Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

MALACOSTRACA .

Malacostraca adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk
dalam filum Arthropoda, subfilum Crustacea. Tubuh Malacostraca pada umumnya terdiri atas
14 segmen. Delapan segmen depan merupakan sefalotoraks, sedangkan enam segmen
belakang membentuk abdomen. Malacostrca dibagi menjadi beberapa ordo. Malacostraca
adalah Crustea yang berukuran lebih besar dari pada Entomostraca.

Crustea- Malacostraca adalah suatu kelompok besar dari arthropoda, terdiri dari
kurang lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan biasanya dianggap sebagai suatu
subfilum. Kelompok ini mencakup hewan-hewan yang cukup dikenal seperti lobster,
kepiting, udang, udang karang, serta teritip. Mayoritas merupakan hewan akuatik, hidup di air
tawar atau laut, walaupun beberapa kelompok telah beradaptasi dengan kehidupan darat,
seperti kepiting darat. Mayoritas dapat bebas bergerak, walaupun beberapa takson bersifat
parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya.

Berdasarkan ukuran tubuhnya Crustacea dikelompokkan sebagai berikut:


1. Entomostraca (udang tingkat rendah). Hewan ini dikelompokkan menjadi empat ordo, yaitu:
Branchiopoda, Ostracoda, Copecoda, Cirripedia

2. Malakostraca (udang tingkat tinggi). Hewan ini kebanyakan hidup di laut, adapula yang
hidup di air tawar. Tubuhnya terdiri atas sefalotoraks yaitu kepala dan dada yang bersatu
serta perut (abdomen). Malakostraca ini dikelompokkan dalam tiga ordo, yaitu: Isopoda,
Stomatopoda, Decapoda.

II. RUMUSAN MASALAH

1. Jenis parasit dari keompok Malacostraca (Ordo Decapoda dan Ordo Isopoda).
2. Bagaimanakah siklus parasit pada hostnya.
3. Penyakit apa yang disebabkan oleh parasit tersebut.

III. TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui jenis parasit dari kelompok Malacostraca (Ordo Decapoda dan
Ordo Isopoda).
2. Bagaimana siklus parasit pada hostnya.
3. Penyakit apa yang disebabkan oleh parasit tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

I. KLASIFIKASI

1. Dekapoda
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Subfilum: Crustacea
Kelas: Malacostraca
Superordo: Eucarida
Ordo: Decapoda
Sub ordo : Dendrobanchiata

Dekapoda (harfiah "sepuluh-kaki") adalah ordo Crustasea dalam kelas Malacostraca,


termasuk banyak kelompok akrab, seperti lobster, kepiting dan udang. Kebanyakan dekapoda
adalah pemakan bangkai. Ordo ini diperkirakan mengandung hampir 15.000 spesies di sekitar
2.700 genera, dengan sekitar 3.300 spesies fosil. Hampir setengah dari spesies ini kepiting,
dengan udang (sekitar 3000 spesies) dan Anomura (termasuk kelomang, kepiting porselin,
jongkok lobster (sekitar 2500 spesies) yang membentuk sebagian besar sisanya. Fosil paling
awal dekapoda adalah Palaeopalaemon dari periode Devon.

1. Makan dan Cara Makan


Kebanyakan decapoda adalah karnivora, namun beberapa jenis hidup sebagai omnivor, herbivor atau
pemakan sampah. Jenis herbivor termasuk yang diair tawar dan darat juga memakan
bangkai.Mangsa atau makanan ditangkap atau dipegang dengan cheliped,kemudian dipindahkan
ke maksiliped yang menyalurkan ke mulut. Mulut terletak agak ke ventral dan dilengkapi (dilindungi, ditutupi)
beberapa pasang apendik yang letaknya tumpang tindih. Maksiliped ke-3 merupakan bagian terluar dan
adakalanya menutup apendik-apendik yang lain. Kepiting porselen, Petrolisthes eriomerus, beberapa
jenis kelomang dan beberapa jenis decapoda lainnya merupakan pemakan detritus-scavenger.
Spesies penghuni lubang, Callianassa penyaring plankton dan detritus dengan chalipedyang
berbulu lebat. Ada pula yang jenis filter feeder.

2. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri atas mulut, esofagus, lambung kardiak yang besar, lambung pilorik yang kecil,
usus yang panjang dan anus dibagian ventral telson..

1 = Cangkang kepala, 2 = Cucuk kepala, 3 = Mata, 4 = Sungut kecil (antennulus), 5 = Kepet


kepala (sisik sungut), 6 = Sungut, 7 = Alat-alat pembantu rahang (maxilipied), 8 = Kaki
jalan (periopoda, 5 pasang), 9 = Kaki renang (pleopoda, 5 pasang), 10 = Ekor kipas
(uropoda), 11 = Ujung ekor (telson), 12 = Kerongkongan, 13 = Perut, 14 = Hati, 15 =
Usus, 16 = Dubur.

3. Sistem Pernapasan dan Peredaran Darah


Decapoda bernapas dengan insang yang terletak ditiap sisi ruas thorax.Pada semua decapoda,
air keluar melalui tepi karapas di anterior kepala, namun air masuk sedikit bervariasi. Pada
natantia, air masuk melalui berbagai sisi ventral dan posterior tepi karapas. Pada udang
karang, jenis Macrura, air masuk dari tepi posterior tepi karapas dan sekitar pangkal kaki
jalan karena tepi karapas dibagianventral melekat lebih rapat daripada tepi karapas natantia.
Pada jenis kepiting air masuk terbatas dari sekitar pangkal karapas cheliped .Dalam tiap
sumbu insang terdapat saluran darah masuk dan saluran darah keluar. Darah dari saluran
darah masuk mengalir ketiap filamen atau lamella insang, dan kembali ke saluran darah
keluar. Pada jenis kepiting, darah dalam lamela mengalir melalui sinus darah yang lembut. Darah
decapoda mengandung pigmen pernapasan hemocyanin yang larut dalam plasma darah. Pertukaran O2
dan CO2 terjadi saat air mengalir melalui filamen atau lamela insang. Jantung berbentuk
persegi terletak dibagian dorsal thorax dan mempunyai 3 pasang ostia. Darah keluar dari
jantung melalui 5 buah arteri anterior dan sebuah arteri abdomen di posterior. Disamping itu
terdapat sebuah arteri sternum yang keluar dari posterior jantung atau dari pangkal arteri
abdomen. Arteri sternum turun ke ventral melalui salah satu sisi saluran pencernaan dan
diantara benang saraf ventral, kemudian terbagi 2 menjadi arteri subneuron anterior dan arteri
subneuron posterior. Masing-masing arteri tersebut memasok darah ke sinus darah dalam
berbagai organ tubuh. Selanjutnya darah dari sinus-sinus tersebut dikumpulkan dalam sebuah
sinus sternum yang besar dibagian ventral thorax, kemudian darah mengalir ke insang
melalui saluran darah masuk – larnea insang – saluran darah keluar, kembali ke jantung
melalui sinus perikardium dan ostia.

