BAB I
PENDAHULUAN
merupakan suatu polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton, atau turunan senyawa-
gliseroldengan asam lemak, dimana ketiga radikal hidroksil dari gliserol diesterkan.
molekul glukosa menjadi dua molekul molekul piruvat. Glikolisis merupakan jalur
metabolisme primitif karena bekerja pada sel yang paling sederhana sekalipun dan
protein yang terkandung dalam gumpalan putih telur dengan reaksi enzim oleh
pepsin dan ekstrak pankreas, mengetahui proses glikolisis oleh sel ragi dan hasil dari
tubuh serta mendapat informasi mengenai proses glikolisis yang terjadi pada sel ragi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karbohidrat
yang merupakan suatu polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton, atau turunan
yang berasal dari bahasa latin saccharum yang berarti gula. Karbohidrat dalah tubuh
manusia dan hewan dibentuk dari beberapa asam amino, gliserol lemak, dan sebagian
besar diperoleh dari makan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Karbohidrat dalam
sel tubuh disimpan didalam hati dan jaringan otot dalam bentuk glikogen (Estien dan
Lizda, 2006).
sederhana yang lebih dikenal sebagai monosakarida, dan karbohidrat majemuk yang
karbohidrat yang lain. Molekul karbohidrat ini tidak bisa diperkecil lagi dengan cara
(sakarum, gula) merujuk pada rasa manis dari beberapa karbohidrat sederhana. Ketiga
golongan ini berkaitan antara satu dengan lainnya lewat hidrolisis (Hart, 2003).
(monosaccharide, dari kata Yunani monos, tunggal, dan saccar, gula) umumnya
memiliki rumus molekul yang merupakan kelipatan unit CH2O (Cambell, 2008).
monosakarida yang sama atau berbeda bila dihidrolisis (Poedjiadi dan Supriyanti,
2006). Disakarida (disaccaride) terdiri dari dua monosarida yang digabungkan oleh
tautan glikosidik (glykosidic linkage), ikatan kovalen yang terbentuk antara dua
terbentuk dari pertautan dua molekul glukosa (Cambell, 2008). Disakarida yang
untuk menyediakan gula bagi sel. Polisakarida lain berperan sebagai materi
4
karbohidrat.
2. Heteropolisakarida, yang pada hidrolisisnya menghasilkan bermacam-
enzim alfa amilase mengubah kanji menjadi glukosa. Di usus, pencernaan karbohidrat
dibantu oleh enzim-enzim disakaridase yang dikeluarkan oleh sel-sel mukosa usus
halus berupa maltase, sukrase, dan laktase. Enzim maltase mengubah maltosa
menjadi 2 mol glukosa, enzim sukrase mengubah sukosa menjadi 1 mol glukosa dan
1 mol fruktosa, sedangkan enzim laktase mengubah laktosa menjadi 1 mol glukosa
amilosa) menjadi glukosa dengan bantuan enzim a-amilase. Alfa amilase secara acak
menghidrolisis ikatan a-1,4 internal antara residu glukosil dalam amilopektin, amilosa
dan glikogen, mengubah polisakarida yang berukuran besar menjadi kecil yang
disebut dekstrin (Retno dan Ari, 2006). Sebagian besar pencernaan karbohidrat terjadi
dikeluarkan oleh sel-sel mukosa usus halus berupa maltase, sukrase, dan laktase. Pati
5
non karbohidrat atau serat makanan dan sebagian kecil pati yang tidak dicernakan
masuk kedalam usus besar. Sisa-sisa pencernaan ini merupakan substrat potensial
untuk difermentasi oleh mikroorganisme di dalam usus besar. Karbohidrat yaitu suatu
polihidroksi aldehida, polihidroksi keton atau zat yang memberikan senyawa seperti
itu jika dihidrolisis. Kimiawi karbohidrat pada dasarnya merupakan kimia gabungan
dari dua gugus fungsi, yatiu gugus hidroksil dan gugus karboksil(Hart, 2003).
