Anda di halaman 1dari 13

TAKE HOME TEST

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK

NAMA : ARDY UTOMO

NIM : 121011710004

1. A. Public Policy (Kebijakan Publik) menurut Robert Eyestone


mengungkapkan bahwa kebijakan publik yakni sebagai suatu hubungan
unit pemerintah dengan sebuah lingkungannya. Dalam pernyataan ini
bisa diklasifikasikan sebagai democratic governance, yang mana
didalamnya terdapat suatu interaksi negara dengan rakyatnya dalam
rangka untuk mengatasi dalam persoalan publik. Sedangkan menurut
W.N. Dunn kebijakan publik adalah sebuah list pilihan suatu tindakan
yang saling terhubung yang disusun oleh sebuah instansi atau pejabat
pemerintah antara lain dalam sebuah bidang pertahanan, kesehatan,
pendidikan, kesejahteraan, pengendalian kriminalitas, dan sebuah
pembangunan perkotaan. Dari kedua definisi yang diungkapkan oleh para
ahli tersebut maka dapat dikatakan bahwa kebijakan public konsep yang
mendasari rencana organisasi publik atau rencana pemerintah dalam
mengatur kepentingan orang banyak atau kepentingan umum.
Implementasi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yang berarti
“pelaksanaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Implementasi
dapat berarti pelaksanaan dan/atau penerapan. Dengan menggabungkan
pengertian “Implementasi” dan “Kebijakan Publik”, maka dapat dikatakan
bahwa Implementasi Kebijakan Publik adalah Pelaksanaan dari konsep
atau rencana yang telah dibuat oleh pemerintah dalam menyelesaikan
permasalahan dalam masyarakat. Van Meter dan Van Horn
mendefinisikan implementasi kebijakan publik sebagai tindakan-

1
tindakan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan
ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan
menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu
maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai
perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan
kebijakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk
mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Mazmanian
dan Sabatier mengartikan implementasi kebijakan adalah pelaksana
keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang.
Namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan eksekutif
yang penting atau badan peradilan lainnya, keputusan tersebut
mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara
tegas tujuan atau sasaran yang ingin di capai dengan berbagai cara untuk
menstruktur atau mengatur proses implementasinya.

B. Pelayanan Publik menurut UU No. 25 Tahun 2009 adalah kegiatan atau


rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan / atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

2. Bidang Pelayanan Publik sebagaimana tercantum dalam Pasal 5 ayat 1 UU


No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik adalah bahwa Ruang Lingkup
pelayanan public meliputi pelayanan barang publik dan jasa public serta
pelayanan administrative yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
a. Bidang Transportasi
(kereta api dan Bus Way dengan menggunakan Kartu)
b. Bidang Ekonomi
(Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter, Kebijakan Ekonomi Internasional,
Kebijakan Pendapatan)
2
c. Bidang pendidikan
(BOS, Pergantian Kurikulum, Bea Siswa)
d. Bidang kesehatan
(Menyelenggarakan Kartu Sehat /BPJS dan Jamkesnas masyarakat)
e. Bidang Lingkungan Hidup
(Kebijakan pelestarian)

Contoh umum kebijakan pemerintah dalam pelayanan public meliputi :


 Pelayanan Barang publik yang ketersediaannya merupakan hasil dari
kegiatan badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik
daerah yang mendapat pelimpahan tugas untuk menyelenggarakan
pelayanan publik (public service obligation), sebagai contoh:

 listrik hasil pengelolaan PT (Persero) PLN; dan


 air bersih hasil pengelolaan perusahaan daerah air minum

Misi negara adalah kebijakan untuk mengatasi permasalahan


tertentu, kegiatan tertentu, atau mencapai tujuan tertentu yang
berkenaan dengan kepentingan dan manfaat orang banyak, sebagai
contoh:

 kebijakan menugaskan PT (Persero) Pertamina dalam menyalurkan


bahan bakar minyak jenis premium dengan harga yang sama untuk
eceran di seluruh Indonesia;
 kebijakan memberikan subsidi agar harga pupuk dijual lebih murah
guna mendorong petani berproduksi;
 kebijakan memberantas atau mengurangi penyakit gondok yang
dilakukan melalui pemberian yodium pada setiap garam (di luar
garam industri);
 kebijakan menjamin harga jual gabah di tingkat petani melalui
penetapan harga pembelian gabah yang dibeli oleh Perum Badan
Usaha Logistik;