Ket : merah : sistem peredaran darah


Hijau : sistem pencernaan
Kuning : sistem syaraf
Pink : sistem reproduksi

4. Sistem Saraf dan Alat Indera


Sistem saraf ganglia, terdiri atas supra esofagus (otak) di kepala yang berhubungan dengan
saraf ke mata, antena dan sepasang saraf mengelilingiesofagus, dan selanjutnya berhubungan
dengan benang saraf ventral. Indera pada decapoda lebih sempurna dari pada crustacea
lainnya, sehingga memungkinkan decapoda untuk menjajaki keadaan lingkungannya secara
berkesinambungan,misalnya untuk menentukan tempat berlindung, mencari makan atau pasangan,menghindar
dari predator atau lingkungan yang tidak nyaman.Alat peraba yang peka antara lain capit, bagian-
bagian mulut, bagianventral abdomen dan tepi telson. Pada tempat tersebut terdapat bulu-
bulu perabayang halus yang berhubungan dengan saraf indera di bawah kutikula.
Indera perasa dan penciuman terdapat pada bulu-bulu halus di antena pertama, ujunga antena
ke-2, bagian-bagian mulut dan ujung capit (chelae).Mata majemuk terdiri atas 2.500 facet
mikroskopit, terdapat pada 2 sampai 3 ruas tungkai mata. Segala objek yang diterima mata,
tampak seperti gambar mozaik. Beberapa jenis decapoda buta terutama spesies laut dalam
dan spesies yang tinggal dalam gua bawah tanah.Luminescence terdapat pada beberapa spesies dari
17 genera udang, antaralain Sergestes challengeri. Beberapa jenis udang laut dalam
mengeluarkan sekresi seperti kabut cahaya dalam air.

5. Reproduksi dan Perkembangan


Decapoda dioecious, terjadi kopulasi, beberapa jenis membentuk spermatofora dan betina
mempunyai seminal receptacle. Sepasang testis atau ovari terletak dalam thorax, dan
memanjang sampai bagian anterior abdomen.Banyak decapoda memperlihatkan perbedaan
jenis jantan dan betina, misalnyahewan jantan lebih kecil daripada yang betina, atau salah
satu capit pada jantan besar sekali sedangkan pada betina capitnya kecil, atau jantan
mempunyai warna lebih indah.Pada beberapa jenis penaeid yang tidak mengerami telur dan
udang.Sergestes telur menetas menjadi larva nauplius, meta nauplius atau protozoea. Namun
pada kebanyakan decapoda laut, telur menetas menjadi protozoea atauzoea. Tergantung
habitatnya, reproduksi dan daur hidup decapoda sangat beranekaragam. Berikut ini disajikan
reproduksi daur hidup beberapa jenis decapoda yang banyak dikenal. Jenis udang dari famili
Penaeidae dalam daur hidupnya melakukan migrasi. Udang dewasa bertelur di laut. Telur
dilepas ke air dan menjadi larva nauplius yang hidup sebagai plankton dan akan menuju tepi
pantai. Dalam perjalanannya menuju tepi pantai, nauplius mengalami metamorfosa menjadi protozoea,
zoea, mysis dan post larva.Pada musim tertentu, udang stadia mysis atau post larva dalam
jumlah sangat banyak bersama air pasang memasuki muara sungai, hutan bakau dan tambak
ikan atau tambak udang melalui pintu tambak. Daerah tersebu t merupakan nursery ground
bagi anak udang sampai stadia juvenil. Pada akhir stadia juvenile atau menjelang dewasa, udang
akan kembali ke laut untuk bertelur.Udang galah,Macrobrachium rosen bergii dewasa mengerami telur
pada pleopod. Sebelum telur menetas, udang betina akan pergi ke muara sungai, tepi pantai
dan perairan payau. Telur menetas menjadi larva stadium mysis di air tawar atau air payau.
Bila dalam waktu 4-5 hari mysis tidak mencapai air payau, akan mati. Muara sungai, tepi
pantai dan perairan payau merupakan daerah pembesaran(nursey ground) bagi mysis yang
planktonik sampai mencapai stadium juvenilyang bersifat benthik. Stadium juvenil akan melakukan
migrasi ke hulu sungai, keair tawar dan tinggal di perairan tawar sampai dewasa. Udang galah
disebut juga giant river prawn. Jantan mencapai panjang 25 cm dan betina 15 cm. Banyak terdapat di
daerah tropis dan subtropis di wilayah Indo Pasifik.Bentuk zoea kepiting mudah dikenal karena
mempunyai duri rostrum yang sangat panjang dan adakalanya terdapat sepasang duri lateral pada
tepi posterior karapas. Larva zoea sebanyak 4 instar kemudian menjadi larva megapola yang
mempunyai karapas lebar dan 5 pasang apendik thorax tetapi tidak mempunyaiduri panjang. Stadia zoea
menjadi megapola berenang bebas sebagai plankton,kemudian megapola akan turun ke dasar perairan
dan berganti kulit menjadi kepiting muda dengan bentuk karapas lebih besar dan abdomen melipat
kebawah thorax, dan menjadi benthos sperti yang dewasa.
6. Nilai Ekonomis
Berbagai jenis decapoda seperti udang, kepiting dan udang karang mempunyai nilai niaga yang
tinggi. Bahkan sejak tahun 1980 udang windu, Penaus monodon merupakan komoditi ekspor
Indonesia dan dibudidayakan dalam tambak. Udang ronggeng dan kepiting kelapa juga
digemari banyak orang dansudah masuk rumah makan. Udang rebon, ordo Mysidacea,
merupakan bahan baku pembuatan terasi, dan juga diperdagangkan sebagai rebon kering
asin.Semua ini memberi mata pencaharian bagi nelayan, penangkap, pedagang pengumpul, pengangkutan dan
rumah makan. Selain itu decapoda juga ada yang merugikan seperti kepiting air tawar dari
family Potamonidae adapkali merusak benih padi di sawah.

