Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau
kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma. Glaukoma ditandai oleh meningkatnya tekanan intra okuler
yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan
lapangan pandang. Hampir 80.000 penduduk Amerika Serikat buta
akibat glaukoma, sehingga ini menjadi penyebab utama kebutaan yang
dapat dicegah di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat diperkirakan
terdapat 2 juta pengidap glaukoma. Glaukoma sudut terbuka primer
adalah bentuk tersering, menyebabkan pengecilan lapangan pandang
bilateral progresif asimptomatik yang timbul perlahan dan sering tidak
terdeteksi sampai terjadi pengecilan lapangan pandang yang ekstensif.
Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 10-15% kasus pada orang
Kaukasus. Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada
orang Burma dan Vietnam di Asia Tenggara. Pada semua pasien
glaukoma, perlu tidaknya terapi segera diberikan dan efektivitasnya
dinilai dengan melakukan pengukuran tekanan intraokuler (tonometri),
inspeksi diskus optikus, dan penurunan lapangan pandang secara
teratur.
Penatalaksanaan glaukoma sebaiknya dilakukan oleh ahli
oftalmologi, tetapi besar masalah dan pentingnya deteksi kasus-kasus
asimptomatik mengharuskan adanya kerjasama dan bantuan dari
semua petugas kesehatan. Oftalmoskopi dan tonometri harus
merupakan bagian dari pemeriksaan fisik rutin pada semua pasien
yang cukup kooperatif dan tentu saja semua pasien yang berusia lebih
dari 30 tahun. Hal ini penting pada pasien yang mempunyai riwayat
glaukoma pada keluarganya. Untuk itu penting bagi kita sebagai dokter
layanan primer untuk dapat mendeteksi secara dini glaukoma pada
masyarakat agar dapat ditatalaksana sesegera mungkin.

1
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi glaukoma
2. Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma
3. Untuk mengetahui etiologi glaukoma
4. Untuk mengetahui manifestasiklinik glaukoma
5. Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma
6. Untuk mengetahui pathway glaukoma
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic glaukoma
8. Untuk mengethaui penatalaksanaan glaukoma
9. Untuk mengethaui komplikasi glaucoma

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Sebagai syarat memenuhi tugas semester VI
Sebagai sumber reverensi mengenai asuhan keperawatan
glaukoma
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai sumber pedoman dalam memahami penyakit glaukoma

2
BAB II
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Glaukoma adalah sejumlah kelainan mata yang mempunyai gejala
peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan
penggaungan atau pencekungan papil syaraf optic sehingga terjadi atrop
isyaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam
pengelihatan (Martinelli, 1991).
Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik
berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optic
dengan defek lapang pandangan mata.(SidartaIlyas,2000).

B. Klasifikasi
Glaukoma dibedakan menjadi ada beberapa macam yaitu:
1. Glaukoma sudut terbuka /simplek (kronis)
Adalah sebagian besar glaukoma (90% - 95%), yang
meliputi kedua belah mata, disebut sudut terbuka karena humor
aqueous mempunyai pintu terbuka kejaringan trabekuler. Sudut
bilik depan terbuka normal, pengaliran dihambat karena adanya
perubahan degeratif jaringan trebuekuler, saluran schelem dan
saluran yang berdekatan. adanya hambatan aliran AqH tidak
secepat produksi, bila berlangsung secara terus menerus, maka
menyebabkan degenerasi syaraf optik, sel gangglion, atropi iris
dan siliare. Gejala yang timbul awal biasanya tidak ada kelainan
biasanya diketahui dengan adanya peningkatan TIO dan sudut
ruang anterior normal seperti: mata terasa berat, pening,
pengelihatan kabur, halo di sekitar cahaya, kelainan lapang
pandang , membesarnya titik buta.