sinar matahari mengubah CO2 dari udara dan H2O dari dalam tanah (dengan tekanan
2.2. Protein
merupakan polimer alam dari asam-asam alfa amino, berat molekul berkisar antara
lima ribu sampai beberapa juta (Sumardjo, 2009). Protein yang terdapat dalam
makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentuk dan pertumbuhan tubuh
molekul protein dibedakan atas dua golongan yaitu protein globular dan protein
fibrosa atau protein serat (Sumardjo, 2009). Globular adalah protein yang berbentuk
bulat atau melingkar dan kebanyakan larut dalam air. Contohnya albumin dan
padat dan tidak larut dalam air. Contonya kollagen pada tulang dan keratin pada
menjadi dua yaitu protein sederhana dan protein majemuk (Sumardjo, 2009). Protein
lambung. Protein dalam lambung akan mengalami denaturasi oleh asam klorida
sehingga dipengaruhi oleh pepsin. Enzim proteolitik dalam lambung bekerja dengan
baik pada pH 2-3 (asam), tetapi menjadi tidak aktif pada pH diatas 5 atau basa
(Sumardjo, 2009). Pepsin memecah protein dalam gugusan yang lebih sederhana,
yaitu proteosa dan pepton (Anggorodi, 1994). Enzim pepsin akan rusak pada suhu
Pencernaan protein oleh pepsin bekerja dalam suasana asam, apabila berada
dalam suasana basa dan pemanasan maka akan rusak. Pepsin tersebut dihasilkan
dalam bentuk zimogen (tidak aktif) yaitu pepsinogen. Pepsinogen akan berubah
menjadi pepsin karena adanya HCl. Pencernaan protein oleh ekstrak pankreas paling
baik bekerja dalam suasana basa, apabila dipanaskan enzim tersebut mengalami
lain: enzim proteolitik pankreas yang berasal dari cairan pankreas. Enzim tripsin yang
2.3. Lemak
Lipid adalah unsur makanan penting tidak hanya karena nilai energinya yang
tinggi tetapi juga karena vitamin yang larut dalam lemak dan asam lemak esensial
yang dikandung dalam lemak makanan alam (Almatsier, 2003). Penggolongan lemak
adalah berdasarkan pada kelarutannya dalam pelarut lemak. Pelarut lemak adalah
pelarut nonpolar seperti alkohol panas, khloroform, eter, aseton panas, benzena, dan
Penggolongannya dibagi menjadi tiga, yaitu lemak sederhana, lemak majemuk, dan
8
derivat lemak (Hawab, 2003). Lemak sederhana merupakan ester antara asam lemak
dengan alkohol, terdiri atas lemak dan lilin. Lemak adalah ester antara asam lemak
dengan gliserol, sedangkan lilin adalah ester antara asam lemak dengan alkohol
berbobot molekul besar. Lemak dan minyak adalah zat yang sama walaupun berbeda
wujud. Pada suhu tinggi, lipid menjadi cair sehingga disebut minyak. Pada suhu
lipida kompleks dan lipida sederhana. Golongan pertama dapat dihidrolisis sedangkan
pada golongan kedua tidak dapat dihidrolisis (Martoharsono, 2006). Disamping itu,
berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang
besar, yaitu lipid yang dapat disabunkan, contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat
banyak bergantung pada panjang rantai asam lemak tersebut. Lipase dari lidah dan
lidah dan di lambung. Lipase-lipase ini terutama menghidrolisis asam lemak rantai
pendek dan sedang (mengandung atom karbon 12 atau kurang) dari triasilgliserol
makanan. Dengan demikian, enzim-enzim tersebut paling aktif pada bayi dan anak
9
kecil yang banyak meminum susu sapi, yang mengandung triasilgliserol dengan
meninggalkan lambung dan masuk ke dalam usus halus, untuk menjalani emulsifikasi
hidrofobik dan hidrofilik), yang di sintesis di hati dan disekresikan melalui kandung
hasilkan oleh pankreas. Lipase pankreas disekresikan bersama dengan protein lain,
masuk ke dalam usus bersama dengan makanan setengah tercerna dari lambung.
Ekstrak pankreas (sebagai pengganti getah pankreas) hanya dapat mencerna protein
dalam kondisi basa yaitu dilarutkan dengan larutan NaOH (Iswari 2006). Kolipase
mengikat lemak makanan dan lipase tersebut, sehingga enzim ini menjadi lebih aktif.