Ordo decapoda terdiri dari beberapa kelas, antara lain:


1. Caridea
Caridea adalah udang yang dapat ditemukan secara luas baik di perairan laut maupun
perairan tawar, merupakan penghuni umum dari terumbu karang dan terumbu tiram. Hidup di
perairan tropis yang suhunya relatif sama, habitat yang disenangi terutama didasar perairan
yang terdiri dari pasir bercampur lumpur halus. Daerah penyebaran udang caridea ini di
perairan selatan jawa. Dengan luas pada kisaran 200 – 100 m dengan pemusatan penyebaran
udang pada kedalaman antara 400 – 500 m.
Kalsifikasi dari udang Caridea ini adalah sebagai berikut :
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Upafilum: Crustacea
Kelas: Malacostraca
Ordo: Decapoda
Upaordo: Pleocyemata
Infraordo: Caridea
Ciri khusus dari udang Caridea adalah pada badan udang terdiri atas 3 bagian, yaitu
kepala dan dada(cephalothorax), badan yang bersegmen-segmen (abdomen), serta ekor
(uropoda). Cephalothorax di bungkus oleh kulit keras. Di bagian depan kepala, terdapat suatu
lempengan karapas yang bergerigi, disebut rostrum. Pada rostrum bagian atas, terdapat duri
11-13 buah dan di bagian bawah rostrum 8-14 buah. Pada bagian cephalothorax juga terdapat
lima pasang kaki jalan. Pada udang jantan sepasang “kaki jalan kedua” tumbuh panjang .
Panjangnya dapat mencapai 1,5 kali panjang badannya. Pada udang betina, kaki tersebut
relative kecil agak melebar dan membentuk ruang untuk mengerami telur (broodchamber).
Kaki renang udang tersebut terdapat dibagian bawah abdomen, jumlahnya lima pasang.
Selain untuk berenang, kaki renang pada udang betina juga berfungsi sebagai tempat
menempelkan telur-telur.
fertilisasi secara eksternal, memiliki karapas yang sangat kecil untuk membungkus
kepala dan dada memiliki otot perut untuk berenang, memiiki exoskeleton tipis untuk
menjaga berat badan agar tetap ringan , memiliki capit asimetris, yang lebih besar dari yang
biasanya yang mampu menghasilkan suara gertakan keras , tumbuh hanya 1-2 inci (3-5 cm),
serta memiliki mata majemuk.
Pada udang jantan dapat mencapai ukuran yang lebih besar daripada udang betina.
Pasangan kaki jalan yang kedua tumbuh sangat besar dan kuat, bahkan sampai 1,5 x panjang
total badannya. Bagian perut lebih ramping, ukuran pleuron lebih pendek. Alat kelamin
terletak pada basis pasangan kaki jalan kelima, dimana pasangan kaki ini terlihat lebih rapat
dan lunak. Appendix masculine terletak pada pasangan kaki renang kedua yang merupakan
cabang ketiga dari kaki renang tersebut. Sedangkan pada udang betina ukuran tubuh
biasanya lebih kecil daripada udang jantan. Pasangan kaki jalan kedua tetap tumbuh lebih
besar, namun tidak begitu besar dan kuat seperti pada udang jantan. Bagian perut tumbuh
melebar, pleuron memanjang sehingga ruangan pada bagian ini lebih dalam. Bersama-sama
dengan kaki renang, ruangan ini merupakan tempat pengeraman telur, sehingga secara
keseluruhan bentuk tubuhnya membesar pada bagian perut. Alat kelamin betina terletak pada
dangkal pasangan kaki jalan ketiga, merupakan suatu sumuran (lubang) yang disebut
“thelicum”. Jarak antara pangkal pasangan kaki jalan kiri dan kanan setiap pasangan terlihat
lebih lebar yang memungkinkan telur dapat berjalan kearah perut.
Karakter larva pada udang caridea karapas dan perut biasanya tanpa banyak duri.
Posterolateral margin dari carapace mulus, tidak diproduksi posterior sebagai duri dan jarang
tumpang tindih lebih dari somite perut 1. Perut pada larva pertengahan dan akhir dengan
pleura dari somite 2 tumpang tindih orang-orang dari somit 1 dan 3. Antennal exopod
unsegmented atau dalam larva awal semented dekat ujung distal saja. Hadir Maxillipeds 1-3
dan dengan exopod yg berenang fungsional dari menetas (kecuali dalam beberapa spesies
dengan pengembangan disingkat); endopod dari maxilliped 1 lebih pendek dari 2 maxilliped
yang lebih pendek dari maxilliped 3; dasar maxilliped 1 luas dan diratakan, dengan endopod
di margin distal. Telson dorsoventrally diratakan; biasanya segitiga pada larva awal dan
sejajar sisi atau meruncing pada larva pertengahan dan akhir, seta 2 tidak dikurangi untuk
rambut kecil.
Sifat dan tingkah laku
Salah satu sifat yang penting perlu kita pertahankan adalah sifat nocturnal, yaitu sifat
binatang yang aktif mencari makan pada waktu malam. Dalam keadaan normal yaitu apabila
keadaan lingkungannya cukup baik, udang jarang sekali menampakkan diri pada waktu siang
hari. Apabila dalam suatu tambak udang nampak aktif bergerak pada waktu siang ini
menunjukkan suatu tanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Mungkin karena makannya
kurang, kadar garam meningkat, suhu air meningkat, oksigen kurang, ataupun senyawa-
senyawa beracun seperti asam sulfida (H2S), zat asam arang (CO2), amoniak (NH3) dan lain-
lain.
Sistem syaraf
Salah satu sifat yang penting perlu kita pertahankanadalah sifat nocturnal, yaitu sifat
binatang yang aktif mencari makan pada waktu malam. Dalam keadaan normal yaitu apabila
keadaan lingkungannya cukup baik, udang jarang sekali menampakkan diri pada waktu siang
hari. Apabila dalam suatu tambak udang nampak aktif bergerak pada waktu siang ini
menunjukkan suatu tanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Mungkin karena makannya
kurang, kadar garam meningkat, suhu air meningkat, oksigen kurang, ataupun senyawa-
senyawa beracun seperti asam sulfida (H2S), zat asam arang (CO2), amoniak (NH3) dan lain-
lain.
Siklus Hidup
Udang ini mempunyai dua habitat dalam siklus hidupnya. Udang tersebut tumbuh
dan menjadi dewasa pada perairan tawar, namun pada fase larva hidup di air payau. Pada
fase larva akan mengalami sebelas kali pergantian kulit (moulting) yang diikuti dengan
perubahan struktur morfologi, hingga akhirnya bermetamorfosis menjadi juwana (juvenil).
Sifat-sifat larva yang umum adalah planktonis, aktif berenang dan tertarik oleh sinar tetapi
menjauhi sinar matahari yang terlalu kuat. Cenderung berkelompok pada fase larva dan akan
semakin menyebar dan individual serta bentik dengan bertambah umur. Di alam larva udang
hidup pada salinitas 5-10 permil.
Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan pada caride terdiri dari mulut, kerongkongan, dan perut dan
dibatasi oleh epitel silinder sederhana dilapisi oleh kutikula. Ada kelenjar tegumental di
daerah oral dan di bagian pertama dari kerongkongan dan hindgut. Perut jantung adalah
sebuah kantung dorsal oval cephalothorax dan tidak memiliki struktur kalsifikasi. Pilorus
lambung terdiri dari ruang atas dan filter kelenjar lebih rendah. Filter ini terdiri dari sebuah
baris memanjang setae luar dan batin baris setae dorsal melengkung membentuk saluran
membujur 16-18 microm lebar. Midgut berjalan dari ruang dorsal perut pilorik ke perut
somite keenam tanpa caeca.Hindgut berjalan dari perut somite keenam ke anus ventral. Epitel
pertengahan g ut terdiri dari sel-sel silinder yang dominan dan sel takterdiferensiasi kecil di
bagian pertama. Dinding hindgut menyajikan lipatan longitudinal, bundel otot mencolok, dan
kutikula dilipat.
Sistem Reproduksi
Sistem seksual udang caridean ditandai dengan keragaman yang tinggi dan plastisitas
intraspesifik, termasuk gonochorism dan berbagai bentuk hermaphroditism protandric atau
simultan. Udang caridea membawa telur – telur yang telah dibuahi pada kaki renangnya
(pleopod) yang merupakan tempat perkembangan telur untuk beberapa waktu. Jenis kelamin
pada udang caridea dapat dibedakan dengan melihat endopod dari kaki renang (pleopod)
endopod pada udang jantaan melebar dan lebih menyerupai daaun, sedangkan udang betina
yang matang kelaminnya mempunyai appendix interna dan endopod dari kaki renang
keduanya.
Spesies dari Caridea
a. Saron marmoratus
Udang inidikenal sebagai Marmer Udang umum, Panjang Lengan Marbled Udang,
Udang Monyet, dan Udang Buffalo. dapat tumbuh sampai dengan ukuran 2 inci / 5 cm.
Berasal di wilayah Indo-Pasifik termasuk Hawaii dan Sri Lanka.
2. Macrobranchium rosenbergii
udang ini disebut juga dengan udang galah memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat
panjang tubuh udang galah gimacro jantan mencapai 38 cm dengan berat tubuh mencapai 480
gram per ekor. Sedangkan udang galah lokal pada waktu yang sama panjang tubuh hanya
mencapai 25-28 cm dengan berat tubuh 200 gram per ekor. Udang galah ini bersifat omnivora
. termasuk udang asli perairan Indonesia.selain itu ditemukan dibeberapa negara Asia
Tenggara terutama di Malaysia.
3. Heptacarpus sitchensis
Berwarna sangat bervariasi: coklat & putih bergaris-garis; longitudinal cokelat
bergaris-garis dengan garis tengah sepanjang punggung, perut sering hijau cerah; karapas
kadang-kadang putih; seluruh binatang mungkin hampir transparan. Mimbar nyaris tidak
melebihi panjang gagang bunga antennular, dengan 6-7 gigi dorsal dan ventral 2-4 gigi.
Berukuran sampai sekitar 28mm panjang. Biasanya ditemukan dalam pasang surut berbatu,
di bawah batu atau di antara ganggang.

2. PENAIDAE
3. KLASIFIKASI :
4. Filum : Arthropoda
5. Subfilum : Mandibulata
6. Klas : Crustacea
7. Sub klas : Malacostraca
8. Ordo : Decapoda
9. Sub ordo : Natantia
10. Famili : Penaidae
KARAKTERISTIK UDANG PENAIDAE :

 Bagian ke tiga dari kaki jalan ( periopod) mempunyai capit


 Cangkang penutup ( pleuron ) pada segmen abdominal ke dua tidak saling tumpang tindih
( overlapping )
 Gonad udang betina dapat dilihat dari ovarium yg terltk pda bag punggung atau dorsal udang
 Organ kelamin jantan dan betina dapat dilihat dri petasma pada pleopod pertama dan theticum
yg trdpt di antara kaki jalan ( perlopod ) ke lima.udang peneid bersifat omnivore.

SISTEM PENCERNAAN

Pada bagian mulut udang dilengkapi dengan sepasang mandibula yang berfungsi
sebagai penghancur makanan, serta maxilla 1-2, maxilliped 1-2 dan 3 yang semuanya
berfungsi untuk memegang dan menseleksi makanan.
Oesophagus pada udang umumnya pendek dan tidak banyak tegak lurus dengan
proventriculus. Pada bagian dalam proventriculus dilengkapi dengan lapisan chitin.
Proventriculus terdiri dari dua ruangan yang dipisahkan oleh cardiac ossicle yang juga
berfungsi sebagai tempat penghancuran makanan. Dari proventriculus makanan melewati
usus dan disini mengalami penyerapan sari-sari makanan. Sisa-sisa makanan selanjutnya
dibuang melalui anus.

Menurut Dahuri (2003) menguraikan udang peneid dapat dikelompokkan menjadi dua
fase yaitu:
1.fase di tengah laut
1.Seekor udang peneid betina bertelur kira-kira 100.000 butir, yang diletakkan di dasar laut
yang kedalamannya 13-20 cm. Dalam waktu satu jam telur-telur itu akan menjadi larva yang
disebut nauplius
2.Tingkat nauplius ,larva nauplius berukuran itu berukuran satu millimeter. Dalam waktu 36-
48 jam berubah menjadi zoea.
3.Tingkat zoea,zoea ini ditemukan pada semua kedalaman, tapi tingkat selanjutnya bergerak
mendekati permukaan perairan dan mulai migrasi ke arah panti.
4.Tingkat mysis, pada tingkat ini Nampak lebih menyerupai udang dewasa pada tingkat
sebelumnya dimana semua anggota tubuh udang dewasa mulai kelihatan disini.
2. fase di estuaria (sekitar muara sungai )
1.Tingkat post larva,selama musim panas larva-larva udang mencapai daerah pantai
memasuki muara sungai sebagai post larva. Disinilah mereka harus diri dengan suhu dan
salinitas yang bervariasi antara 4-35 %.
2.Tingkat juvenile, setelah tinggal di muara sungai maka post larva berkembang menjadi
udang muda,yang akan tumbuh di muara-muara sungai sampai umur 2 bulan.

PERKAWINAN UDANG PENAIDAE

Udang penaeid termasuk hewan yang heteroseksual, yaitu mempunyai jenis kelamin
jantan dan betina yang masing-masing terpisah . Perkawinan udang terjadi di laut bebas.
Udang jantan biasanya lebih agresif dibanding betina, perkawinan terjadi setelah betina
mengganti kulit (moulting), udang jantan tertarik kepada betina karena adanya hormon
ektokrin yang keluar secara eksternal yaitu pada saat telur dikeluarkan melalui saluran telur
(oviduk). Perkawinan udang berlangsung pada malam hari setelah udang betina ganti kulit
(moulting). Sesaat setelah ganti kulit dan telah kuat untuk berenang kembali, maka udang
betina akan diikuti oleh satu atau beberapa udang jantan. Perkawinan harus disertai dengan
kontak antara sisi bawah udang jantan dan betina.

