Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Munculnya Revolusi Hijau

Latar belakang munculnya revolusi Hijau adalah karena munculnya masalah


kemiskinan yang disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat
pesat tidak sebanding dengan peningkatan produksi pangan. Sehingga dilakukan
pengontrolan jumlah kelahiran dan meningkatkan usaha pencarian dan penelitian
binit unggul dalam bidang Pertanian. Upaya ini terjadi didasarkan pada penelitian
yang dilakukan oleh Thomas Robert Malthus.

Istilah Revolusi Hijau sempat sangat populer di indonesia khususnya masa


pemerintahan Presiden Soeharto, Orde Baru. Bangsa ini dengan semangat
pembangunan terus menerus memunculkan kebijakan yang erat kaitannya dengan
pembangunan. Salah satunya adalah Revolusi Hijau ini.Revolusi hijau sering dikenal
dengan revolusi agraria yaitu suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara
tradisional berubah ke cara modern untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Definisi lain menyebutkan revolusi hijau adalah revolusi produksi biji-bijian dari
penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari varietas gandum, padi, jagung yang
membawa dampak tingginya hasil panen. Tujuan revolusi hijau adalah meningkatkan
produktivitas pertanian dengan cara penelitian dan eksperimen bibit unggul.

a). Adapun latar belakang munculnya revolusi hijau adalah sebagai berikut :
a. Hancurnya lahan pertanian akibat PD I dan PD II.
b. Pertambahan penduduk meningkat sehingga kebutuhan pangan juga meningkat.
c. Adanya lahan tidur.
d. Upaya peningkatan produksi pangan.

1
Gagasan tentang revolusi hijau bermula dari hasil penelitian dan tulisan Thomas
Robert Malthus (1766 – 1834) yang berpendapat bahwa “Kemiskinan dan
kemelaratan adalah masalah yang dihadapi manusia yang disebabkan oleh tidak
seimbangnya pertumbuhan penduduk dengan peningkatan produksi pertanian.
Pertumbuhan penduduk sangat cepat dihitung dengan deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, 32,
64, 128, dst.) sedangkan peningkatan produksi pertanian dihitung dengan deret
hitung (1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, dst.)”.

b). Pengaruh tulisan Robert Malthus tersebut, yaitu:


a. gerakan pengendalian pertumbuhan penduduk dengan cara pengontrolan jumlah
kelahiran;
b. gerakan usaha mencari dan meneliti bibit unggul dalam bidang pertanian.

Gerakan Revolusi Hijau yang dijalankan di negara – negara berkembang dan


Indonesia dijalankan sejak rezim Orde Baru berkuasa. Gerakan Revolusi Hijau
sebagaimana telah umum diketahui di Indonesia tidak mampu untuk menghantarkan
Indonesia menjadi sebuah negara yang berswasembada pangan secara tetap, tetapi
hanya mampu dalam waktu lima tahun, yakni antara tahun 1984 – 1989. Disamping
itu, Revolusi Hijau juga telah menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan
sosial pedesaan karena ternyata Revolusi Hijau hanyalah menguntungkan petani
yang memiliki tanah lebih dari setengah hektare, dan petani kaya di pedesaan, serta
penyelenggara negara di tingkat pedesaan. Sebab sebelum Revolusi Hijau
dilaksanakan, keadaan penguasaan dan pemilikan tanah di Indonesia sudah timpang,
akibat dari gagalnya pelaksanaan Pembaruan Agraria yang telah mulai dilaksanakan
pada tahun 1960 sampai dengan tahun 1965.

Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting[4]: penyediaan air
melalui sistem irigasi, pemakaian pupuk kimia secara optimal,
penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu, dan
penggunaanvarietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas. Melalui penerapan
teknologi non-tradisional ini, terjadi peningkatan hasil tanaman pangan berlipat

2
ganda dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi pada
tempat-tempat tertentu, suatu hal yang sebelumnya tidak mungkin terjadi.
Revolusi hijau mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan
kelestarian lingkungan karena mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah.
Oleh para pendukungnya, kerusakan dipandang bukan karena Revolusi Hijau tetapi
karena ekses dalam penggunaan teknologi yang tidak memandang kaidah-kaidah
yang sudah ditentukan. Kritik lain yang muncul adalah bahwa Revolusi Hijau tidak
dapat menjangkau seluruh strata negara berkembang karena ia tidak memberi
dampak nyata di Afrika.