3
2. Glaukoma sudut tertutup/sudut sempit (akut)
Adalah terganggunya aliran akibat tertutupnya atau
terjadinya penyempitan sudut antara iris dan kornea, serangan
intermiten, tekanan normal bila sudut terbuka, kedaruratan mata
akut. Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara
anatomis menyempit sehingga iris terdorong kedepan, menempel
kejaringan trabekuler dan menghambat humor aquaeos mengalir
kesaluran schelemm. Dimana terjadinya penyempitan sudut dan
perubahan iris ke anterior, mengakibatkan terjadi penekanan
kornea dan menutup sudut mata, AqH tidak bisa mengakir keluar,
bilik mata depan menjadi dangkal. Gejala yang timbul dari
penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya IOP, adalah: nyeri
selama beberapa jam dan hilang kalau tidur sebentar, TIO >75
mmHg, halo disekitar cahaya, headache, mual, muntah,
bradikardi, pengelihatan kabur dan berkabut serta odema pada
kornea. Bila terjadi penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil
dan jika tidak ditangani bisa terjadi kebutaan dan nyeri yang
hebat.
3. Glaukoma Kongenital
Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat
terjadi sekunder terhdap kelainan mata systemik jarang (0,05%)
manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi,
fotofobia blepharospme.
4. Glaukoma sekunder
Adalah glaukoma yang terjadi dari peradangan mata,
perubahan pembuluh darah, trauma. Dengan gejala yang hampir
mirip dengan sudut terbuka dan sudut tertutup tergantung pada
penyebab.

4
C. Etiologi
Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil
Faktor Resiko
1. Trauma mata
2. Hipertensi
3. Diabetes Melitus

D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri merupakan tanda khas pada serangan akut yang terjadi secara
mendadak dan sangat nyeri pada mata di sekitar daerah inervasi
cabang nervus kranial v
2. Mual, muntah dan lemas hal ini sering berhubungan dengan nyeri
3. Penurunan visus secara cepat dan progresif , hiperemis, fotofobia,
4. TIO meningkat 50-100 mmHg
5. Edema kornea
6. Bola mata menonjol

E. Patofisiologi
Aqueus humor secara continue diproduksi oleh badan silier (sel epitel
prosesus ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrient pada
lensa.
Aqueua humor mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik
mata depan, trabekuler mesh work dankanalschlem.
Tekana intraokuler (TIO) dipertahankandalambatas 10-21 mmHg
tergantung keseimbangan antara produksi dan pengeluaran (aliran) AqH
di bilikmatadepan.
Peningaktan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optic dan
retina sehingga dapat merusak serabut syaraf optic menjadi iskemik dan
mati. Selanjutnya menyebabkan kesrusakan jaringan yang dimulai dari
perifir menuju ke fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang

5
pandang yang dimulai dari daerah nasal atas dan sisa terakhir pada
temporal.

F. Pathway

Kortikosteroidjangkapanjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksijaringan peningkatantekanan
Trabekuler Vitreus

Hambatanpengaliran pergerakan iris


kedepan
Cairanhumoraqueous

Iskemik TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Memepetkan saraf
Nyeri optik

Retina bergeser

Aliran darah ke optikus Membentuk bintik buta


menurun pada lapang pandang

Kebutaan

G. Body Image G.persepsi sensory

6
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tonometri digunakan untuk pemeriksaan TIO, tonometri yang sering
digunakan adalah appalansi yang menggunakan lamp (celah lampu)
dimana sebagian kecildaerah kornea diratakan untuk mengimbangi
beban alat ukur ysng mengukur tekanan, selain itu ada juga metode
langsung yang kurang akurat yang lebih murah, dan mudah adalah
schiotz tonometer dengan cara tonometer ditempatkan lansung
diatas kornea yang sebelumnya mata terlebih dahulu dianastesi.
2. Gonioskopi digunakan untuk melihat secara langsung ruang anterior
untuk membedakan antara glaukoma sudut tertutut dengan glaukoma
sudut terbuka
3. Oftalmoskopi digunakan untuk melihat gambaran bagain mata secara
langsung diskus optik dan struktur mata internal
4. Pengukuran Lapang pandang
5. Pemeriksaan laborat (LED,Leukosit) untuk mengetahui adanya
infeksi.