Gambar alat kelamin udang :


Manfaat udang penaidae :
 Udang merupakan bahan makanan yang mengandung protein tinggi, yaitu 21%, dan rendah
kolesterol, karena kandungan lemaknya hanya 0,2%. Kandungan vitaminnya dalam 100 gram
bahan adalah vitamin A 60 SI/100; dan vitamin B1 0,01 mg. Sedangkan kandungan mineral
yang penting adalah zat kapur dan fosfor, masing-masing 136 mg dan 170 mg per 100 gram
bahan.
 Udang dapat diolah dengan beberapa cara, seperti beku, kering, kaleng, terasi, krupuk, dll.
 Limbah pengolahan udang yang berupa jengger (daging di pangkal kepala) dapat
dimanfaatkan untuk membuat pasta udang dan hidrolisat protein.
 Limbah yang berupa kepala dan kaki udang dapat dibuat tepung udang, sebagai sumber
kolesterol bagi pakan udang budidaya.
 Limbah yang berupa kulit udang mengandung chitin 25% dan di negara maju sudah dapat
dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik, bioteknologi, tekstil, kertas, pangan, dll.
 Chitosan yang terdapat dalam kepala udang dapat dimanfaatkan dalam industri kain, karena
tahan api dan dapat menambah kekuatan zat pewarna dengan sifatnya yang tidak mudah larut
dalam air.
2. Isopoda

Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Subfilum: Crustacea
Kelas: Malacostraca
Subkelas: Eumalacostraca
Superordo: Peracarida
Ordo: Isopoda

Isopoda adalah ordo (kelompok) dari krustasea yang meliputi kutu kayu, Ligia dan
kerabatnya. Isopoda hidup di laut, di air tawar, atau di darat, dan sebagian besar adalah hewan
keabu-abuan atau keputihan kecil dengan eksoskeleton (kerangka eksternal) kaku dan
tersegmentasi. Mereka memiliki dua pasang antena, tujuh pasang kaki bersendi pada toraks,
dan lima pasang embel-embel bercabang pada bagian abdomen yang digunakan dalam
respirasi. Betina merawat anak mereka dalam kantong di bawah toraks mereka. Isopoda
memiliki berbagai metode pemberian makan: beberapa makan tanaman dan hewan yang mati
atau membusuk, yang lain perumput atau mendapatkan partikel makanan dari air di sekitar
mereka, beberapa adalah predator, dan beberapa adalah parasit internal atau eksternal,
sebagian besar pada ikan. Spesies air sebagian besar hidup di dasar laut atau di bawah
perairan tawar, tetapi beberapa taksa yang lebih terderivasi (kelompok lanjutan) dapat
berenang untuk jarak pendek. Bentuk terestrial bergerak dengan merangkak dan cenderung
ditemukan dalam tempat dingin dan lembab. Beberapa spesies dapat menggulung diri
menjadi bola untuk menghemat air atau sebagai mekanisme pertahanan.

Ada lebih dari 10.000 spesies isopoda di seluruh dunia dengan sekitar 4.500 spesies yang
ditemukan di lingkungan laut, sebagian besar di dasar laut, 500 spesies di air tawar dan 5.000
spesies di darat. Ordo ini dibagi menjadi sebelas subordo. Catatan fosil isopoda berasal dari
periode Karbon (di zaman Pennsylvanian), setidaknya 300 juta tahun yang lalu, ketika
isopoda tinggal di laut dangkal. Nama Isopoda berasal dari akar bahasa Yunaniἴσος (iso-,
yang berarti "sama") dan πούς (pod-, pous, yang berarti "kaki").[2][3]

Kutu kayuOniscus asellus


menunjukkan kepala dengan mata dan antena, karapaks dan tungkai sama-panjang.
Diklasifikasikan dalam artropoda, isopoda memiliki eksoskeleton kitin dan tungkai bersendi.
[4]
Isopoda biasanya rata dorsoventral (lebih lebar daripada dalam),[5] meskipun banyak
spesies menyimpang dari aturan ini, khususnya bentuk parasit, dan mereka yang tinggal di
laut dalam atau di habitat air tanah. Warna dapat bervariasi, dari abu-abu sampai putih,[6] atau
dalam beberapa kasus merah, hijau, atau coklat.[7] Isopoda bervariasi dalam ukuran, mulai
dari beberapa spesies Microcerberidae hanya 0,3 mm sampai Bathynomusspp. laut dalam
hampir 50 cm.[3] Isopoda tidak memiliki karapaks yang jelas, yang tereduksi menjadi "perisai
sefalik" yang hanya meliputi kepala. Ini berarti bahwa struktur seperti-insang, yang pada
kelompok terkait lainnya dilindungi oleh karapaks, malah ditemukan di tungkai khusus pada
bagian perut.[3][8] Permukaan dorsal (atas) hewan ditutupi oleh serangkaian lempeng tumpang
tindih, bersendi yang memberikan perlindungan sementara juga menyediakan fleksibilitas.
Bangun tubuh isopoda terdiri dari kepala (sefalon), sebuah toraks (pereon) dengan delapan
segmen (pereonit), dan abdomen (pleon) dengan enam segmen (pleonit), beberapa di
antaranya mungkin menyatu.[5] Kepala menyatu dengan segmen pertama dari toraks,
membentuk sefalon. Ada dua pasang antena tak bercabang, pasangan pertama vestigial pada
spesies darat. Mata majemuk dan tidak bertangkai dan mulut termasuk sepasang maksiliped
dan sepasang mandibula (rahang) dengan palpus (embel-embel tersegmentasi dengan fungsi
sensorik) dan lasinia mobilis (embel-embel bergerak seperti-tulang).[9]
Tujuh segmen bebas toraks masing-masing menanggung sepasang pereopoda (tungkai)
bercabang. Dalam kebanyakan spesies pereopoda digunakan untuk bergerak dan memiliki
ukuran, morfologi dan orientasi yang sama, memberikan nama ordo "Isopoda", dari bahasa
Yunanikaki sama. Dalam beberapa spesies, pasangan bagian depan dimodifikasi menjadi
gnatopoda dengan cakar, mencengkeram segmen terminal. Pereopoda tidak digunakan dalam
respirasi, tidak seperti anggota badan yang setara dalam amphipoda, tapi koksae (segmen
pertama) menyatu dengan tergit (lempeng dorsal) untuk membentuk epimera (lempeng sisi).
Pada betina dewasa, beberapa atau semua anggota badan memiliki pelengkap yang dikenal
sebagai oostegit yang melipat di bawah toraks dan membentuk kantong pengeraman untuk
telur. Pada jantan, gonopori (bukaan genital) terletak pada permukaan ventral segmen
kedelapan dan pada betina, mereka berada dalam posisi yang sama di segmen keenam.[9]
Salah satu atau lebih dari segmen perut, dimulai dengan segmen keenam, menyatu dengan
telson (bagian terminal) untuk membentuk pleotelson kaku.[9][10][11] Lima segmen pertama
abdomen masing-masing menanggung sepasang pleopoda (struktur lamelar yang melayani
fungsi pertukaran gas, dan dalam spesies air berfungsi sebagai insang dan propulsi)
bercabang dua,[3][12] dan segmen terakhir menanggung sepasang uropoda (tungkai posterior)
bercabang dua. Pada jantan, pasangan kedua pleopoda, dan kadang-kadang yang pertama
juga, termodifikasi untuk digunakan dalam mentransfer sperma. Endopoda (cabang bagian
dalam pleopoda) termodifikasi menjadi struktur dengan kutikula (penutup luar yang fleksibel)
tipis, permeabel yang bertindak sebagai insang untuk pertukaran gas.[9] Dalam beberapa
isopoda terestrial, hal ini menyerupai paru-paru.[3]
Keanekaragaman dan klasifikasi
Jumlah Isopoda laut (kecuali Asellota dan simbion krustasea) di daerah biogeografi
Isopoda termasuk dalam Peracarida, yang dipersatukan oleh adanya ruang khusus di bawah
toraks untuk pengeraman telur. Mereka memiliki distribusi kosmopolitan dan lebih dari
10.000 spesies isopoda, diklasifikasikan menjadi 11 subordo, telah dideskripsikan di seluruh
dunia.[3][13] Sekitar 4.500 spesies ditemukan di lingkungan laut, sebagian besar di dasar laut.
Sekitar 500 spesies ditemukan di air tawar dan 5.000 spesies lain adalah kutu kayu terestrial
yang membentuk subordo Oniscidea.[14] Di laut dalam, anggota subordo Asellota
mendominasi, dengan mengesampingkan semua isopoda lainnya, telah mengalami radiasi
adaptif besar di lingkungan itu.[14] Isopoda terbesar adalah dalam genus Bathynomus dan
beberapa spesies besar dipancing secara komersial untuk makanan manusia di Meksiko,
Jepang, dan Hawaii.[15]
Sejumlah kelompok isopoda telah mengevolusikan gaya hidup parasit, terutama sebagai
parasit eksternal ikan.[9] Mereka dapat merusak atau membunuh inang mereka dan dapat
menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan untuk perikanan komersial.[16] Dalam
akuariumkarang, isopoda parasit dapat menjadi hama, membahayakan ikan dan mungkin
melukai penjaga akuarium. Beberapa anggota famili Cirolanidae menghisap darah ikan, dan
lainnya, dalam famili Aegidae, mengkonsumsi darah, sirip, ekor dan daging dan dapat
membunuh ikan dalam proses.[17]