A. Dampak positif revolusi hijau


Produksi padi dan gandum meningkat sehingga pemenuhan pangan (karbohidrat)
meningkat. Sebagai contoh: Indonesia dari pengimpor beras mampu swasembada
dan bisa mengekspor beras ke India.
B. Permasalahan Dan Dampak Negatif
1. Penurunan produksi protein, dikarenakan pengembangan serealia (sebagai
sumber karbohidrat) tidak diimbangi pengembangan pangan sumber protein dan
lahan peternakan diubah menjadi sawah.
2. Penurunan keanekaragaman hayati.
3. Penggunaan pupuk terus menerus menyebabkan ketergantungan tanaman
pada pupuk.
4. Penggunaan pestisida menyebabkan munculnya hama strain baru yang resisten.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN REVOLUSI HIJAU

Revolusi Hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk


menggambarkan perubahan fundamental dalam pemakaian teknologi budidaya
pertanian yang dimulai pada tahun 1950-an hingga 1980-an di banyak negara
berkembang, terutama di Asia. Hasil yang nyata adalah tercapainya swasembada
(kecukupan penyediaan) sejumlahbahan pangan di beberapa negara yang sebelumnya
selalu kekurangan persediaan pangan (pokok),
seperti India, Bangladesh, Tiongkok, Vietnam, Thailand serta Indonesia, untuk
menyebut beberapa negara. Norman Borlaug, penerima penghargaan Nobel
Perdamaian1970, adalah orang yang dipandang sebagai konseptor utama gerakan ini.
Revolusi hijau diawali oleh Ford dan Rockefeller Foundation, yang mengembangkan
gandum di Meksiko (1950) dan padi di Filipina (1960)[1].Konsep Revolusi Hijau
yang di Indonesia dikenal sebagai gerakan Bimas (bimbingan masyarakat) adalah
program nasional untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya swasembada
beras[2]. Tujuan tersebut dilatarbelakangi mitos bahwa beras adalah komoditas
strategis baik ditinjau dari segi ekonomi, politik dan sosial. Gerakan Bimas
berintikan tiga komponen pokok, yaitu penggunaan teknologi yang sering
disabut Panca Usaha Tani, penerapan kebijakan harga sarana dan hasil reproduksi
serta adanya dukungan kredit dan infrastruktur.Gerakan ini berhasil menghantarkan
Indonesia pada swasembada beras

4
Pemerintah memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada petani. Kegiatan
pemasaran hasil produksi pertanian berjalan lancar seiring perkembangan teknologi
dan komunikasi. Bimbingan tersebut antara lain :
a. Tumbuhan yang ditanam terspesialisasi atau yang dikenal dengan monokultur,
yaitu menanami lahan dengan satu jenis tumbuhan saja.
b. Pengembangan teknik kultur jaringan untuk memperoleh bibit unggul yang
diharapkan yang tahan terhadap serangan penyakit dan hanya cocok ditanam di
lahan tertentu.
c. Petani menggunakan bibit padi hasil pengembagan Institut Penelitian Padi
Internasional (IRRI=International Rice Research Institute) yang bekerjasama
dengan pemerintah, bibit padi unggul tersebut lebih dikenal dengan bibit IR.
d. Pola pertanian berubah dari pola subsistensi menjadi pola kapital dan
komersialisasi.
e. Negara membuka investasi melalui pembangunan irigasi modern dan
pembagunan industri pupuk nasional.
f. Pemerintah mendirikan koperasi-koperasi yang dikenal dengan KUD (Koperasi
Unit Desa).
Pemerintah lalu melakukan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang (25-
30 tahun) dilakukan secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita(Pembangunan
Lima Tahun). Pelita berlangsung dari Pelita I-Pelita VI penjelasannya sebagai berikut
A. Pelita I(1 April 1969 – 31 Maret 1974)
Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang, perbaikan
prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Pelita I lebih menitikberatkan pada sektor pertanian.
Keberhasilan dalam Pelita I yaitu:
Produksi beras mengalami kenaikan rata-rata 4% setahun.
Banyak berdiri industri pupuk, semen, dan tekstil.
Perbaikan jalan raya.
Banyak dibangun pusat-pusat tenaga listrik.
Semakin majunya sektor pendidikan.

5
B. Pelita II(1 April 1974 – 31 Maret 1979)
Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang,
perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan
kerja. Pelita II berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7%
setahun. Perbaikan dalam hal irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna
produksi. Lalu banyak jalan dan jembatan yang di rehabilitasi dan di bangun.
C. Pelita III(1 April 1979 – 31 Maret 1984)
Pelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan. Asas-asas pemerataan
di tuangkan dalam berbagai langkah kegiatan pemerataan, seperti pemerataan
pembagian kerja, kesempatasn kerja, memperoleh keadilan, pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan, dan perumahan,dll
D. Pelita IV(1 April 1984 – 31 Maret 1989)
Pada Pelita IV lebih dititik beratkan pada sektor pertanian menuju swasembada
pangan dan meningkatkan ondustri yang dapat menghasilkan mesin industri itu
sendiri. Hasil yang dicapai pada Pelita IV antara lain.
Swasembada Pangan
Pada tahun 1984 Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak 25,8 ton.
Hasil-nya Indonesia berhasil swasembada beras. kesuksesan ini mendapatkan
penghargaan dari FAO(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985.
hal ini merupakan prestasi besar bagi Indonesia.
E. Pelita V(1 April 1989 – 31 Maret 1994)
Pada Pelita V ini, lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri
untuk memantapakan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian
lainnya serta menghasilkan barang ekspor.
F. Pelita VI (1 April 1994 – 31 Maret 1999)
Pada masa ini pemerintah lebih menitikberatkan pada sektor bidang ekonomi.
Pembangunan ekonomi ini berkaitan dengan industri dan pertanian serta
pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai
pendukungnya.

