Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi dan Perencanaan
Saluran Drainase di Perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor dengan
Menggunakan Program SWMM adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2016
Drainase merupakan sarana untuk mengalirkan air hujan dari suatu tempat
ke tempat yang lain. Daerah perumahan Puri Kintamani merupakan daerah yang
tidak memiliki topografi yang curam. Selain itu daerah perumahan tersebut berada
pada das anak sungai Ciliwung. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model
saluran drainase yang sesuai dengan keadaan sesungguhnya sehingga dapat
menganalisis dan mengevaluasi saluran drainase. Analisis dan evaluasi dilakukan
dengan model EPA SWMM 5.1. Curah hujan rencana yang digunakan pada model
yaitu 144.13 mm/hari. Simulasi yang telah dilakukan terlihat garis merah pada
conduit C14 dan C13 pada jam ke 2 sampai ke 3 yang berarti terjadi luapan. Hal ini
ditunjukan dengan debit simulasi pada saluran C13 dan C14 berturut-turut 0.104
m3/detik dan 0.056 m3/detik sedangkan debit maksimum berturut-turut 0.069
m3/detik dan 0.050 m3/detik. Pada data pengukuran elevasi ditunjukan bahwa node-
node pada cluster Nusa Dua memiliki ketinggian lebih rendah dibandingkan bagian
diluar cluster. Fenomena backwater terjadi pada bagian hilir saluran utama. Setelah
dilakukan evaluasi keseluruhan diketahui biaya yang dibutuhkan sebesar
Rp502,436,767.30 apabila dilakukan perbaikan pada saluran.
Kata kunci: Curah hujan rencana, evaluasi saluran, luapan, perumahan puri
kintamani, saluran drainase
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan
suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
Judul Skripsi : Evaluasi dan Perencanaan Saluran Drainase di Perumahan
Puri Kintamani, Cilebut, Bogor dengan Menggunakan
Program SWMM
Nama : Ade Prasetyo Kuswicaksono
NIM : F44120070
Disetujui oleh
Diketahui oleh
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Evaluasi
dan Perencanaan Saluran Drainase di Perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor
dengan Menggunakan Program SWMM” dapat diselesaikan. Penelitian ini
diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FATETA, IPB.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Sutoyo, S.TP., M.Si
selaku pembimbing serta Bapak Maulana Ibrahim Rau, S.T., MSc, dan Bapak Tri
Sudibyo, S.T., M.Si selaku penguji yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam penelitian ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dony
Kushardono dan Ibu Atik Rustiati selaku orang tua, teman-teman SIL angkatan
49, dan teman teman dari UKM MAX IPB atas semangat dan motivasi yang telah
diberikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara.
DAFTAR ISI
PRAKATA i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Limpasan 3
Sistem Drainase 3
Storm Water Management Model 5
METODE PENELITIAN 6
Waktu dan Lokasi Penelitian 6
Bahan dan Alat 7
Prosedur Penelitian 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Keadaan Umum Perumahan Puri Kintamani 13
Analisis Curah Hujan Rencana 14
Analisis Saluran Drainase dengan Model SWMM 16
SIMPULAN DAN SARAN 26
Simpulan 26
Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 28
RIWAYAT HIDUP 43
iii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Banjir merupakan fenomena alam dimana terjadi kelebihan air yang tidak
tertampung oleh jaringan drainase yang diakibatkan oleh alam maupun manusia.
Bencana banjir dapat mengakibatkan kerusakan, baik pada sisi kehidupan maupun
material. Banjir dapat disebabkan dari beberapa faktor diantaranya sistem drainase
yang buruk, kondisi topografi, bertambahnya jumlah penduduk, tata guna lahan
yang berubah, dan perubahan iklim. Dampak dari tingginya populasi penduduk
tanpa ditunjang dengan sistem sanitasi yang baik dapat meningkatkan bahaya
pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup serta mengancam kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu masalah sanitasi lingkungan memerlukan penanganan
yang serius (Oktiawan 2012). Pada perkotaan, fenomena banjir banyak diakibatkan
oleh sistem drainase yang tidak mampu menampung air hujan sehingga melebihi
kapasitas sistem drainase.
Permasalahan banjir berulang setiap tahun namun, permasalahan tersebut
belum terselesaikan sampai sekarang bahkan tiap tahun cenderung mengalami
peningkatan. Paradigma mengenai sistem drainase bahwa runoff harus dialirkan
secepatnya ke badan air dapat menambah buruk suatu sistem bila tidak ditunjang
dengan dimensi bangunan yang cukup. Banyak sistem drainase yang dibuat terlalu
kecil sehingga tidak mampu menampung debit air pada saat hujan turun. Maka
dibutuhkan pengelolaan air yang baik untuk mengatasi masalah tersebut.
