Fitri Hilya Millatina-Fkik PDF
Fitri Hilya Millatina-Fkik PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia
kesakitan masih berfluktuasi dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana
masih sering menimbulkan KLB (kejadian luar biasa) yang cukup banyak bahkan
kematian balita, dan membunuh lebih besar dari 1,5 juta orang per-tahun. Di
Indonesia, hasil survey yang dilakukan oleh program diperoleh angka kesakitan
diare untuk tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk, angka ini meningkat bila
dibandingkan dengan hasil survey yang sama pada tahun 1996 sebesar 280 per
Data menunjukkan bahwa seorang bayi (umur kurang 1 tahun) atau anak balita
(umur 1-4 tahun) mendapat serangan diare satu - dua kali setahun. Penderita diare
pada semua golongan umur di Indonesia berkisar 160 - 300 per 1000 penduduk
setiap tahun, dari jumlah penderita diare ini sebanyak 60 - 70% diantaranya
adalah bayi dan balita, sebesar 18%, 15% kematian bayi dan 26,4% kematian
1
Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi
pada anak, terutama pada anak di bawah umur 5 tahun (balita). Di dunia, sebesar
6 juta anak meninggal setiap tahunnya karena diare, dimana sebagian kematian
karena diare di negara berkembang di perkirakan sudah menurun dari 4,6 juta
kematian pada tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003. Di
Indonesia, angka kematian diare juga telah menurun tajam. Berdasarkan data hasil
survey rumah tangga, kematian karena diare di perkirakan menurun 40% pada
tahun 1972 hingga 24,9% pada tahun 1980, 16% tahun 1985 hingga 7,4% tahun
1996 dari semua kasus kematian.Walaupun angka kematian kerena diare telah
menurun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi di negara maju maupun
2002-2003, prevalensi diare pada anak-anak dengan usia kurang dari 5 tahun di
prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11 bulan (19,4%), 12-13 bulan (14,8%),
Dari hasil data yang di peroleh dari P2PL jumlah penderita diare Di Propinsi
penderita yang meninggal pada tahun 2004 berjumlah 19 orang, tahun 2005
berjumlah 63 orang, tahun 2006 hanya 1 orang, tahun 2007 berjumlah 644 orang
dan tahun 2008 berjumlah 74 orang. Pada tahun 2008 Di Ciputat Tangerang
2
jumlah penduduk Ciputat berkisar 16.404 dengan penderita diare sebanyak 459
orang pertahun.
Sebagian besar diare muncul pada tahun pertama umur anak, dengan proporsi
tertinggi pada kelompok anak umur 6-11 bulan. Penyakit diare yang terjadi
sebagian besar merupakan diare akut yang berlangsung antara 3-5 hari dan
disebabkan oleh beberapa faktor, baik karena infeksi enteral maupun parenteral
serta faktor lain yang ikut berperan dalam timbulnya diare yaitu higiene yang
keadaan gizi /nutrisi yang belum memadai pada saat diare (Astuti, 2004).
Pada saat balita mengalami diare, keadaan gizi akan berubah karena menurunkan
nafsu makan dan anorexia, keadaan ini akan menimbulkan gizi yang berkurang,
keadaan gizi yang kurang terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa
jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh
kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi pada saat sakit
kurang, mutunya rendah atau keduanya. Selain itu zat gizi yang di konsumsi juga
mungkin gagal untuk diserap oleh tubuh. Keadaan yang pertama dapat disebabkan
oleh faktor sosial ekonomi seperti kebiasaan makan, kepercayaan dan kemiskinan
3
atau daya beli yang rendah sedang keadaan keduanya disebabkan adanya
Pengaruh serangan diare pada taraf gizi terjadi pada semua umur, pada anak-anak
penurunan taraf gizi ini selain karena kehilangan cairan tubuh, juga dapat
diare atau karena tidak adanya nafsu makan sewaktu sakit, tidak sanggup
memasukkan makanannya sendiri serta anak tidak mau makan karena anoreksia
saat diare. Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan
akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini
disebabkan karena makanan sering dihentikan oleh orang tua. Walaupun susu
dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik (Yayan,
2008).
