Anda di halaman 1dari 6

Membangun Solusi Terhadap Kerusakan Sungai Ciliwung Yang Kian

Memprihatinkan

Oleh: Felix Wisnu Handoyo

Keprihatinan kian terpancar melihat kondisi urat nadi Jakarta semakin lemah akibat
ketidakpedulian warganya. Sungai Ciliwung telah ada sejak zaman kolonial ketika itu sungai ini
memiliki kemampuan mengalirkan air 250 meter kubik per detik. Dengan kemampuannya yang
besar tersebut memang tidak berlebihan ketika Sungai Ciliwung dikatakan sebagai urat nadi
Jakarta. Pasalnya, kondisi urat nadi ikut mempengaruhi roda perekonomian di Jakarta. Ketika
dalam kondisi yang gawat urat nadi mampu membuat Jakarta mati suri. Ditandai dengan luapan
Sungai Ciliwung yang mampu merendam sebagian besar wilayah di Jakarta.

Keberadaan Sungai Ciliwung memang sangat penting bagi kehidupan warga Jakarta. Sebagai
urat nadi kesehatannya perlu dijaga agar mampu menjalankan fungsi dengan baik. Namun,
kondisi sebaliknya menimpa sungai yang membelah Jakarta. Keberadaannya yang kian penting
tidak lantas membuat warga Jakarta sadar untuk merawat dan menjaga kesehatannya. Bahkan,
kian hari kian banyak sampah yang menutupi aliran air dan seiring perjalanan waktu kian banyak
rumah-rumah warga yang berdiri di sekitar bantaran Sungai Ciliwung.

Kondisi yang semakin parah membuat Sungai Ciliwung tidak mampu menjalankan fungsi
dengan baik. Tak hayal setiap musim penghujan banjir kian menghampiri warga Jakarta.
Terutama bagi mereka yang tinggal dibantaran Sungai Ciliwung. Bahkan, luas genangan banjir
dari tahun ke tahun kian meluas. Pada tahun 2007 saja tercatat banjir telah mengenangi hingga
70% meter persegi wilayah Jakarta. Padahal pada tahun 2002 luas wilayah jakarta yang
tergenang banjir baru sekitar 24% meter persegi. Perbedaan luas genangan banjir yang mencolok
menggambarkan potret Jakarta yang kian memprihatinkan dari tahun ke tahun.

Banjir di Jakarta yang terus meluas memang dampak langsung dari kerusakan Sungai Ciliwung
yang kian parah. Namun, semakin sedikitnya lahan hijau juga ikut menyumbang terjadinya
banjir. Pasalnya, lahan hijau mampu menyerap air hujan yang jatuh ke tanah. Dengan semakin
sedikitnya lahan resapan maka air hujan yang jatuh hanya sebagian kecil saja yang terserap ke
dalam tanah dan sisanya melimpah ke permukaan. Data dari Departemen Pekerjaan Umum (PU),
dari setiap 100 mm air hujan yang jatuh di Jakarta, sekitar 40 mm terserap ke dalam tanah. Air
limpasan 60 mm saja. Kini, yang terserap paling banyak hanya 15 mm alias 15%. Air limpasan
pun makin menggila. Berdasarkan Data Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menunjukkan, tahun
1985 Jakarta masih memiliki ruang terbuka hijau (RTH) seluas 29%. Angka itu turun menjadi
25% pada 1995. Bahkan, mulai tahun 2000, angka RTH ini terjun bebas hingga tersisa 9,4% saja.
Jauh dari kondisi ideal minimum yang 27,5%. Jika kondisi ini terus terjadi bukan tidak mungkin
banjir akan terus menghampiri warga Jakarta, bahkan dengan intensitas yang lebih besar.