6
2. JAMAN ORDE LAMA
Di era orde lama, yakni ketika pemerintahan yang sah baru saja dibentuk dan
bangsa Indonesia masih mengalami problem belajar berdemokrasi, Pertanian di masa
itu praktis mengalami masa sulit seiring dengan ketidakstabilan situasi politik yang
masih euforia pasca 350 tahun masa kolonialis dengan sistem tanam paksa dan 3,5
tahun kerja rodi. Di era serba terjepit, para pemimpin negeri ini berkali-kali mencoba
mengembangkan formula untuk menyelamatkan pertanian. Program yang dibuat
antara lain:
1.1 Rencana Kasimo (Kasimo Plan)
Program ini disusun oleh Menteri Urusan Bahan Makanan I.J.Kasimo. Program
ini berupa Rencana Produksi Tiga tahun (1948-1950) mengenai usaha swasembada
pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Inti dari Kasimo Plan
adalah untuk meningkatkan kehidupan rakyat dengan menigkatkan produksi bahan
pangan. Rencana Kasimo ini adalah:
a. Menanami tanah kosong (tidak terurus) di Sumatera Timur seluas 281.277 H
b. Melakukan intensifikasi di Jawa dengan menanam bibit unggul
c. Pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi produksi
pangan.
d. Di setiap desa dibentuk kebun-kebun bibit
e. Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera dalam
jangka waktu 10-15 tahun
2.2 Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
Tujuan diberlakukannya UUPA adalah:
a. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang akan
merupakan alat untuk membawa kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi
negara dan rakyat tani, dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur.
b. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam
hukum pertanahan.
c. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak
atas tanah bagi rakyat seluruhnya.

7
Sayangnya pemerintahan Orde Lama tidak berlangsung lama, kebijakan
distribusi tanah secara adil menurut UU Pokok Agraria atau lebih dikenal dengan
landreform kandas di jaman Orde Baru. Maka, Agrarische Wet yang menjadi dasar
bagi Hak Guna Usaha (HGU) para pemodal dan partikelir untuk memeras tanah dan
petani kecil terus berlangsung.
2.3 JAMAN ORDE BARU
Kebijakan modernisasi pertanian pada masa Orde baru dikenal dengan sebutan
Revolusi Hijau.
Revolusi Hijau merupakan perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional
ke cara modern. Revolusi Hijau (Green Revolution) merupakan suatu revolusi
produksi biji-bijian dari hasil penemuan-penemuan ilmiah berupa benih unggul baru
dari berbagai varietas, gandum, padi, dan jagung yang mengakibatkan tingginya hasil
panen komoditas tersebut.
Tujuan Revolusi hijau adalah mengubah petani-petani gaya lama (peasant)
menjadi petani-petani gaya baru (farmers), memodernisasikan pertanian gaya lama
guna memenuhi industrialisasi ekonomi nasional. Revolusi hijau ditandai dengan
semakin berkurangnya ketergantungan para petani pada cuaca dan alam karena
peningkatan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam peningkatan produksi
bahan makanan.
Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menggalakan revolusi hijau
ditempuh dengan cara:
1. Intensifikasi Pertanian
Intensifikasi Pertanian di Indonesia dikenal dengan nama Panca Usaha Tani
yang meliputi :
a. Pemilihan Bibit Unggul
b. Pengolahan Tanah yang baik
c. Pemupukan
d. Irigasi
e. Pemberantasan Hama

8
2.4 Ekstensifikasi Pertanian
Ekstensifikasi pertanian, yaitu Memperluas lahan tanah yang dapat ditanami
dengan pembukaan lahan-lahan baru (misal mengubah lahan tandus menjadi lahan
yang dapat ditanami, membuka hutan, dsb).
2.5 Diversifikasi Pertanian
Usaha penganekaragaman jenis tanaman pada suatu lahan pertanian melalui
sistem tumpang sari. Usaha ini menguntungkan karena dapat mencegah kegagalan
panen pokok, memperluas sumber devisa, mencegah penurunan pendapatan para
petani.
2.6 Rehabilitasi Pertanian
Merupakan usaha pemulihan produktivitas sumber daya pertanian yang kritis,
yang membahayakan kondisi lingkungan, serta daerah rawan dengan maksud untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Usaha pertanian tersebut
akan menghasilkan bahan makanan dan sekaligus sebagai stabilisator lingkungan.