3
 kebijakan pengamanan cadangan pangan melalui pengamanan
harga pangan pokok, pengelolaan cadangan dan distribusi pangan
kepada golongan masyarakat tertentu;
 kebijakan pengadaan tabung gas tiga kilo gram untuk kelompok
masyarakat tertentu dalam rangka konversi minyak tanah ke gas.
 Jasa publik dalam ketentuan ini adalah jasa yang dihasilkan oleh
badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah yang mendapat
pelimpahan tugas untuk menyelenggarakan pelayanan publik (public
service obligation), sebagai contoh, antara lain jasa pelayanan
transportasi angkutan udara/laut/darat yang dilakukan oleh PT
(Persero) Garuda Indonesia, PT (Persero) Merpati Airlines, PT (Persero)
PELNI, PT (Persero) KAI, dan PT (Persero) DAMRI, serta jasa
penyediaan air bersih yang dilakukan oleh perusahaan daerah air
minum.

Misi negara adalah kebijakan untuk mengatasi permasalahan


tertentu, kegiatan tertentu, atau mencapai tujuan tertentu yang
berkenaan dengan kepentingan dan manfaat orang banyak, sebagai
contoh:

 jasa pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin oleh rumah


sakit swasta;
 jasa penyelenggaraan pendidikan oleh pihak swasta harus
mengikuti ketentuan penyelenggaraan pendidikan nasional;
 jasa pelayanan angkutan bus antarkota atau dalam kota, rute dan
tarifnya ditentukan oleh pemerintah;
 jasa pelayanan angkutan udara kelas ekonomi, tarif batas atasnya
ditetapkan oleh pemerintah;
 jasa pendirian panti-panti sosial; dan
 jasa pelayanan keamanan.

4
 Pelayanan Administratif yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik,
misalnya status kewarganegaraan, serrtifikat kompetensi,
kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya.
Dokumen-dokumen ini antara lain kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte
Pernikahan, Akte kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan
Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda
Kendaraan Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor,
Sertifikat Kepemilikan / Penguasaan Tanah dan sebagainya.

 Tindakan administratif pemerintah merupakan pelayanan


pemberian dokumen oleh pemerintah, antara lain yang dimulai dari
seseorang yang lahir memperoleh akta kelahiran hingga meninggal
dan memperoleh akta kematian, termasuk segala hal ihwal yang
diperlukan oleh penduduk dalam menjalani kehidupannya, seperti
memperoleh izin mendirikan bangunan, izin usaha, sertifikat tanah,
dan surat nikah.
 Tindakan administratif nonpemerintah merupakan pelayanan
pemberian dokumen oleh instansi di luar pemerintah, antara lain
urusan perbankan, asuransi, kesehatan, keamanan, pengelolaan
kawasan industri, dan pengelolaan kegiatan sosial.

3. A. Tiga Komponen dalam melaksanakan suatu Implementasi Kebijakan


Publik, antara lain :
 Komponen pertama, kebijakan publik (public policies) merupakan isi
kebijakan itu sendiri (policy content) yang terdiri dari sejumlah
daftar pilihan keputusan tentang urusan publik (termasuk keputusan
untuk tidak melakukan apa-apa) yang dibuat oleh lembaga dan
pejabat pemerintah. Isi sebuah kebijakan merespon berbagai masalah
publik (public issues) yang mencakup berbagai bidang kehidupan
mulai dari pertahanan, keamanan, energi, kesehatan, pendidikan,

5
kesejahteraan dan semacamnya. Tingkat ketepatan keputusan
sebuah kebijakan tergantung pada ketepatan dalam merumuskan
masalah publik yang ingin dipecahkan.
 Komponen kedua, stakeholder kebijakan (policy stakeholder),
yaitu individu atau kelompok yang berkaitan langsung dengan sebuah
kebijakan yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
keputusan atau kebijakan tersebut. Stakeholder kebijakan tersebut
bisa terdiri dari sekelompok warga, organisasi buruh, pedagang kaki
lima, komunitas wartawan, partai politik, lembaga pemerintahan, dan
semacamya. Stakeholder kebijakan memberikan respon yang
berbeda-beda terhadap suatu kebijakan publik, tergantung pada
lingkungan kebijakan dan karakteristik dampak yang diterima
masing-masing.
 Komponen ketiga, lingkungan kebijakan (policy environment), yaitu
konteks khusus dimana sebuah kebijakan terjadi, yang berpengaruh
dan dipengaruhi oleh stakeholder kebijakan dan kebijakan publik itu
sendiri. Lingkungan kebijakan ini bisa bermacam-macam bentuknya,
seperti tingkat keamanan, kemampuan daya beli masyarakat, tingkat
pengangguran, tingkat demokratisasi pemerintahan dan
semacamnya. Lingkungan kebijakan ini akan menentukan apakah
sebuah kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan duungan atau
penolakan dari para pelaksana atau sasaran kebijakan tersebut.

B. Tahapan dalam mengimplementasikan kebijakan

Proses dilaluinya tahapan dalam menentukan kebijakan publik dapat


disebut bahwa pemerintah telah memenuhi syarat dari ciri-ciri sistem
politik demokrasi di Indonesia dimana pemerintah melibatkan elemen
masyarakat dalam menentukan kebijakan publik tersebut. Adapun
tahapan yang dilakukan oleh pemerintah dalam menentukan dan
menetapkan suatu kebijakan publik adalah sebagai berikut:

6
1. Agenda Setting

Agenda setting atau penyusunan agenda adalah tahap-tahap kebijakan


publik pertama yang dilakukan oleh pemerintah dalam menentukan dan
menetapkan suatu kebijakan publik yang berlaku di dalam kehidupan
masyarakat. Penyusunan agenda merupakan suatu proses yang sangat baik
untuk memaknai apa sebetulnya yang menjadi kebutuhan prioritas
masyarakat. Kebutuhan masyarakat yang dipilih dan ditentukan adalah
kebutuhan masyarakat yang sesuai dengan prioritas masyarakat secara
keseluruhan, bukan prioritas masyarakat secara kelompok ataupun golongan
tertentu.

2. Policy Formulating

Tahapan kedua yang dilakukan pemerintah dalam merumuskan


kebijakan publik adalah policy formulating atau melakuka formulasi kebijakan.
Pokok-pokok permasalahan yang sudah ditentukan dan diramu sedemikian
rupa oleh pemerintah kemudian dibahas secara lebih lanjut di dalam forum
khusus untuk menetapkan kebijakan yang akan berlangsung di dalam negara
atau daerah.

3. Policy Adoption

Policy adoption atau pengadopsian kebijakan merupakan tahapan ketiga


yang dilakukan pemerintah dalam menentukan kebijakan publik yang akan
diberlakukan secara umum bagi masyarakat. Adopsi kebijakan ini mempunyai
tujuan secara legimitasi untuk memberikan otorisasi atau kuasa pada jalannya
proses dasar pemerintahan dalam menentapkan kebijakan publik.

4. Policy Implementation

Tahapan keempat yang dilakukan oleh pemerintah dalam menentukan


atau menetapkan kebijakan publik adalah policy implementation. Policy

7
implementation atau implementasi kebijakan adalah suatu langkah yang dapat
disebut sebagai langkah penerapan sekaligus langkah uji coba yang dilakukan
pemerintah dalam penerapan kebijakan publik yang perlaku di masyarakat
secara luas. Dalam tahapan ini, pemerintah melakukan perannya sebagai
pengawas untuk mengawasi jalannya kebijakan publik yang berlaku di
lingkungan masyarakat.

5. Policy Evaluation

Setelah keempat tahapan dalam menentukan dan memberlakukan


kebijakan publik dilakukan, pemerintah juga masih memiliki langkah terakhir
yaitu policy evaluation atau evaluasi kebijakan yang sudah diberlakukan dalam
kurun waktu tertentu. Evaluasi kebijakan publik yang dilakukan oleh
pemerintah dapat disebut sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk menilai
kebijakan publik yang telah dilaksanakan yang menyangkut pada subtansi,
penerapan, dan dampak yang ditimbulkan dari penerapan kebijakan publik itu
sendiri. Melalui tahapan evaluasi inilah pemerintah dapat melakukan perbaikan
terhadap kebijakan publik yang berlaku berdasarkan pengalaman yang telah
dilalui selama kebijakan publik tersebut terlaksana.

