Anda di halaman 1dari 7

III.

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian mengenai jalur pengiriman air dilakukan di sekitar Kampus IPB Darmaga. Penelitian
selanjutnya mengenai kebutuhan air aktual kampus, dilakukan di menara air Fakultas Kehutanan
(Fahutan) dan Fakultas Peternakan (Fapet), sedangkan mengenai produksi air bersih dilakukan di
WTP Ciapus dan Cihideung. Waktu penelitian selama 6 bulan terhitung bulan Juli hingga Desember
2010.

3.2. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


Stopwatch
Ember besar
Gelas ukur
Pita ukur 30 m dan 50 m
Walking measure
Botol plastik dan botol kaca steril
pH meter
Thermometer digital
TDS meter
Turbidity meter
Autolevel
Target rod
Tripot
Kompas
Unting-unting

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah:


Peta kampus IPB Darmaga
Peta jaringan pipa
Kertas kalkir
Data letak dan kapasitas ground water tank
Data letak, tinggi, dan kapasitas menara air
Data jumlah mahasiswa asrama putra dan putri TPB
Data jumlah mahasiswa S1 dan pasca sarjana yang masih aktif dari masing-masing
fakultas.
Data jumlah pegawai dari masing-masing fakultas
Air sungai
Air pengolahan

18
3.3. Metode Pengambilan dan Pengolahan Data

Pengambilan dan pengolahan data hingga kesimpulan untuk penelitian ini dilakukan dalam
beberapa tahapan. Pada Gambar 2, menunjukkan alur dari tahapan penelitian yang ditempuh.

Pengumpulan data

Primer Sekunder
1) Pemakaian air tiap jam pada menara 1) Data jumlah pegawai
Fahutan dan Fapet 2) Data jumlah mahasiswa
2) Beban puncak 3) Data jumlah mahasiswa penghuni
3) Panjang pipa distribusi asrama
4) Debit pompa distribusi 4) Data jumlah rumah di perumdos
5) Besar belokan dan jumlahnya 5) Standar pemakaian air
6) Debit kebocoran jalur menara Fahutan 6) Peta jaringan pipa IPB
7) Kapasitas produksi masing-masing
WTP

Pengolahan data

Analisa hasil

Total pemakaian Total pemakaian air Total kapasitas Head Loss


air secara teoritis secara aktual produksi WTP dan
kebocoran

Kisaran Total
Kebutuhan Air di IPB
Cukup atau kurang

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2. Tahapan Penelitian

19
3.3.1. Pengamatan Sistem Produksi dan Distribusi

Pengamatan ini dilakukan di lapangan guna mengetahui kondisi umum yang telah berjalan
di lapangan. Kemudian dibandingkan dengan data sekunder yang diperoleh, dengan
membandingkan kedua hal tersebut maka akan diketahui apakah data sekunder yang diperoleh
masih relevan menggambarkan kondisi umum yang saat ini sedang berjalan. Selain itu juga dapat
mengetahui masalah apa saja yang terjadi di lapangan sehingga dapat dicarikan jalan keluar terbaik
untuk menyelesaikan masalah tersebut.

3.3.2. Prediksi Kebutuhan Air di Kampus IPB Darmaga

Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk memprediksi kebutuhan air di kampus IPB
Darmaga. Data sekunder ini berupa jumlah mahasiswa S1 yang masih aktif, jumlah mahasiswa
asrama TPB, jumlah mahasiswa pasca sarjana yang masih aktif, data jumlah pegawai dan dosen
dari masing-masing fakultas. Data diperoleh dari bagian Direktorat Kemahasiswaan dan Direktorat
Fasilitas dan Properti (Faspro). Setelah semua data tersebut terkumpulkan maka dikalikan dengan
standar kebutuhan air untuk perguruan tinggi dan perkantoran. Bagi mahasiswa standar kebutuhan
airnya adalah 80 liter/ orang/hari, sedangkan untuk pegawai dan dosen dikalikan dengan standar
pemakaian air untuk perkantoran yaitu 100 liter/orang/ hari. Bagi mahasiswa TPB akan mengalami
dua kali penghitungan, karena mereka memiliki dua peranan, yaitu sebagai mahasiswa yang aktif
di perkuliahan dan juga sebaga penghuni asrama. Standar kebutuhan untuk penghuni asrama
adalah 120 liter/orang/hari. Dengan begitu akan diperoleh kebutuhan air secara teoritis di kampus
IPB Darmaga. Bila dinyatakan dengan rumus adalah :

Qd = jumlah penghuni x standar kebutuhan (7)

Di mana Qd adalah jumlah kebutuhan atau debit pemakaian air (m3/hari), jumlah penghuni
(orang), dan standar kebutuhan (liter/orang/hari).