Bentuk isopoda laut perwakilan


Database The World Marine, Freshwater and Terrestrial Isopod Crustaceans membagi ordo
ini ke sebelas subordo:[1]
 Asellota - Subordo yang meliputi mayoritas spesies isopoda air tawar, ditemukan baik
di air permukaan dan bawah tanah, bersama dengan beberapa spesies laut dalam.[9]
 Calabozoida - Sebuah subordo kecil yang terdiri dari dua spesies laut dalam famili
Calabozoidae dan satu spesies air tawar pada famili Brasileirinidae yang ditemukan di
lokasi bawah tanah.[18]
 Cymothoida - Terutama isopoda laut[9] dengan lebih dari 2.700 spesies. Anggotanya
sebagian besar karnivora atau parasit. Termasuk famili Gnathiidae, juvenil dari
mereka parasit pada ikan.[19] Subordo yang diakui sebelumnya Epicaridea disertakan
sebagai dua superfamili dalam subordo ini dan Cymothoida sekarang mencakup
sebagian dari subordo yang sebelumnya diakui Flabellifera.[20]
 Limnoriidea - Terutama isopoda tropis, beberapa di antaranya adalah herbivora.[20]
 Microcerberidea - Isopoda kecil, seperti cacing yang hidup antara partikel di dasar
habitat air tawar dan laut dangkal.[9]
 Oniscidea - Isopoda semi-terestrial dan terestrial sepenuhnya teradaptasi untuk hidup
di darat.[9] Ada lebih dari 4.000 spesies kutu kayu yang menghuni hutan, pegunungan,
padang pasir dan zona litoral.[21]
 Phoratopidea - Sebuah spesies laut tunggal, Phoratopus remex, yang menjamin
subordo sendiri karena karakteristik yang unik.[20]
 Phreatoicidea - Subordo kecil isopoda air tawar menyerupai amphipoda, terbatas pada
Afrika Selatan, India, Australia, dan Selandia Baru.[9]
 Sphaeromatidea - Isopoda bentik sebagian besar dari belahan bumi selatan dengan
pleopoda pernapasan dalam ruang brankial. Subordo ini sekarang termasuk bagian
dari subordo Flabellifera sebelumnya diakui.[20][22]
 Tainisopidea - Isopoda air tawar di "lingkungan reliktual".[20]
 Valvifera - Sekelompok besar isopoda bentik, laut dengan pleopoda pernapasan dalam
ruang brankial bawah perut.[9]
Sejarah evolusioner
Isopoda pertama kali muncul dalam catatan fosil selama periode Karbon dari Paleozoikum
sekitar 300 juta tahun yang lalu.[23] Mereka adalah primitif, anggota berekor pendek dari
subordo Phreatoicidea. Pada saat itu, Phreatoicidea adalah organisme laut dengan distribusi
kosmopolitan. Saat ini, anggota subordo ini yang sebelumnya tersebar luas membentuk
populasi relik di lingkungan air tawar di Afrika Selatan, India dan Oseania, jumlah terbesar
dari spesies berada di Tasmania. Subordo primitif berekor pendek lainnya termasuk Asellota,
Microcerberidea, Calabozoidea, dan Oniscidea terestrial.[14]
Isopoda berekor pendek memiliki pleotelson pendek dan uropoda terminal, seperti stilus dan
memiliki gaya hidup menetap pada atau di bawah sedimen di dasar laut. Isopoda ekor
panjang sebaliknya memiliki pleotelson panjang dan uropoda lateral yang lebar yang dapat
digunakan untuk berenang. Mereka jauh lebih aktif dan dapat meluncurkan diri dari dasar laut
dan berenang untuk jarak pendek. Isopoda ekor panjang yang lebih maju sebagian besar
endemik di belahan bumi selatan dan mungkin telah beradiasi di superbenua kuno Gondwana
segera setelah memisahkan diri dari Laurasia sekitar 200 juta tahun yang lalu. Bentuk berekor
pendek mungkin telah didorong dari laut dangkal di mana mereka hidup dengan peningkatan
tekanan predasi dari ikan laut, predator utama mereka. Perkembangan bentuk ekor panjang
juga telah memberikan persaingan yang membantu memaksa bentuk berekor pendek ke
refugia. Yang terakhir kini terbatas di lingkungan seperti laut dalam, air tawar, air tanah dan
lahan kering. Isopoda pada subordo Asellota adalah kelompok isopoda laut dalam yang
paling kaya spesies.[14]
Lokomosi
Berbeda dengan amphipoda, isopoda laut dan air tawar sepenuhnya bentik. Hal ini memberi
mereka sedikit kesempatan untuk menyebar ke daerah-daerah baru dan mungkin menjelaskan
mengapa begitu banyak spesies endemik di daerah yang terbatas. Merangkak adalah cara
utama lokomosi, dan beberapa spesies mengebor ke dasar laut, tanah, atau struktur kayu.
Beberapa anggota Flabellifera dapat berenang sampai batas tertentu dan memiliki tiga pasang
pleopoda depan mereka dimodifikasi untuk tujuan ini, dengan struktur pernapasan mereka
terbatas pada pleopoda belakang. Kebanyakan spesies darat bergerak lambat dan
menyembunyikan diri mereka di bawah benda atau bersembunyi di celah-celah atau di bawah
kulit pohon. Ligia semi-terestrial dapat berjalan dengan cepat di darat dan banyak spesies
terestrial dapat menggulung diri menjadi bola ketika terancam, sebuah fitur yang telah
berkembang secara mandiri dalam kelompok-kelompok yang berbeda dan juga pada
Sphaeromatidea laut.[9]
Makan dan nutrisi