Banjir terus dirasakan oleh warga Jakarta setiap tahunnya memang tidak hanya disebabkan
kerusakan sungai saja. Namun, peran sungai sebagai pengendali banjir tetap menjadi hal yang
utama. Hal itu tidak terlepas dari fungsi sungai dalam mengalirkan air dari hulu menuju muara
sungai. Sumbatan sedikit saja pada aliran sungai membuat banjir di suatu daerah tidak terelakan
lagi.
Perhatian khusus terhadap sungai memang harus ditingkatkan terutama bagi sungai-sungai besar
di Jakarta. Salah satu yang perlu mendapat perhatian ialah Sungai Ciliwung yang merupakan urat
nadi Jakarta. Namun, untuk menangani kerusakan yang ada, sebelumnya kita perlu melihat
dahulu masalah yang dihadapi Sungai Ciliwung. Hal itu bertujuan agar penanganan yang
dilakukan tepat sasaran.

Kerusakan Sungai Ciliwung memang kian memprihatinkan. Hal itu tampak dari penjabaran
permasalahan pada Tabel1. Ada dua hal yang menjadi pokok masalah dari kerusakan sungai
yang menjadi urat nadi Jakarta tersebut. Kedua permasalahan yang dihadapi meliputi faktor
manusia dan faktor alam. Dimana masing-masing memiliki penjabaran dan ciri khas masing-
masing.

Masalah yang muncul

Permasalahan mengenai kerusakan sungai karena faktor manusia memang bukan hal baru di
Indonesia. Pasalnya, sebagaian besar sungai di Indonesia mengalami masalah sama yang diakibat
oleh faktor manusia. Dalam menelaah kerusakan Sungai Ciliwung ada lima hal yang disebabkan
oleh faktor manusia. Yang pertama, penyempitan bantaran sungai yang sering terjadi akibat
aktivitas manusia. Dalam kasus Sungai Ciliwung penyempitan bantaran sungai lebih disebabkan
kemiskinan dan terus bertambahnya pendatang baru yang bermodal nekat.

Kemiskinan yang kian menjerat masyarakat Indonesia memang tidak bisa dihindarkan. Hal itu
tampak dari pendapatan perkapita masyarakatnya yang masih sangat rendah. Sedangkan,
kedatangan kaum urban yang bermodal ke Jakarta hanya menambah permasalahan bagi ibukota.
Pasalnya, mereka memiliki kecenderungan untuk hidup seenaknya. Dengan menduduki lahan
kosong, kebudayaan daerah yang tidak cocok, dan ketidaktertiban dalam segala hal yang ikut
menyumbang kerusakan Sungai Ciliwung.

Hal kedua yang kian menjerumuskan urat nadi dalam titik-titik kehancuran ialah sampah.
Kesadaran yang kurang akan kebersihan sungai menjadi bagian dari kerusakan sejumlah sungai
terutama bagi Sungsi Ciliwung. Sungai yang dengan penjang sekitar 60 kilometer ini kondisinya
kian memprihatinkan. Sampah yang menggenang menyumbat aliran Sungai Ciliwung
mengakibatkan banjir tidak dapat lagi terelakkan.
Keberadaan sampah seharusnya tidak menjadi masalah jika dikelola dengan baik dan
masyarakatnya tertib dalam membuang sampah. Hal itu perlu penyadaran dari pemerintah
provinsi D.K.I. Jakarta dengan memberdayakan masyarakat. Selain itu, penggalakan Prokasih
(Program Kali Bersih) harus terus dilakukan guna menjaga kebersihan sungai dari sampah.

Permukiman kumuh kian menambah deretan panjang permasalahan sosial di kota-kota besar di
Indonesia. Di Jakarta permukiman kumuh tidak hanya merusak pemandangan kota tetapi juga
ikut merusak kesehatan sungai. Dengan panjang sekitar 60 kilometer bantaran Sungai Ciliwung
telah dipenuhi permukiman kumuh. Hal itu mendorong penyempitan badan sungai. Dampak
yang ditimbulkan secara langsung ialah daya tampung dari Sungai Ciliwung dalam mengalirkan
air semakin berkurang.
Sebagai urat nadi penyempitan badan sungai bisa berakibat fatal bagi perkembangan drainase di
Jakarta. Hal itu jelas akan mendorong terjadinya banjir ketika musim penghujan. Selain itu,
dampak sosial lain yang ditimbulkan seperti menurunnya kualitas hidup masyarakat bantaran
kali, banyak penyakit yang kapan saja bisa mengacam, dan risiko terseret aliran Sungai Ciliwung
ketika meluap kian membayangi masyarakat.

