Anda di halaman 1dari 8

DUKUNGAN KELUARGA DALAM PERAWATAN LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDOKAN AYU SURABAYA

(Family Support In Hypertensive Elderly Patient’s Care In Puskesmas Medokan Ayu Surabaya )

Sri Indah Kusumaningati, S. Kep, Musrifatul Uliyah, SST., M.Kes, Siti Aisyah, S.Kep., Ns., M.Kep
Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah, kampus FIK UMSurabaya, 60113.
Telp. (031) 3811966, Fax. (031) 3811967,
email : sri.indahkusumaningati@gmail.com

ABSTRAK

Elderly people are susceptible to hypertension. Lack of family support in elderly patient’s
care will be greatly influence the succesfull treatment. The aim of this research is to know the effect
of family support in hypertensive elderly patient’s care.
The research uses qualitative descriptive method, with 2 participants. The data is collected
by semistucture interview, then analized by summarizing, choosing, and focusing on the main thing
until we can conclude the aim of this research.
Based on this research, we found that the 1 participant wasn’t having informational support
meanwhile the 2 participant have the information include hypertension diet and compliance to
therapy. Both participants was not fully supported by their family because they are rarely
accompanied by their family. The 1 participant feels uncomfortable whit his family who like to get
drink and the 2 participant feels uncomfortable with the way his son reminds him. Both supported
positively when their blood pressure normal.
The conclusion of this research is that the family support in hypertensive elderly patient’s
care is indispensable for the success of the theraphy.
For the next researcher, me expect to more focusing on the support of patient’s family.

