lain adalah :
 Memperkenalkan nama-nama tempat di sekolah dan di
kelas, kegunaan masing masing tempat, serta pengenalan
peraturan dan tata tertib sekolah
 Mengenalkan peserta didik dengan orang-orang yang
berada di lingkungan sekolah berserta tugasnya masing-
masing.
 Peserta didik dapat mengerti dan mentaati segala peraturan
yang berlaku di sekolah.
 Peserta didik dapat aktif dalam kegiatan sekolah,
 Agar calon peserta didik merasa betah di sekolah, semua
warga sekolah yang lama harus bersikap ramah kepada
calon peserta didik dan selalu siap membantu apabila
diperlukan.

19 | E s e n s i K u r i k u l u m d a l a m P e r s p e k t i f F i l s a f a t
Pendidikan Islam
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang
menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang
menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit anak didik
adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada seorang
pendidik (Yusrina, 2006).
Dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah individu atau manusia
yang secara sadar berkeinginan untuk mengembangkan potensi dirinya
(jasmani dan rohani) melalui proses kegiatan belajar mengajar yang tersedia
pada jenjang atau tingkat dan jenis pendidikan tertentu.
Menurut Hendayat Soetopo dan Wanty Soemato (1982) pengelolaan
peserta didik merupakan suatu penataan atau pengaturan segala aktvitas
yang berkaitan dengan peserta didik diantaranya, yaitu mulai masuknya
peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik dari suatu sekolah atau
suatu lembaga.
Pengelolaan peserta didik adalah suatu pencatatan siswa dari proses
penerimaan hingga siswa tersebut tamat dari sekolah atau keluar karena
pindah sekolah atau sebab lain.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk kedepannya kami akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan

20 | E s e n s i K u r i k u l u m d a l a m P e r s p e k t i f F i l s a f a t
Pendidikan Islam
tentang “Pengelolaan Peserta Didik”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami maupun pembaca, dan kami juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Apabila ada terdapat kesalahan dalam pembahasan, mohon untuk pembaca
agar dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba
Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.

21 | E s e n s i K u r i k u l u m d a l a m P e r s p e k t i f F i l s a f a t
Pendidikan Islam
DAFTAR PUSTAKA

http://www.warna-sahabat.com/2014/06/contoh-makalah-pengelolaan-
peserta.html. diakses pada tanggal 17 oktober 2017

Mustari, Mohamad. 2014. Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada.

http://aanhendroanto.blogspot.com/2012/10/pengertian-dan-ruang-lingkup-
manajemen.html. diakses pada tanggal 17 oktober 2017

Minarti, Sri. 2011. Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan


Secara Mandiri. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

https://solehhamdani.wordpress.com/sosiologi/manajemen-peserta-
didik.html. diakses pada tanggal 18 oktober 2017

http://manajemensekolah24.blogspot.com/2012/10/manajemen-peserta-
didik.html. diakses pada tanggal 18 oktober 2017
Kunandar. 2015. Penilaian Auntentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

22 | E s e n s i K u r i k u l u m d a l a m P e r s p e k t i f F i l s a f a t
Pendidikan Islam

Anda mungkin juga menyukai