Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT yang mana atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini tidak akan dapat
diselesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah kami secara
khusus menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada seluruh dosen yang telah membimbing kami
serta kawan-kawan dari kelas B4 Fakultas Kesehatan Masyarakat
angkatan 2017.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari yang


diharapkan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami menerima
kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini. Namun
demikian, dengan segala keterbatasan yang ada mudah-mudahan laporan
ini ada manfaatnya. Akhir kata, penulis hanya dapat mendoakan semoga
Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Aamiin.

Makassar, Januari 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Status kesehatan dan gizi ibu dan bayi sebagai penentu kualitas
sumber daya manusia, semakin jelas dengan adanya bukti bahwa status
kesehatan dan gizi ibu pada masa prahamil, saat kehamilannya dan saat
menyusui merupakan periode yang sangat kritis. Sebagaimana dalam
periode seribu hari, yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada
kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya, merupakan periode sensitif
karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat
permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada
pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental dan
kecerdasannya, yang pada usia dewasa terlihat dari ukuran fisik yang tidak
optimal serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada
rendahnya produktivitas ekonomi (Kemenkes, 2012a).
Sampai saat ini masalah gizi anak balita dan kesehatan pada ibu
masih memerlukan perhatian yang lebih serius. Hal ini dapat dilihat dari
masih tingginya Angka kematian Ibu (AKI), yaitu sebesar 228 per 100.000
kelahiran hidup, angka kematian Balita (AKB) sebesar 34 per 1000
kelahiran hidup, anak balita gizi kurang (underweight) sebesar 17,9 persen
dan pendek (stunting) sebesar 35,6 persen. Sementara target indikator
MDGs 2015 terhadap AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, AKB
sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup dan gizi kurang pada anak balita
sebesar 15 % (Kemenppenas/Bappenas, 2010).
Sedangkan target penurunan prevalensi anak balita pendek
(stunting) pada RPJMN pada tahun 2014 adalah 32 persen. Asupan gizi
yang tidak cukup, infeksi, dan pengasuhan yang tidak baik merupakan
penyebab langsung gizi kurang pada bayi dan anak (UNICEF, 1999 dalam
Bappenas, 2011). Hal ini berdampak tidak saja terhadap kekurangan gizi
makro tetapi juga gizi mikro yang sangat perlu untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak usia dini. Pemenuhan kebutuhan gizi bayi 0-6 bulan
mutlak diperoleh melalui Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi dengan ASI
eksklusif (Butte at al, 2002; WHO, 2003; UU No. 36 Tahun 2009; PP N0.
33 Tahun 2012).
Berdasarkan hal ini maka upaya perbaikan gizi bayi 0-6 bulan
dilakukan melalui perbaikan gizi ibu sebelum dan pada masa pemberian
ASI eksklusif. World Bank (2006) mengemukakan bahwa upaya perbaikan
gizi bayi 0-6 bulan didasarkan bahwa gizi kurang pada usia kurang dari 2
tahun akan berdampak terhadap penurunan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kecerdasan, dan produktivitas; dimana dampak ini
sebagian besar tidak dapat diperbaiki (irreversible).
Prevalensi anemia gizi besi pada ibu menyusui secarah menyeluruh
belum diketahui tetapi diduga hampir sama dengan prevalensi anemia gizi
besi pada ibu hamil dengan asumsi ibu hamil akan menjadi ibu menyusui
dan tidak adanya program pemberian tablet besi pada ibu menyusui seperti
pada ibu hamil. Helmayati S et al, (2007) menemukan prevalensi anemia
pada ibu 6 bulan postpartum 31,65 %. Anemia yang
terjadi pada ibu menyusui akan berdampak terhadap kemampuan
untuk memproduksi ASI yang cukup dimana cadangan atau jaringan ibu
akan terpakai untuk memproduksi ASI sehingga ibu sangat beresiko
terhadap terjadinya gizi kurang dan anemia yang lebih besar. Salah satu
alternatif memotong siklus hayati kekurangan gizi dan stunting adalah
jatuh pada mata rantai status gizi dan kesehatan ibu menyusui yang
merupakan faktor penentu kesehatan dan gizi bayi yang disusuinya. Oleh
karena itu, penting sekali untuk mencegah kurang gizi pada masa laktasi
yang dapat memperbaiki komposisi dan ukuran tubuh pada masa remaja
dan dewasa kelak.

B. Prinsip Praktikum
1. Untuk pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan tanpa
mengenakan alas kaki.
2. Timbangan berada pada penunjukann skala 0,0
3. Membuka pakaian ketika pengukuran LILA, Tricep, dan Bisep

C. Tujuan Praktikum
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari praktikum ini adalah ntuk mengetahui
penilaian status gizi Ibu Menyusui dan anak SD secara
antropometri
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengukuran indeks massa tubuh (IMT)
2. Untuk mengetahui pengukuran rasio lingkar pinggang dan lingkar
panggul (WHR)
3. Untuk mengetahui pengukuran rasio lingkar perut
4. Untuk mengetahui pengukuran tebal lipatan kulit
5. Untuk mengetahui pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

http///14.-Zakaria1-Rosmini2-Retno-Sri-Lestari1.pdf

kahar141.blogspot.com/2013/06/antropometri-gizi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai