Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 1

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas Komunikasi


Perawat dan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Harapan Mulia
Kabupaten Bekasi Tahun 2015
Analysis of Factors Related to Nurse and Patient Communication Effectiveness at
Inpatient Unit of Harapan Mulia HospitalBekasi Regencyin, Year 2015

Prasetyaningtyas Agustrianti

Program Pasca Sarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit Indonesia


Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

E-mail: drg.fitriyusuf@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi perawat-
pasien di ruang rawat inap RS Harapan Mulia.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
rancangan crossectional yang dilakukan pada periode rawat Maret-Mei 2015 pada 60 pasien dan 30 perawat
sebagai responden. Hasil penelitian menggambarkan 53,3% responden pasien menilai komunikasi perawat efektif,
analisis lebih lanjut dengan regresi logistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara karakter
perawat, kelelahan fisik dan mental, bahasa, dukungan pimpinan dan manajemen rumah sakit, fasilitas dan
penghargaan dengan efektivitas komunikasi perawat dan pasien.

Kata kunci: Efektivitas komunikasi, perawat, pasien.

ABSTRACT

The study aims to determine the factors associated with the effectiveness of nurse and patient communication
atinpatient unit in Harapan Mulia Hospitallocated in Bekasi Regency.It is a quantitative study with cross-sectional
design.Samples are the total population amounted to 30 nurses with 60 patients as respondentsconducted in March
- May 2015. The results showed that 53.3% of patients perceived that nurses’s communication was effective,
further analysis with logistic regression showed no significant relationship between the characters nurses, physical
and mental fatigue, language, leadership and management support for hospitals, facilities and reward with the
nurses and patients communication effectiveness.

Keywords: communication effectiveness, nurse, patient.

PENDAHULUAN dan Adisasmito W. (2005) mengemukakan bahwa di


rumah sakit, sumber daya manusia (SDM) terbanyak
Undang-Undang Republik Indonesia (RI) Nomor 44 yang berinteraksi langsung dengan pasien adalah
tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa perawat. Oleh karena itu, kualitas pelayanan keperawatan
rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang yang diberikan perawat kepada para pasien akan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat kesehatan di sebuah rumah sakit secara umum.
inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah Sakit juga
merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan Kualitas pelayanan kesehatan yang salah satunya juga
profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, dipengaruhi oleh efektivitas komunikasi perawat dan
perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Gatot D. B. pasien. Menurut Almond P. dan Yardley J. (2009)

Jurnal ARSI/Oktober 2015 72


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 1

komunikasi efektif juga tergantung pada perawat yang Penghalang atas efektivitas komunikasi perawat–
berusaha dalam kerjasama dengan pasien. Almond dan pasien dapat dikategorikan menjadi dua kelompok
Cowley(2008) dalam Almond P. dan YardleyJ. (2009) yaitu penghalang terkait pada lingkungan seperti
menyatakan bahwa memberikan sebuah kemampuan ruangan, kondisi ruangan yang penuh pasien dan
tipologi untuk bekerja dalam kerjasama antar pasien penghalang terkait pada kondisi kerja seperti terdapat
didasari oleh prinsip egaliter dan etika. Untuk dapat pasien yang sedang menderita sakit parah di dalam
menjalankan hal ini perawat membutuhkan kerangka ruang perawatan. Hasil penelitian Meehan et al
moral guna membantu praktiknya agar beretika dan (2011)dalam Jahromi M. K. dan Ramezanli S., (2014)
sensitif. Kerangka kerja ini meliputi pengembangan dan menyebutkan bahwa perawat sering dianggap kurang
pemahaman bahwa semua pasien memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas lingkungan kerjanya, tidak ada penghargaan
baik, semua pasien seharusnya dibantu dan difasilitasi kemanajerialan untuk perawat, dan rasa ketidakadilan
untuk tidak mengeleminasi semua penghalang guna dalam lingkungan kerja merupakan salah satu
dapat mengakses pelayanan kesehatan tersebut. penghalang dalam komunikasi. Penelitian yang terkini
Penghalang-penghalang ini tidak disebabkan oleh juga menyebutkan perawat yang mengetahui adanya
hambatan geografis maupun fisik namun seringkali pasien berpenyakit kronis dalam ruang perawatan
terkait dengan kesulitan dalam berkomunikasi menurut sebagai penghalang komunikasi. Beberapa peneliti
Gerrish etal (1996) dalam Almond P. dan Yardley J. telah melaporkan bahwa prognosa yang buruk dari
(2009).Lahoti (1996) dalam Jahromi M. K. dan penyakit yang diderita pasien membatasi komunikasi
Ramezanli S., (2014) di dalam penelitiannya menemukan perawat – pasien. Dalam hal ini, Kruijver dan rekan-
bahwa penghalang utama dari komunikasi perawat dan rekan dalam penelitian mereka menyimpulkan
pasien adalah kurangnya waktu untuk memperhatikan keterlibatan perawat pada pasien kanker sangat
kebutuhan pasien merupakan penghalang yang paling terbatas.(Kruijver, Kerkstra, Bensing dan van deWiel,
dirasakan. Penelitian juga menjelaskan hubungan antara 2000)dalam Jahromi M. K. dan Ramezanli S., (2014).
kelelahan dan pekerjaan perawat menjadi penghalang
komunikasi ke pasien. Efektivitas komunikasi merupakan hal utama dalam
pelayanan perawatan dan hal ini dipertimbangkan
Perawat harus belajar mengatur waktunya secara efektif sebagai kebutuhan dari masa ke masa. Untuk dapat
dalam rangka memenuhi banyak dan bermacam - berkomunikasi secara efektif, kita perlu mengetahui
macam tanggung jawab dari pekerjaannya. Apabila faktor-faktor penghalangnya. Perawat harus
perawat lebih meluangkan waktu bersama pasien, berkomunikasi efektif guna menjalankan peran mereka
memungkinkan mereka dapat merasakan bagaimana sebagai pendidik, manajer kasus dan anggota aktif dari
pasien ingin dirawat, diperhatikan, dihargai dan idealnya tim pelayanan kesehatan. Ketika kita memperhatikan
difahami. Ketika perawat yang sibuk tidak bisa hal ini, faktor tersebut akan membantu dalam
meluangkan waktunya dengan pasien, pasien akan perencanaan, analisa kondisi, memecahkan masalah
merasa bahwa mereka tidak penting dan kebutuhan dan umumnya akan bekerja lebih baik.Dapat
maupun keinginan mereka tidak terpenuhi. Perlu disimpulkan bahwa untuk menghilangkan penghalang
banyak waktu yang cukup untuk menghindari perawat komunikasi dan dukungan bagi perawat sangat
yang terkesan terburu-buru saat berhadapan dengan dibutuhkan agar perawat dapat berkomunikasi terapeutik
pasien, untuk mendapatkan fakta diagnostik, untuk dengan pasien guna mewujudkan pelayanan yang efektif
memberi pendidikan pada pasien dan membangun dan respon yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Dalam
hubungan terapeutik merupakan tantangan yang kaitannya dengan mengidentifikasi faktor yang
signifikan untuk setiap perawat (DeLaunedan Ladner, berhubungan dengan efektivitas komunikasi perawat-
2002) dalam Jahromi M. K. dan Ramezanli S., (2014). pasien di institusi pelayanan kesehatan, penelitian
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa faktor-faktor dilakukan dengan cara studi eksplorasi dan wawancara
tersebut berhubungan dengan efektivitas perawat- informal di Ruang Rawat Inap RS Harapan Mulia.
pasien. Selain dari tugas kerjanya yang berat dan
memjenuhkan, seringkali kinerja perawat tidak
mendapatkan apresiasi yang setimpal.

Jurnal ARSI/Oktober 2015 73


Prestyaningtyas A., Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektifitas Komunikasi Perawat dan Pasien di Ruang Rawat Inap
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Rumah Sakit Harapan Mulia KabupatenVolume
Bekasi2Tahun
Nomor 1
2015

Berdasarkan wawancara informal dengan kepala faktor yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi
perawat dan perawat pelaksana terlihat adanya antara perawat dan p asien di ruang rawat inap Rumah
beberapa masalah komunikasi yang terjadi baik antara Sakit.
perawat dengan rekan sekerja, maupun dengan pasien,
namun dalam tesis ini hanya menganalisa faktor - faktor TINJAUAN PUSTAKA
yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi
perawat dengan pasien saja bukan dengan rekan kerja, Komunikasi antara perawat dan pasien disebut juga
petikan wawancara data awal antara lain: komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik
merupakan proses yang dikembangkan oleh perawat
“Ketika saya menelpon ke nurse station beberapa untuk mempelajari klien, di mana perawat menggunakan
kali masih mendengar rekan sejawat perawat pendekatan terencana dan melakukan hubungan
pelaksana menjawab telepon hanya diawali interpersonal yang terarah yang fokus pada klien.
dengan kata “halo” saja tanpa menyebutkan Perawat harus membekali dirinya dengan kemampuan
siapa nama penerima telepon dan sedang bekerja khusus yang terkait dengan berbagai interaksi dan
di unit mana saat ini”. (Kepala Keperawatan) tingkah laku non verbal. Potter dan Perry (1999) dalam
Sumijatun (2009) mengatakan bahwa setiap klien
“Perbedaan bahasa juga menjadi salah satu adalah unik, artinya membutuhkan pendekatan yang
faktor yang kami rasakan menjadi penghalang tidak sama antara satu dengan yang lainnya, terutama
komunikasi antara perawat dan pasien, karena terkait dengan latar belakang budaya.
Cibarusah terletak di selatan kabupaten Bekasi
yang berbatasan dengan kabupaten Bogor maka Dalam dunia keperawatan kita juga dapat mempelajari
mayoritas penduduknya memakai bahasa sunda bahwa komunikasi dapat terjadi melalui kata-kata
kasar sedangkan sebagian besar perawat berasal tertulis, lisan dan melalui komunikasi non verbal seperti
dari luar daerah Jawa Barat.“ (Perawat bahasa tubuh. (Beyers M, Phillips C, 1979). Salah satu
Pelaksana) masalah yang sering menimbulkan ketidakpuasan
pasien adalah komunikasi antara petugas kesehatan
“Selama dirawat inap dua hari satu malam saya dengan pasien dan keluarganya, atau antar petugas
juga kurang merasakan sapaan atau perhatian kesehatan sendiri. Kadang-kadang insiden keperawatan
perawat akan kondisi yang saya rasakan, atau kematian terjadi karena komunikasi yang kurang
contohnya pada waktu malam hari seharusnya baik.Petugas kesehatan harus bekerjasama membantu
perawat menanyakan apakah saya dapat pasien untuk memecahkan masalah kesehatan yang
beristirahat dengan cukup atau tidak, tetapi kompleks (Basuki E, 2008). Hambatan komunikasi
perawat disini belum pernah ada yang mengacu pada penghalang yang dapat menghambat
menanyakannya.” (Pasien Ny N) pesan untuk bisa diantarkan atau untuk dipahami.
“Saya dan keluarga juga tidak diberi penjelasan Beberapa alasan yang umum untuk menghambat
tentang fasilitas apa saja yang dapat digunakan di komunikasi adalah kebiasaan mendengar yang buruk,
kamar selama saya dirawat, atau alat apa saja hambatan psikologis, gangguan lingkungan dan
yang dapat digunakan untuk dapat berkomunikasi kendala semantik.(Davis, 1981 dalam Cherie A.,
dengan perawat, saya dan keluarga awalnya tidak Gebrekidan A. B., 2013).
tahu kalau terdapat bel yang berada di sisi atas bed
sehingga setiap kali memerlukan atau menanyakan Komunikasi transkultural atau lazimnya disebut
sesuatu keluarga saya harus bolak-balik mendatangi komunikasi lintas - budaya mencakup faktor - faktor
nursestation” .(Pasien NyN) tertentu yang harus di pertimbangkan ketika perawat
berinteraksi dengan pasien dan anggota keluarga
“Saat keluarga saya menanyakan informasi kapan mereka dari latar belakang budaya yang berbeda dari
dokter spesialis visit memeriksa ayah, perawat mereka sendiri (Andrews, 2003). Ini melibatkan lebih
menjawab dengan nada bicara yang ketus”. dari hanya komunikasi lisan dan tertulis. Isyarat nonverbal
(Keluarga Pasien Ny S) memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan,
dan ini dapat bervariasi antara budaya yang berbeda.
Hal tersebut di atas menunjukkan masih terdapat faktor- Memahami isyarat komunikasi tersebut dan artinya