Lipase pankreas menghidrolisis asam lemak dari semua panjang rantai dari posisi 1
dan3 gugus gliserol pada transgliserol dam nenghasilkan asam lemak bebas dan 2-
posisi 2. Pankreas juga menghasilkan esterase yang yang memutus asam lemak dari
2.4. Glikolisis
Satu molekul glukosa menjadi dua molekul molekul piruvat. Glikolisis merupakan
jalur metabolisme primitif karena bekerja pada sel yang paling sederhana sekalipun
dan tidak memerlukan oksigen (Ngili, 2009). Beberapa senyawa dapat menginhibisi
berbagai enzim dalam jalur glikolisis. Tanpa inhibisi pada enzim, tidak ada ATP yang
dinamakan juga jalur Embden-Meyerhof. Dalam proses glikolisis satu mol glukosa
diubah menjadi dua mol asam laktat (Poedjiadi, 2005). Glikolisis dapat berlangsung
dalam keadaan aerob, bila sediaan oksigen cukup untuk mempertahankan kadar
NAD+ yang diperlukan, atau dalam keadaan anaerob (hipoksik), bila kadar NAD+
tidak dapat dipertahankan lewat sistem sitokrom mitokondrial dan bergantung pada
usaha temporer perubahan piruvat menjadi laktat. Glikolisis anaerob, yang menaruh
BAB III
protein, pencernaan lemak dan glikolisis pada sel ragi dilaksanakan pada hari Jumat
tanggal 24 Mei 2013 pukul 13.00-15.00 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan
3.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum Biokimia adalah tabung reaksi, rak
tabung reaksi, gelas ukur, gelas beker, kertas saring, pipet filler, pipet tetes, inkubator,
tabung leher angsa, corong, pipet ukur, spatula, botol plastik, cawan petri, panci,
kompor listrik, cawan porselin, waterbath. Bahan-bahan yang digunakan antara lain
larutan amilum 1 % yang telah dimasak, larutan lugol, larutan HCl 0,1 N, larutan
NaOH, larutan NaCl, saliva, air dan ekstak pankreas, kertas label, putih telur rebus,
aquades, minyak goreng pepsin, pepsin panas, ekstrak pankreas, ekstrak pankreas
panas, cairan empedu, larutan HCl 0,45%, dan larutan NaOH 0,1N.
3.1. Metode
3.1.1. Pencernaan karbohidrat
13
tabung 1, 1 mL NaCl pada tabung II, 1 mL Saliva pada tabung III. Meletakkan semua
tabung reaksi pada waterbath selama 60 menit. Mengangkat semua tabung reaksi dari
waterbath pada 15 menit pertama dan melakukan uji lugol. Mengamati perubahan
pada tiap-tiap tabung. Tambahkan 1 mL air pada tabung 4, 1 mL HCl 0,1 N pada
tabung 5, 1 mL NaOH 0,1 N pada tabung 6. Meletakkan semua tabung reaksi pada
waterbath selama 60 menit. Mengangkat semua tabung reaksi dari waterbath pada 15
menit pertama dan melakukan uji lugol. Mengamati perubahan warna dan mencatat
Menyiapkan tiga buah tabung reaksi, memberi tanda D, E, dan F pada masing-
masing tabung. Mengisi 2 ml pepsin dan 1 ml air, serta potongan putih telur rebus
larutan pepsin panas, kemudian 1 ml larutan HCl 0,45% dan potongan putih telur
rebus pada tabung F. Menggojog masing – masing tabung. Setelah semua tabung siap
bersuhu 37oC. Mengamati perubahan yang terjadi setelah 30 menit. Pencernaan putih
telur terlihat dengan hancurnya potongan putih telur. Reaksi positif jika potongan
putih telur terlarut (hancur). Dan reaksi negatif jika potongan putih telur tidak terlarut
(tidak hancur).
Mengambil tiga buah tabung reaksi dan memberi huruf. Mengisi tabung A
dan 3 tetes empedu. Memasukkan ketiga tabung tersebut kedalam waterbath yang
larutan NaOH 0,1N pada masing-masing tabung hingga menghasilkan warna merah
muda.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan saat praktikum glikolisis.
kemudian tuang pada tabung leher angsa I. Mengambil air dan ragi masing-masing
sebanyak 10 ml dengan gelas ukur, kemudian tuang pada tabung leher angsa II.
sebanyak 10 ml dengan gelas ukur, kemudian tuang pada tabung leher angsa III.
Kemudian menutup mulut ketiga tabung leher angsa tersebut dengan plastik dan
diikat dengan karet. Mendiamkan ketiga tabung leher angsa tersebut selama 30 menit
dan mengamatinya. Reaksi positif apabila terdapat gelembung udara pada tabung
leher angsa.