Hal keempat yang menjadi masalah bagi Sungai Ciliwung ialah pencemaran yang terus terjadi.
Kematian biota di Sungai Ciliwung menjadi dampak langsung akibat pencemaran. Kerusakan
biota di sungai juga menjadi masalah yang dihadapi. Pasalnya, kondisi tersebut mengancam
keberlangsungan dan kelestarian dari suatu ekosistem yang ada di dalamnya. Perlu adanya
tindakan tegas dari pemda dalam mencegah pencemaran kian meluas. Saat ini memang hampir
semua sungai di Jakarta telah tercemar limbah berbahaya tidak terkecuali Sungai Ciliwung.

Melihat kondisi yang kian memprihatinkan dibutuhkan kesinergisitasan antara pemerintah


daerah, pengusaha dan masyarakat dalam menanggulai masalah yang terjadi. Kelestarian Sungai
Ciliwung sebagai urat badi harus terus diperhatikan. Jangan sampai kehancuran Jakarta akibat
matinya urat nadi terjadi di masa mendatang.

Faktor utama yang kedua ikut menyumbang masalah bagi kesehatan Sungai Ciliwung ialah
faktor alam. Dimana faktor ini dibagi menjadi dua bagian yaitu kerusakan akibat pendangkalan
sungai dan intensitas curah hujan yang tinggi. Kedua hal tersebut memang diluar kehendak
manusia tetapi permasalahan tersebut perlu dikenali dan dicari jalan keluarnya.

Faktor alam ikut menjadi masalah bagi Sungai Ciliwung, dimana permasalahan yang
ditimbulkan biasanya bersifat perlahan tapi pasti. Dimana dibutuhkan penanganan yang serius
dan berkesinambungan sehingga dampaknya bisa dikurangi atau dicegah. Dalam menelaah
permasalahan yang timbulkan akibat faktor alam diperlukan kesigapan segenap warga Jakarta.
Pasalnya, kerusakan yang timbulkan bisa terjadi tiba-tiba dan bisa mengancam keselamatan
manusia.

Hal pertama yang menyumbang kerusakan Sungai Ciliwung dari faktor alam ialah pendangkalan
sungai. Pendangkalan sungai biasanya terjadi pada wilayah hilir sungai atau muara sungai. Hal
itu disebabkan derasnya aliran air yang mampu mengikis batuan dan tanah yang dilewatinya.
Yang kemudian menimbulkan endapan bagi wilayah hilir atau muara sungai. Kondisi tersebut
membuat fungsi dari sungai mengalami penurunan akibat endapan. Jika hal ini terus berlangsung
tanpa adanya penanganan dapat banjir akan melanda setiap musim penghujan.

Pengendapan pada sungai akan berlangsung terus menerus tanpa bisa dihentikan. Namun,
penanganan dapat dilakukan dengan melakukan pengerukan sungai yang dilakukan secara
berkala. Program ini bisa menjadi andalan dalam memahami masalah yang di hadapi Sungai
Ciliwung akibat faktor alam.

Kedua, masalah dari faktor alam ialah intensitas curah hujan yang terjadi di Jakarta. Biasanya
pada bulan Januari dan Februari Jakarta mengalami kenaikan intensitas curah hujan yang sangat
signifikan. Pasalnya, pada bulan tersebut puncak musim penghujan terjadi. Dari tahun ketahun
curah hujan di Jakarta pada kedua bulan tersebut memang mengalami kecenderungan meningkat.
Hal itu tidak terlepas akibat perubahan iklim karena pemanasan global. Kondisi tersebut jelas
tidak menguntungkan Jakarta karena berada di dataran rendah. Yang menyebabkan rentan
terhadap banjir tahunan.