Anak yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia sehingga masukan
jika, anak juga menderita muntah-muntah atau diare lama. Keadaan ini
menderita diare atau menderita diare kronis, seperti pasien malabsorsi akhirnya
membantu menaikkan daya tahan tubuh, anak yang diare harus segara diberi
makanan setelah dehidrasi teratasi dan makan harus mengandung cukup kalori,
4
protein, mineral, dan vitamin tetapi tidak menimbulkan diare kembali (Ngastiyah,
2005).
penderita. Untuk mengendalikan kehilangan energi dan protein akibat puasa itu
akan memerlukan waktu berhari-hari oleh karena itu, pemberian makanan pada
penderita diare harus tetap dilakukan. Jika anak masih menyusu maka selam anak
menderita diare anak harus tetap disusui. Penelitian terhadap diare, penderita
diare menunjukkan bahwa 80% zat makanan masih dapat diserap oleh dinding
usus. Karena itu, pemberian makanan harus tetap dilakukan sungguhpun ini
berarti memperbanyak tinja anak. Selain dapat mempertahankan tingkat gizi anak
B. Rumusan Masalah
Penyebab diare telah dikemukakan lebih dahulu baik secara enteral maupun
parenteral serta faktor lain ikut berperan dalam timbulnya diare. Hal-hal tersebut
antara lain pola higiene yang kurang, baik perorangan maupun lingkungan, sosial
ekonomi, sosial budaya dan pola pemberian makanan. Sewaktu anak menderita
diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat
badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan selain hilangnya cairan
pemberian makanan karena makanan sering dihentikan oleh orang tua sehingga
5
penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran asupan gizi pada
C. Pertanyaan Peneliti
1. Bagaimana gambaran asupan gizi pada balita yang mengalami diare akut
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran asupan gizi pada balita yang mengalami diare akut
di puskesmas Ciputat.
E. Manfaat penelitian
Hidayatullah Jakarta
keperawatan komunitas.
6
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan tambahan
3. Peneliti selanjutnya
diare dalam tubuh anak akan membawa pengaruh terhadap keadaan gizi anak
sebagai akibat reaksi pertama akibat diare adalah menurunya nafsu makan anak
Keadaan akan berangsur memburuk jika diare disertai dengan muntah yang
mengakibatkan hilangnya zat gizi. Keadaan yang buruk itu sering diperburuk oleh
adanya pembatasan makanan yang tidak jarang dilakukan oleh para orang tua.
Kehilangan nafsu makan dan adanya muntah saat balita mengalami diare akan
sangat cepat mengubah keadaan atau taraf gizi anak ke arah kurang bahkan dapat
menjadi buruk.
7
Berdasarkan hal diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Gambaran Asupan Gizi pada Balita Yang Mengalami Diare Akut di Puskesmas
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciputat tahun 2010. Populasi penelitian ini
adalah anak dibawah lima tahun (Balita) dengan diare akut. Desain penelitian
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep diare
1. Pengertian Diare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, apat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja
(Ngastiyah, 2005).
Diare adalah kondisi dimana terjadi defekasi yang abnormal (lebih dari 3
kali per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gr per hari) dan
Diare Akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa cairan
saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih
Diare akut adalah diare yang berlangsung antara beberapa jam sampai
berat badan pada bayi jika menyusui tidak dilanjutkan (Endah, 2005).
9
2. Faktor Penyebab diare:
d. Kebersihan lingkungan
e. Sanitasi
3. Klasifikasi diare
Berdasarkan Gejala, Jenis diare dibedakan dalam 3 jenis yaitu diare akut,
a. Diare akut
Diare akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa
Diare kronik (presisten) adalah diare akut yang berlanjut sampai 14 hari
c. Disentri
Disentri merupakan diare yang di sertai darah dengan ataupun tanpa lendir
10
Sedangkan menurut Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) klasifikasi
Untuk dehidrasi:
Letargi atau tidak sadar. mata cekung, tidak bisa minum, cubitan kulit
1) Disentri
4. Bahaya diare
Dua bahaya diare dalah kematian dan kurang gizi. Kematian karena diare
akut sering disebabkan oleh kehilangan air dan garam dari tubuh,
kehilangan ini disebut dehidrasi. Diare lebih berat pada anak yang kurang
gizi diare dapat pula menimbulkan kurang gizi dan menjadi berat karena
pada diare:
11
a. Pada diare makanan hilang dari tubuh
c. Balita yang menderita diare mungkin tidak lapar dan ibu balita
gizi, makanan harus diberikan pada anak diare begitu mereka (balita)
mau makan.