Keywords : Family support, elderly patient, Hypertension treatment

PENDAHULUAN yaitu rentannya kondisi fisik lansia terhadap


berbagai penyakit dikarenakan berkurangnya
Lansia merupakan bagian dari anggota
daya tahan tubuh dalam menghadapi
keluarga dan anggota masyarakat yang
pengaruh dari luar serta menurunnya efisiensi
semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan
mekanisme homeostasis, salah satunya pada
peningkatan usia harapan hidup. Peningkatan
sistem kardiovaskuler yang merupakan
usia harapan hidup tiap tahunnya juga
penyakit degenerative diantaranya adalah
menimbulkan permasalahan diberbagai aspek
penyakit hipertensi (Perry & Potter, 2009).
kehidupan manusia, baik secara individu
Beberapa orang beranggapan bahwa
maupun dalam kaitannya dengan keluarga dan
hipertensi merupakan hal yang biasa terjadi
masyarakat (Stanley & Bare, 2012). Salah
pada lansia, sehingga keluarga kurang
satu permasalahan yang sering dialami lansia
memberikan dukungan terhadap perawatan
lansia dengan hipertensi. Selain itu kesibukan Salah satu faktor yang dapat
dari anggota keluarga juga merupakan salah menimbulkan hipertensi pada lansia adalah
satu alasan untuk tidak bisa memberikan karena kehilangan elastisitas pembuluh darah
perhatian yang khusus. yang mengakibatkan kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
Berdasarkan data studi epidemiologi Selama ini kebanyakan orang masih
dari World Health Organization (WHO) yang menganggap bahwa hipertensi merupakan
melakukan penelitian pada beberapa negara penyakit yang sudah biasa terjadi pada lansia
didapatkan hipertensi telah menyerang 26,4% dan kurang menaruh perhatian pada bahaya
populasi yang ada di dunia (WHO, 2010). hipertensi, sehingga keluarga kurang
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 memperhatikan tentang pentingnya menjaga
didapatkan bahwa prevalensi hipertensi di pola makan, aktivitas fisik, dan kepatuhan
Indonesia sebesar 25,8% dan terjadi pada usia minum obat. Padahal selain prevalensi
lanjut. Jumlah kasus tertinggi terjadi di hipertensi yang cukup tinggi, hipertensi juga
Bangka Belitung dengan total kasus 30,9 %, dapat menimbulkan komplikasi yang fatal
sedangkan jumlah kasus di Jawa Timur seperti pembesaran jantung, penyakit jantung
sebesar 26,2 %. Berdasarkan Pusat data dan coroner, dan pecahnya pembuluh darah otak
informasi Kemenkes RI tahun 2017, yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan
diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta kematian (Shadine, 2010).
jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%)
yang menderita hipertensi. Data profil Dinas Peningkatan insiden penyakit
Kesehatan kota Surabaya tahun 2015 hipertensi pada lansia menyebabkan lansia
didapatkan Hipertensi merupakan kasus membutuhkan pelayanan kesehatan yang
terbanyak dari Penyakit Tidak menular, dan teratur untuk mengontrol tekanan darah dan
diketahui ada 16,78 % dari 818.331 pasien mencegah morbiditas serta mortalitas
yang periksa di Puskesmas menderita kardiovaskuler (Williams & Wilkins, 2007).
Hipertensi. Data penderita Hipertensi di Lansia yang sudah mengalami penurunan
Puskesmas Medokan Ayu pada tahun 2018 fungsi dan memiliki penyakit kronik seperti
sebanyak 1324 penderita, dan sebanyak 608 hipertensi sangat membutuhkan dukungan
penderita adalah lansia. Dari jumlah lansia dan bantuan dari orang lain. Dukungan dari
yang menderita hipertensi tersebut 65 % keluarga merupakan faktor terpenting dalam
melakukan kontrol teratur ke Puskesmas. membantu individu menyelesaikan masalah.
Dukungan keluarga akan menambah rasa
Studi pendahuluan yang dilakukan percaya diri dan motivasi untuk menghadapi
pada 17-18 Desember 2018 di Puskesmas masalah dan meningkatkan kepuasan hidup.
Medokan Ayu dengan cara wawancara Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan
langsung pada 8 lansia. 4 dari 8 lansia yaitu: dukungan informasi, dukungan
mengatakan bahwa mereka minum obat dan penilaian, dukungan instrumental dan
kontrol ke Puskesmas secara teratur. Selain dukungan emosional (Friedman, 2003).
itu keluarga juga memperhatikan tentang Dalam hal ini keluarga harus dilibatkan dalam
makanan yang harus di hindari, mengingatkan program pendidikan sehingga keluarga dapat
untuk minum obat dan kontrol ke Puskesmas, memenuhi kebutuhan pasien, mengetahui