Intensitas curah hujan memang tidak berhubungan langsung terhadap kerusakan Sungai
Ciliwung. Pasalnya, kerusakan akibat faktor ini terjadi jika kondisi cuaca sangat buruk, seperti
curuh hujan yang sangat tinggi. Dengan cuaca buruk menandakan hujan akan sering terjadi
dengan berbagai macam intensitasnya. Intensitas hujan yang relatif tinggi akan mendorong aliran
air yang sangat kencang. Kecepatan air yang tinggi dengan volume air yang besar inilah yang
bisa merusak sekaligus membahayakan. Pada kecepatan air yang kencang dapat membuat
tanggul jebol, rusaknya sejumlah bantaran kali, dan pengikisan akan batuan semakin sering
terjadi. Seiring perjalanan waktu bencana banjir yang disertai arus yang cukup kencang bisa saja
terjadi di Jakarta. Untuk itu, upaya antisipasi harus terus dilakukan dengan tetap menjaga
kesehatan sungai terutama Sungai Ciliwung yang menjadi urat nadi Jakarta.

Pembenahan Sungai Ciliwung

Pembahasan mengenai berbagai masalah yang dihadapi Sungai Ciliwung diharapkan dapat
membuka kesadaran akan pentingnya perawatan dan pemeliharaan sungai. Dimana faktor besar
dari kerusakan sungai ialah faktor manusia dan alam. Keduanya menjadi bagian yang terus
mengancam kesehatan Sungai Ciliwung jika tidak ada pembenahan secara serius dari pemda dan
masyarakat.

Keberadaan Sungai Ciliwung yang kian penting mendesak pemda dan masyarakat untuk proaktif
dalam pengananannya. Dimana penanganan dapat dilakukan dengan, yaitu perawatan dan
pemeliharaan Sungai Ciliwung. Komponen tersebut merupakan bagian penting dalam
melestarikan Sungai Ciliwung. Yang harus dilakukan secara berkelanjutan dan bersama-sama.
Keberhasilan yang bisa dicapai dari pembenahan Sungai Ciliwung akan memberikan dampak
positif bagi kehidupan masyarakat Jakarta.

Dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan ada lima hal yang perlu diperhatikan, seperti
yang tampak pada Tabel 2. Kelimanya merupakan bagian pemecahan masalah yang telah
dijabarkan pada Tabel 1. Yang diharapkan mampu memperbaiki fungsi dari Sungai Ciliwung.

Penegakan peraturan mengenai kebersihan sungai menjadi poin pertama yang perlu diperhatikan.
Dimana tindakan tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan menjadi awal dari keberhasilan
kelestarian sungai. Saat ini peraturan mengenai kebersihan sungai telah ada tapi penerapannya
yang kurang. Dimana membutuhkan ketegasan dari pemda dalam menerapkan peraturan
tersebut.

Ketegasan pemda dalam menindak pelanggaran terhadap sungai seharus bersifat proaktif dan
menyeluruh. Baik yang menyangkut perorangan maupun perusahaan yang ada di Jakarta.
Pelanggaran yang biasanya menyangkut individu seperti membuang sampah ke sungai,
bangunan liar di bantaran sungai, dan membuang limbah rumah tangga ke sungai. Sedangkan,
pelanggaran yang menyangkut perusahaan menyangkut pencemaran air sungai terutama dibagian
hilir. Kenakalan yang biasa dilakukan perusahaan ialah membuang limbah berbahaya ke sungai.
Hal itu jelas merugikan karena dapat merusak ekosistem yang ada di sungai. Untuk itu,
ketegasan pemda dalam menindak setiap pelanggaran akan ikut menentukan kelestarian Sungai
Ciliwung.

Penggerakan program pemeliharaan sungai secara berkala menjadi langkah selanjutnya dalam
perawatan dan pemeliharaan Sungai Ciliwung. Dapat dilakukan dengan menggalakan prokasih
(program kali bersih) yang meliputi, pengerukan dan pengangkutan sampah dari sungai. Selain
itu, pemeriksaan terhadap kesiapan dan kesehatan dari tanggul dan pintu air menjadi poin
penting dalam penggalakan program pemeliharaan sungai.

Permukiman kumuh disekitar bantaran sungai ikut mendorong terjadinya penyempitan badan
sungai. Yang bisa menyebabkan daya tampung sungai menjadi lebih kecil. Untuk mengatasi hal
tersebut relokasi permukiman kumuh harus segera dilakukan pemda. Pasalnya, dari tahun
ketahun permukiman kumuh dibantaran Sungai Ciliwung kian meningkat. Kondisi demikian
jelas mengurangi kinerja dari sungai itu sendiri. Relokasi memang menjadi jalan satu-satunya
untuk mengatasi penyempitan badan sungai. Namun, bukan pekerjaan mudah merelokasi warga
yang telah terlanjur menetap di bantaran sungai.