Anilocra (Cymothoidae) menjadi parasit pada ikan Spicara maena, Italia


Isopoda memiliki usus sederhana yang tidak memiliki bagian usus tengah; sebagai gantinya
ada seka yang terhubung ke bagian belakang lambung di mana penyerapan berlangsung.
Makanan tersedot ke kerongkongan, proses yang ditingkatkan dalam spesies parasit
penghisap darah, dan dilewatkan dengan peristaltik ke dalam perut, di mana makanan
diproses dan disaring. Struktur lambung bervariasi, tetapi dalam banyak spesies ada alur
dorsal tempat bahan yang tidak dicerna disalurkan dan bagian ventral terhubung ke seka
tempat pencernaan intraseluler dan penyerapan berlangsung. Bahan yang tidak dicerna
melewati usus belakang dan dikeluarkan melalui anus yang terletak di pleotelson.[9]
Isopoda adalah detritivor dan pemakan daun, karnivora (termasuk predator dan pemakan
bangkai), parasit, dan hewan penyaring, dan dapat menempati salah satu atau lebih dari
relung makan. Hanya spesies air dan laut diketahui parasit atau hewan penyaring.[24][25]
Beberapa melakukan koprofagia dan juga akan mengkonsumsi pelet kotoran mereka sendiri.
[25]
Spesies terestrial pada umumnya herbivora, dengan kutu kayu memakan lumut, kulit kayu,
ganggang, fungi dan bahan membusuk. Dalam isopoda laut yang memakan kayu, selulosa
dicerna oleh enzim yang disekresikan di seka. Limnoria lignorum, misalnya, membor ke
dalam kayu dan sebagai tambahan memakan miselia jamur yang menyerang kayu, sehingga
meningkatkan nitrogen dalam diet. Penggerek kayu berbasis darat sebagian besar menjadi
rumah bakteri simbiotik di usus belakang yang membantu dalam mencerna selulosa. Ada
banyak adaptasi untuk usus sederhana ini, tetapi sebagian besar berkorelasi dengan makanan
daripada dengan kelompok taksonomi.[9]
Spesies parasit adalah sebagian besar parasit eksternal dari ikan atau krustasea dan memakan
darah. Larva dari famili Gnathiidae dan dewasa Cymothoidae memiliki mulut penusuk dan
pengisap dan tungkai pencakar yang teradaptasi untuk menempel ke inang mereka. Secara
umum, isopoda parasit memiliki gaya hidup yang beragam dan termasuk Cancricepon
elegans, ditemukan di ruang insang kepiting; Athelges tenuicaudis, melekat pada abdomen
kelomang; Crinoniscus equitans hidup dalam teritip Balanus perforatus; Cyproniscidae,
tinggal di dalam ostracoda dan isopoda yang hidup bebas; Bopyridae, tinggal di ruang insang
atau pada karapaks udang dan kepiting dan menyebabkan tonjolan karakteristik yang bahkan
dikenal di beberapa krustasea fosil; dan Entoniscidae tinggal di dalam beberapa spesies
kepiting dan udang.[9][26]Cymothoa exigua adalah parasit dari Lutjanus guttatus di Teluk
California; menyebabkan lidah ikan atrofi dan berlangsung dalam apa yang diyakini menjadi
yang pertama ditemukan dari parasit yang secara fungsional menggantikan struktur inang
pada hewan.[27]
Reproduksi dan perkembangan
Dalam kebanyakan spesies, jenis kelamin terpisah dan ada dimorfisme seksual kecil, tetapi
beberapa spesies hermafrodit dan beberapa bentuk parasit menunjukkan perbedaan besar
antara jenis kelamin.[9] Beberapa Cymothoida adalah hermafrodit protandri, mulai hidup
sebagai jantan dan kemudian mengubah jenis kelamin, dan beberapa Anthuroidea adalah
sebaliknya, menjadi hermafrodit protogini yang lahir betina. Beberapa jantan Gnathiida sesil
dan hidup dengan sekelompok betina.[24] Jantan memiliki sepasang penis, yang menyatu
dalam beberapa spesies. Sperma ditransfer ke betina dengan pleopoda kedua dimodifikasi
yang menerima dari penis dan yang kemudian dimasukkan ke dalam gonopori betina. Sperma
disimpan dalam reseptakel khusus, pembengkakan pada oviduk dekat gonopori. Fertilisasi
hanya terjadi ketika telur dilepaskan segera setelah berganti kulit, pada saat sambungan
dibuat antara reseptakel semen dan oviduk.[9]
Telur, yang mungkin jumlahnya sampai beberapa ratus, dierami oleh betina di marsupium,
ruang dibentuk oleh pelat datar yang dikenal sebagai oostegit di bawah toraks. Marsupium
diisi dengan air bahkan pada spesies darat.[9] Telur menetas sebagai mancae, tahap pasca-larva
yang menyerupai dewasa, kecuali tidak adanya pasangan terakhir dari pereopoda. Tidak
adanya fase berenang dalam daur hidup merupakan faktor pembatas dalam penyebaran
isopoda, dan mungkin bertanggung jawab untuk tingkat tinggi endemisme dalam ordo.[14]
Sebagai dewasa, isopoda berbeda dari krustasea lainnya bahwa ekdisis terjadi dalam dua
tahap yang dikenal sebagai "ekdisis bifase".[3] Pertama mereka melepaskan eksoskeleton dari
bagian posterior dari tubuh mereka dan kemudian melepaskan bagian anterior. Isopoda
raksasa Antartika Glyptonotus antarcticus adalah pengecualian untuk hal ini dan melakukan
ekdisis dalam satu proses tunggal.[28]
Isopoda terestrial

Armadillidium vulgare bergerak ...