BAB IV
Reagen yang
15’ 30’ 45’ 60’
dimasukkan
1 5 mL amilum + 1 Biru Biru Biru Biru
-
mL Air kehitaman kehitaman kehitaman kehitaman
2 5 mL amilum + 1 Biru Biru Biru Biru
-
mL NaCl kehitaman kehitaman kehitaman kehitaman
3 5 mL amilum + 1
Kuning Kuning Kuning Kuning +
mL Saliva
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
adalah air yang bersifat netral dan tidak ada enzim yang bekerja untuk mencerna 5
mL amilum. Hal ini sesuai dengan pendapat Evelyn (2002) bahwa enzim ptialin
(amilase ludah) bekerja hanya pada gula dan tepung. Pada tabung 2 hasil pencernaan
karbohidrat negatif karena campurannya bersifat netral (pH netral) dan juga tidak ada
enzim yang bekerja untuk mencerna amilum. Pada tabung 3 hasil pencernaan
karbohidrat positif karena Saliva mengandung enzim ptialin sehingga dapat mencerna
maltosa. Perubahan amilum menjadi maltosa tidak berjalan spontan, tetapi bertahap
Inkubasi
Tb Reagen yang dimasukkan Reaksi
15’ 30’ 45’ 60’
4 5 mL amilum + 2 mL EP Kuning Kuning Kuning Kuning
+
+ 1 mL Air
5 5 mL amilum + 2 mL EP Biru Biru Biru Biru
-
+ 1 mL HCl 0,1 N kehitaman kehitaman kehitaman kehitaman
6 5 mL amilum + 2 mL EP Ungu Ungu Ungu Ungu
+
+ 1 mL NaOH 0,1 N
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
menghasilkan enzim amilase pankreas sehingga dapat mencerna amilum. Hal ini
karbohidrat negatif karena HCl suasananya asam sehingga tidak dapat membantu
kinerja dari ekstrak pankreas dan tidak dapat mencerna amilum. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Srikini (2006) yang menyatakan bahwa enzim juga sangat terpengaruh
oleh pH, dan perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada
sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya, pH
tabung 6 hasil pencernaan karbohidrat positif karena NaOH suasananya bersifat basa
sehingga NaOH membantu kinerja dari ekstrak pankreas. Enzim ptialin mampu
menghidrolisis atau mencerna pati menjadi dekstrin dan maltosa, enzim ini tidak aktif
pada pH ≤ 4,0.
menit putih telur rebus tidak dapat larut. Hal ini disebabkan karena tidak bereaksinya
antara campuran pepsin dan air pada tabung D dengan putih telur karena pH-nya
masih netral (tidak ditambahkan HCl yang akan membuat pH asam). Pada tabung F,
putih telur tidak dapat larut meski sudah ditambahkan HCl karena pepsin yang
digunakan telah dipanaskan terlebih dahulu, yang menyebabkan pepsin rusak dan
tidak dapat berfungsi dalam pelarutan putih telur tersebut. Pada tabung E reaksi +
(putih telur larut), hal ini terjadi karena pepsin dan HCl bereaksi mencerna protein
(putih telur), pepsin perfungsi sebagai enzim, sedangkan HCl berfungsi sebagai
pemberi suasana asam sehingga pepsin tersebut aktif / berfungsi. Hal ini sesuai
konformasi pepsinogen hingga enzim ini dapat melakukan pemutusan atas dirinya
menit putih telur rebus tidak dapat larut. Pada tabung G masih dalam keadaan netral,
karena tidak ditambahkan NaOH yang berfungsi untuk memberi suasana basa pada
larutan, sehingga putih telur tidak dapat larut. Pada tabung I ekstrak pankreas yang
digunakan terlebih dahulu dipanaskan, sehingga ekstrak pankreas tersebut rusak dan
tidak dapat bereaksi dengan NaOH untuk melarutkan putih telur. Hasil positif
ditunjukkan oleh tabung H, hal ini terjadi karena ekstrak pankreas dapat bereaksi
dengan NaOH sehingga putih telur dapat larut. Enzim-enzim proteolitik pankreas
akan bekerja dengan baik pada suasana basa dan akan rusak bila dipanaskan serta
berada pada suasana asam. Menurut pendapat Kuchel dan Ralston (2002) bahwa
tripsinogen diekskresikan ke dalam usus dua belas jari dan disini di ubah menjadi
menjadi tripsin, enzim hidrolitik lainnya yang bekerja pada protein adalah
20
pankreas mengeluarkan cairan yang bersifat sedikit basa dan mengandung berbagai
protease dalam bentuk proenzim yang tidak aktif (zimogen) seperti tripsinogen,
fenolftalein (PP) 1% menghasilkan hasil negatif karena NaOH yang dibutuhkan untuk
menghidrolisis minyak goreng itu hanya sedikit sebanyak 9 tetes NaOH hingga
larutan berwarna merah muda. Pencernaan lemak terjadi apabila lemak dihidrolisis
menjadi asam lemak dan gliserol, semakin banyak asam lemak yang dibebaskan
maka semakin banyak larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisir begitu pula
sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hart (2003) yang menyatakan bahwa
hidrolisis lipase menjadi sangat cepat jika dalam keadaan emulsi. Hal ini dipekuat
dengan pendapat Poedjiadi dan Supriyanti (2009) bahwa lipase dalam cairan pankreas
21
berfungsi sebagai katalis dalam proses hidrolisis lemak menjadi asam lemak, gliserol,
ekstrak pankreas + 3 tetes cairan empedu menghasilkan hasil posistif karena karena
NaOH yang dibutuhkan untuk menghidrolisis minyak goreng itu banyak yaitu
sebanyak 24 tetes NaOH hingga larutan berwarna merah muda. tetesan ini paling
banyak dibandingkan dengan tabung A dan B karena terdapat enzim yang membantu
pencernaan lemak.