3.3.3. Perhitungan Kebutuhan Air Aktual di Jalur Distribusi

Kebutuhan air aktual adalah pemakaian air yang benar-benar tejadi berdasarkan pembacaan
meteran air. Pembacaan meteran air dilakukan di dua tempat yaitu di meteran air induk pada
menara air Fahutan (Fakultas Kehutanan) dan menara air Fapet (Fakultas Peternakan ). Pembacaan
meteran air tersebut dilakukan secara bersamaan tiap jamnya selama tiga hari berturut-turut.
Pembacaan dimulai dari pukul 06.00 hingga pukul 18.00. Selain membaca meteran air, pada
menara Fahutan juga dilakukan pembacaan ketinggian muka air yang ada di menara, tujuan adalah
agar mengetahui jumlah debit air yang masuk ke menara tiap jamnya. Namun pada menara Fapet
tidak bisa dilakukan pembacaan ketinggian muka air tiap jamnya karena untuk mencapai puncak
menara tersebut sangat berbahaya dan tidak terdapat pengaman pada tangga untuk menuju ke
puncak menara tersebut.
Setelah mendapatkan data berupa meteran terbaca pada masing-masing menara air maka
akan didapatkan volume pemakaian air di IPB Darmaga selama satu hari (dari pukul 06.00 hingga
pukul 18.00). Bahkan dengan data tersebut dapat diketahui jam puncak pemakaian air (peak time)

20
serta jam berapa saja pemakaian air melebihi rata-rata pemakaian air tiap jamnya.

3.3.4. Pengukuran dan Perhitungan Kebutuhan Air Aktual Penghuni


Rusunawa

Penghitungan ini dilakukan untuk mengetahui secara aktual pemakaian air mahasiswa
rusunawa (rumah susun mahasiswa) di IPB. Ini dilakukan sebagai pembanding antara prediksi
kebutuhan air mahasiswa penghuni asrama dan pemakaian aktual yang terjadi di lapangan.
Pengukuran dilakukan dengan cara mengamati meteran air yang ada. Pengukuran pada hari
pertama dengan mencatat meteran air yang terbaca tiap jam selama tiga jam (dari pukul 10 hingga
pukul 12). Kemudian pada hari kedua juga dilakukan hal yang sama yaitu membaca meteran air
pada jam yang sama seperti hari pertama. Dengan demikian diperoleh data pemakaian air total
selama satu hari dengan tiga kali ulangan dengan cara mengurangi meteran terbaca pada hari
kedua dengan hari pertama. Bila dinyatakan dengan rumus adalah :

Q1 selisih meteran terbaca hari ke 2 dengan hari ke 1


Q2 selisih meteran terbaca hari ke 2 dengan hari ke 1 (8)
Q3 selisih meteran terbaca hari ke 2 dengan hari ke 1

Di mana Q1 (m3/hari) adalah pemakaian air selama 24 jam dari pukul 10 hari ke 1 hingga pukul 10
hari ke 2, sedangkan untuk Q 2 dan Q3 sama dengan Q1 hanya berbeda jam pengamatan, Q2 pada
pukul 11 dan Q3 pada pukul 12. Kemudian dari hasil tersebut dicari pemakaian air rata-rata di
Rusunawa dalam satu hari dengan rumus:

Q1 Q2 Q3
Qrata rata (9)
3

Selanjutnya setelah didapatkan Qrata-rata (m3/hari) di Rusunawa, hasilnya dibagi dengan total
penghuni di Rusunawa, dapat dituliskan dengan rumus:

Q rata rata
Q Rusunawa (10)
Jumlah penghuni Rusunawa (374 orang)

Hasil dari QRusunawa (m3/orang/hari) ini kemudian dijadikan sebagai acuan pemakaian air aktual
untuk asrama putra, asrama putri, asrama Silvasari, asrama Silvalestari, dan Asrama Putri
Darmaga (APD). Hal ini dilakukan karena tidak adanya meteran air untuk mengamati pemakaaian
air di masing-masing asrama. Sehingga untuk penggunaan air di masing-masing asrama diperoleh
dengan cara mengalikan QRusunawa dengan jumlah penghuni masing-masing gedung asrama.