Jurnal ARSI/Oktober 2015 74


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 1

untuk orang dari budaya yang berbeda diperlukan agar Pengetahuan dan Perawatan Transkultural menjadi
perawat untuk mencapai dan mempertahankan penting bagi perawat agar mereka menjadi lebih
kompetensi dirinya. Sebagai berikut bentuk-bentuk sensitif terhadap kebutuhan pasien yang berasal dari
komunikasi nonverbal yang digunakan oleh budaya berbagai budaya terutama karena masyarakat menjadi
yang berbeda mungkin sangat bermanfaat untuk semakin global dan kompleks. Penghalang atas
menyediakan perawatan yang kompeten secara efektivitaskomunikasiperawat–pasiendapatdikategorikan
budaya sebagai berikut di bawah: menjadi dua kelompok yaitu penghalang terkait pada
1. Kontak Mata. lingkungan seperti ruangan serta pasien yang penuh
Kontak mata merupakan cara nonverbal yang dan penghalang terkait pada kondisi kerja seperti
penting dalam komunikasi. Hal ini juga merupakan pasien yang sedang menderita sakit parah di dalam
variabel yang berbeda penerapannyadi antara ruang perawatan. Dalam hal ini Meehan et al (2011)
banyak budaya (Canadian Nurses Association, dalam Jahromi M.K. dan Ramenzali S. (2014)
2000) mendapatkan dalam hasil penelitiannya bahwa
2. Sentuhan. perawat sering dianggap kurang berpartisipasi dalam
Perawat dididik di sekolah-sekolah Amerika diajarkan pengambilan keputusan dalam lingkungan kerja,
untuk menggunakan sentuhan sebagai alat terapi tidak ada penghargaan kemanajerialan untuk
komunikasi dengan pasien mereka (Understanding perawat, dan rasa ketidakadilan dalam lingkungan
transcultural nursing, 2005). Namun, perawat juga kerja merupakan penghalang juga bagi perawat dalam
harus menyadari bahwa sentuhan mungkin tidak berkomunikasi dengan pasien.
memiliki arti positif yang sama dalam pelayanan
kesehatan bagi orang-orang yang berasal dari budaya METODOLOGI PENELITIAN
selain Amerika.
3. Diam. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan
Ini adalah isyarat nonverbal lain, yang memiliki arti kuantitatif dan rancangan penelitian cross sectional.
yang berbeda bagi orang-orang dari berbagai Analisis yang digunakan untuk melihat hubungan
budaya. Perawat mungkin merasa tidak nyaman variabel independen dan dependen adalah uji Chi-
ketika ada saat diam ketika berbicara dengan pasien kuadrat. Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian
mereka. Mereka mungkin menafsirkan diam ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
dengan cara yang negatif karena beberapa alasan. berhubungan dengan efektivitas komunikasi perawat-
Diam dapat menjadi isyarat nonverbal positif pasien serta menentukan langkah-langkah untuk
dalam komunikasi antara orang-orang di berbagai memperbaiki dan meningkatkan komunikasi yang
budaya (Andrews, 2003). efektif antara perawat-pasien di RS Harapan Mulia
4. Ruang dan Jarak. Kabupaten Bekasi. Teknik pengumpulan data untuk
Biasanya orang tidak sadar menyadari ruang dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan
jarak antara dirinya dan orang lain sampai mereka melalui teknik survey dengan mendatangi perawat dan
datang dalam kontak langsung dengan orang- pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Kemudian
orang dari budaya lain. Individu dari Eropa dan peneliti membagikan kuesioner kepada responden.
Amerika biasanya merasa paling nyaman ketika Peneliti terlebih dahulu membacakan lembar informed
mereka tidak dalam kontak dekat dengan orang consent, selanjutnya responden menandatangani
lain. Sebaliknya langsung, Spanyol, Asia, dan persetujuan keikutsertaan dalam penelitian. Kemudian
Timur Tengah merasa sangat nyaman di dekat kuesioner diberikan kepada responden untuk diisi, dan
orang lain (Andrews, 2003). apabila ada yang kurang jelas dapat ditanyakan kepada
5. Keyakinan kesehatan. peneliti.
Ada juga variasi antara orang-orang dari budaya
yang berbeda mengenai keyakinan tertentu dalam Jumlah kuesioner yang dibagikan kepada 60 responden
perawatan kesehatan. Berbagai keyakinan didasarkan pasien pada penelitian ini, karena 1 perawat dinilai oleh
pada perspektif budaya tentang hubungan individu 2 pasien agar lebih objektif dan diambil nilai rata-
dengan lingkungan (Understanding Trans-cultural ratanya, berisi 21 pernyataan yang sudah tidak
Nursing, 2005). dilakukan uji validasi karena sudah dilakukan uji
validasi pada tesis Yahya (2002): Faktor-Faktor yang

Jurnal ARSI/Oktober 2015 75


Prestyaningtyas A., Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektifitas Komunikasi Perawat dan Pasien di Ruang Rawat Inap
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Rumah Sakit Harapan Mulia KabupatenVolume 2 Nomor
Bekasi Tahun 1
2015