serta mengantarkan untuk periksa tekanan kapan keluarga harus mencari pertolongan
darah ke Puskesmas. Sedangkan 4 lansia yang dan mendukung kepatuhan terhadap
lain mengatakan bahwa mereka minum obat pengobatan. Keluarga menjadi support system
dan kontrol jika ada keluhan saja. Kadang dalam kehidupan penderita hipertensi, agar
mereka juga beli obat sendiri di apotik karena keadaan yang dialami tidak semakin
tidak ada keluarga yang mengantarkan ke memburuk dan terhindar dari komplikasi
puskesmas untuk berobat. Selain itu mereka akibat hipertensi. Dukungan keluarga juga
mengatakan bahwa keluarga juga tidak diperlukan untuk mengurangi resiko
mengingatkan untuk minum obat secara rutin. kekambuhan. Keluarga dapat membantu
perawatan hipertensi yaitu dalam mengatur
pola makan yang sehat, mengajak Pelayanan Poli Lansia dibuka setiap
berolahraga, dan menemani. hari dengan jumlah pasien perhari kurang
lebih 15-35 pasien
Berdasarkan dengan latar belakang
diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui 2. Data Umum
secara lebih mendalam mengenai dukungan 1) Deskripsi Partisipan I (Tn. M)
keluarga dalam perawatan hipertensi pada
lansia yang ada di wilayah Puskesmas Data Partisipan
Medokan Ayu Surabaya. Tn. M, umur 75 tahun sudah tidak
bekerja tinggal di Medayu Utara. Tn. M
mengatakan menderita Hipertensi kurang
METODE lebih 10 tahun. Selama ini partisipan
mengatakan bahwa minum obatnya tidak
Desain penelitian yang digunakan teratur dikarenakan pustu Medokan sering
adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian tutup, dan kalaupun harus ke Puskesmas
yang menghasilkan data deskriptif berupa induk jaraknya agak jauh dan tidak ada yang
kata-kata tertulis yang dapat diamati. Tujuan mengantarkan. Partisipan mengatakan jika
dari penelitian ini untuk mengetahui merasa pusing dan obatnya habis kadang
dukungan keluarga dalam perawatan lansia diantarkan oleh tetangganya untuk berobat ke
dengan hipertensi.Penelitian ini dilaksanakan dokter terdekat. Saat dilakukan pengkajian
pada pasien Hipertensi di Puskesmas kepada Tn. M mengatakan mengeluh pusing
Medokan Ayu pada Bulan Januari 2019, dan tidak bisa tidur. Kesadaran komposmentis
sampel penelitian ini adalah 2 orang dengan EVM (Eye, Verbal, Motorik) = 4-5-6,
responden sedangkan tanda-tanda vital klien suhu:
36.5oC (aksila), RR: 20 x/menit, tekanan
HASIL PENELITIAN
darah: 140/90 mmHg, nadi: 80 x/menit.
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Data Keluarga
Puskesmas Medokan Ayu Tn. M mempunyai 3 orang anak, yang 1
merupakan salah satu pusat pelayanan sudah meninggal. Tn M mengatakan rata-rata
kesehatan masyarakat di kecamatan Rungkut pendidikan anaknya adalah sampai SMA. Tn
yang beralamat di Jl. Medokan Asri Utara M sekarang tinggal dengan istri, keluarga
IV/31. Puskesmas Medokan Ayu memiliki anaknya, dan keluarga cucunya. Tn M
layanan standar seperti yang dimiliki oleh mengungkapkan merasa khawatir memikirkan
Puskesmas di Surabaya seperti Poli umum, kondisi keluarga anak dan cucunya. Tn M
Poli Gigi, Poli KIA, Pelayanan obat (kamar kadang merasa tidak nyaman karena sering
obat), pendaftaran, dan laboratorium. Selain melihat menantu dan cucu menantunya sering
itu, Puskesmas Medokan Ayu juga memiliki mabuk-mabukkan. Anak perempuan klien
Poli Lansia, Poli Batra, Poli TB, dan mempunyai usaha permak baju yang dibantu
merupakan Puskesmas rawat inap umum dan oleh cucu perempuannya, sedangkan menantu
bersalin dengan kapasitas 10 tempat tidur. dan cucu menantu bekerja serabutan. Tn M
mengatakan bahwa keluarganya mengetahui
Tenaga keperawatan Puskesmas kalau Tn M menderita Hipertensi. Akan tetapi
Medokan Ayu mempunyai 10 tenaga perawat keluarga Tn. M belum dapat mengambil
diantaranya lulusan SPK sebanyak 1 orang, keputusan tentang perawatan Tn M dengan
Diploma III keperawatan sebanyak 4 orang mengingatkan partisipan untuk menjaga pola
dan lulusan S1 keperawatan sebanyak 5 makan, minum obat secara teratur dan
orang. Puskesmas Medokan Ayu berada di melakukan kontrol kesehatan secara teratur.
wilayah kecamatan Rungkut, memiliki tiga Keluarga mengatakan belum bisa memberikan
wilayah yang terdiri dari: Medokan Ayu, perawatan yang maksimal kepada partisipan
Pejaringan Sari, dan Wonorejo. seperti mengawasi minum obat,
mengingatkan partisipan untuk kontrol dan
mengantarkan partisipan untuk periksa. Bila
ada anggota keluarga yang sakit keluarga 3.1 Dukungan Informasional keluarga dalam
membawa periksa ke Puskesmas Medokan perawatan lansia dengan hipertensi
Ayu.
Dukungan informasional yang didapatkan
2) Deskripsi Partisipan II (Ny SK) dari kedua partisipan berbeda. Partisipan 1
tidak mendapat dukungan informasi dari
Data Partisipan keluarga, sedangkan partisipan 2
Ny SK, umur 65 tahun tinggal di mendapatkan dukungan informasi berupa
Rusun Penjaringan. Ny SK mengatakan di pemberian informasi tentang makanan yang
rumah tinggal sendirian Ny SK kadang masih harus dihindari dan nasehat untuk kontrol
jualan gorengan. Ny SK mengatakan sakit yang ditunjukkan dari ungkapan partisipan
Hipertensi sudah 5 tahun dan sakit kencing sebagai berikut :
manis sudah 10 tahun. Ny SK selain berobat
untuk hipertensinya juga melakukan Partisipan 1
pengobatan rutin di Rumah Sakit untuk sakit
“Ngak tau diwenehi nasehat opo2 soale aq
kencing manisnya. Ny SK mengatakan
minum obat darah tingginya hanya kalau sakit wes ngerti dewe”(tidak pernah dikasih tau
pusing saja, karena takut kalau minum obat apa-apa, soalnya saya sudah tau sendiri)”
kebanyakan nanti menjadi tuli. Saat dilakukan “… ora tau dielekno kon kontrol”(…tidak
pengkajian kepada Ny SK mengatakan tidak
pernah diingatkan untuk kontrol)”
ada keluhan. Kesadaran komposmentis
dengan EVM (Eye, Verbal, Motorik) = 4-5-6, Partisipan 2
sedangkan tanda-tanda vital klien suhu:
36.7oC (aksila), RR: 20 x/menit, tekanan “Sama anak saya di kasih tau ngak boleh
darah: 160/90 mmHg, nadi: 80 x/menit. Hasil banyak makan daging, makannya tahu sama
pemeriksaan gula darah pada 3 bulan yang tempe saja”
lalu yaitu 245 mg / dl.
“Anak saya bilang, bu gak kontrol nang
Data Keluarga puskesmas ta”(Bu tidak kontrol ke Puskesmas
Ny SK mempunyai 4 orang anak, ta)
salah satu anaknya ada yang menjadi perawat
tapi tinggalnya di luar kota. Anak partisipan
yang tinggalnya masih satu lokasi dengan
partisipan bekerja sebagai karyawan pabrik. 3.2 Dukungan Instrumental keluarga dalam
Keluarga Ny SK sudah mengetahui kalua perawatan lansia dengan hipertensi
partisipan sakit hipertensi. Keluarga Ny SK Dukungan instrumental yang didapatkan
dapat mengambil keputusan tentang dari kedua partisipan sama-sama belum
perawatan partisipan dengan mengingatkan maksimal, baik berupa penyediaan tempat
partisipan untuk menjaga pola makan, minum tinggal, makanan sesuai diit, ataupun
obat secara teratur dan melakukan kontrol pendampingan saat melakukan pemeriksaan
kesehatan secara teratur. Keluarga kesehatan. Hal ini ditunjukkan dengan
mengatakan tidak bisa memantau kepatuhan ungkapan partisipan sebagai berikut :
minum obat Ny SK karena tidak tinggal satu
rumah dan tidak selalu bisa mengantarkan Ny Partisipan 1
SK pada saat periksa kesehatan.
“Aku tinggal karo anak lan cucuku. Kalau
minum obat tak siapne dewe, kalau makanan
seng nyiapke anakku utowo cucuku”(saya
3. Data Khusus
tinggal dengan anak dan cucu. Kalau minum
Berdasarkan hasil wawancara dengan obat saya siapkan sendiri, untuk makanan
partisipan, didapatkan dukungan keluarga kadang yang masak anak, kadang cucu”
sebagai berikut :
“Lek kontrol kadang dianter, kadang yo “Dirumah sepi, soalnya tinggal sendiri. Tapi
berangkat dewe ora tau dielekno kon kalau pas anak-anak datang ya saling
kontrol”(kalau kontrol kadang dianterkan, bercerita dan bercanda”
tapi kadang juga berangkat sendiri, dan tidak
pernah diingatkan untuk kontrol” “saya suka stress kalau anak saya yang
perawat datang, soalnya sering dimarahi
Partisipan 2 terus gara-gara gak minum obat rutin”
“Kadang kalau puskesmas tutup, dibelikan
obat ke apotik sama anakku”
3.4 Dukungan Penghargaan Keluarga dalam
“Ngak pernah di dampingi saat minum obat, perawatan lansia dengan hipertensi
soalnya saya tinggal sendirian”( Tidak
Dukungan penghargaan keluarga yang
pernah didampingi saat minum obat, soalnya
diterima partisipan beruba ucapan verbal yang
saya tinggal sendrian)
disampaikan lewat pujian. Hal ini dibuktikan
“kalau masak ya masak sendiri, kadang- dengan ungkapan partisipan sebagai berikut:
kadang saja dikirim sama anak saya” Partisipan 1
“kalau kontrol ke Puskesmas atau ke RS lebih “La klo pas tensine apik anakku yo seneng
sering berangkat sendiri soalnya anak saya tur nguyu”(la kalau pas tensi saya bagus anak
kan juga harus nunggu anaknya”
saya senang dan tersenyum”