Pencernaan lemak terjadi apabila lemak dihidrolisis menjadi asam lemak dan
gliserol, semakin banyak asam lemak yang dibebaskan maka semakin banyak larutan
NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisir begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hart (2003) yang menyatakan bahwa hidrolisis lipase menjadi
sangat cepat jika dalam keadaan emulsi. Lemak yang terhidrolisis lebih banyak.
Cairan empedu menghasilkan asam lemak dan gliserol dalam jumlah yang banyak
karena empedu tersebut mengikat globulus lemak makanan untuk menjadi larutan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Iswari (2006) yang menyatakan bahwa ekstrak
pankreas (sebagai pengganti getah pankreas) hanya dapat mencerna protein dalam
1 10 ml glukosa + 10 ml ragi +
2 10 ml air + 10 ml ragi -
3 10 ml + 10 ml ragi panas -
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
menunjukkan reaksi positif, ini ditandai dengan adanya gelembung udara yaitu CO 2
pada tabung yang menunjukkan bahwa tabung pertama mengalami glikolisis, glikosis
sendiri yaitu proses pemecahan glukosa dengan bantuan bakteri (ragi) yang
menghasilkan etanol dan CO2. Hal ini sesuai dengan pendapat (Poedjiaji, 2005) yang
H2O. Pada tabung kedua menunjukkan reaksi negatif karena air tidak mengandung
energi, padahal dalam proses glikolisis harus ada glukosa agar bakteri yang terdapat
pada ragi mendapatkan sumber energi. Hal ini diperkuat oleh pendapat (Ngili, 2009)
terjadinya konversi satu molekul glukosa menjadi dua molekul piruvat, pada tabung
ketiga menunjukkan reaksi negatif karena mikroba yang terdapat pada ragi mati
setelah dipanaskan.
BAB V
5.1. Kesimpulan
23
Karbohidrat, pencernaan Protein, Pencernaan Lemak dan Glikolisis pada Ragi dapat
setelah ditetesi larutan iod berwarna kuning atau merah muda, sedangkan untuk
pencernaan protein oleh pepsin kan bereaksi positif jika putih telur terlarut, dan
bereaksi negatif jika, putih telur tidak terlarut, dan untuk pencernaan protein oleh
ekstrak pankreas akan bereaksi positif jika larutan berwarna bening, dan bereaksi
negatif jika larutan pada tabung berwarna keruh. Sedangkan untuk pencernaan lemak
akan bereaksi positif jika NaOH yang dibutuhkan untuk membentuk warna merah
muda semakin banyak. Dan untuk glikolisis akan bereaksi positif jika ditandai dengan
5.2. Saran
prosesnya terdapat benda-benda yang mudah pecah dan bahan kimia yang cukup
berbahaya. Selain itu, ketelitian dalam pengukuran dan pemanfaatan waktu harus
praktikum.
24
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, cetakan ketiga. Gramedia, Jakarta.
Pearce, C. Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta.
Poedjiadi, A. danSupriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.
LAMPIRAN
Inkubator Elenmeyer
Untuk menjaga suhu sampel Tempar larutan yang akan diamati
26
Spuit Spatula
Cawan Petri
Sebagai Tempat Sample yang diamati