gangguan sirkulasi. Dari segi nutrisi, diare akut berakibat buruk terhadap
berkurang
sistemik
melalui tinja dan keluarnya plasma protein dan darah karena kekurangan
12
5. Diare menyebabkan dehidrasi
Tubuh mengambil air dan garam yang di perlukan dari makanan dan
minuman (input). Pengeluaran air dan garam melalui bab, bak, dan keringat
(output). Bila pencernaan sehat, air dan garam dari usus akan masuk
keperedaran darah. bila diare, usus tidak bisa bekerja secara normal. Air dan
garam sedikit yang masuk kedarah dan lebih banyak yang keluar melalui
usus oleh karena itu dalam tinja akan lebih banyak terkandung air dan
garam.
dehidrasi. Dehidrasi terjadi bila output air dan garam lebih banyak
air. Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan gejala klinis dan kehilangan
13
Tabel 2.2 Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis
Penilaian A B C
Keadaan Baik, sadar Gelisah , RewelLesu, tidak
umum sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum seperti biasa Haus, ingin minum Malas minum,
banyak tidak bias
minum
Periksa: Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
Turgor kulit lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ Dehidrasi berat
pemeriksaan sedang.
Bila ada 1 tanda
Bila ada 1 tanda di tambah 1/
ditambah 1/ lebih lebih tanda lain
tanda lain
Terapi Rencana pengobatan Rencana pengobatan Rencana
A B pengobatan C
6. Pencegahan dehidrasi
segera setelah diare mukai cairan rumah tangga yang di anjurkan adalah
air teh, air tajin, air sup dan air matang. Tindakan yanga paling penting
digunakan.
14
c. Makanan, pemberian makanan selama balita diare akan memberikan
nutrisi yang diperlukan anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
ASI harus tetap diberi bahkan harus lebih sering anak yang berumur 6
bulan atau lebih (bayi yang sudah mendapatkan makanan padat) harus
sering diberi makanan yanga bergizi dan mudah dicerna dalam jumlah
kecil.
7. Penatalaksanaan diare
a. Diare dengan dehidrasi berat: Berikan oralit dan ASI diteruskan selama
masih bisa minum, segera bawa ke rumah sakit atau puskesmas dengan
fasilitas perawatan.
beri anak minum lebih banyak dari biasanya, ASI diteruskan makanan
15
8. Pencegahan Diare
a. Pemberian ASI
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi. Komponen zat
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna
dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk
menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Tidak ada makanan lain
ASI bersifat steril, bebeda dengan sumber susu yang lain seperti susu
formula atau cairan lain yang yag disiapkan dengan air atau bahan-
ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,
perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI
dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal
16
diare. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan
diberikan.
17
telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan
mulut melalui cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya
air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang
dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari
d. Mencuci tangan
18
menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam
kejadian diare.
e. Menggunakan jamban
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal
ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada
anak-anak dan orng tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.
imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu segera
B. Konsep Gizi
1. Pengertian gizi
organ, serta menghasilkan energi. Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia
19
yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan
Zat makanan menurut ilmu gizi adalah bahan-bahan dasar yang menyusun
bahan makanan. Fungsi zat makanan secara umum adalah sebagai sumber
terhadap penyakit bila tubuh tidak cukup kuat mendapat zat-zat gizi maka
Pada saat balita mengalami diare, keadaan gizi akan berubah karena
menurunkan nafsu makan dan anoreksia, keadaan ini akan menimbulkan gizi
yang berkurang, keadaan gizi yang kurang terjadi karena tubuh kekurangan
satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan serta karena daya tahan
tubuh balita yang menurun. Kebutuhan zat gizi pada saat balita mengalami
diare berbeda dengan balita yang sehat, untuk mengembalikan daya tahan
tubuh yang menurun selama diare jumlah kalori perlu ditambahkan menjadi
30% dan protein juga dinaikkan, protein yang di perlukan anak balita pada
umumnya adalah 2.5 g/kg BB/hari sedangkan pada saat diare perlu
20
Selama serangan diare tubuh dapat kehilangan rata-rata 3 gm/kg Berat badan/
hari, oleh karena itu selama serangan diare seorang anak antara umur 1-4 tahun
sebelumnya jumlah yang biasa atau beri anak ekstra makanan sampai ia
imunitas dan mungkin dengan defisiensi energi, protein dan vitamin A. Secara
kolonisasi dan invasi kuman patogen. Menurunnya imunitas dan dan kerusakan
Insiden, severitas dan durasi penyakit mempunyai kaitan erat dengan kedua
akibat respon metabolik dan kehilangan melalui saluran cerna. Pada saat yang
asupan nutrien makin menurun (Tomkins dan Watson dalam Aminudin, 2001).
21
Secara skematis dapat dilihat pada gambar 2.1
Sakit:
Insiden
Severitas
Durasi
Gambar 2.1 Skematis insiden, severitas dan durasi diare (Tomkins dan
Pengaturan makanan yang sehat untuk balita tidak sama dengan orang
dewasa, kebutuhan sehari-hari balita akan energi (kalori) dan zat gizi lainnya
sangat tinggi terutama sewaktu balita mulai berjalan. Dimasa ini balita
menjadi lebih aktif dan tumbuh dengan pesat namun karena perut mereka
lebih kecil, balita tidak dapat makan dalam jumlah besar dalam sekali makan.
Porsi makan untuk balita biasanya 1/3-1/2 porsi orang dewasa karena balita
juga butuh makanan selingan yang bergizi tinggi yang mudah di cerna dan
bergizi tinggi.
22
Secara harfiah, balita/anak dibawah lima tahun adalah anak usia kurang dari
lima tahun balita memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dari orang dewasa.
Mereka butuh lebih banyak bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat,
protein, lemak serta vitamin, mineral dan serat wajib dikonsumsi anak setiap
hari. Atur agar semua sumber gizi tersebut ada dalam menu sehari.
Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.
semua yang diminum dan dimakan selam 24 jam yang lalu (kemarin).
Biasanya dimulai sejak bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur
dimalam harinya, atau dapat juga dari waktu saat dilakukan wawancara
23
5) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi
Kekurangan dari meode ini yaitu, ketepatan tergantung pada daya ingat
responden, tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun dan
orang tua diatas umur 70 tahun, membutuhkan tenaga yang terlatih dan
1) Metode ini tidak dapat di gunakan pada lansia di karenakn dalam metode
ini daya ingat yang di jadikan alat ukur untuk mengingat makan apa saja
yang bersifat kuantiatif harus dilakukan 2x24 jam atau 2 hari dan tidak
hari.
D. Perawat Komunitas
24
lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih
25
mengkoordinasikan dan melanjutkan perawatan retoratif di dalam
berupa suatu lokasi khusus misalnya area perkotaan atau area pelosok
praktik swasta (Pery & Potter, 2005 dalam Wahit dkk, 2006).
E. Kerangka teori
tersedianya bahan makanan yang mengandug semua jenis zat gizi yang
Siti, 2008).
26
Pendidikan
Kesehatan
Pengetahuan zat
gizi
Konsumsi
makanan Keadaan gizi
Daya beli keluarga (asupan gizi)
(pendapatan)
Kebiasaan
makanan
27
BAB III
A. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini, variabel yang akan di teliti adalah variabel dependen
yang akan di teliti adalah Asupan gizi pada balita yang mengalami diare akut.
Variabel Dependen
ASUPAN GIZI
BALITA DIARE
B. Definisi Operasional
Tabel 2.3. Definisi operasional, alat ukur, cara ukur, hasil ukur dan skala ukur
28
Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
operasional ukur
Asupan gizi terdiri dari zat Lembar Food recall 2. Kurang Rasio
(Konsumsi makro yaitu food recall Jika:
makanan) protein,
a. 0-6 bulan :
karbohidrat,
lemak dan zat < 550 Kkal
mikro terdiri dari b. 7-11 bulan :
vitamin
<650 Kkal
c. 1-3 tahun :
<1000 Kkal
d. 4-6 tahun :
<1550 Kkal
Sumber: Widya
Karya Pangan dan
Gizi, 2004.