berhubungan dengan Efektivitas Komunikasi Terapeutik dengan 46 tahun dan rata-rata berumur 28-29 tahun.
Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Sumber Pada responden pasien yang diteliti dalam interval
Waras Jakarta. Sedangkan kuesioner yang dibagikan 18 sampai dengan 63 tahun dan rata-rata berumur
kepada 30 responden perawat dibagi menjadi dua. 34 ta hun (ditampilkan dalam tabel 2 & tabel 3).
Pertama untuk variabel dependen sebanyak 21
pernyataan juga tidak dilakukan uji validasi karena Tabel 5 memperlihatkan 5 perbedaan jawaban
kalimat pada kuesioner tersebut sama dengan kuesioner antara Perawat dan Pasien yang paling signifikan
yang dibagikan ke responden pasien yang tidak terlihat perbedaannya terdapat pada kuesioner:
memerlukan uji validasi namun subjeknya dirubah 1. Berbicara dengan ucapan yang jelas dan ringkas
menjadi “saya”, sedangkan kuesioner yang kedua jawaban Perawat selalu 60% sedangkan
berjumlah 30 pernyataan yang dilakukan uji validasi jawaban Pasien 3,3%. Terlihat perbedaan yang
dan reliabiltas. Dari hasil uji validasi tersebut terdapat 24 cukup besar sekitar 56,7%. Dari hasil tersebut
pernyataan yang dinilai valid dari 30 pernyataan. terlihat Perawat 60% merasa sudah berbicara
Pernyataan responden perawat mengisi lembar dengan ucapan yang jelas dan ringkas kepada
kuesioner form C dan responden pasien mengisi Pasien, sedangkan hanya 3,3% pasien yang
Lembar Kuesioner form E untuk variabel dependen merasa Perawat berbicara dengan kalimat yang
yaitu Efektivitas Komunikasi Perawat-Pasien dan jelas dan ringkas.
kemudian melakukan skoring dengan skala Likert 2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
untuk 4 pilihan jawaban mulai dari (1)“tidak pernah” dalam berkomunikasi dengan pasien dan
sampai (4) “selalu”. Skoring tersebut di atas untuk keluarganya jawaban Perawat selalu 70%
kuesioner kalimat positif, sedangkan untuk kalimat sedangkanjawabanPasien 6,7%. Dari hasil tersebut
negatif skoring dibalik dengan skala Likert untuk 4 terlihat Perawat merasa sudah berkomunikasi
pilihan jawaban mulai dari (1) “selalu” sampai (4) “tidak dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien
pernah”.Sedangkan pernyataan responden perawat dan keluarganya sebanyak 70% sedangkan
mengisi lembar kuesioner form B untuk variabel jawaban pasien didominasi oleh jawaban Perawat
independen terdiri atas Faktor Individu terdiri dari belum berbicara dengan bahasa yang mudah
Karakter Perawat, Kelelahan Fisik, Mental dan Bahasa. dimengerti oleh pasien dan keluarganya, karena
Faktor organisasi terdiri dari Dukungan Pimpinan dan Pasien yang menjawab selalu hanya 6,7% saja.
Manajemen RS, Fasilitas pendukung dan Penghargaan Terlihat perbedaan jawaban antara pasien dan
Kerja, peneliti melakukan skoring dengan skala perawat sebesar 63,3%
Likertuntuk 4 pilihan jawaban mulai dari (1)“sangat 3. Memberikan kesempatan untuk tanya jawab
tidak setuju” sampai (4) “sangat setuju”.Skoring tentang masalah kesehatan pasien, jawaban
tersebut di atas untuk kuesioner kalimat positif, Perawat selalu 60% sedangkan jawaban pasien
sedangkan untuk kalimat negatif skoring dibalik dengan 13,3%. Dari jawaban tersebut terlihat masih ada
skala Likertuntuk 4 pilihan jawaban mulai dari kesenjangan sebanyak 46,7% antara jawaban
(1)“sangat setuju” sampai (4) “sangat tidak setuju”. Data Perawat dan pasien dalam hal kesempatan
yang dikumpulkan selanjutnya dilakukan analisa dalam berkomunikasi tentang masalah kesehatan
univariat dan bivariat sesuai yang digambarkan pada pasien
hasil penelitian. 4. Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya mengenai hal-hal yang belum pasien
HASIL DAN PEMBAHASAN ketahui/mengerti, jawaban Perawat selalu 60%
sedangkan jawaban pasien 13,3%. Dari jawaban
1. Hasil Univariat tersebut terlihat masih ada perbedaan sebanyak
46,7% antara jawaban perawat dan pasien
Karakteristik responden dalam penelitian ini dalam hal kesempatan yang diberikan oleh
meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, status perawat kepada pasien untuk menanyakan hal-
pernikahan dan lama bekerja. hal yang belum pasien ketahui.
5. Mampu menjelaskan setiap tindakan keperawatan
Dari tabel 1 menggambarkan bahwa responden yang akan dilakukan kepada pasien, jawaban
perawat yang diteliti dalam interval usia 21 sampai Perawat selalu 56,7% sedangkan jawaban pasien