Partisipan 2
3.3 Dukungan Emosional keluarga dalam
“Kalau pas tensiku bagus, kata anakku: yo
perawatan lansia dengan hipertensi
gitu lo buk, tensine di jogo ben apik terus”(ya
Dukungan emosional dari kedua gitu lo bu tensinya dijaga biar bagus terus”
partisipan masih belum mendukung. Hal ini
ditunjukkan dengan ungkapan partisipan “Kontrol dan minum obatnya yang rutin ya
sebagai berikut : buk, biar tensinya bagus terus”

Partisipan 1

“Aku bingung kog ngelune ora mari-mari Pembahasan


kepikiran karo anak lan putuku soale suamine 1. Dukungan Informasional Keluarga dalam
sering mabuk-mabukkan”(saya bingung kog Perawatan Lansia dengan hipertensi
pusingnya tidak sembuh-sembuh kepikiran
terus sama anak dan cucuku, karena Berdasarkan dari penelitian yang telah
suaminya sering mabuk-mabukkan)” dilakukan pada kedua partisipan, didapatkan
bahwa partisipan 1 tidak mendapatkan
“Cucuku mau mendengarkan kalau tak kasih dukungan informasi dari keluarga, sedangkan
tau kepalaku pusing terus, dan dibelikan partisipan 2 mendapatkan informasi berupa
obat” makanan yang harus dihindari dan nasehat
untuk melakukan kontrol ke Puskesmas.
“Kalau di rumah jarang ngomong dan cerita
bareng-bareng” Friedman (2010) menyebutkan aspek-
aspek dalam dukungan informasional dapat
berupa nasehat, usulan, saran, petunjuk dan
pemberian informasi. Sedangkan menurut
Rahayu (2010) menyebutkan bahwa tingkat
Partisipan 2 pendidikan dan tingkat pengetahuan
merupakan salah satu factor yang dapat
mempengaruhi keluarga dalam memberikan klien apabila keluarga selalu menyediakan
dukungan terhadap keluarga yang sakit. diri untuk mendampingi dan mengantar lansia
ke pelayanan kesehatan. Partisipan 1 dan
Perbedaan informasi yang diperoleh partisipan 2 jarang diantarkan oleh keluarga
oleh kedua partisipan tersebut dapat karena keluarga harus bekerja.
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan
dan pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga. 3. Dukungan Emosional Keluarga dalam
Dimana salah satu anggota keluarga dari Perawatan Lansia dengan hipertensi
partisipan 2 ada yang menjadi perawat yang
memiliki pengetahuan tentang kesehatan, Berdasarkan dari hasil penelitian pada
sedangkan keluarga dari partisipan 1 hanya kedua partisipan didapatkan bahwa partisipan
tamat pendidikan sampai SMA saja. Selain 1 merasa tidak nyaman di rumah karena
hal itu, informasi yang jelas dan lengkap dari sering melihat menantu dan suami dari
keluarga maupun petugas kesehatan dapat cucunya sering mabuk-mabukkan di rumah.
menambah pengetahuan penderita untuk dapat Sedangkan partisipan 2 merasa tidak nyaman
lebih patuh dan taat dengan aturan pengobatan saat anaknya yang perawat datang, karena
yang dilakukan, sehingga tujuan dari menurut Ny SK cara anaknya memberitahu
pengobatan pun juga dapat tercapai. membuatnya merasa jengkel.