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang bersifat deskriptif atau menggambarkan variabel
yang akan diteliti yaitu asupan gizi (konsumsi makanan) pada balita yang megalami diare
sampling).
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan
diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik
atau sifat yang dimilki subjek atau objek tersebut (Hidayat, 2008). Populasi dalam
penelitian ini adalah keluarga dengan anak balita yang sedang mengalami diare akut di
puskesmas ciputat.
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Kriteria sampel penelitian ini adalah keluarga
dengan anak balita yang mengalami diare di Puskesmas ciputat. Kriteria sampel yang
30
T
Tehnik peng
gambilan saampel dalam
m penelitiann ini mengggunakan teeknik Acciddental
saampling yaiitu samplingg yang terjjadi secara aksidental, siapa saja yang kebeetulan
bertemu akan
n terpilih menjadi samplee. Besar sam
mpel yang digunakan dallam penelitiaan ini
K
Keterangan:
N = Jumlah sampel
s yangg dibutuhkann
N = Besar poopulasi
= 1,96 (D
Derajat kemaaknaan 95%
% CI/Confideence Intervaal dengann (α)
sebesar 5%
%)
P = Jumlah penderita
p (baalita) diare di
d puskesmass Ciputat tahhun 2009
d = Derajat Presisi
P yangg di inginkann
baliita
D
Dengan cadaangan 10% untuk
u menghhindari dropp out respondden sehinggga jumlah saampel
yang dibutuhk
kan adalah sebanyak
s 69+
+6,9 =75,9 dibulatkan
d m
menjadi 76 orrang.
31
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan Banten dan Waktu
pelaksanaan penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai dengan April Tahun 2010.
D. Instrumen penelitian
Instrumen pada penelitian ini adalah Form Food Recall untuk mengetahui kecukupan
protein, karbohidrat dan zat-zat gizi lainnya seperti Vitamin A, B12, C). Food recall
dipergunakan pada level individu, prosedur untuk melihat rata-rata asupan makanan tiap
individu selama 24 atau 48 jam dengan interview. Kuantitas makanan biasanya dilihat
Prinsip dari metode food recall adalah dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Perlu diketahui bahwa data yang diperoleh
pada recall cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh sebab itu untuk mendapatkan data
yaitu dengan memberikan jeda atau selang hari, yaitu 1 hari setelah dilakukan
pengukuran serta jumlah konsumsi makanan individu diukur dengan menggunakan URT
(Sendok, gelas, piring, dll) atau ukuran lainnya yang di perlukan atau di pergunakan
32
Tabel 3.2 Form Food Recall
Pagi
Siang
Sore
1. Data Primer
a. Data mengenai ibu dan balita (umur, jenis kelamin, berat badan, alamat)
b. Data mengenai jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi balita recall 2 x 24
dengan menanyakan seluruh makanan yang dimakan oleh anak balita hari
33
kemarin selama 2 x 24 jam dari mulai bangun tidur pagi hari sampai menjelang
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh mengenai gambaran umum lokasi penelitian (puskesmas Ciputat
kota Tangerang Selatan tahun 2010) Data primer di peroleh dari metode food recall
untuk mengetahui konsumsi makanan dan data sekunder diperoleh dari pihak
F. Pengolahan Data
diantaranya:
Seluruh data yang terkumpul akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan untuk
34
Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data tersebut
tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah dan
dianalisis.
G. Etika Penelitian
judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan menjelaskan kepada responden
kerahasiaan identitas responden, dimana data yang diperoleh hanya akan digunakan
untuk kepentingan penelitian dan apabila penelitian telah selesai maka data tersebut akan
dimusnahkan.