Jurnal ARSI/Oktober 2015 76


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 1

8,3%. Dari jawaban tersebut masih terlihat dan mental dengan efektivitas komunikasi
masih ada perbedaan antara jawaban perawat perawat dan pasien.
dan pasien sebanyak 48,4% ketika Perawat akan c. Hubungan antara bahasa dengan efektivitas
menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang komunikasi perawat dan pasien.
akan dilakukan kepada pasien. Hasil tabel silang hubungan antara bahasa yang
digunakan perawat dengan efektivitas komunikasi
Dari tabel 4 terlihat bahwa perawat yang tingkat perawat dan pasien menunjukkan proporsi
efektivitas komunikasi lebih tinggi sebesar 53%, Perawat yang mampu berbahasa daerah dapat
yang memiliki karakter kuat 43,3%, yang tidak berkomunikasi efektif 63,6% dan non efektif
merasa lelah sebesar 40%, mampu berbahasa 36,4%, sedangkan Perawat yang tidak mampu
daerah sesuai dengan bahasa daerah pasien 36,7%, berbahasa daerah dapat berkomunikasi efektif
yang merasa mendapat dukungan pimpinan dan 47,4% dan non efektif 52,6%. Dari hasil uji
manajemen rumah sakit yang lebih tinggi sebesar statistik dihaasilkan P-value 0,466 dengan Odd
50%, yang merasa mendapat fasilitas pendukung Rasio 1,944 artinya tidak hubungan yang
dari rumah sakit yang positif sebesar 63,3% dan bermakna antara bahasa yang digunakan
yang merasa mendapat penghargaan positif dari perawat dan efektivitas komunikasi perawat dan
manajemen rumah sakit sebesar 26,7%. pasien.
d. Hubungan antara dukungan pimpinan dan
2. Hasil Bivariat manajemen rumah sakit dengan efektivitas
komunikasi perawat dan pasien.
Analisis bivariat ditampilkan dalam tabel 5. Hasil tabel silang hubungan antara dukungan
a. Hubungan antara karakter perawat pimpinan dan manajemen RS menunjukkan
dengan efektivitas komunikasi perawat dan proporsi dukungan pimpinan positif dapat
pasien. berkomunikasi secara efektif 66,7% dan non
Hasil tabel silang hubungan antara karakter efektif 33,3%, sedangkan dukungan pimpinan
perawat dengan efektivitas komunikasi perawat negatif dapat berkomunikasi secara efektif
dan pasien menunjukkan proporsi perawat 40,0% dan non efektif 60,0%. Dari hasil uji
dengan karakter positif yang berkomunikasi statistik dihasilkan P-value 0,272 dengan Odd
efektif 53,8% sedangkan yang non efektif Rasio 3,000 artinya dukungan pimpinan dan
46,2%, sedangkan perawat dengan karakter manajemen rumah sakit yang positif
negatif yang berkomunikasi efektif 52,9% dan mempunyai kecenderungan 3x lebih tinggi
non efektif 47,1%. Dari hasil uji statistik dalam efektivitas komunikasi perawat dan
dihasilkan P-value 1,000 dengan Odd Rasio pasien tetapi secara statistik tidak ada huungan
1,037, artinya tidak ada hubungan yang yang bermakna.
bermakna antara karakter perawat dengan e. Hubungan antara fasilitas pendukung yang
efektivitas komunikasi perawat dan pasien. disediakan rumah sakit dengan efektivitas
b. Hubungan antara kelelahan fisik dan komunikasi perawat dan pasien.
mental dengan efektivitas komunikasi Hasil tabel silang hubungan antara fasilitas
perawat dan pasien. pendukung dan efektivitas komunikasi perawt
Hasil tabel silang hubungan antara kelelahan dan pasien menunjukkan proporsi fasilitas
fisik dan mental dengan efektivitas komunikasi positif dengan nilai komunikasi efektif 63,2%
perawat dan pasien menunjukkan proporsi dan non efektif 36,8%, sedangkan fasilitas
kelelahan fisik dan mental yang mempunyai negatif dengan komunikasi efektif 36,4% dan
pengaruh negatif dengan komunikasi yang non efektif 63,6%. Dari hasil uji statistik
efektif 61,1% dan non efektif 38,9%, sedangkan dihasilkan P-value 0,257 dengan Odd Rasio
yang mempunyai pengaruh positif dengan 3,000 artinya dukungan fasilitas yang positif
komunikasi efektif 41,7% dan non efektif mempunyai kecendrungan 3x lebih tinggi
58,3%. Dari hasil uji statistik dihasilkan P-value dalam efektivitas komunikasi perawat pasien
0,457 dengan Odd Rasio 2,200 artinya tidak ada dengan dukungan yang negatif. Secara statistik
hubungan yang bermakna antara kelelahan fidik tidak ada hubungan yang bermakna.

Jurnal ARSI/Oktober 2015 77


Prestyaningtyas A., Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektifitas Komunikasi Perawat dan Pasien di Ruang Rawat Inap
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Rumah Sakit Harapan Mulia KabupatenVolume
Bekasi Tahun 2015
2 Nomor 1

f. Hubungan antara penghargaaan yang di Ketergantungan pasien dapat mempengaruhi


dapat dari RS dengan efektivitas komunikasi beban kerja
perawatdan pasien. 2. Keluarga sering diidentifikasikan sebagai
Hasil tabel silang hubungan antara penghargaan sumber dukungan yang signifikan pada saat
yang didapat dari RS dan efektivitas komunikasi perawatan dan pemulihan pasien. Menurut
perawat dan pasien menunjukkan proporsi penelitian Corrigan dan Phelan (2004) dalam
penghargaan positif nilai efektif 50,0% dan non Jurnal Marital and Family Therapy edisi Januari
efektif 50,0%, sedangkan penghargaan negatif 2010 vol 1, 36, no 1, 13-27 yang berjudul Family
nilai efektif 54,5% dan non efektif 45,5%. Dari Network Support and Mental Health
hasil uji statistik dihasilkan P-value 1,000 Recoveryditulis oleh Francesca P-Duca dari
dengan Odd Rasio 0<833 artinya tidak ada Wayne State Universitybahwa menemukan
hubungan yang bermakna antara penghargaan sebuah korelasi positif antara besarnya ukuran
yang didapat dari RS dengan efektivitas jaringan dukungan keluarga dan pengalaman
komunikasi perawat dan pasien. pemulihan pasien. Kedua teori beban kerja
Gilles (1994) dan peran jaringan dukungan
Hasil kuesioner yang dibagikan kepada pasien keluarga dalam perawatan kesehatan (Corrigan
untuk menilai Efektivitas Komunikasi Perawat- dan Phelan, 2004) sejalan dengan kondisi
Pasien terlihat lebih dari setengah yaitu 53,3% fenomena yang terjadi pada RS Harapan Mulia
menganggap Komunikasi Perawat-Pasien Efektif. yaitu relatif beban kerja perawat yang belum
Efektivitas yang dirasakan sebagian pasien menurut terlalu tinggi karena jumlah pasien dan tingkat
wawancara dengan Kepala Perawat dapat dikarenakan ketergantungan pasien yang masih dapat
beberapa hal antara lain: ditangani sesuai dengan jumlah Perawat pada
a. Jumlah pasien Rawat Inap per harinya yang setiap shiftnya. Selain itu Perawat juga
belum terlalu banyak, rata-rata berkisar 25-27 melibatkan keluarga dalam layanan asuhan
pasien dengan 4 Perawat pelaksana setiap shift keperawatan sehingga membantu meringankan
jaganya bila saat itu tidak ada pasien PERINA. beban kerja perawat. Sehingga kedua faktor di
Bila ada pasien PERINA maka perawat yang atas memberikan pengaruh terhadap Efektivitas
bertugas setiap shift jaga menjadi 3 orang untuk Komunikasi Perawat-Pasien di RS Harapan
pasien rawat inap. Mulia.
b. Masih sedikitnya pasien yang dirawat di ruang 3. Dari tabel perbandingan jawaban perawat
Isolasi Perawatan di RS Harapan Mulia, menilai diri perawat sendiri dibandingkan
sehingga belum terlalu banyak pasien yang dengan pasien menilai diri perawat masih
benar-benar memerlukan bantuan penuh dari terlihat banyak kesenjangan jawaban di antara
Perawat. keduanya. Namun dalam bab pembahasan ini
c. Perawat di ruang rawat inap juga dibantu oleh akan dibahas lima jawaban yang memiliki
Pembantu Orang Sakit (POS) dalam setiap shift perbedaan nilai paling besar.
jaga selain itu keluarga pasien juga dilibatkan 4. Pada pernyataan apakah perawat berbicara
dalam perawatan pasien-pasien tersebut. dengan ucapan yang jelas dan ringkas 60%
perawat menjawab selalu sedangkan hanya
Hal tersebut di atas sesuai dengan: 3,3% pasien yang menjawab selalu. Perawat
1. Gillies (1994) menyatakan beban kerja dapat menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
diperkirakan dengan melihat beberapakomponen: dalam berkomunikasi dengan pasien dan
a. Jumlah pasien yang dirawat keluarganya 70% perawat menjawab selalu
mendeskripsikan bahwa untuk melayani sedangkan hanya 6,7% pasien yang menjawab
pasien dan berapa lama waktu untuk selalu. Pada pernyataan apakah perawat
menyelesaikan tugas dapat diketahui dengan memberikan kesempatan kepada pasien untuk
berdasarkan jumlah pasien. Jumlah ini akan tanya jawab tentang masalah kesehatan pasien
menentukan besarnya beban kerja perawat. dan mengenai hal-hal yang belum pasien
b. Tingkat ketergantungan pasien ketahui 60% perawat menjawab selalu
sedangkan hanya 13,3% pasien yang menjawab