Tahapan dalam mengimplementasikan kebijakan menurut Mazmanian dan


Zabitier yaitu:

 Keluaran : Kebijakan dari Organisasi Pelaksana


Sasaran dan tujuan program harus jelas dan konsisten.
 Kesesuaian : Keluaran kebijakan dengan kelompok sasaran
Jelas dan konsisten karena keduanya digunakan sebagai standar dlm
mengevaluasi implementasi kebijakan yg biasanya dilakukan oleh
aparat birokrasi.
 Dampak Aktual : Keluaran Kebijakan
Contoh : Kebijakan Inovasi Pertanian, Jika kebijakan ini dimaksudkan
untuk meningkatkan kesejahteraan petani, mk harus tersedia

8
penjelasan empiris maupun paling tdk teoritis bahwa inovasi
pertanian akan dgn sendirinya memperbaiki kondisi ekonomi para
petani.
 Dampak yang diperkirakan
Setelah terpenuhi, pada tahap implementasi pejabat pelaksana dan
kelompok sasaran hrs mematuhi program. Tanpa kepatuhan mereka,
maka tujuan kebijakan tidak akan tercapai. Namun demikian,
discretion of power tdk dapat dihindarkan utk dilakukan oleh pejabat
utk menyesuaikan diri terhadap faktor lingkungan yg berubah-ubah.
 Perbaikan Peraturan
Hal di atas mensyaratkan perlunya rekrutmen aparat birokrat yg ahli
dalam mengerahkan sumber daya dan berinisiatif mengambil
keputusan guna memodifikasi kebijakan.. Sabatier dan Mazmanian
menganggap bahwa suatu implementasi akan efektif apabila birokrasi
pelaksananya mematuhi apa yang telah digariskan oleh peraturan
(juklak dan juknis).

C. Dalam mengimplementasikan suatu kebijakan public dengan


pendekatan Top Down, maka beberapa hal yang harus dilakukan antara
lain :
1. Memilih kebijakan yang akan dikaji;
2. Mempelajari dokumen kebijakan yang ada untuk dapat
mengidentifikasi tujuan dan sasaran kebijakan yang secara formal
tercantum dalam dokumen kebijakan;
3. Mengidentifikasi bentuk-bentuk keluaran kebijakan yang digunakan
sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran kebijakan;
4. Mengidentifikasi apakah keluaran kebijakan telah diterima oleh oleh
kelompok sasaran dengan baik (sesuai dengan SOP) yang ada;
5. Mengidentifikasi apakah keluaran kebijakan memiliki manfaat bagi
kelompok sasaran;

9
6. Mengidentifikasi apakah muncul dampak setelah kelompok sasaran
memanfaatkan keluaran kebijakan.

Kebijakan-kebijakan yang bersifat top-down adalah kebijakan yang


bersifat secara strategis dan berhubungan dengan keselamatan negara, seperti
kebijakan mengenai antiterorisme, berbeda dengan kebijakan yang lebih efektif
jika diimplementasikan secara bottom-up, yang biasanya berkenaan dengan hal-
hal yang tidak secara langsung berkenaan dengan national security, seperti
kebijakan alat kontrasepsi, padi varietas unggul, pengembangan ekonomi
nelayan dan sejenisnya.

Dalam implementasi sebuah kebijakan pilihan yang paling efektif adalah


jika kita bisa membuat kombinasi implementasi kebijakan publik yang
partisipatif, artinya bersifat top-down dan bottom-up. Model ini biasanya lebih
dapat berjalan secara efektif, berkesinambungan dan murah.

4. Public Policy (Kebijakan Publik) sebagaimana pengertiannya, maka urgensi


dari diperlukannya keberadaan ”Kebijakan Publik” adalah :
1. Ketertiban Umum
 Adanya Kebijakan Publik adalah untuk menjamin ketertiban
dalam negara atau dalam daerah sesuai dengan di tingkat mana
kebijakan dibuat. karena ada beberapa hal di mana ketertiban
tidak berjalan tanpa adanya kebijakan publik.
Contoh kebijakan publik yang dilakukan untuk menjaga
ketertiban umum dalam masyarakat adalah kebijakan dalam
mengatur jalur bus dalam kota dan antar kota. Jika tidak diatur
demikian, maka di jalan bus atau angkutan umum lain bebas
melalui jalan mana saja. Penumpang bingung dan tidak jelas
harus menunggu di bagian mana. Belum lagi antar sesama bis dan
angkutan kota yang bentrok karena rebutan trayek, meskipun