2.7 Jaman Orde Reformasi

Pada era reformasi, paradigma pembangunan pertanian meletakkan petani


sebagai subyek, bukan semata-mata sebagai peserta dalam mencapai tujuan nasional.
Karena itu pengembangan kapasitas masyarakat guna mempercepat upaya
memberdayakan ekonomi petani, merupakan inti dari upaya pembangunan
pertanian/pedesaan. Upaya tersebut dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat
pertanian menjadi mandiri dan mampu memperbaiki kehidupannya sendiri. Peran
Pemerintah adalah sebagai stimulator dan fasilitator, sehingga kegiatan sosial
ekonomi masyarakat petani dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan pada paradigma tersebut maka visi pertanian memasuki abad 21


adalah pertanian modern, tangguh dan efisien. Untuk mewujudkan visi pertanian
tersebut, misi pembangunan pertanian adalah memberdayakan petani menuju suatu
masyarakat tani yang mandiri, maju, sejahtera dan berkeadilan. Hal ini akan dapat
dicapai melalui pembangunan pertanian dengan strategi

Optimasi pemanfaatan sumber daya domestik (lahan, air, plasma nutfah,


tenaga kerja, modal dan teknologi)

Perluasan spektrum pembangunan pertanian melalui diversifikasi teknologi,


sumber daya, produksi dan konsumsi

Penerapan rekayasa teknologi pertanian spesifik lokasi secara dinamis, dan

9
Peningkatan efisiensi sistem agribisnis untuk meningkatkan produksi pertanian
dengan kandungan IPTEK dan berdaya saing tinggi, sehingga memberikan
peningkatan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat secara berimbang.

Salah satu langkah operasional strategis yang dilakukan dalam rangka mencapai
sasaran tersebut di atas adalah Gerakan Mandiri (Gema) yang merupakan konsep
langkah-langkah operasional pembangunan pertanian, dengan sasaran untuk
meningkatkan keberdayaan dan kemandirian petani dalam melaksanakan usaha
taninya. Mulai TA 1998/1999 telah diluncurkan berbagai Gema Mandiri termasuk
Gema Hortina untuk peningkatan produksi hortikultura.

Gerakan Mandiri Hortikultura Tropika Nusantara menuju ketahanan


hortikultura (Gema Hortina), dilaksanakan untuk mendorong laju peningkatan
produksi hortikultura. Melalui gerakan ini komoditas hortikultura yang
dikembangkan adalah sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat
unggulan.

Komoditas yang diutamakan adalah yang bernilai ekonomi tinggi, mempunyai


peluang pasar besar dan mempunyai potensi produksi tinggi serta mempunyai
peluang pengembangan teknologi. Adapun upaya yang dilaksanakan untuk
mendorong tumbuh dan berkembangnya hortikultura unggulan tersebut meliputi
penumbuhan sentra agribisnis hortikultura dan pemantapan sentra hortikultura yang
sudah ada.

Komoditas unggulan yang mendapat prioritas adalah :

a. Sayuran : kentang, cabe merah, kubis, bawang merah, tomat dan jamur

b. Buah-buahan : pisang, mangga, jeruk, nenas dan manggis

c. Tanaman hias : anggrek

d. Tanaman obat : jahe dan kunyit.

Pada tahun 2000 pemerintah mengurangi dan menghapus bea masuk import
beras yang berdampak pada masuknya beras Vietnam, Thailand, Philipine, dan Cina.
Sejak itu pula, perjuangan petani Indonesia makin berada pada posisi yang sangat
lemah dengan tingkat kesejahteraan/nilai tukar petani yang sangat lemah.

10
BAB III
KESIMPULAN SARAN

A. Kesimpulan

Gerakan Revolusi Hijau yang dijalankan di negara – negara berkembang dan


Indonesia dijalankan sejak rezim Orde Baru berkuasa. Gerakan Revolusi Hijau
sebagaimana telah umum diketahui di Indonesia tidak mampu untuk menghantarkan
Indonesia menjadi sebuah negara yang berswasembada pangan secara tetap, tetapi
hanya mampu dalam waktu lima tahun.

B. Saran

Penyusun berharap pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan


produksi bahan pangan, dari hasil penemuan-penemuan ilmiah berupa benih unggul
baru dari berbagai varietas, terutama biji-bijian (serelia) seperti gandum, jagung,
padi, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran yang membawa dampak tingginya hasil
panen dengan mengubah dari pertanian yang tadinya menggunakan teknologi
tradisional menjadi pertanian yang menggunakan teknologi lebih maju atau modern.

11

Anda mungkin juga menyukai