Jurnal ARSI/Oktober 2015 78


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 1

selalu. Berikutnya pada pernyataan apakah Perawat Efektif. Walaupun demikian masih ada
perawat mampu menjelaskan setiap tindakan 46,7% yang menilai tidak Efektif. Dari 53,3%
keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien yang merasa Perawat dapat berkomunikasi
pasien 56,7% perawat menjawab selalu dengan Efektif dikarenakan antara lain; Jumlah
sedangkan hanya 8,3% menjawab selalu. pasien rawat inap perharinya yang belum terlalu
5. Dari kelima kesenjangan jawaban antara banyak bila dibandingkan dengan jumlah perawat
perawat dan pasien di atas terlihat perawat dalam 1 shift jaga, jumlah pasien Isolasi yang
menurut penilaian pasien belum berbicara mempunyai ketergantungan terhadap Perawat juga
dengan ucapan yang jelas dan ringkas ketika belum terlalu banyak dan Perawat melibatkan
berkomunikasi dengan pasien. Sebagian besar keluarga Pasien dalam melakukan asuhan
pasien juga belum dapat mengerti bahasa yang keperawatan serta dibantu oleh pembantu orang
digunakan oleh perawat dalam berkomunikasi sakit (POS).
hal tersebut dapat terjadi karena sebagian besar 2. Didapatkan hasil tidak ada hubungan yang
perawat tidak bisa berbahasa daerah yang sesuai bermakna antara Karakter Perawat, Kelelahan Fisik
dengan bahasa daerah yang digunakan pasien dan Mental, Bahasa, Dukungan Pimpinan dan
dalam berkomunikasi sehari-hari. Kemudian Manajemen RS, Fasilitas Pendukung dan
perawat selama ini belum memberikan Penghargaan Kerja dengan Efektivitas Komunikasi
kesempatan yang lebih kepada pasien untuk Perawat dan Pasien.
berdiskusi tentang masalah kesehatan pasien
dan hal-hal yang pasien belum ketahui. Pasien Saran
juga merasa perawat belum mampu 1. Bagi tempat Penelitian
menjelaskan setiap tindakan keperawatannya. a. Bagian Personalia/SDM:
6. Untuk memperbaiki atau merubah efektivitas 1. Dengan diketahuinya Faktor-faktor yang
komunikasi perawat dan pasien ke arah yang berhubungan dengan komunikasi perawat dan
lebih baik memang tidak mudah dan diperlukan pasien, maka diharapkan adanya masukan dari
waktu, Namun sejak adanya Manajemen baru kepala unit Keperawatan bekerja sama dengan
pada awal tahun 2015 diupayakan adanya bagian Personalia atau SDM diharapkan dapat
program perbaikan serta evaluasi yang terus memberikan pelatihan komunikasi secara
menerus. Perbaikan tersebut harus melibatkan berkala guna meningkatkan keterampilan
kerjasama antara kepala bagian unit Keperawatan, dalam berkomunikasi efektif antara Perawat
bagian personalia/sumber daya manusia dan dan Pasien.
perawat pelaksana. 2. Selain membuat kotak saran yang merupakan
7. Walaupun terdapat beberapa jenis kamar rawat keluhandaripasiendankeluarganya,disarankan
inap di rumah sakit harapan tidak ada perbedaan Manajemen RS membuat Kuesioner secara
cara berkomunikasi antara pasien dan perawat berkala untuk mengevaluasi tingkat Efektivitas
tentang cara berkomunikasi. Hal tersebut terlihat Komunikasi Perawat-Pasien.
pada wawancara informal di awal latar belakang b. Bagian Teknik dan Pemeliharaan
penulisan tesis pasien berinisial Ny N yang Pada hasil penelitian di bagian Fasilitas
dirawat di kamar perawatan VIP namun Pendukung masih terdapat beberapa fasilitas
jawaban pasien tersebut ketika dilakukan yang disarankan untuk dilakukan pemeliharaan
wawancara informal masih merasa kurangnya secara lebih berkala seperti penerangan/ lampu
komunikasi, perhatian, penjelasan fasilitas di malam hari, kelayakan bel yang dapat
terkait dengan kamar perawatan dan instruksi menjadi salah satu alat penunjang komunikasi
medis dari perawat. antara Perawat dan Pasien, pada hasil penelitian
di bagian bahasa disarankan juga sebaiknya
KESIMPULAN DAN SARAN dalam setiap 1 shift perawat jaga salah satu dari
4 perawat dapat berbahasa daerah (sunda), selain
Kesimpulan itu Manajemen juga disarankan untuk dapat
1. Sebagian pasien yang mendapat perawatan di ruang menyediakan kamus bahasa Sunda.
rawat inap RS Harapan Mulia menilai komunikasi c. Kepala Keperawatan dan Perawat Pelaksana.

Jurnal ARSI/Oktober 2015 79


Prestyaningtyas A., Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektifitas Komunikasi Perawat dan Pasien di Ruang Rawat Inap
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Rumah Sakit Harapan Mulia KabupatenVolume
Bekasi 2Tahun
Nomor 1
2015

Kepalaperawatdanperawatpelaksanadiharapkan pengembangan model Komunikasi yang


terus dapat meningkatkan kemampuan Efektif antara Perawat-Pasien.
berkomunikasi efektif kepada pasien dengan cara d. Kuesioner yang adadapat dikembangkan misalnya
lebih banyak meluangkan waktu untuk dengan menggunakan pertanyaan terbuka dan
mendengar, berempati, menunjukkan observasi lebih lanjut untuk menggali informasi
sikap ramah dan penuh perhatian ketika yang lebih detail dari berbagai aspek dan dimensi
berinteraksi atau berkomunikasi dengan Pasien yangbelum dilaksanakan dalam penelitian ini.
dan keluarganya. Cara yang dilakukan untuk
dapat menimbulkan rasa empati perawat DAFTAR PUSTAKA
kepada pasien yaitu dengan cara meluangkan
waktu khusus secara rutin di pagi hari atau di AlmondP.andYardley J.(2009).EssentialSkillsClustersforNurses:TheoryforPractice.UK:
Willey-Blackwell
antara jam shift jaga perawat untuk menanyakan Andrews,M.M.(2003).Culturallycompetentnursingcare.dalamM.M.Andrews,J.S.Boyle,
bagaimana kondisi yang dirasakan oleh pasien dan T.J.Carr (Eds.), Transcultural concepts in nursing care (pp. 18-23).
Philadelphia,USA:LippincottWilliamsdanWilkins.
yang dirawat. Baik kondisi fisik maupun kondisi Basuki E., (2008). Komunikasi Antar Petugas Kesehatan – Majalah Kedokteran Indonesia,
psikis pasien.Jadwal meluangkan waktu September2008,Vol.58No.9.<http://dx.doi.org/10.5539.gjhs.v6n6p54>
Beyers, M.,Phillips,C.(1979).NursingManagementForPatientCare.USA:little,Brownand
tersebut dapat diatur oleh kepala perawat dengan Company(INC).
bergantian antara kepala perawat dan perawat CanadianNursesAssociation(2000).Culturaldiversity-changesandchallenges.TheCanadian
Nurse,96,1-5.
pelaksana. Cherie A. dan Gebrekidan A. B., (2013).Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya: Yogyakarta:PenerbitImperium.
Francesca P-Duca (2010), Family Network Support and Mental Health Recovery: RN.
a. Peneliti selanjutnya disarankan agar dapat JournalMarital and Family Therapy January 2010 edition vol1, 36, no1, 13-
menggali lebih dalam faktor-faktor lain yang 27.
Gatot D. B. dan Adisasmito W. (2005), Hubungan karakteristik Perawat, Isi Pekerjaan dan
berhubungan dengan Efektivitas Komunikasi Lingkungan Pekerjaan Terhadap Kepuasan Kerja Perawat di instalasi rawat
Perawat-Pasien terutama dari faktor individu inap RSUD GunungJatiCirebon (Jurnal). Jakarta:Makara Kesehatan, Vol.9
no1,Juni2005:1-8
Perawat. Karena dalam penelitian ini beberapa Gillies,D.A.(1994).Nursingmanagement,asystemapproach.ThirdEdition.Philadelphia:WB
variabel dari individu Perawat ada yang tidak Saunders.
Jahromi M. K. dan Ramezanli S., (2014). Evaluation of Barriers Contributing in the
diikutsertakan dalam kuesioner penelitian Demontration ofan Effective Nurse– Patient Communication in Educational
karena hasil uji validitas yang memperlihatkan HospitalsofJahrom2014:GlobalJournalofHealthScience,June2014,Vol.6
No.6.
beberapa variabel dari individu Perawat yang http://dx.doi.org/10.5539.gjhs.v6n6p54
belum valid ketika dilakukan uji validitas dan National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) (2014), Job stres questionare,
questionare.Diakses tanggal 31 Maret 2015.http://www.cdc.gov/niosh/topics/
reliabilitas. workorg/detail088.html
b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan Sumijatun,(2010).KonsepDasarMenujuKeperawatan Profesional.Jakarta:PenerbitTIM.
Sumijatun, (2011).Membudayaka Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Penerbit
penelitian lebih lanjut dengan membandingkan SalembaMedika.
antara faktor-faktor yang berhubungan denga Undang-UndangRepublikIndonesia(RI)nomer13tahun2003tentangketenagakerjaan.
Undang-UndangRepublikIndonesia(RI)no44tahun2009tentangRumahSakit.
Efektivitas Komunikasi Perawat-Pasien pada Understandingtransculturalnursing(2005).Nursing,35,14-19.
rumahsakit yangberbedadengan tipedan didaerah <http://journalslww.com/nursing/fulltext/2005/01001/Understanding_Transcu
ltural_Nursing.3.aspx>
yangsama.
c. Melakukan pengembangan metodologi
penelitian misalnya dengan eksperimen atau

Jurnal ARSI/Oktober 2015 80


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 1

Tabel 1.Umur Responden Perawat

Variabel Mean Median Minimum Maksimum Standar Deviasi


Umur Perawat 28,90 27,00 21 46 5,756
Umur Pasien 33,92 33,00 18 63 11,169

Tabel 2. Karakteristik Responden Perawat dan Responden Pasien

Perawat Pasien
No Variabel
N % N %
Jenis Kelamin
1. Laki-laki 6 20,0 21 35
1
2. Perempuan 24 80,0 39 65
Jumlah 30 100 60 100
Status Pernikahan
Menikah 15 50,0 48 80
2
Belum Menikah 15 50,0 12 20
Jumlah 30 100 60 100
Lama Kerja
< 6 Bulan 2 6,7 - -
6 s.d. 12 Bulan 8 26,7 - -
3
1 s.d. 2 Tahun 8 26,7 - -
> 2 Tahun 12 40,0 - -
Jumlah 30 100 - -
Pendidikan Responden
SPK 2 6,7 - -
D3 Keperawatan 18 60,0 - -
D4/S1 Keperawatan 10 33,3 - -
Tidak Sekolah - - 1 1,7
4
SD - - 6 10,0
SMP - - 3 5,0
SMA - - 25 4,7
> SMA - - 25 4,7
Jumlah 30 100 60 100
Lama Menjadi Pasien RS
Harapan Mulia
< 6 Bulan - - 37 61,7
5 6 s.d. 12 Bulan - - 11 18,3
1 s.d. 2 Tahun - - 5 8,3
> 2 Tahun - - 7 11,7
Jumlah - - 60 100