10
rejeki sudah ada yang mengatur. Di lapangan banyak hal yang
dapat terjadi dan tak terduga. Pengaturan ini juga dilakukan
untuk menghindari kemacetan yang mungkin saja terjadi jika
banyak bus dan angkutan kota berkumpul pada satu titik.
2. Melindungi Hak-Hak Masyarakat
 Beberapa kebijakan dibuat untuk melindungi hak-hak
masyarakat. Khususnya hak asasi manusia. Mengapa di atur?
Karena setiap masyarakat mempunyai hak yang sama. Jika tidak
ada pengaturan dan setiap orang ingin bebas melaksanakan
haknya tanpa batasan, maka kekacauan akan terjadi. Tujuan
pertama, yaitu ketertiban tidak terlaksana.
Contoh kebijakan yang dibuat untuk melindungi hak-hak
masyarakat adalah kebijakan mengatur pedagang kaki lima yang
berjualan di trotoar jalan. Trotoar adalah sisi yang dipergunakan
untuk pejalan kaki. Dibuat untuk melindungi masyarakat dari
keramaian lalu lintas yang dapat membuat terjadinya kecelakaan.
Adanya pelarangan berjualan di trotoar, maka hak pejalan kaki
sebagai bagian dari masyarakat terlindungi. Sementara para
pedagang kaki lima diberi tempat khusus, sehingga haknya untuk
mencari penghidupan yang layak tidak terabaikan.
3. Keteraturan dalam Masyarakat
 Setiap mencapai tujuan tentu ada rencana untuk
kegiatan. Sebuah rencana untuk mencapai tujuan jangka panjang
. Nah, kebijakan publik ini ibaratnya menjadi petunjuk dan rambu
dalam mencapai kegiatan. Ada beberapa hal yang tidak tercantum
dalam rencana kegiatan. Dengan dikeluarkannya kebijakan
publik, masalah yang terjadi di tengah akan disesuaikan rambu
kebijakan publik yang dibuat.
 Kebijakan publik dibuat atau dikeluarkan sesuai dengan
perkembangan yang terjadi. Misalnya, kebijakan menaikkan

11
harga BBM, kebijakan pembangunan jalan tol Pantura, dan
sebagainya. Semua dikeluarkan sesuai masalah atau
perkembangan yang ada. Tol Pantura untuk mengatasi
kemacetan, khususnya di saat menjelang Idul Fitri. Pengeluaran
kebijakan ini menjadi arahan kepada pelaksana di
lapangan. Kebijakan akan menentukan kapan pekerjaan harus
selesai. Pelaksana akan mencari jalan bagaimana agar pekerjaan
dan program selesai tepat waktu.
 Kebijakan publik berfungsi sebagai penyelenggara administrasi
dan urusan tata usaha. Setiap kebijakan akan dicatat, sehingga
jelas pelaksanaan, tujuan, dan hasilnya untuk kemudian
dievaluasi. Tanpa kebijakan publik, seorang pimpinan bisa saja
mengeluarkan pernyataan tentang sesuatu, tetapi itu tidak bisa
dijadikan aturan atau ketentuan. Tidak tercatat dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya kepada masyarakat sebagai
sasaran hampir setiap kebijakan yang ada.

5. Pengertian Evaluasi Kebijakan Publik dikemukakan oleh William N. Dunn


(1998) sebagai sebuah tahapan kebijakan public yang menempati posisi
terakhir setelah implementasi kebijakan yang ditujukan untuk mengetahui
apakh kebijakan yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan harapan
masyarakat dan terbukti efektif memecahkan permasalahan yang ada atau
tidak. Sedangkan Jones (1996) secara umum menjelaskan evaluasi
kebijakan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk
menilai manfaat dari suatu kebijakan atau program pemerintah yang
mencakup sub-sub kegiatan seperti spesifik obyek, teknik pengukuran,
metode analisis, dan rekomendasi yang dihasilkannya. Berdasarkan
beberapa pengertian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa evaluasi
kebijakan publik adalah suatu aktivitas yang dilakukan setelah sebelumnya
dilakukan tahapan-tahapan implementasi kebijakan publik, yang notabene

12
dirancang guna menilai kualitas dan manfaat dari kebijakan yang telah
dilaksanakan.

Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam evaluasi :

1. Mengindentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi;


2. Analisis terhadap masalah;
3. Deskripsi dan standarisasi kegiatan
4. Penfgukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi;
5. Menentukan apakan perubahan yang diamati merupakan akibat dari
kegiatan tersebut atau karena penyebab lain;
6. Beberapa indicator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.

Hasil evaluasi akan dianalisa sebagai pertimbangan bagi pembuat kebijakan


untuk melakukan penyesuaian atau perubahan demi penyempurnaan
kebijakan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa suatu kebijakan publik
tidaklah permanen tetapi membutuhkan penyesuaian, karena kebijakan sangat
dipengaruhi oleh faktor politik, sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan informasi
yang senantiasa dinamis.

13

Anda mungkin juga menyukai