PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan utama rumah sakit adalah memberikan perawatan pasien. Proses perawatan
pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak praktisi kesehatan serta dapat melibatkan
berbagai jenis perawatan, departemen, dan layanan. Integrasi dan koordinasi kegiatan
sumber daya manusia dan lainnya yang efektif, serta kemungkinan kondisi akhir pasien yang
lebih baik. Oleh karena itu, pemimpin menerapkan berbagai sarana dan teknik untuk
perawatan diberikan oleh tim, kunjungan terhadap pasien dilaksanakan oleh berbagai
Peningkatan mutu pelayanan secara global saat ini terarah kepada asas efektivitas
biaya (cost effectiveness), kepuasan pasien (patient satisfaction), dan menjaga mutu
pelayanan (quality assurance), yang harus terus menerus dilakukan melalui perbaikan yang
yang melibatkan berbagai pihak baik dari kalangan keperawatan sendiri maupun di luar
keperawatan. Hal ini berarti bahwa perawat harus mau berubah ke arah yang lebih baik. Salah
satu proses perubahan atau pergeseran yang dialami oleh bidang keperawatan adalah Model
asuhan keperawatan yang diterapkan saat memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Yang awalnya para profesional perawat hanya mengenal model asuhan keperawatan
Model Asuhan keperawatan terhadap pasien dapat bervariasi dari satu unit
perawatan, dan sumber daya yang tersedia. Fokus dari model pemberian asuhan perawatan
adalah pada pasien dan bagaimana layanan perawatan dikembangkan dan disediakan.
Pengambilan keputusan klinis perawat, alokasi kerja (beban kerja), komunikasi, dan
manajemen dimasukkan dalam model pemberian asuhan perawatan. Pilihan model yang
dan ekonomi yang berbeda. (Tiedeman at all 2004) dalam (Jones rebecca 2007).
asuhan keperawatan , yaitu metode kasus ( Total care), metode fungsional, metode tim dan
metode Keperawatan primer. ( Suni Arsad 2018). Beberapa metode tersebut disebut juga
medis pasien. Secara khusus, setiap praktisi kesehatan: perawat, dokter, ahli terapi, ahli gizi
dan professional kesehatan lainnya mencatat pengamatan, pengobatan, hasil atau kesimpulan
dari pertemuan/ diskusi tim perawatan pasien dalam catatan perkembangan yang berorientasi
masalah dalam bentuk SOAP dengan formulir yang sama dalam rekam medis, dengan ini
Situmorang., & Silitonga, 2011; Iyer Patricia & Camp Nancy, 2004).
Suatu rencana perawatan tunggal dan terintegrasi yang mengidentifikasi
perkembangan terukur yang diharapkan oleh masing-masing disiplin adalah lebih baik
daripada rencana perawatan terpisah yang disusun oleh masing-masing praktisi. Rencana per
awatan pasien harus mencerminkan sasaran perawatan yang khas untuk masing-masing
individu, objektif, dan realistis sehingga nantinya penilaian ulang dan revisi rencana dapat
dilakukan.
Asuhan keperawatan terintegrasi adalah suatu kegiatan tim yang terdiri dari dokter,
perawat/bidan, nutrisionis dan farmasi dalam melaksanakan asuhan yang terintegrasi dalam
satu lokasi rekam medis, yang dilaksanakan secara kolaborasi dari masing-masing profesi.
Pelayanan terintegrasi berorientasi pada kepentingan pasien dan tidak didominasi oleh satu
profesi saja. Dan hal ini berdampak positif terhadap mutu pelayanan kesehatan (Sutoto,
2015).
Dokumentasi yang terintegrasi dapat dijadikan bukti tertulis dari kegiatan yang telah
dilakukan oleh tenaga kesehatan multidisiplin yang ada di sebuah ruang rawat. Dokumentasi
yang disebut lengkap apabila pencatatan yang dilakukan oleh dokter, perawat, farmasi dan
gizi sesuai standar yang telah ditetapkan oleh rumah sakit, sehingga bisa melindungi tenaga
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis dari model asuhan keperawatan tradisional
2. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis dari model asuhan keperawatan terintegrasi
3. Untuk mengetahui kelebihan atau kekurangan dari model asuhan keperawatan tradisional
terintegrasi
BAB II
TINJAUAN TEORI
Metode Kasus atau total perawatan pasien adalah model tertua dalam mengatur
perawatan pasien. Dengan total perawatan kepada pasien, perawat memikul tanggung
jawab total selama bertugas untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang ditugaskan.
Pada pergantian abad ke-19, perawatan total pasien adalah model pemberian perawatan
bertanggung jawab untuk memasak, membersihkan rumah, dan kegiatan lain yang khusus
untuk pasien dan keluarga selain perawatan tradisional. Namun, selama tahun 1930-an,
orang tidak bisa lagi menggunakan perawatan total ini di rumah dan mulai
menggunakannya rumah sakit. Seiring dengan pertumbuhan rumah sakit selama tahun
1930-an dan 1940-an, penyediaan perawatan total terus menjadi sarana utama untuk
Dalam metode total atau kasus dimana setiap perawat ditugaskan untuk melayani
seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap sif, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,
dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam memberikan
asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan perawatan intensif (intensive care). (
Nursalam 2014)
Adapun kelebihan dari metode ini adalah belum dapat di identifikasi perawat
penanaggung jawab dan perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang
sama. Adapun kelebihan dari pada metode ini adalah perawat lebih memahami kasus per
kasus per kasus dan sistem evaluasi dapat di lakukan secara terus menerus. ( Suni 2018).
Kepala Ruangan
Pasien Pasien
Pasien
rumah sakit yang cepat sebagai hasil dari Undang-Undang Hill Burton. Karena perawat
banyak diminati di luar negeri dan di pekerjakan di rumah, maka terjadi kekurangan
perawat, sehingga tenaga tambahan diperlukan untuk membantu dalam perawatan pasien.
Para pekerja yang relatif tidak terlatih ini dilatih untuk melakukan tugas-tugas sederhana
Bessie 2012)
Setiap perawat di beri satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua
klien di suatu ruangan. Seorang perawat dapat bertanggung jawab dalam pemberian obat,
mengganti balutan, memantau pemasangan infus dan kegiatan lainnya. Dalam hal ini,
setiap setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua
pasien yang berda di bangsal. Contoh ada perawat yang yang hanya bertanggungjawab
pada perawatan luka, pemberian obat, ada yang mengatur pemberian intervena. Dalam
hal ini tidak perawat yang bertanggungjawab penuh pada seorang klien. ( Suni 2018)
kerjakannya kepada kepala ruangan lalu kepala ruangan akan bertanggungjawab dan
Kelebihan:
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien
Kelemahan :
c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.
( Nursalam 2014 )
Struktur Organisasi Metode Total/Kasus :
Kepala ruangan
Pasien
bawah arahan seorang perawat profesional. Sebagai ketua tim, perawat bertanggung
jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ditugaskan dalam tim
dan untuk merencanakan perawatan individu. Tugas ketua tim bervariasi tergantung pada
kebutuhan pasien dan beban kerja. Tugas-tugas ini dapat mencakup membantu anggota
kooperatif dan kolaborasi. Kelompok ini di pimpin oleh perawat yang yang berijazah
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam
satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini biasa digunakan pada pelayanan
keperawatan di unit rawat inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat.
Adapun kelemahan dari metode tim ini adalah komunikasi antaranggota tim
terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu,
Kepala Ruangan
primer, perawat primer memikul tanggung jawab 24 jam untuk merencanakan perawatan
satu atau lebih pasien mulai dari masuk perawatan untuk keluar atau akhir perawatan.
Selama jam kerja, perawat utama memberikan perawatan langsung total untuk pasien itu.
Ketika perawat utama tidak bertugas, perawat asosiasi yang mengikuti rencana perawatan
yang ditetapkan oleh perawat primer untuk memberikan perawatan. ( Marquis. L. Bessie
2012)
perawat. Hal ini di tandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara klien
dalam asuhan keperawatan selama klien di rawat. Perawat primer bertanggung jawab
untuk membangun komunikasi yang efektif antara klien, dokter, perawat pelaksana dan
anggota tim kesehatan lainnya. Pearwat primer harus mempunyai beberpa kriteria yang
serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu. Pada umumnya perawat
primer adalah perawat yang mempunyai spesialis daam klinik yang memiliki kualifikasi
secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan
yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter
juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
2014).
Kepala
ruangan
Dokter
Sarana RS
Perawat
Primer
Pasien
Perawat Perawat
Pelaksana Pelaksana
( Evening) jika di
Perawat perlukan
Pelaksana
( Night)
B. Model Asuhan Keperawatan Terintegrasi
1. Practice partnerships
a. Definisi
persyaratan yaitu persamaan perhatian, saling percaya dan saling menghormati, harus
saling menyadari pentingnya kemitraan, harus ada kesepekatan misi, visi, tujuan dan
nilai yang sama harus berpijak pada landasan yang sama, kesediaan untuk berkorban
(Yoder-Wise, P. S. 2011).
partnernya yaitu individu, keluarga dan masyarakat yang memiliki kekuatan atau
dalam kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk mencapai dan atau
b. Syarat Kemitraan
yang sama terhadap suatu masalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor
intensif.
Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk
Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakati bersama, dan akan
masalah kesehatan bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi
c. Prinsip Kemitraan
Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu
Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan berorientasi
pada tindakan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan
3) Keterbukaan (transparansi)
Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan masing-masing anggota mitra harus
diketahui oleh anggota yang lain. Transparansi dicapai melalui dialog (pada
4) Kesetaraan
Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri
sama tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain.
melihat besaran dan kekuatan. Para peserta harus saling menghormati serta
memahami keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling
5) Tanggung Jawab
Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain
cara yang relevan dan tepat. Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa
yang dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi usaha yang
berkelanjutan.
6) Saling melengkapi
Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun atas
dengan yang lain. Kapasitas lokal adalah salah satu aset penting untuk
sebagai bagian integral dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya
d. Model Kemitraan
dapat dipahami sebagai sebuah ideologi kemitraan, sebab model tersebut merupakan
azas dan nafas kita dalam membangun kemitraan dengan anggota masyarakat lainnya.
Kemitraan antara tenaga kesehatan sudah ada selama ini walaupun kemitraan
yang ada belum sebagai “mitra”tetapi perawat sering masih dianggap sebagai
pembantu. Maka dari itu perawat harus berubah ke yang lebih baik terutama untuk
ilmu keperawatan dan praktik keperawatan. Keperawatan dapat dilihat dari berbagai
aspek, antara lain keperawatan sebagai bentuk asuhan profesional kepada masyarakat,
Dengan terjadinya perubahan atau pergeseran dari berbagai faktor yang memengaruhi
bekerja sama dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya tim
medis sebagai mitra kerja dalam memberikan asuhan kepada pasien. Aktivitas
bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diemban. Hal ini diperlukan pada saat
ini dan masa yang akan datang dalam upaya mewujudkan jati diri perawat dan
menghilangkan masa lalu keperawatan yang hanya bekerja seperti robot dan berada
dalam batas-batas lingkup praktik mereka dan saling mengakui dan menghargai setiap
2. Case Management
digunakan oleh beberapa penyedia layanan kesehatan dan sistem untuk menganjurkan
klien, penyampaian layanan kesehatan, dan memfasilitasi hasil dari biaya dan kualitas.
Berawal dari tekanan untuk penahanan biaya, dan kemudian dinilai untuk pengendalian
kesehatan, dan kemudian rumah sakit, sebagai solusi utama untuk masalah misi dan
margin yang serius. Sebelumnya digunakan sebagai strategi dalam pelayanan sosial,
a. Definisi
Association (AMCA) adalah pengelolaan kasus di rumah sakit dan sistem pelayanan
kesehatan adalah model praktik kolaboratif yang mencakup pasien, perawat, pekerja
sosial, dokter, tenaga kese-hatan, dan komunitas. Pengelolaan kasus ini mencakup
kesehatan optimal. Akses ke pelayanan kesehatan, dan utilisasi sumber daya yang
tepat, seimbang dengan hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri (ACMA,
2013). Case management merupakan sebuah strategi intervensi yang digunakan oleh
2010).
Case management dilakukan dalam bidang etika dan hukum dari praktik case
manager, menggunakan cara berpikir kritis dan pengetahuan berbasis bukti. Case
management bersifat tidak linier atau latihan satu arah. Misalnya, tanggung jawab
untuk pengkajian akan terjadi pada semua titik dalam proses, dan fungsi seperti
Langkah pertama yakni fokus pada identifikasi klien yang akan mendapatkan
manfaat dari layanan case management. Langkah ini termasuk pada proses
pertama selesai. Proses ini dilakukan secara bertahap selama kasus berlangsung.
kebutuhan klien, begitu pula dalam menentukan jenis layanan dan sumber daya
yang tersedia dalam rangka memenuhi tujuan atau hasil yang diinginkan klien.