Tabel 3. Perbandingan Tiap Item Kuesioner Efektivitas Komunikasi Perawat-Pasien

Jawaban
No Pertanyaan Tidak Pernah Kadang-Kadang Hampir Selalu Selalu
Perawat Pasien Perawat Pasien Perawat Pasien Perawat Pasien
Berbicara dengan ucapan
1 0 31,7 0,7 28,3 33,3 36,7 60 3,3
yang jelas dan ringkas
Menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti
2 dalam berkomunikasi 3,3 38,3 3,3 31,7 23,3 23,3 70 0,7
dengan pasien dan
keluarganya
Mampu mengajak tukar
fikiran untuk
3 mengusahakan yang 0 30 10 28,3 40 20,7 50 15
terbaik bagi perawatan
pasien
Ucapan membuat pasien
4 merasa senang dan 0 30 13,3 38,3 20,7 10,7 60 15
nyaman
Mampu memahami apa
5 0 10,7 33,3 35 43,3 33,3 23,3 15
yang pasien fikirkan
Mampu memahami apa
6 0 21,7 10 41,7 40,7 21,7 43,3 15
yang pasien derita

Jurnal ARSI/Oktober 2015 81


Prestyaningtyas A., Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektifitas Komunikasi Perawat dan Pasien di Ruang Rawat Inap
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Rumah Sakit Harapan Mulia KabupatenVolume
Bekasi 2Tahun
Nomor 1
2015

Jawaban
No Pertanyaan Tidak Pernah Kadang-Kadang Hampir Selalu Selalu
Perawat Pasien Perawat Pasien Perawat Pasien Perawat Pasien
Mampu menjelaskan
7 dengan tepat masalah 0 20,7 23,3 35 30,7 28,3 40 10
keperawatan pasien
Mampu menjelaskan
8 dengan tepat masalah 0,7 40,7 10,7 53,3 43,3 0 33,3 0
keperawatan pasien
Mampu mengetahui
dengan tepat masalah
9 yang paling menjadi 0 11,7 20 50,1 53,3 25,3 20,7 13,1
keprihatinan pasien saat
ini
Mampu menyakinkan
pasien apa yang harus
saya lakukan agar 0 16,7 3,3 28,3 40 40 56,7 15
10
keprihatinan pasien
dapat berkurang hilang
Mampu menjelaskan
langkah-langkah konkrit
11 yang dapat dilakukan 0 23,3 20 58,3 40 55,3 40 3
bersama untuk masalah
keperawatan pasien
Mampu mengendalikan
12 0 21,7 23,3 41,7 26,7 21,7 50 15
keresahan pasien
Mampu bersikap
profesional pada saat
13 0 20 23,3 30 26,7 38,3 50 11,7
memberikan pelayanan
kepada pasien
Mampu memberikan
dukungan atas
kesedihan, kekesalan
14 0 43,3 10 26,7 50 21,7 40 8,3
atau bahkan
kegembiraan yang
pasien rasakan
Memberikan kesempatan
untuk tanya jawab
15 3,3 16,7 16,7 31,7 20 38,3 60 15,5
tentang masalah
kesehatan pasien
Memberikan kesempatan
pada pasien untuk
16 bertanya mengenai hal- 0 18,5 15,5 38,5 26.7 30,3 60 15,3
hal yang belum pasien
ketahui/mengerti
Mampu mendengarkan
masalah-masalah yang
17 0 26,7 10 33,3 43,3 38,3 46,7 11,7
pasien sampaikan
dengan penuh perhatian
Mampu menjelaskan
setiap tindakan
18 0 35 3,3 31,7 40 25 56,7 8,3
keperawatan yang akan
dilakukan kepada pasien
Mengajak pasien untuk
menentukan tujuan
19 0 21,6 15,4 40 26,7 11,7 20 6,7
komunikasi keperawatan
sesuai kondisi pasien
Melibatkan pasien dalam
memenuhi kebutuhannya
20 6,7 25 13,3 41,7 43,3 20 56,7 13,3
terhadap asuhan
keperawatan
Tanggap terhadap
perasaan pasien dan
21 0 28,3 20 45 56,7 15 45,3 11,7
mengkomunikasikannya
kepada pasien

Tabel 4.Variabel Dependen dan Independen

No Deskripsi n %
1 Dependen
Efektif 16 63,3
1.1
Tidak efektif 14 46,7
2 Independen

Jurnal ARSI/Oktober 2015 82


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 1

No Deskripsi n %
Karakter Perawat (Kuat) 13 43,3
2.1
Karakter Perawat (Sedang) 17 56,7
Kelelahan Fisik (tidak lelah) 12 40
2.2
Kelelahan Fisik (Lelah) 18 60
Bahasa (Mampu berbahasa daerah) 11 36,7
2.3
Bahasa (Tidak Mampu Berbahasa Daerah ) 19 63,3
Dukungan Pimpinan (Tinggi) 15 50
2.4
Dukungan Pimpinan (Rendah) 15 50
Fasilitas (Positif) 19 63,3
2.5
Fasilitas (Negatif) 11 36,7
Penghargaan (Positif) 8 26,7
2.6
Penghargaan (Negatif) 22 73,3

Tabel 7. Hasil Analisis Efektivitas Komunikasi Perawat dan Pasien di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Harapan Mulia Kabupaten Bekasi Tahun 2015\

Jurnal ARSI/Oktober 2015 83

Anda mungkin juga menyukai