3.3.5. Pengukuran dan Perhitungan Debit Produksi WTP Tipe Gravitasi

Pengukuran debit produksi WTP dengan tipe gravitasi dilakukan di WTP Ciapus, karena
hanya di WTP inilah yang menggunkan tipe tersebut. Debit produksi diperoleh dengan metode
volumetrik, yaitu mengukur jumlah volume air yang diproduksi tiap detik. Tepatnya dengan

21
mengukur pertambahan tinggi muka air yang terjadi pada bak sedimentasi dan bak filtrasi. Setelah
mengetahui terlebih dahulu luas penampang tampak atas (luas lingkaran) dari bak sedimentasi dan
filtrasi. Pertambahan tinggi muka air per satuan waktu yang dikalikan dengan luas penampang
maka akan dapat debit produksi atau kapasitas produksi dari WTP tersebut. Bila dinyatakan
dengan rumus adalah:

Q= (11)

Di mana Q adalah debit produksi (m3/jam), r adalah jari-jari bak sedimentasi atau bak filtrasi (m),
h adalah tinggi muka air (m), dan t adalah waktu (detik). Pengukuran dilakukan setelah pompa
intake dinyalakan dan pertambahan tinggi muka air ditentukan bersamaan dengan waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai ketinggian tersebut. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.

3.3.6. Pengukuran dan Perhitungan Debit Produksi WTP Tipe Tekanan

Pengukuran ini dilakukan di WTP Cihideung, dalam pengukuran ini dilakukan beberapa
perlakuan khusus agar data yang didapat lebih valid. Pertama adalah ketika pengukuran dilakukan
di WTP 1 Cihideung maka WTP Cihideung yang lain dimatikan agar tidak mengganggu kerja
operator dalam menampung air produksi, begitu pula ketika pengukuran dilakukan pada WTP-
WTP yang lain. Kedua adalah dilakukannya back washing sebelum pengukuran selama satu jam
agar debit yang dihasilkan mencapai angka maksimum. Ketiga adalah operator memastikan bahwa
air baku, pompa intake, dan pompa filtrasi yang dipakai berada dalam keadaan baik dan normal
seperti biasanya agar proses tidak mengalami hambatan saat terjadinya pengukuran. Debit per
instalasi dihitung dengan mengukur jumlah air yang keluar dari tiap pipa output yang berada di
dalam GWT utama (yang berada di WTP Cihideung). Air produksi ditampung dalam ember besar
selama beberapa detik lalu diukur volumenya. Pada setiap WTP pengukuran dilakukan sebanyak
tiga kali dan diambil rata-ratanya. Debit per jam didapat dengan persamaan :

Q= (12)

Di mana Q adalah debit produksi (m3/jam), V adalah volume air yang tertampung di dalam ember
(liter), dan t adalah waktu (detik).

3.3.7. Pengukuran dan Perhitungan Debit Produksi WTP Tipe Ultra


Filtration (UF) system

Pengukuran dilakukan di WTP Cihideung, dengan bantuan alat ukur yang terdapat pada
WTP tersebut. Alat ukur tersebut adalah flow meter, terdapat pada bagian setelah sand filter dan
sebelum buffer tank. Alat ini bekerja dengan cara menunjukkan jumlah debit air yang mengalir
melewatinya dan langsung mengkonversi ke dalam satuan gpm (galon per menit) dan lpm (liter
per menit). Bila dinyatakan dengan rumus adalah :

(13)

22
Di mana Q adalah debit produksi (m3/jam), dan lpm adalah nilai yang ditunjukkan flow meter
(liter/menit).

3.3.8. Pengukuran dan Perhitungan Debit Pompa Distribusi

Pengukuran debit pompa distribusi dilakukan dengan cara menyamakan jumlah air yang
masuk dan keluar dari menara tempat tujuan pompa distribusi tersebut. Sebuah meteran dari
bambu dipasang di dalam menara secara vertikal. Katup air masuk dan keluar dibiarkan terbuka
dan sistem distribusi dibiarkan berjalan seperti biasanya. Ketinggian air tiap jam dicatat selama
beberapa hari dan jumlah air per jam yang keluar dari menara tersebut juga dicatat pada jam yang
sama dengan waktu pengukuran ketinggian. Dari kedua data tersebut akan diketahui pada jam
berapa saja air berada pada ketinggian yang sama dan berapa air yang keluar dalam selang waktu
tersebut. Debit distribusi dihitung dengan persamaan berikut :

Vkeluar = Vmasuk
Q = Vmasuk / t (14)

Di mana Q adalah debit pompa distribusi (m3/jam), V adalah volume (m3), t adalah interval waktu
hingga permukaan air dalam menara mencapai ketinggian yang sama (jam).

3.3.9. Pengukuran Panjang Jalur Transmisi dan Beda Elevasi

Pada pengukuran ini menggunakan metode langsung di mana operasi pengukuran


perbedaan jarak vertikal secara langsung menggunakan instrumen leveling berupa autolevel dan
target rod. Adapun metode langsung yang dilakukan adalah differential leveling, yaitu suatu
metode yang digunakan untuk menentukan beda tinggi dua titik yang relatif besar perbedaannya
sehingga diperlukan pengukuran yang bertahap, lihat Gambar 3. Data yang terkumpul berupa
panjang jalur pipa transmisi dan beda elevasi antara pompa transmisi yang ada di WTP Cihideung
dengan menara air Fahutan. Pengumpulan data ini berguna untuk menghitung besarnya head loss
dan head pompa yang terjadi.

BS3 FS3

BS2 FS2

BS1 FS1 B

TP2

TP1

A
Gambar 3. Sketsa metode differential leveling

Pengukuran beda elevasi ini melibatkan BA (benang atas), BT (benang tengah), BB


(benang bawah) pada autolevel dan BS (Back Sight), FS (Front Sight), serta TP (Turn Point). Titik
yang ingin diketahui dapat dicari dengan hubungan sebagai berikut:
Beda Elevasi BT BS - BT FS (15)

23
Sedangkan untuk pengukuran jarak atau panjang pipa transmisi, menggunakan hubungan sebagai
berikut:
Jarak (BA - BB) x 100 (16)

Di mana untuk jarak (m) dan BA serta BB (cm).

3.3.10. Perhitungan Head Loss

Pada perhitungan head loss, cara yang digunakan adalah dengan menggunakan persamaan
Darcy-Weisbach. Detil persamaan dalam pengukuran head loss dapat dilihat pada bab tinjauan
pustaka, sub bab Analisi Teknis Jaringan Pipa Air Bersih.

3.3.11. Pengukuran dan Penghitungan Kebocoran

Pada tahapan ini adalah untuk mengetahui jumlah kebocoran air yang terjadi pada pipa
distribusi air dari menara air hingga ke gedung-gedung fakultas tiap menitnya. Debit kebocoran
adalah debit air minimum yang keluar pada saat pemakaian oleh konsumen mendekati nol.
Pengukuran dilakukan pada malam hari, tepatnya pukul 23:00 WIB. Waktu tersebut dipilih karena
pada saat itu kegiatan akademik maupun kegitan lainnya di kampus yang menggunakan air bersih
diperkirakan tidak ada (minimum dalam penggunaan air bersih) sehingga air yang terbaca oleh
meteran air adalah air yang bocor dari pipa, bukan air yang digunakan oleh konsumen (mahasiswa/
pegawai kampus). Pengukuran dilakukan dengan cara membaca meteran air yang terdapat di
menara air. Meteran air tersebut mengukur volume air yang keluar/ terdistribusikan dari menara air
menuju ke gedung-gedung fakultas. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dan tiap
ulangan selama 5 menit pegamatan, dengan demikian debit kebocoran dapat dinyatakan dengan
rumus:

Q= (17)

Di mana Q adalah debit kebocoran (m3/jam), V adalah volume air yang bocor pada pipa distribusi
(m3), dan t adalah waktu (menit).

24

Anda mungkin juga menyukai