Dalam melakukan relokasi pemda D.K.I. Jakarta harus melakukan pendekatan personal terhadap
warga bantaran sungai. Mulai dari biaya ganti rugi hingga mencarikan tempat tinggal baru harus
dilakukan pemda dengan pola yang halus. Jangan sampai ada tindak kekerasan karena hanya
akan menambah permasalahan baru.

Hal keempat yang perlu diperhatikan mengenai pemeriksaan komponen sungai yang harus
dilakukan secara berkala. Hal itu bertujuan untuk menjaga kesehatan dari sungai sehingga
mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Beberapa komponen yang perlu mendapat
perhatian, seperti pemeliharaan tanggul, pintu air dan hal-hal penunjang lainnya.

Keberadaan fasilitas yang menunjang bagi sungai ikut menentukan kemampuan dan daya
tampungnya. Untuk itu, kesehatan dari komponen yang penunjang juga ikut menentukan
kesehatan Sungai. Ciliwung dengan panjang sekitar 60 kilometer memiliki banyak komponen
penunjangnya. Oleh karena itu, kerusakan pada salah satu penunjang saja bisa berakibat fatal.
Hal yang bisa terjadi, seperti banjir dengan skala yang lebih besar, dan kerusakan harta benda
warga. Untuk pola pemerikasan komponen sungai menjadi bagian dari upaya dalam
meningkatkan kesehatan sungai.

Setelah upaya teknis dilakukan, untuk meningkatkan fungsi dan kesehatan Sungai Ciliwung
dilakukan juga upaya non teknis. Upaya yang bisa dilakukan ialah memasang slogan-slogan
persuasif untuk meningkatkan kepedulian warga Jakarta terhadap kebersihan Sungai Ciliwung.
Pelestarian sungai dengan cara non teknis ini diharapkan bisa menggugah psikologis warga
untuk peduli terhadap kesehatan sungai.

Permasalahan yang menghampiri Sungai Ciliwung bukan hal yang baru. Pasalnya, kerusakan
yang kian meningkat dari tahun ketahun seolah menjadi bukti kerusakan urat nadi Jakarta. Banjir
yang merendam Jakarta merupakan bukti kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
memelihara kebersihan sungai. Padahal sungai menjadi salah satu pengendali banjir yang
terbilang memiliki peran yang sangat besar.

Kerusakan Sungai Ciliwung memang telah terjadi selama bertahun-tahun. Hal itu tampak dari
pemaparan mengenai permasalahan yang menimpa Ciliwung. Ketika zaman kolonial Sungai
Ciliwung memiliki daya tampung yang besar tetapi seiring perjalanan waktu fungsinya kian
menurun. Fenomena ini tidak terlepas dari masalah yang telah dipaparkan di atas.

Melalui pemaparan yang telah dilakukan diharapkan ada upaya dari pemerintah daerah,
masyarakat, dan pembaca naskah ini, untuk terlibat dalam pelestarian sungai. Mulailah dengan
hal kecil terlebih dahulu dengan tidak membuang sampah ke sungai, terlibat aktif dalam setiap
kegiatan seperti prokasih. Dengan kesadaran kecil dari masyarakat diharapkan akan timbul
kesadaran besar yang mampu menggerakkan kepedulian yang lebih besar terhadap sungai
terutama bagi Sungai Ciliwung.

Bagi pemda Jakarta diharapkan pembenahan terhadap sungai-sungai di Jakarta harus terus
dilakukan. Dimana pemda dituntut untuk melaksanakan pembenahan seperti yang telah
dipaparkan pada Tabel 2. Dengan terciptanya kerjasama yang berkesinambungan antara
pemerintah daerah dan masyarakat Jakarta, diharapkan kerusakan sungai tidak perlu terus terjadi.
Kebersamaan dalam menjaga kelestarian Sungai Ciliwung merupakan upaya untuk menciptakan
kehidupan yang lebih baik di masa sekarang dan yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai