Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA BERMAIN

PUZZLE PADA ANAK USIA 10 – 14 TAHUN

Di RUANG FLAMBOYAN RSUD dr R. Soetrasno Rembang

DISUSUN OLEH :

1. Anita Puspitasari (P1337420417065)

2. Yulia Tri Utami (P1337420417075)

3. Hemy Yunita W (P1337420417 )

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA

T.A 2018/2019
Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak di rumah sakit

Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain anak usia sekolah

Tujuan : Mengoptimalkan perkembangan

Tempat : Ruang anak (ruang 7) RSUD dr.Syaiful Anwar

Waktu : Jumat , 02 Mei 2014 selama 30 menit (jam 10.00 – 10.30)

Sasaran : Anak usia 10 – 14 tahun yang dirawat di ruang 7

Jenis permainan : Puzzle

Tujuan Instruksional Umum

Setelah mendapat terapi bermain selama 30 menit, anak diharapkan bisa merasa tenang selama
perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman
selama dirawat di rumah sakit.

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan :

1. Anak merasa tenang selama dirawat

2. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat

3. Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat

4. Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan

5. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi

6. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal

7. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan dan fantasi anak tentang suatu permainan

8. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat

9. Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit

10. Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti dirumah sebagai alat komunikasi
antara perawat – klien
RENCANA PELAKSANAAN

No

Kegiatan

Waktu

Subjek terapi

Persiapan :

1. Menyiapkan ruangan

2. Menyiapkan alat – alat

3. Menyiapkan anak dan keluarga

10 menit

Ruangan, alat, anak dan keluarga siap

Proses :

1. Membuka proses terapi dengan mengucapkan salam, memperkenalkan diri

2. Menjelaskan pada anak dan keluarga tentang tujuan dan manfaat bermain, menjelaskan cara
permainan

3. Mengajak anak bermain

4. Mengevaluasi respon anak dan keluarga

18 menit

Menjawab salam, memperkenalkan diri, memperhatikan


Bermain bersama dengan antusias dan mengungkapkan perasaannya

Penutup

1. Menutup dan mengucapkan salam

2 menit

Memperhatikan dan menjawab salam

Metode : bermain bersama

Media : puzzle (bongkar pasang)

Materi : terlampir

Pembagian tugas kelompok

Leader 1 : Diah Retno

Leader 2 : Sandy Malinda

Notulen : Aprilia Kartika Sari

Fasilitator : Dyah Sartika

Evaluasi

Peserta terapi bermain puzzle mampu :

1. Menyelesaikan puzzle dengan bentuk yang benar

2. Melatih memecahkan masalah

3. Membedakan warna dan bentuk

4. Merasa senang, tenang terkait hospitalisasi


MATERI SATUAN ACARA BERMAIN

* PENGERTIAN BERMAIN

Menurut Foster (1989) mengatakan bahwa bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.

* KLASIFIKASI BERMAIN

Menurut isinya, bermain terbagi menjadi;

1. Social affective play

Pada social affectif play, anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan lingkungan
terhadapnya dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara atau memanjakan dan anak
tertawa senang.

2. Sense of pleasure play

Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya misalny bermain air atau pasir.

3. Skill Play

Permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk memperoleh keterampilan tertentu misalnya
mengendarai sepeda..

4. Dramatic play

Anak akan berfantasi menjalankan peran tertentu, misalnya menjadi ibu, perawat atau guru.

Menurut Karakter Sosial, bermain terdiri dari:

1. Solitary Play

Dilakukan anak usia toddler dimana anak bermain sendiri walaupun ada orang lain yang berada di
sekitarnya.

2. Parallel Play

Permainan sejenis dilakukan oleh satu kelompok anak toddler atau preschool yang masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi antara satu dengan yang lain tidak ada interaksi dan tidak saling
tergantung.

3. Assosiative Play

Anak bermain dalam kelompok dengan aktivitas yang sama, tetapi belum terorganisasi dengan baik jadi
belum ada pembagian tugas dan mereka bermain sesuai dengan keinginannya.
4. Cooperative Paly

Anak bermain bersama dengan jenis permainan yang terorganisasi, terencana, dan ada aturan-aturan
tertentu yang dilakukan oleh anak usia sekolah atau adolescence.

* FUNGSI BERMAIN

1. Perkembangan Sensory Mototic

Permainan yang aktif dengan menggunakan suatu obyek adalah penting untuk perkembangan otot-otot
gerak.

2. Perkembangan Kognitif

Perkembangan ini diperoleh dengan melakukan eksplorasi dan manipulasi benda-benda di sekitarnya
baik dalam hal warna bentuk, ukuran dan pentingnya benda tersebut. Anak juga belajar bagaimana
menggunakannya, menghubungkan kata-kata dengan objek atau benda tersebut dan mengembangkan
pengertian tentang konsep yang abstrak misalnya atas, bawah, di bawah dan di atas.

3. Perkembangan kreativitas

Anak dapat melakukan percobaan tentang ide mereka dalam permainan melalui semua media.
Kreativitas terutama diperoleh sebagai hasil permainan solitary dan group.

4. Perkembangan social

Dengan bermain anak belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari peran dalam kelompok.

5. Perkembangan Kesadaran Diri

Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahannya dan tingkah lakunya terhadap orang lain

6. Perkembangan Moral

Dengan bermain, anak akan bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan, karenanya anak akan
menyesuaikan dengan aturan-aturan kelompok dan bersikap jujur terhadap kelompok

7. Terapi

Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak misalnya
marah, benci, kesal atau takut.

8. komunikasi

Bermain merupakan alat komunikasi terutama anak yang belum dapat menyatakan perasaannya secara
verbal misalnya melukis, menggambar atau bermain peran
* KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN

Adapun jenis permainan yang dapat diberikan kepada anak berdasarkan tingkat usia adalah sebagai
berikut;

1. Bayi (1 bulan)

Permainan yang dapat dilihat dalam jarak dekat misalnya dengan benda yang terang/menyolok.
Berbicara dengan bayi, menyanyi, atau bercanda dapat merangsang pendengaran. Secara tactile
dilakukan denagn memeluk dan menggendong (memberi kehangatan). Secara kinetic permainan dapat
dilakukan dengan mengajak atau naik kereta untuk jalan-jalan.

2. Bayi (2 – 3 bulan)

Permainan visual dapat dilakukan dengan memasang gambar-gambar di dinding. Untuk merangsang
auditori dapat dilakukan berbicara dengan bayi, mainan bunyi-bunyian atau mengikutsertakan bayi
dalam pertemuan keluarga. Secara tactile permainan dapat dilakukan dengan membelai pada waktu
memandikan, mengganti pakaian atau menyisir rambut. Sedangkan secara kinetic yaitu dengan
mengajak naik kereta atau gerakan-gerakan berenang pada saat mandi.

3. Bayi (4 – 6 bulan)

Permainan visual dapat dilakukan dengan memberi cermin, mengajak nonton tv, atau mainan yang
berwarna terang. Permainan auditori dengan mengajak bicara, mengulangi suara-suara yang dibuatnya
atau memanggil nama. Secara tactile anak bdiberi mainan dengan berbagai teksture baik lembut
maupun lancer. Secara kinetic dilakukan dengan membantu anak untuk tengkurap dan menyokong
waktu duduk.

4. Bayi (6 – 9 bulan)

Permanan visual dengan bermain warna gelap, berbicara sendiri di depan kaca, permainan cilukba atau
merobek-robek kertas. Permainan auditori dapat dilakukan dengan mengajari anak memanggil nama,
diajarkan tepuk tangan. Tactile permainan dapat dilakukan dengan cara meraba bermacam-macam
teksture dan ukuran, main air yang mengalir atau berenang.

5. Bayi (9 – 12 bulan)

Permainan visual anak diperlihatkan gambar-gambar dalam buku atau mengajak jalan-jalan. Permainan
auditori dengan menunjukkan bagian-bagian tubuh atau memperkenalkan suara-suara binatang. Secara
tactile dengan memberi makanan yang dapat dipegang atau memperkenalakan benda dingin atau panas.
Secara kinetic dapat diberikan mainan yang dapat ditarik atau didorong.

6. Toddler (2 – 3 tahun)

Karekteristik bermain anak usia ini yaitu paralel play, sering kali bertengkar memperebutkan mainan.
Pada usia ini anak mulai menyenangi musik atau irama , melempar, mendorong atau mengambil sesuatu.
7. Preschool (3 – 5 tahun )

Karekteristik permaiana preschool adalah assosiatif play, dramatic play dan skill play. Anak sudah dapat
melompat, berlari atau main sepeda.

8. Usia Sekolah (6 – 12 tahun)

Anak dapat bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama dan dapat belajar untuk
independent, kooperatif, bersaing atau menerima orang lain dan tingkah laku yang diterima.
Karekteristik permaianannya adalah kooperatif play dan anak laki-laki sifatnya mechanical sedangkan
anak wanita mothers rool.

9. Adolescent (3 – 18 tahun)

Anak bermain dalam kelompok misalnya sepak bola, basket, badminton, mendengar musik, nonton tv
serta membaca buku.

Kesimpulan

Anak berkumpul di ruang 7B. Leader dan co leader berada diantara anak-anak yang lain. Fasilitator
membagikan permainan berupa puzzle. Observer berada diantara anak sambil mengamati jalannya
proses bermain. Dengan adanya proses bermain anak akan senang sehingga akan mengurangi sterss
hospitalisasi. Dengan adanya proses bermain juga akan membantu kasus kesembuhan penyakit dan
membantu proses tumbuh kembang anak.

Evaluasi:

Hasil permainan sesuai dengan harapan kelompok yaitu anak merasa senang dengan terapi
bermain,mengurangi sterss hospitalisasi pada balita. Walaupun dalam kondisi sakit balita mampu
beramain sesuai dengan perkembangan usia. Dari terapi bermain yang telah dilakukan ada hasil atau
pengaruhnya terhadap balita yaitu peserta terapi bermain tidak ada yang mengalami keterlambatan
perkembangan,.

Anda mungkin juga menyukai