... dan bergulung menjadi bola


Mayoritas krustasea akuatik dan isopoda adalah salah satu dari beberapa kelompok yang
beberapa anggotanya sekarang hidup di darat.[29][30] Satu-satunya krustasea lain yang
mencakup sejumlah kecil spesies darat adalah amphipoda (seperti Talitridae) dan dekapoda
(kepiting, udang, dll.).[29] Isopoda terestrial memainkan peran penting dalam banyak
ekosistem tropis dan subtropis dengan membantu dalam dekomposisi bahan tanaman melalui
cara mekanis dan kimiawi, dan dengan meningkatkan aktivitas mikroba.[31] Makro-detritivor,
termasuk isopoda terestrial, tidak terdapat di daerah kutub dan sub-Arktik, tetapi memiliki
potensi untuk memperluas jangkauan mereka dengan peningkatan suhu di lintang tinggi.[32]
Kutu kayu, subordo Oniscidea, adalah kelompok yang paling sukses dari krustasea terestrial[9]
dan menunjukkan berbagai adaptasi untuk hidup di darat. Mereka mengalami penguapan,
terutama dari daerah ventral mereka, dan karena mereka tidak memiliki kutikula berlilin,
mereka harus menghemat air, sering tinggal di lingkungan yang lembab dan berlindung di
bawah batu, kulit kayu, puing-puing atau sampah daun. Spesies gurun biasanya aktif di
malam hari, menghabiskan hari di liang bawah tanah dan muncul di malam hari. Kelembaban
diperoleh melalui sumber makanan atau dengan minum, dan beberapa spesies dapat
membentuk pasangan embel-embel uropodal mereka menjadi tabung dan menyalurkan air
dari embun ke pleopoda mereka. Dalam banyak taksa, struktur pernapasan pada endopoda
internal, dengan spirakel dan pseudotrakea, yang menyerupai paru-paru. Pada spesies lainnya,
endopoda dilipat dalam eksopoda sebelahnya (cabang luar pleopoda). Kedua pengaturan ini
membantu untuk mencegah penguapan dari permukaan pernapasan.[9]

Banyak spesies dapat menggulung diri menjadi bola, perilaku yang digunakan dalam
pertahanan yang juga menghemat air. Anggota famili Ligiidae dan Tylidae adalah yang paling
tidak terspesialisasi dari kutu kayu untuk kehidupan di darat. Mereka menghuni zona
percikan di pantai berbatu, dermaga dan tumpukan, mungkin bersembunyi di bawah puing-
puing terdampar di pantai dan dapat berenang jika terendam dalam air

DAFTAR PUSTAKA

 http://id.wikipedia.org/wiki/Crustacea

 http://www.edukasi.net/mol/mo_full.php?moid=78&fname=bio111_08.htm

 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dekapoda

 ^ a b Sammy De Grave, N. Dean Pentcheff, Shane T. Ahyong et al. (2009). "A


classification of living and fossil genera of decapod crustaceans" (PDF). Raffles
Bulletin of Zoology. Suppl. 21: 1–109.

 Anonim. 2011. Mengenal lebih tentang DECAPODA


yuuuk."http://mainsesukahatimu.blogspot.com/2011/07/mengenal-lebih-tentang-
decapoda-yuuuk.html”
 Anonim.2011.Arthropoda."http://110.138.206.53/bahan-
ajar/modul_online/biologi/MO_78/bio111_14.htm

Anda mungkin juga menyukai

  • Sitokin
    Sitokin
    Dokumen25 halaman
    Sitokin
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Suspensi
    Suspensi
    Dokumen15 halaman
    Suspensi
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Sitokin
    Sitokin
    Dokumen25 halaman
    Sitokin
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen101 halaman
    Bab V
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen101 halaman
    Bab V
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Antigen Antibody
    Antigen Antibody
    Dokumen24 halaman
    Antigen Antibody
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Antigen Antibody
    Antigen Antibody
    Dokumen24 halaman
    Antigen Antibody
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Men Iran
    Men Iran
    Dokumen4 halaman
    Men Iran
    RINI
    Belum ada peringkat
  • 32 21 1 PB
    32 21 1 PB
    Dokumen9 halaman
    32 21 1 PB
    Indri Noor Hidayati
    Belum ada peringkat
  • Efek jantung + sel kanker
    Efek jantung + sel kanker
    Dokumen4 halaman
    Efek jantung + sel kanker
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Simplisia
    Simplisia
    Dokumen1 halaman
    Simplisia
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen16 halaman
    Bab I
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Mikrobiologi
    Mikrobiologi
    Dokumen21 halaman
    Mikrobiologi
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Isi Teori
    Isi Teori
    Dokumen6 halaman
    Isi Teori
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen16 halaman
    Bab I
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kosmetologi
    Makalah Kosmetologi
    Dokumen16 halaman
    Makalah Kosmetologi
    Udayana Dwi Permana
    Belum ada peringkat
  • Fakol Sedatif-Hipnotik
    Fakol Sedatif-Hipnotik
    Dokumen12 halaman
    Fakol Sedatif-Hipnotik
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen26 halaman
    Makalah
    RINI
    Belum ada peringkat
  • SKRINING FITOKIMIA KULIT NANAS
    SKRINING FITOKIMIA KULIT NANAS
    Dokumen12 halaman
    SKRINING FITOKIMIA KULIT NANAS
    SyahputraAji
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen26 halaman
    Makalah
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Nanas
    Nanas
    Dokumen107 halaman
    Nanas
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Rute Pemberian Obat
    Rute Pemberian Obat
    Dokumen6 halaman
    Rute Pemberian Obat
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Emulsi Parafin
    Emulsi Parafin
    Dokumen27 halaman
    Emulsi Parafin
    kinan
    75% (4)
  • Makalah Virus
    Makalah Virus
    Dokumen30 halaman
    Makalah Virus
    Nuuy Mmoochichi William
    100% (6)
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen2 halaman
    Makalah
    RINI
    Belum ada peringkat
  • STABILITAS SUSPENSI
    STABILITAS SUSPENSI
    Dokumen45 halaman
    STABILITAS SUSPENSI
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Makala H
    Makala H
    Dokumen22 halaman
    Makala H
    EndangWulanSari
    Belum ada peringkat
  • Cologne
    Cologne
    Dokumen21 halaman
    Cologne
    RINI
    Belum ada peringkat
  • Makalah Virus
    Makalah Virus
    Dokumen30 halaman
    Makalah Virus
    Nuuy Mmoochichi William
    100% (6)
  • Kelompok 9 - Parfum
    Kelompok 9 - Parfum
    Dokumen33 halaman
    Kelompok 9 - Parfum
    AryMasDewiWiantini
    50% (6)