H. Analisa Data
Analisa data menggunakan analisa univariat atau data secara deskriptif untuk melihat
distribusi frekuensi. Analisa ini dilakukan dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi
kecukupan zat mikro (vitamin) dan zat makro (protein, karbohidrat, lemak, energi) dari
hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk distribusi, frekuensi dan prosentase
35
BAB V
HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Umum
ciputat, akan tetapi dari serpong, pondok aren, pondok betung bahkan dari
pondok pinang sampai masyarakat kemang, sebab pada waktu itu kedinasan
36
b. Sebelah Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
bangun di atas tanah seluas 693 m2 dengan luas bangunan lebih kurang
2. Sosial Ekonomi
3) Tani : 361(1,52%)
6) Buruh : 3282(13,82%)
37
b. Tingkat Pendidikan
a. Visi
b. Misi
pelayanan prima
3) Mendorong kemandirian
1) Promosi Kesehatan
2) Kesehatan Lingkungan
4) Perbaikan Gizi
38
b. Program Pengembangan Wajib
2) Lansia
3) NAPZA
1) Kesehatan Jiwa
2) UKGMD
3) Laboratorium
a. Ketenagaan
4) Perawat : 4 orang
5) Bidan : 6 orang
39
6. Jumlah kasus dan data penyakit
967 kasus, 492 kasus ditemukan di Kelurahan Ciputat dan 475 kasus
Penyakit IMS, jumlah kasus IMS terdapat 109 kasus yang ditemukan di
Puskesmas Ciputat.
B. Analisa Univariat
40
a. Asupan Energi
Tabel 3.2
Kategori N %
Kurang 76 100
Baik 0 0
Total 76 100
b. Asupan Protein
Tabel 4.1
Kategori n %
Kurang 75 99
Baik 1 1
Total 76 100
41
Berdasarkan tabel, distribusi frekuensi asupan protein pada balita di
kategori baik.
c. Asupan Karbohidrat
Tabel 4.2
Kategori n %
Kurang 76 100
Baik 0 0
Total 76 100
d. Asupan Lemak
Tabel 5.1
Kategori n %
42
Kurang 75 99
Baik 1 1
Total 76 100
kategori baik.
e. Asupan Vitamin A
Tabel 5.2
Kategori n %
Kurang 72 95
Baik 4 5
Total 76 100
43
f. Asupan Vitamin B12
Tabel 6.1
Kategori n %
Kurang 63 82
Baik 13 18
Total 76 100
g. Asupan Vitamin C
Tabel 6.2
Kategori N %
Kurang 75 99
Baik 1 1
Total 76 100
44
Berdasarkan tabel, distribusi frekuensi asupan Vitamin c pada balita di
(99%) balita dalam kategori kurang dan 1 (1%) balita dalam kategori
baik.
konsumsi
menjadi dua kategori, zat gizi makro dan mikro. Yang termasuk zat gizi
Tabel 7.1
(n=76)
45
Zat Gizi makro Rata-rata Min-Max
Dari tabel diatas dapat dilihat rata-rata kandungan zat gizi yang
untuk rata-rata energi dengan kisaran antara 21 kal dengan 618.1 kal.
Tabel 7.2
Ciputat (n=76)
Dari tabel diatas dapat dilihat rata-rata kandungan zat gizi yang
dikonsumsi balita yang mengalami diare yaitu sebesar 15.7 untuk rata-rata
46
Karbohidrat dengan kisaran antara 0 kal dengan 433. Sedangkan konsumsi
Tabel 8.1
Vitamin C 6 mg 0 - 60.45 mg
rata-rata konsumsi maksimum sebesar 60.45 mg. Untuk vitamin B12 rata-
47
3. Gambaran Asupan Gizi pada balita berdasarkan pengelompokan umur
Tabel 8.2
Umur n %
0-6 bulan 6 8
4-5 tahun 3 4
Total 76 100
Berdasarkan tabel diatas dapat di lihat asupan gizi yang kurang pada balita
banyak terdapat pada umur 1-3 tahun yaitu 53 (69.7%) balita, 14 (18.4%)
balita pada umur 7-11 bulan, 6 (8%) balita pada umur 0-6 bulan dan 3
48
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
yaitu siapa saja yang bertemu langsung dijadikan sampel dengan kriteria
balita tersebut sedang mengalami diare akut, ibu balita bersedia dijadikan
Keterbatasan penelitian:
a. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini hanya pada asupan gizi
(asupan makanan).
mengalami diare..
c. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan secara luas dan hanya
50
B. Tehnik pengumpulan dan pengolahan data
Metode penelitian yang digunakan adalah metode food recall 24 hours. Prinsip
dari metode food recall 24 hours dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah
bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam lalu. Responden (ibu
balita) atau yang mengasuh disuruh menceritakan semua yang dimakan dan
diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak bangun
pagi kemarin sampai tidur malam harinya. Untuk mendapatkan data yang
dengan menggunakan alat Ukuran Rumah Tangga (URT) atau ukuran lainnya
responden dalam URT selama kurun waktu 24 jam. Kemudian dikonversi dari
kuantitatif tetapi metode ini juga dapat menimbulkan adanya bias pada hasil
balitanya.
