Anda di halaman 1dari 2

A.

Akuntabilitas Perusahaan di Indonesia: Peran Pemerintah Menjadi Kunci

Isu yang beredar saat ini, OJK sedang mempersiapkan regulasi yang mewajibkan emiten
melaporkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungannya. Jika hal tersebut benar, maka GRI
Standards akan menjadi acuan utama bagi sekitar 500-an lebih perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, karena pada umumnya korporasi tidak terlalu mengenai IRF maupun
SASB dalam menyusun laporan keberlanjutan.

Ketika laporan keberlanjutan menjadi mandatory, maka Indonesia akan memasuki era baru
akuntabilitas yang lebih transparan. Tantangan terbesar bagi korporasi adalah kemampuan
mengikuti standar akuntabilitas yang baru sekaligus menjadikan akuntabilitas perusahaan
sebagai salah satu strategi untuk memperkuat positioning di sektor industri. Paradigma
pimpinan perusahaan dan investor harus berubah, menempatkan isu sosial dan lingkungan
sama pentingnya dengan isu ekonomi dan profitability.

Selanjutnya, permintaan untuk pemeriksaan atau review laporan keberlanjutan, atau disebut
juga assurance, akan meningkat. Minimnya institusi dan sumber daya manusia di Indonesia
yang mampu melakukan assurance akan membuka peluang baru dan berpotensi mendorong
masuknya tenaga konsultan asing ke Indonesia.

Perlu diingat juga bahwa sampai saat ini GRI tidak mengacu ke salah satu konsep assurance,
termasuk juga ke AccountAbiity AA1000 yang lazim menjadi acuan praktik assurance saat
ini. Oleh sebab itu, perlu diwaspadai munculnya layanan jasa assurance yang tidak jelas
konsep dan asal-usulnya.

Dalam menghadapi era akuntabilitas yang baru, korporasi dapat saja melakukan secara
strategis dan menciptakan peluang. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan
capacity building bagi divisi dan fungsi di dalam perusahaan yang terkait dengan laporan
keberlanjutan.

Perlu dipahami bahwa kendala terbesar penyusunan laporan keberlanjutan adalah proses
pengumpulan data yang tersebar di berbagai unit atau fungsi. Oleh sebab itu, capacity
building perlu dilakukan terhadap invidivu dari berbagai fungsi atau unit yang terkait
pengumpulan data untuk penyusunan laporan keberlanjutan.

Hal berikutnya adalah menyusun dan mengkomunikasikan laporan keberlanjutan secara


strategik. Sejauh ini jarang sekali perusahaan yang mengkomunikasikan laporannya secara
komprehensif. Laporan keberlanjutan sebenarnya dapat digunakan untuk
mengkomunikasikan success story perusahaan dalam mengelola aspek ekonomi, sosial dan
lingkungannya.

Laporan keberlanjutan dapat dikomunikasikan melalui berbagai strategi dan media


komunikasi. Iklan cetak dan elektronik, talkshow, infografis, short video, konferensi pers, dan
seminar merupakan berbagai pilihan yang dapat diambil.

Selanjutnya, laporan keberlanjutan merupakan alat untuk menganalisa kinerja dan


memperbaiki proses. Perbaikan proses juga berlaku pada penyusunan laporan keberlanjutan.
Perusahaan dapat melakukan perbaikan kualitas laporan secara terus menerus dan mengikuti
awarding sebagai sarana untuk menguji kualitas laporan dibandingkan dengan laporan
lainnnya.
Yang terakhir adalah dua hal kritikal yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan
keberlanjutan. Pertama yaitu selalu meng-update indikator atau pengungkapan terbaru dari
GRI Standards. Kemudian yang kedua memastikan risiko atas semua informasi dalam
laporan keberlanjutan dapat dikendalikan. Dengan demikian, tidak ada informasi yang dapat
disalahgunakan oleh pihak lain untuk “menyerang” perusahaan.

Kerjakan :

1. Jelaskan apa dampak peluncuran GRI Standards bagi Indonesia ke depan? Apa
konsekuensinya bagi akuntabilitas perusahaan? Ke mana arahnya?

B. Baca dan Pahami Jurnal berjudul Integrating sustainability measures into


strategic performance measurement system

Kerjakan :

1. Resume Jurnal, dengan urutan, sbb :


a. Rumusan Masalah yang mencakup Fokus dan Tujuan dari penelitian
b. Metode Penelitian yang digunakan untuk menganalisis data
c. Hasil Penelitian
d. Kesimpulan
2. Jelaskan hubungan antar variabel-variabel di Figure 2

Anda mungkin juga menyukai