H. Penatalaksanaan
Glaukoma Sudut Terbuka / Simplek / Kronik
1. Obat-obat miotik
Golongan kolinergik (pilokarpin 1 – 4 % 5 kali / hari),
karbakol (0,75–3 %)
Golongan anti kolineoterase (demekarium bromid, hurmosal
0,25 %).
2. Obat-obat penghambat sekresi aquor humor (Adrenergik)
a.) Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2x / hari)
b.) Epinerprin 0,5 – 2 % 1 – 2 x / hari
3. Carbonucan hidrase intibitor
a.) Asetazolamid (diamol 125 – 250 mg 4 x / hari)
b.) Diklorfenamid (metazolamid)

7
4. Laser trabeculoplasty dimana suatu laser zat organ disorotkan
langsung kejaringan trabekuler untuk merubah susunan
jaringan dan membuka aliran dari humor Aguos dan iridektomi.
5. Tindakan bedah trabeculectomy.
6. Penyuluhan dan konseling
Pasien yang baru didiagnosa perlu bantuan dalam
mengerti ( memahami ) dan belajar hidup dengan penyakitnya.
Perawat hendaknya menjelaskan kepada pasien bahwa
penglihatannya yang hilang tidak dapat dipulihkan secara
sempurna namun kehilangan yang berlanjut dapat dicegah
dan orang tersebut tetap kehilangan yang berlanjut dapat
dicegah dan orang tersebut tetap dapat beraktifitas bila
pengobatannya terus menerus.

I. Komplikasi
Kebutaan, atrofi papil saraf optik

8
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GLUKOMIA


A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn. T
Umur : 43 tahun
Alamat : Kebumen
Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2019
2. Keluhan Utama : Nyeri pada mata sebelah kanan
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri pada mata kanan
cenat cenut, bertambah pada saat kpela lebih rendah, tidak begitu
jelas melihat objek disekitarnya, dengan lemas , bila diraba pasien
mengatakan nyeri pada mata yang sakit. Leukosit 17000 , Hb 12
mg/dl, TD 120mmHg, RR 24 x/menit, SUHU 38 C, HR 90 , TIO 25
mmHg
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami
sakit seperti ini
4. Pengkajian Pola Virginia Handerson
a. Pola Pernafasan
Sebelum sakit : Pasien dapat bernafas dengan normal dan tidak
mengalami kesulitan dalam bernafas.
Saat dikaji : tidak mengeluh sesak nafas.
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 3x sehari

9
Saat dikaji : Saat dirawat di rumah sakit, makan 3 kali sehari
dengan menu yang disediakan oleh rumah sakit, minum 8 gelas
sehari. Pasien mampu mengahabiskan menu yang disediakan.
c. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1x sehari, fesesnya lunak, warna kuning
dan BAK lancar , warna jernih kekuningan
Saat dikaji :BAB 1x sehari, fesesnya lunak, warna kuning
dan BAK lancar , warna jernih kekuningan
d. Gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit :Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa
gangguan
Saat dikaji :Pasien tampak keseimbanganny terganggu
karena penglihatannya kabur
e. Kebutuhan Istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Pasien biasa tidur 8 jam sehari
Saat dikaji : Malam hari kadang terbangun karena suara
gaduh
f. Personal Hygiene
Sebelum Sakit : Mandi 2x sehari dan gosok gigi mandiri.
Saat dikaji : Pasien mandi dengan di seka oleh istrinya pagi
dan sore, serta gosok gigi.
g. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : Pasien merasa aman dan nyaman jika bersama
keluarga dan istrinya
Saat dikaji : Pasien mengeluh mata kanannya terasa nyeri
( P :nyeri saat posisi kepala lebih rendah dari
tubuh, Q: cenat cenut, R: bagian mata sebelah
kanan, S : skala 6, T hilang timbul 5 menitan
h. Kebutuhan berpakaian
Sebelum sakit : Pasien ganti baju 2x sehari dan dapat berpakaian
sendiri.
Saat dikaji : Memakai pakaian dibantu oleh anaknya.

10
i. Kebutuhan Spiritual
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan ibadah solat 5 waktu
Saat dikaji :Pasien masih bisa sholat 5 waktu dalam keadaan
berbaring,dan dibimbing keluarga agar selalu
berdoa untuk kesembuhannya.
j. Kebutuhan berkomunikasi dan berhubungan
Sebelum sakit : Hubungan pasien dengan keluarga baik biasa
berkomunikasi dengan bahasa jawa.
Saat dikaji :Pasien mau berkomunikasi dengan perawat
dengan ditemani anaknya
k. Temparatur tubuh
Sebelum sakit : Pasien menggunakan pakaian tebal jika merasa
dingin, dan menggunakan yg tipis jika merasa
kepanasan.
Saat dikaji : Pasien merasa demam , memakai baju tipis
karena merasa panas
l. Kebutuhan bekerja
Sebelum sakit : Pasien adalah seorang pedagang
Saat dikaji : Pasien hanya berbaring ditempat tidur.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Sebelum sakit : Pasien tidak biasa bermaian ataupun rekreasi
Saat dikaji : Pasien tidak bisa pergi kemana - mana, hanya
tetangganya sering menjenguk di RS untuk
menghibur.
n. Kebutuhan Belajar
Sebelum Sakit : Pasien tidak tahu tentang penyakit glaukoma
yang dideritanya
Saat dikaji : Pasien sudah tahu tentang penyakit yang
dideritanya karena penjelasan perawat.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : compos mentis,TD 120mmHg, RR 24x/menit,
suhu 38 C

11
b. Kepala
1.) Bentuk kepala: mesosephal
2.) Rambut : hitam, tidak mudah dicabut,
3.) Mata : Bulu mata tidak mudah dicabut, sklera tidak
ikterik, konjungtiva tidak anemis, palpebra
dekstra udem dan spasme, oedem pada kornea
dekstra.
4.) Hidung : Bersih, tidak ada polip hidung, tidak ada septum
deviasi.
5.) Telinga : Besih, tidak ada serumen, reflek suara baik.
6.) Mulut : Gigi kekuningan, lengkap, tidak ada stomatitis.
7.) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada
1.) Paru
Inspeksi : Pengembangan paru kanan kiri simetris
Palpasi :Vokal premitus kiri kana sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler
2.) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordisteraba pada interkosta 5-6
Perkusi : Pekak, tidak ditemukan adanya pembesaran
jantung.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi murmur
d. Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus 9 kali per menit
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar dan lien
e. Ektremitas : tidak ada oedem pada kedua ekstremitas atas
dan bawah.

12
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1.) Leukosit : 17.000
2.) Hb : 12 mg/Hg
b. Terapi
1.) Miotik : 5 tetes 5 menit & 6 tetes 6 jam
2.) Carbonic anhidrase inhibitor /azetazolamid : @ 250 mg 2 tablet
& 4 jam 1 tablet smpai 24 jam
3.) Morfin : 10 mg / injeksi

7. Analisa Data

Tanggal Data Fokus Etiologi Problem


25 DS: Agen cidera biologis Nyeri akut
Maret Pasien mengatakan nyeri (peningkatan TIO)
2019 pada mata bagian kanan
DO:
TIO 25 mmHg, mata
kanan pasien terlihat
menonjol
25 DS: Perubahan Gangguan
Maret a. Pasien mengatakan penerimaan sensorik persepsi
2019 tidak begitu jelas sensorik
melihat objek (melihat)
disekitarnya
b. Pasien mengatakan
matanya silau bila
melihat cahaya
DO:
Pasien tampak
menunjukan ekspresi

13
kesulitan untuk melihat
25 DS: Proses infeksi Hiperthermi
Maret Pasien mengatakan
2019 demam
DO:
Suhu 38o C

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (peningkatan TIO)
2. Gangguan persepsi sensorik (melihat) b.d perubahan penerimaan
sensorik
3. Hiperthermi b.d proses infeksi

C. Intervensi

N Tgl /
Diagnosa NOC NIC Ttd
o Jam
1 26 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Managemen nyeri
Maret agen cidera tindakan keperawatan (1400)
2019 biologis selama 2 X 24 jam a. Lakukan
(peningkatan gangguan rasa nyaman pengkajian nyeri
TIO) dapat teratasi dengan secara
(00132) kriteria hasil: komprehensif
Pain Level (2102) termasuk lokasi,
a. Mampu mengontrol karakteristik,
nyeri (tahu durasi, frekuensi,
penyebab nyeri, kualitas dan
mampu faktor presipitasi
menggunakan tehnik b. Observasi reaksi
nonfarmakologi nonverbal dari

14
untuk mengurangi ketidaknyamana
nyeri, mencari n
bantuan) c. Bantu pasien dan
b. Melaporkan bahwa keluarga untuk
nyeri berkurang mencari dan
dengan menemukan
menggunakan dukungan
manajemen nyeri d. Kontrol
c. Mampu mengenali lingkungan yang
nyeri (skala, dapat
intensitas, frekuensi mempengaruhi
dan tanda nyeri) nyeri seperti
d. Menyatakan rasa suhu ruangan,
nyaman setelah pencahayaan
nyeri berkurang dan kebisingan
e. Tanda vital dalam e. Kurangi faktor
rentang normal presipitasi nyeri
f. Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
g. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi:
napas dala,
relaksasi,
distraksi,
kompres hangat/
dingin
h. Berikan analgetik

15
untuk
mengurangi nyeri
i. Tingkatkan
istirahat
j. Berikan informasi
tentang nyeri
seperti penyebab
nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamana
n dari prosedur
k. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
2 26 Gangguan Setelah dilakukan Neurologic
Maret persepsi tindakan keperawatan Monitoring (2620)
2019 sensorik selama 2 X 24 jam a. Monitor TTV
(melihat) b.d gangguan rasa nyaman b. Monitor ukuran
perubahan dapat teratasi dengan pupil,
penerimaan kriteria hasil: ketajaman,
sensorik Sensory Function : kesimetrisan
Vision (2404) dan reaksi
a. Peningkatan c. Monitor adanya
ketajaman diplopia,
penglihatan pandangan
(kanan kiri) kabur, nyeri

16
b. Lapang pandang kepala
normal d. Monitor level
c. Pandangan tidak kebingungan
kabur dan orientasi
d. Pandangan tidak e. Monitor tonus
silau otot pergerakan
e. Penglihatan tidak f. Catat
terganggu perubahan
pasien dalam
merespon
stimulus

3 26 Hiperthermi Setelah dilakukan Termoregulation (


Maret b.d proses tindakan keperawatan 3900)
2019 infeksi selama 2 X 24 jam a. Monitor suhu
gangguan rasa nyaman sesering
dapat teratasi dengan mungkin
kriteria hasil: b. Monitor warna
Thermoregulation dan suhu kulit
(0800) c. Monitor tekanan
a. Suhu tubuh dalam darah, nadi dan
rentang normal RR
b. Nadi dan RR dalam d. Berikan anti
rentang normal piretik:
c. Tidak ada e. Berikan cairan
perubahan warna intravena
kulit dan tidak ada f. Kompres pasien
pusing, pada lipat paha
d. Merasa nyaman dan aksila
g. Tingkatkan

17
sirkulasi udara
h. Tingkatkan
intake cairan dan
nutrisi
i. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
j. Monitor hidrasi
seperti turgor
kulit, kelembaban
membran
mukosa)

D. IMPLEMENTASI

Tgl / Hasil/
No Diagnosa Implementasi Paraf
Jam Respon
1 26 Nyeri akut b.d Managemen nyeri  Klien
Maret agen cidera (1400) mengatakan
2019 biologis 1. Melakukan sudah
(peningkatan pengkajian merasa
TIO) nyeri secara nyaman
(00132) komprehensif  Pasien dan
termasuk keluarga
lokasi, terlihat
karakteristik, semangat
durasi, dengan
frekuensi, dukungan
kualitas dan tersebut
faktor  Ruangan
presipitasi Nampak
2. Mengobservasi tenang
reaksi  Klien

18
nonverbal dari mengerti
ketidaknyaman dengan
an tehnik non
3. Membantu farmakolig
pasien dan  Klien
keluarga untuk mengatakan
mencari dan tidur nya
menemukan teratur
dukungan  Klien
4. Mengontrol mengerti
lingkungan dengan
yang dapat informasi
mempengaruhi nyeri
nyeri seperti  Vital klien
suhu ruangan, Nampak
pencahayaan normal
dan kebisingan
5. Mengurangi
faktor
presipitasi nyeri
6. Mengkaji tipe
dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
7. Mengajarkan
tentang teknik
non
farmakologi:
napas dala,
relaksasi,

19
distraksi,
kompres
hangat/ dingin
8. Memberikan
analgetik untuk
mengurangi
nyeri
9. Meningkatkan
istirahat
10. Memberikan
informasi
tentang nyeri
seperti
penyebab
nyeri, berapa
lama nyeri
akan berkurang
dan antisipasi
ketidaknyaman
an dari
prosedur
11. Memonitor vital
sign sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
2 26 Gangguan Neurologic  TTV
Maret persepsi Monitoring (2620) Nampak
2019 sensorik 1. Monitor TTV normal
(melihat) b.d 2. Monitor  Perubahan

20
perubahan ukuran pupil, pasien
penerimaan ketajaman, ampak
sensorik kesimetrisan normal
dan reaksi dalam
3. Monitor meresponsti
adanya mulus
diplopia,
pandangan
kabur, nyeri
kepala
4. Monitor level
kebingungan
dan orientasi
5. Monitor tonus
otot
pergerakan
6. Catat
perubahan
pasien dalam
merespon
stimulus
3 26 Hiperthermi b.d Termoregulation (  Suhu badan
Maret proses infeksi 3900) klien
2019 1. Monitor suhu Nampak
sesering normal
mungkin  Warna dan
2. Monitor warna suhu kulit
dan suhu kulit kilen
3. Monitor Nampak
tekanan darah, normal
nadi dan RR  Tekanan

21
4. Berikan anti darah da
piretik: RR klien
5. Berikan cairan Nampak
intravena normal
6. Kompres
pasien pada
lipat paha dan
aksila
7. Tingkatkan
sirkulasi udara
8. Tingkatkan
intake cairan
dan nutrisi
9. Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
Monitor hidrasi
seperti turgor
kulit, kelembaban
membran
mukosa)
4 27 Nyeri akut b.d Managemen nyeri  Klien
Maret agen cidera (1400) mengatakan
2019 biologis 1. Melakukan sudah
(peningkatan pengkajian merasa
TIO) nyeri secara nyaman
(00132) komprehensif  Pasien dan
termasuk keluarga
lokasi, terlihat
karakteristik, semangat
durasi, dengan

22
frekuensi, dukungan
kualitas dan tersebut
faktor  Ruangan
presipitasi Nampak
2. Mengobservasi tenang
reaksi  Klien
nonverbal dari mengerti
ketidaknyaman dengan
an tehnik non
3. Membantu farmakolig
pasien dan  Klien
keluarga untuk mengatakan
mencari dan tidur nya
menemukan teratur
dukungan  Klien
4. Mengontrol mengerti
lingkungan dengan
yang dapat informasi
mempengaruhi nyeri
nyeri seperti  Vital klien
suhu ruangan, Nampak
pencahayaan normal
dan kebisingan
5. Mengurangi
faktor
presipitasi nyeri
6. Mengkaji tipe
dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi

23
7. Mengajarkan
tentang teknik
non
farmakologi:
napas dala,
relaksasi,
distraksi,
kompres
hangat/ dingin
8. Memberikan
analgetik untuk
mengurangi
nyeri
9. Meningkatkan
istirahat
10. Memberikan
informasi
tentang nyeri
seperti
penyebab
nyeri, berapa
lama nyeri
akan berkurang
dan antisipasi
ketidaknyaman
an dari
prosedur
11. Memonitor vital
sign sebelum
dan sesudah
pemberian