Langkah kelima ini berupa evaluasi yang melibatkan evaluasi status klien dan
berakhir. Proses ini berfokus pada menghentikan case management ketika transisi
perawatan harus dikelola dengan hati-hati di setiap area atau unit dan antara area
oleh pengelola kasus ini benar dapat meningkatkan mutu pelayanan dan berkontribusi
pada pendapatan rumah sakit ? Jawabannya belum bisa disimpulkan pada saat ini,
karena konsep pelayanan pengelolaan kasus ini belum dilakukan di sebagian besar
rumah sakit di Indonesia. Beberapa rumah sakit pendidikan dan rumah sakit besar
yang melakukannya itupun terbatas pada kriteria tertentu yang masih sangat khusus
misalnya pasien Jamkesmas, pasien kanker, dan pasien dengan kasus high risk dan
3. Critical Pathways
Critical Pathways atau yang biasa dikenal dengan Integrasi clinical pathway adalah
menstandarisasi proses perawatan selama kurun waktu pengobatan. Jalur kritis adalah
alat praktik terbaik untuk mengatur dan mengintegrasikan berbagai tingkat perawatan
kesehatan yang dilakukan oleh penyedia layanan dari sejumlah disiplin ilmu.
berfokus pada perawatan pasien, yang terjadi tepat waktu untuk menghasilkan hasil
terbaik yang telah ditentukan, dalam sumber daya dan kegiatan yang tersedia, untuk
meningkatkan kualitas dan mendefinisikan ICP sebagai semua elemen perawatan dan
pengobatan yang diantisipasi dari semua anggota tim multidisiplin, bagi pasien
dengan kasus tertentu dalam jangka waktu yang disepakati untuk pencapaian outcome
intervensi yang diharapkan, ditempatkan dalam kerangka waktu yang tepat, ditulis
dan disepakati oleh tim multidisiplin, untuk membantu pasien dengan kondisi tertentu
melalui diagnosis pengalaman klinis untuk hasil yang positif. Clinical pathway adalah
alur yang menunjukkan secara detail tahap-tahap penting dari pelayanan kesehatan
termasuk hasil yang diharapkan. Secara sederhana dapat dibilang bahwa clinical
pathway adalah sebuah alur yang menggambarkan proses mulai saat penerimaan
dilaksanakan tepat waktu. Clinical pathway memiliki banyak nama lain seperti:
Critical care pathway, Integrated care pathway, Coordinated care pathway, Caremaps
(alur perawatan, alur kritis, alur perawatan terintegrasi atau peta perawatan).
Dalam membuat Clinical Pathways penanganan kasus pasien rawat inap di rumah
farmasi)
3) Dalam batasan waktu yang telah ditentukan sesuai dengan keadaan perjalanan
penyakit pasien dan dicatat dalam bentuk periode harian (untuk kasus rawat inap)
Profesi medis: Standar Pelayanan Medis dari setiap kelompok staf medis/staf
Alur Pelayanan Pasien Rawat Inap dan Operasi dari Sistem Kelompok Staf
Sakit.
morbiditas pasien) yang dibuat setiap rumah sakit berdasarkan Buku Petunjuk
Pengisian, Pengolahan dan Penyajian Data Rumah Sakit dan sensus harian untuk
penetapan judul/topik Clinical Pathways yang akan dibuat dan penetapan lama
hari rawat.
3) Untuk variabel tindakan dan obat-obatan mengacu pada Standar Pelayanan Medis,
Standar Prosedur Operasional dan Daftar Standar Formularium yang telah ada di
rumah sakit setempat. Bila perlu standar-standar tersebut dapat dilakukan revisi.
4) Pergunakan Buku ICD 10 untuk hal kodefikasi diagnosis dan ICD 9 CM untuk
dan “key elements” dari care based on evidence, best practice, dan harapan pasien
1) The Pathway: Paparan visual tentang intervensi spesifik yang harus dikerjakan
2) Variance Sheet: Formulir yang berisi: tanggal, masalah varians yang terjadi,
pathway
tergantung dari area klinis yang menjadi prioritas. Karena untuk mengembangkan
2) Identifikasi stakeholder dan pimpinan Stakeholder adalah semua pihak yang tekait
dengan pengembangan ICP dan outcomenya. Stakeholder ini bisa berupa internal
stakeholder seperti user (pasien, tim multidisiplin, perawat primer) dan external
pasien berdasarkan berbagai perspektif. Dari peta ini tim multidisiplin dapat
5) Audit awal dan pengumpulan data : Audit awal untuk ICP harus dilakukansebagai
6) Pengembangan isi ICP : ICP harus berisi 4 hal yaitu kegiatan dalam bentuk
keseimbangan cairan, hasil yang harus dicapai misalnya dicapai dengan target
hari rawat, dan pelacakan variasi sebagai elemen unik dari ICP. Isi klinis ICP
tidak dapat didikte, hal ini akan ditentukan oleh tim dengan keahlian dalam
mengelola kelompok tertentu dari pasien, dan untuk siapa dokumen ini dirancang.
7) Pilot project dan implementasi : Komunikasi yang kuat dan rencana pendidikan
kepada orang-orang yang tepat, dengan cara dan tempat yang tepat.
8) Review ICP secara teratur Ketika meninjau ulang (mereview) ICP harus
a) Penyelesaian ICP : Apakah ICP digunakan pada kasus yang tepat? Apakah
ada informasi yang hilang? Apakah staf memerlukan catatan sampingan yang
b) Jenis variasi yang dicatat Apakah variasi yang ada dicatat? Apakah staf paham
terlihat?
Kelebihan Penggunaan ICP Banyak rumah sakit mulai menerapkan ICP dalam
3) Terdapat standarisasi outcome sesuai lamanya hari rawat, sehingga akan tercapai
kekurangan yang ditemui dalam penerapan format ICP ini, antara lain sebagai
berikut:
2) Tidak terlihat proses keperawatan secara jelas karena harus menyesuaikan dengan
3) Format dokumentasi hanya digunakan untuk masalah spesifik, contoh format ICP
untuk bedah tulang tidak dapat digunakan untuk unit bedah syaraf. Sehingga akan
banyak sekali format yang harus dihasilkan untuk seluruh pelayanan yang
tersedia.
4. Differentiated Practice
National League for Nursing (NLN) dalam kozier et al., (1995) menjelaskan
bahwa differentiated practice adalah suatu pendekatan yang bertujuan menjamin mutu
model yaitu model kompetensi dan model pendidikan. Pada model kompetensi, perawat
terdaftar (registered nurse) diberi tugas berdasarkan tanggung jawab dan struktur peran
yang sesuai dengan kemampuannya. Pada model pendidikan, penetapan tugas
ditetapkan apa yang menjadi tnggung jawab setiap perawat dan bagaimana hubungan
Differentiated practice mengacu pada filosofi yang menyusun peran dan fungsi
perawat sesuai dengan pendidikan, pengalaman, dan kompetensi (Boston, 1990). Sistem
Differentiated practice membagi tanggung jawab kerja dari perawatan klien di tiga peran
keperawatan yang berbeda: (1) perawat ADN memberikan asuhan keperawatan untuk
klien selama periode kerja tertentu m dalam pengaturan terstruktur dan/atau lingkungan
(2) perawat BSN mengenalkan perawatan kesehatan untuk klien dari penyampaian
pascabayar dan fungsi dalam lingkungan geografis dan/atau situasional terstruktur dan
tidak terstruktur yang mungkin tidak memiliki kebijakan dan prosedur yang ditetapkan,
hasil dan fungsi klien/perawatan holistik secara holistik dalam berbagai orientasi waktu
a. Penyediaan Care
1) ADN: Pantau dan evaluasi tanggapan pasien segera terhadap perawatan dan
perawatan medis. Contoh: Berikan obat sakit sesuai dan tentukan respon klien dan
perawatan medis selama tinggal di rumah sakit. Contoh: Beritahu dokter bahwa
frekuensi pemberian obat nyeri dan sarankan perubahan dosis atau agen sesuai
kondisi pasien.
respons pola hidup klien terhadap rasa sakit dan stres, memasukkan temuan ke
b. Komunikasi
1) ADN: Terapkan interaksi yang diarahkan pada tujuan untuk mendorong ekspresi
pengalihan frustrasi yang dialami remaja laki-laki saat dirawat di rumah sakit
mekanisme penanganan jangka panjang yang efektif dan perubahan gaya hidup.
Contoh: Tidak ada riwayat keluarga penyakit koroner dan kanker, rencanakan
pengajaran klien tentang diet kolesterol dan pemeriksaan diri saat dirawat di
rumah sakit.
c. Pengelolaan
1) ADN: Bernegosiasi dengan klien untuk menetapkan tujuan jangka pendek yang
penderita diabetes adalah orang Amerika dengan pilihan makanan khas budaya,
ini.
3) MSN: Evaluasi keefektifan dan efisiensi sistem melalui pemantauan hasil klien.
Contoh: Jika orang Amerika asli penderita diabetes adalah wanita hamil, kasus
a. Definisi
Patient centered care adalah mengelola pasien dengan merujuk dan menghargai
dan responsif terhadap individu preferensi pasien, kebutuhan dan nilai-nilai, dan
Pelayanan dokter keluarga yang berpusat pada pasien pada prinsipnya adalah
polakemitraan.
Patient Centered Care setelah sekian lama dilupakan, kini menjadi concern serius
ship yang menjadi center dalam segala hal yang terkait dengan pengambilan
pelayanan kesehatan yang lebih baik, pegalokasian semberdaya yang tepat, dan
Pengetahuan, nilai-nilai yang dianut, dan backround budaya pasien ikut berperan
kepada pasien.
2) Information Sharing
lengkap mengenai kondisi pasien dan hal-hal yang berkaitan dengan pasien,
maupun program perawatan dan intervensi yang akan diberikan kepada pasien.
Dalam metode asuhan pasien, perawat pun wajib melakukan edukasi, bukan
assessment untuk mengetahui kedalaman pengetahuan pasien, lalu setelah diberi tahu
Nutritio
nist
Radiolo
Nurse
gy
Patient
Pharma
Doctor
cy
Behavio
Doctor ral
Specialis Health
t Specialis
t
6. Clinical macrosystems
teratur atau bila diperlukan untuk memberikan perhatian terhadap pasien. Tujuan terkait
proses perawatan yaitu menghasikan layanan perawatan yang terukur dan dimanfaatkan
sebagai hasil kinerja. Sistem ini berevolusi dari waktu ke waktu dan tertanam dalam
sistem yang lebih besar. Mereka adalah sistem adaptif yangkompleks,oleh karena itu
mereka harus melakukan pekerjaan utama yang terkait dengan tujuan inti. Mikrosistem
klinis adalah unit klinis terkecil yang dapat direplikasi yang memberikan perawatan
kepada pasien.
memindahkan dari unit yang berbeda ke tempat yang mendukung pasien selama
1) Macrosystem
Strategi dan anggaran organisasi sebagai prioritas utama dalam pelayanan yang
tinggi
Keterlibatan pemimpin; bagaimana mereka mendukung usaha dan
organisasi.
2) Micro-Meso-Macrosystem
Melatih rekan pemimpin dan staf dalam meningkatkan sistem yang berfokus pada
tujuan utama
arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktik
informasi dan ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses
yaitu memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengisi form yang tersedia,
membutuhkan biaya pencetakan form yang cukup mahal, sering hilang atau terselip,
memerlukan tempat penyimpanan yang luas dan menyulitkan pencarian kembali saat
diperlukan. Disamping itu masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa tindakan
yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan. Perawat juga banyak yang tidak tahu data
apa yang harus dimasukkan dan bagaimana dokumentasi keperawatan yang benar, untuk
itu perlu adanya inovasi pencatatan dengan menggunakan pencatatan berbasis elektronik.
satu trend inovasi yang paling diminati dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
yaitu pencatatan dengan inovasi aplikasi sistem komputerisasi dalam sistem informasi di
sejak pasien masuk Rumah Sakit sampai pulang, sejak registrasi, pengkajian data,
pasien.
keuntungan yang besar bagi profesi keperawatan. Peran pemimpin perawat sangat
pelayanan keperawatan. Industri kesehatan terus dituntut untuk memiliki inovasi baru
informasi di bidang keperawatan sangat diperlukan dan terus dikembangkan agar dapat
pendokumentasian yang efektif, efisien, akurat dan benar menjadi kunci pelaksanaan
proses keperawatan sehingga efektif dan efisien. Dengan mengadopsi catatan kesehatan
kesehatan electronic health record (EHR) / electronic nursing record (ENR) / electronic
medical record (EMR) / electronic patient record (EPR), maka proses pendokumentasian
akan efektif, efisien, akurat dan benar menjadi kunci pelaksanaan proses keperawatan
yang efektif dan efisien, dalam upaya meningkatkan perbaikan mutu. Dampak sistem
catatan kesehatan berbasis elektronik ini (EHR/ENR/EMR/EPR) adalah mencapai proses
perawatan yang lebih efektif. Kemajuan ini akan lebih jauh memperbaiki hasil/catatan
kesehatan dan mengurangi duplikasi, sehingga merampingkan alur kerja dan mengurangi
berbasis elektronik yang terhubung dan terintegrasi dengan sistem informasi dalam
jejaring rumah sakit. Bermacam data dapat dimasukkan untuk mempermudah akses baik
oleh tim kesehatan maupun pasien, data tersebut meliputi data demografi, riwayat medis,
pengobatan, hasil uji laboratorium dan radiologi, proses keperawatan, discharge planning
antara lain:
a. Penurunan biaya baik biaya oleh pasien maupun administrasi rumah sakit karena
d. Menjaga catatan dan mobilitas pasien, dengan sistem ini akan mempermudah klien
mengakses seluruh kebutuhan bahkan sampai janji pengobatan dan perawatan serta
b. Biaya banyak untuk menyediakan provider dan staf teknologi termasuk kemungkinan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan makalah ini maka dapat ditarik kesimpulan, antara lain :
kesehatan pada pasien berarti saat ini tidak lagi menempatkan pelayanan pada satu
profesi melainkan di butuhkan adanya integrasi asuhan dari berbagai profesi, oleh itu
dibutuhkan pula Model asuhan keperawatan terintegrasi yang akan digunakan dalam
2. Asuhan keperawatan terintegrasi adalah suatu kegiatan tim yang terdiri dari dokter,
dalam satu lokasi rekam medis, yang dilaksanakan secara kolaborasi dari masing-masing
profesi.
dalam proses pelayanan keperawatan , maka akan membawa dampak yang positif bagi
pasien, keluarga, petugas, dan bagi organisasi rumah sakit. Walaupun demikian model
B. Saran
1. Diharapkan bagi pembaca khususnya bagi perawat yang bekerja dirumah sakit setelah
untuk mencari referensi lain sebagai pembanding informasi mengenai model asuhan
keperawatan terintegrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Australian Commission on Safety and Quality in Health Care. (2011). Patien centred care:
Improving quality and safety through partnerships with patients and consumers,
ACSQHC, Sydney.
Datusanantyo, R. A. (2013). Case Manager : Profesi Baru di Rumah Sakit Indonesia. RAD
Dickerson, Audrey. E., & Joyce, Sensmeier. (2010). Sharing data to ensure continuity of
Godfrey, M. M., Melin, C. N., & Muething, S.E. (2008). Clinical Microsystems, Part 3.
Safety. 3 (10).
Iyer Patricia W,. & Nancy, H. Camp. (2004).Dokumentasi Keperawatan , Jakarta: EGC.
Institute of Medicine, (2001). Crossing the Quality Chasm: A New Health System for the
Longtin, Y., Sax, H., Leape, L. L., Sheridan, S. E., Donaldson, L., Pittet, D., (2010).
McWhinney, I. R., & Freeman, T. (2009). Textbook of family medicine 3rd ed, Oxford
Mulyani, S. (2016). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit: Analisis dan Perancangan
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan (3th ed.). jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan (4th ed.). jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Picker Institute Europe. (2014). Review of Evidence for Consumer Engagement diperoleh
dari www.investinegagment.info.
Schillinger, D., Piette, J., Grumbach, K., Wang, F., Wilson, C., Daher, C ., Leong-Grotz,
K., Castro, C., & Bindman, A. (2003). Closing the loop: physician
communication with diabetic patients who have low health literacy. Archives
Sutoto. (2015). Pedoman Penyusunan Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway dalam
Sensmeier, Joyce. (2010). Meaningful use:Making IT matter.Ensure that the right clinical
data are captured in the right format at the point of care. IT Solutions.
Weiss, B. D. (2007). Health literacy and patient safety: help patients understand. A
Manual for Clinicians, 2nd ed. Chicago, IL: American Medical Association
Yoder-Wise, P. S. (2011). Leading and Managing In Nursing (5th ed.). United States Of