51
C. Analisa Univariat
Kkal per hari dan protein sebesar 2.74 gr dengan kisaran 0.2-25.95 gr
per hari. Dari hasil kisaran konsumsi energi dan protein dikatan
ratanya kurang dari AKG untuk kecukupan zat gizinya yaitu vitamin
vitamin A perhari yang harus dipenuhi adalah sebesar 375 - 450 RE,
52
untuk vitamin B rata-rata konsumsi balita yaitu sebesar 1,7 ug dengan
– 45 mg.
Pada saat diare tubuh tidak cukup mendapat zat-zat gizi maka akan
konsumsi sehari
tetapi sebagian besar akibat dari penyakit saluran cerna atau pada
53
jumlahnya berkurang. Jumlah balita dengan asupan energi, protein,
energi, protein dan zat makro lainnya. Bila hal ini di biarkan
69.7 %. Pada umur 1-3 tahun presentase dan jumlah balita yang
jumlah balita umur 0-6 bulan, 7-11 bulan dan 4-6 tahun.
Dari hasil di atas dapat di lihat bahwa jumlah asupan zat-zat gizi
kekurangan zat gizi di dalam tubuh, maka simpanan zat gizi pada
54
tubuh di gunakan untuk memenuhi kebutuhan serta memperbaiki
gizinya. Secara harfiah balita/ anak dibawah lima tahun adalah anak
usia kurang dari lima tahun balita memiliki kebutuhan gizi yang
55
BAB VII
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
yang terserang diare dengan umur temuda 3 bulan dan umur tertua 4
tahun
gizi)
B. Saran
asupan gizi pada balita yang mengalami diare sehingga asupan gizi
56
2. Mengadakan pendidikan dan penyuluhan gizi kepada para ibu balita
57
no R1 r2 rata AKG kategori
1 590.4 276 433.2 550 kurang
2 110.3 193 151.65
3 402 834.2 618.1
4 237 348.2 292.6
5 80.2 390 235.1
6 190.8 99.2 145
7 586.6 390 488.3
8 120 60 90
9 178 118 148
10 390 390 390
11 476 124.6 300.3
12 36 60 48
13 142.2 178 160.1
14 142.2 55 98.6
15 96 96 96
16 120 60 90
17 120 120 120
18 65 65 65
19 8.9 17.8 13.35
20 17.8 8.9
21 130 65
22 17.8 8.9
23 36 142.8 89.4
24 142.8 142.8 142.8
25 178 37.1 107.55
26 24 65 44.5
27 838.2 85.8 462
28 53.4 89 71.2
29 178 48 113
30 35.6 17.8
31 142.8 142.8 142.8
32 65 65 65
33 89 36 62.5
34 87.5 87.5 87.5
35 229 142.8 185.9
36 153.1 153.1 153.1
37 148.8 65 106.9
38 65 65 65
39 25.9 162.1 94
40 23 30 26.5
53.4 30 41.7
41 89 65 77
42 65 65 65
43 53.4 105 79.2
44 13.8 137.4 75.6
45 53.4 26.7
46 89 11.5 50.25
47 137.4 68.7
48 35.6 17.8
49 42 21
50 178 89
51 178 89
52 35.6 17.8
53 35.6 35.6 35.6
54 53.4 26.7
55 60 60 60
56 49.6 9.2 29.4
57 65 65 65
58 53.4 94.4 73.9
59 231.4 142.8 187.1
60 174.4 160 167.2
61 96 30 63
62 36 142.8 89.4
63 106.8 53.4
64 53.4 12 32.7
65 65 65 65
66 65 65 65
67 65 65 65
68 200 65 132.5
69 48 202.7 125.35
70 60 60 60
71 53.4 40.5 46.95
72 89 476 282.5
73 65 65 65
74 285.6 285.6 285.6
75 190.4 190.4 190.4
76 0