24
analgesik
pertama kali
5 27 Gangguan Neurologic  TTV
Maret persepsi Monitoring (2620) Nampak
2019 sensorik 1. Monitor TTV normal
(melihat) b.d 2. Monitor ukuran  Perubahan
perubahan pupil, pasien
penerimaan ketajaman, ampak
sensorik kesimetrisan normal
dan reaksi dalam
3. Monitor meresponsti
adanya mulus
diplopia,
pandangan
kabur, nyeri
kepala
4. Monitor level
kebingungan
dan orientasi
5. Monitor tonus
otot
pergerakan
6. Catat
perubahan
pasien dalam
merespon
stimulus
6 27 Hiperthermi b.d Termoregulation (  Suhu badan
Maret proses infeksi 3900) klien
2019 1. Monitor suhu Nampak
sesering normal

25
mungkin  Warna dan
2. Monitor warna suhu kulit
dan suhu kulit kilen
3. Monitor Nampak
tekanan darah, normal
nadi dan RR  Tekanan
4. Berikan anti darah da
piretik: RR klien
5. Berikan cairan Nampak
intravena normal
6. Kompres
pasien pada
lipat paha dan
aksila
7. Tingkatkan
sirkulasi udara
8. Tingkatkan
intake cairan
dan nutrisi
9. Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
Monitor hidrasi
seperti turgor
kulit, kelembaban
membran
mukosa)

26
E. EVALUASI

No Tgl/Jam Diagnosa Perekmbangan Pasien Pelaksana


1 26 Maret Nyeri akut b.d agen S: Pasien mengatakan nyeri
2019 cidera biologis pada mata bagian kanan
(peningkatan TIO) O: TIO 25 mmHg, mata
(00132) kanan pasien terlihat
menonjol
A : Masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
2 26 Maret Gangguan persepsi S:
2019 sensorik (melihat) b.d - Pasien mengatakan
perubahan tidak begitu jelas
penerimaan sensorik melihat objek
disekitarnya
- Pasien mengatakan
matanya silau bila
melihat cahaya
O: Pasien tampak
menunjukan ekspresi
kesulitan untuk melihat
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
3 26 Maret Hiperthermi b.d S: Pasien mengatakan
2019 proses infeksi demam
O: Suhu 38o C
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
4 27 Maret Nyeri akut b.d agen S: Pasien mengatakan
2019 cidera biologis nyeri pada mata bagian
(peningkatan TIO) kanan
(00132) O: TIO 25 mmHg, mata

27
kanan pasien terlihat
menonjol
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
5 27 Maret Gangguan persepsi S:
2019 sensorik (melihat) b.d - Pasien mengatakan
perubahan tidak begitu jelas
penerimaan sensorik melihat objek
disekitarnya
- Pasien mengatakan
matanya silau bila
melihat cahaya
O: Pasien tampak
menunjukan ekspresi
kesulitan untuk melihat
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
6 27 Maret Hiperthermi b.d S: Pasien mengatakan
2019 proses infeksi demam
O: Suhu 38o C
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi

28
BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Gaukoma adalah sejumlah kelainan mata yang mempunyai gejala
peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan
penggaungan atau pencekungan papil syaraf optic sehingga terjadi atrop
isyaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam
pengelihatan. Penyakit ini ditandai dengan nyeri, peningkatan tekanan
intraokular, dan penurunan ketajaman penglihatan. Diagnosa yang timbul
pada otitis media supuratif kronik adalah
a. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (peningkatan TIO)
b. Gangguan persepsi sensorik (melihat) b.d perubahan penerimaan
sensorik
c. Hiperthermi b.d proses infeksi

29
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC).


USA : Mosby Elsevier
Ester,Monica. 2009. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011. Jakarta : EGC
Ilyas, Ramatjamdra dan Sidarta Ilyas. 1991. Klasifikasi dan Diagnosis
Banding Penyakit-Penyakit Mata. Jakarta : FKUI
Ilyas,Sidarta.dkk.2002.Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan
Mahasiswa Kedokteran.Jakarta : Sagung Seto
Moorhead, Sue. dkk.2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA :
Mosby Elsevier
Radjamin, Tarmin. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Surabaya : Airlangga University
Press
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC

30

Anda mungkin juga menyukai