2. Dukungan Instrumental Keluarga dalam Menurut Caplan (1974) dalam


Perawatan Lansia dengan hipertensi Friedman (2010) dikatakan bahwa jenis
bantuan dari dukungan emosional merupakan
Berdasarkan dari penelitian yang telah bantuan dukungan atau bantuan yang
dilakukan pada kedua partisipan, partisipan 1 diberikan keluarga dalam bentuk perhatian,
mengatakan tinggal bersama anak dan kasih sayang, dan simpati. Penelitian yang
cucunya, akan tetapi keluarga jarang bisa dilakukan Osamor dan Bernard (2011),
mengantarkan untuk periksa kesehatan. Jika menyimpulkan bahwa faktor yang dapat
mengeluh pusing kadang dibelikan obat menjadikan pasien patuh terhadap perawatan
sendiri ke apotik oleh cucunya. Sedangkan hipertensi adalah faktor kuatnya dukungan
partisipan 2 tinggal sendiri dirumah, keluarga yang baik. Bentuk dukungan
menyiapkan makanan sendiri, dan jarang emosional yang diberikan keluarga kepada
ditemani oleh keluarga saat melakukan pasien hipertensi berupa membantu dan
periksa kesehatan. merawat pasien hipertensi dengan penuh
kasih sayang, memberikan suasana
Friedman (2010) menyebutkan aspek- ketenangan dan kenyamanan dirumah,
aspek dalam dukungan instrumental memberikan dorongan saat tekanan darahnya
mencakup bantuan langsung dalam bentuk mulai normal atau stabil dan menanggapi
tempat tinggal, pembiayaan, dan kesediaan keluhan pasien hipertensi dengan baik.
dalam mendampingi anggota yang sakit.
Selain itu faktor sosial ekomomi juga dari Dengan adanya dukungan emosional
keluarga juga berpengaruh terhadap keluarga dari keluarga kepada pasien hipertensi, maka
dalam memberikan dukungan (Rahayu, pasien hipertensi merasa termotivasi untuk
2010). Cohen dan McKay (1985) dalam meningkatkan derajad kesehatannya. Pasien
Karlina (2012) menyebukan bahwa meskipun hipertensi akan termotivasi untuk melakukan
hampir setiap keluarga dapat menyediakan gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan
kebutuhan anggotanya dalam bentuk uang, tekanan darah secara teratur sehingga
perawatan, atau bahkan bentuk lainnya, mencegah terjadinya kondisi yang serius.
bantuan langsung atau instrumental paling Selain itu, suasana yang tidak nyaman dalam
efektif ketika bantuan tersebut terlihat dengan rumah sangat berpengaruh pada keberhasilan
tepat oleh individu. pengobatan klien.
Dalam hal ini kehadiran keluarga 4. Dukungan Penghargaan Keluarga dalam
untuk menemani saat klien melakukan Perawatan Lansia dengan hipertensi
pengobatan dapat menjadi motivator kuat bagi
Berdasarkan hasil penelitian pada partisipan 2 merasa tidak nyaman dengan
kedua partisipan di dapatkan bahwa bentuk cara ananknya pada saat mengingatkan
penghargaan yang diberikan oleh keluarga yang membuatnya merasa jengkel.
adalah berupa kalimat pujian ketika tekanan 4) Dukungan penghargaan yang diperoleh
darah klien bagus. kedua partisipan berupa ungkapan verbal
dalam bentuk pujian ketika hasil tekanan
Friedman (2010) menyebutkan aspek- darah partisipan bagus.
aspek dalam dukungan penghargaan meliputi
dukungan yang diwujudkan dalam bentuk
empati, kepercayaan, perhatian, semangat dan 2. Saran
kehangatan pribadi. Berdasarkan penelitian ini, maka
peneliti memberikan saran kepada beberapa
Ini berarti bahwa pasien hipertensi yang pihak sebagai berikut :
mendapatkan dukungan keluarga berupa
pujian masih berguna dan berarti dalam 1) Partisipan
keluarganya, sehingga akan meningkatkan
harga dirinya dan akan meningkatkan status Pasien hipertensi mau meningkatkan
kesehatannya. Semakin baik dukungan kedisiplinannya dalam mentaati diit
penghargaan keluarga terhadap pasien hipertensi dengan mengurangi konsumsi
hipertensi, maka akan semakin baik juga garam, minum obat secara rutin,
perilaku pasien hipertensi dalam melakukan olah raga dan kontrol
meningkatkan status kesehatannya, sehingga kesehatan secara teratur.
hipertensi terkontrol dengan baik. Oleh sebab
2) Anggota keluarga
itu, keluarga harus memberikan dukungan
penghargaan berupa pujian dan persetujuan Keluarga diharapkan memberikan
kepada pasien hipertensi agat tidak terjadi dukungan dalam perawatan penderita
penyakit yang lebih serius. hipertensi dengan memberikan informasi
kepada lansia untuk menjaga pola makan
SIMPULAN DAN SARAN dengan mengurangi konsumsi garam,
1. Simpulan melakukan olah raga rutin seperti jalan
Berdasarkan penelitian tentang Dukungan kaki setiap hari, dan mengingatkan
Keluarga dalam Perawatan Lansia dengan penderita untuk minum obat secara
Hipertensi di Puskesmas Medokan Ayu teratur, serta mendampingi keluarga saat
Surabaya didapatkan bahwa : kontrol.
1) Dukungan informasional yang diberikan 3) Puskesmas Medokan Ayu
oleh keluarga partisipan 1 tidak ada.
Sedangkan dukungan informasional yang Petugas kesehatan memberikan
diberikan oleh keluarga pada partisipan 2 pendidikan kesehatan dengan cara
berupa pemberian informasi tentang memberikan penyuluhan baik kepada
makanan yang harus dihindari dan nasehat penderita hipertensi maupun kepada
untuk kontrol. keluarga penderita hipertensi tentang
2) Dukungan instrumental yang diberikan penyakit hipertensi itu sendiri dan tentang
keluarga kepada kedua partisipan masih peran keluarga dalam merawat anggota
belum maksimal terkait penyediaan yang sakit hipertensi.
tempat tinggal, pemenuhan diit, dan
pendampingan saat melakukan 4) Peneliti lain
pengobatan. Pengumpulan data dilakukan lebih terinci
3) Dukungan emosional yang diperoleh dari mulai data didapatkan sampai dengan
kedua partisipan masih belum maksimal. ditemukan tema yang sesuai dengan
Partisipan 1 merasa tidak nyaman dengan tujuan penelitian.
kondisi menantu dan suami cucunya yang
sering mabuk-mabukkan. Sedangkan
Peneliti selanjutknya diharapkan dapat Nigeria. Journal diakses
melakukan penelitian yang sama dengan https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
melakukan proses triangulasi baik MC3259725/ diakses 13 Februari 2019
triangulasi metode, antar peneliti, sumber
data, maupun teori agar data yang Perry & Potter. 2009. Fundamental
dikumpulkan lebih akurat. Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika
DAFTAR PUSTAKA
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Hipertensi di
Darmojo, B.R. (2009). Geriatri (Ilmu Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan
kesehatan usia lanjut). Jakarta: FKUI Republik Indonesia
Sarafino, E.P., Smith, T.W. (2011). Health
Dinkes Surabaya. 2015. Profil Kesehatan psychology : biopsichosocial interactions
Tahun 2015. Surabaya. seventh edition. New York : John Wiley &
Sons
Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman
tatalaksana gizi usia lanjut untuk tenaga Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:
Mayarakat Ditjen Binkesmas Depkes RI. Alfabeta, 90.

Efendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Shadine, M. 2010. Mengenal Penyakit


Komunitas: Teori dan Praktik dalam Hipertensi, Diabetes, Stroke, Dan Serangan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Jantung. Cetakan Pertama. Jakarta :
Keenbooks
Friedman,M M. 2010. Keperawatan Keluarga
Teori dan Praktek. Edisi 5. Jakarta : EGC Stanley, M., & Beare, P. G. (2012). Buku ajar
Hidayat, Aziz alimul. 2017. Metode keperawatan gerontik. (2nd ed). (Nety Juniarti
Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. & Sari Kurnianingsih, Penerjemah.). Jakarta:
Jakarta: Salemba Medika. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Kemenkes RI, 2017. Pusat Data dan Undang—undang RI Bab 1 pasal 1 ayat 2 UU
Informasi Analisis Lansia di Indonesia. no 13 Tahun 1998
Jakarta Selatan
Suzanna, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan
Maryam, R. S., Mia, F. E., Rosidawati., Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
Ahmad, J., & Irwan, B. (2008). Mengenal
usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: WHO. (2010). Definition of an older or
Penerbit Salemba Medika. elderly person. Diperoleh tanggal 5 Februari
2014 dari
Nugroho, W. (2010). Keperawatan gerontik http://www.who.int/healthinfo/survey/age
dan geriatrik. (4th ed). Jakarta: Penerbit Buku ingdefnolder/en/
Kedokteran EGC.
Williams, L. E., & Wilkins, R. (2007). Buku
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian ajar keperawatan komunitas: Teori dan
Keperawatan. Surabaya : Salemba Medika praktik, Ed.3 (A. Sutarna & S. Samba,
terjemahan). Jakarta: EGC
Notoatmojo, S. 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineksa Cipta

Osamor and Bernard E. Owumi2. 2011.


Factors Associated with Treatment
Compliance in Hypertension in Southwest

Anda mungkin juga menyukai