Drainase merupakan sarana atau prasarana untuk mengalirkan air hujan dari
suatu tempat ke tempat yang lain (Dewi 2014). Daerah perumahan Puri Kintamani
merupakan daerah yang tidak memiliki topografi yang curam. Disamping itu daerah
perumahan tersebut berada pada DAS anak sungai ciliwung. Tata guna pada daerah
DAS anak sungai ciliwung tersebut mengalami perubahan sehingga memungkinkan
terdapat perubahan debit pada anak sungai yang menyebabkan peristiwa backwater
pada sistem saluran drainase. Hal ini dapat menyebabkan sistem drainase tidak
dapat bekerja dengan maksimal.
Sistem penanggulangan banjir yang cepat dan tepat hendaknya segera
dirancang untuk mengantisipasi banjir pada daerah perumahan tersebut. Sebuah
model yang telah dikembangkan dan digunakan di Amerika mungkin dapat menjadi
salah satu solusi pemecahan masalah yang terjadi di DAS anak sungai Ciliwung.
Storm Water Management Model (SWMM) merupakan model yang mampu untuk
menganalisa permasalahan kuantitas dan kualitas air yang berkaitan dengan
limpasan daerah perkotaan. Storm Water Management dikembangkan oleh EPA
(Environmental Protection Agency – US), sejak 1971 (Huber dan Dickinson 1988).
SWMM tergolong model hujan aliran dinamis yang digunakan untuk simulasi
dengan rentang waktu yang menerus atau kejadian banjir sesaat. Model ini paling
banyak dikembangkan untuk simulasi proses hidrologi dan hidrolika di wilayah
perkotaan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu
sistem drainase yang ramah lingkungan dan memiliki effisiensi yang baik sesuai
dengan peruntukan di wilayah perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor.
2
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Hidrologi
Sistem Drainase
3. Perubahan tata guna lahan dan kenaikan populasi; perubahan tata guna
lahandari pedesaan menjadi perkotaan sangat berpotensi menyebabkan
banjir. Banjir banyak terjadi pada daerah muara. Hal ini disebabkan
perubahan tata guna lahan yang tidak diselaraskan dengan sistem drainase
yang berkelanjutan, sehingga banyak runoff yang dialirkan ke hilir.
4. Land subsidence atau penurunan level tanah dari elevasi sebelumnya.
Pernurunan level tanah dapat disebabkan explorasi bawah tanah yang
berlebihan sehingga menyebabkan gelombang pasang dari laut melebihi
permukaan sungai pada area penurunan level tanah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Februari – Juni
2016. Saluran drainase yang dianalisis berlokasi pada perumahan Puri Kintamani,
Cilebut, Bogor, Jawa Barat (Gambar 1). Secara geografis perumahan Puri
Kintamani berada pada koordinat 6o 31’ 12” LS dan 106o 47’ 24” BT. Pengolahan
data dilakukan di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian
Bogor, Dramaga Bogor, Jawa Barat. Gambar yang lebih jelas dapat dilihat pada
Lampiran 11.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer berupa dimensi saluran dan karakteristik saluran drainase.
data sekunder berupa data curah hujan maksimum selama 10 tahun di daerah
Cilebut, peta tutupan lahan, peta kontur, data harga beton saluran drainase, dan
masterplan perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor. Data curah hujan tahunan
diperoleh dari stasiun klimatologi yang berada di Dramaga. Data kontur, peta
tutupan lahan, dan masterplan perumahan Puri Kintamani diperoleh dari kontraktor
dan pengembang perumahan atau diperoleh dari pemerintah kota Bogor. Alat yang
digunakan yaitu kompas, theodolite, target rod, patok, notebook/laptop, alat tulis,
kalkulator, dan software EPA SWMM 5.1.
7
Prosedur Penelitian
depression storage dan non depression storage. Nilai depression storage dapat
dilihat pada Tabel 1.
Keterangan :
Fp = angka infiltrasi dalam tanah (mm/jam)
Fo = nilai infiltrasi maksimum (mm/jam) (Tabel 3)
Fc = nilai infiltrasi minimum (mm/jam) (Tabel 4)
t = lama hujan (det)
k = koefisien penurunan head (l/det)
Untuk nilai infiltrasi dari kondisi tanah memiliki dua nilai yaitu nilai infiltrasi
maksimum Tabel 2 dan nilai infiltrasi minimum Tabel 3 (Rossman 2004).
Sementara itu, untuk debit outflow dari limpasan subcatchment dihitung dengan
persamaan Manning 2 dan 3 (Babbit 1969).
c. Conduit
Conduit adalah saluran atau pipa yang menyalurkan air dari node satu ke node
lainnya. EPA SWMM menyediakan berbagai macam bentuk conduit yang
digunakan dilapangan. Perhitungan debit pada conduit menggunakan persamaan (2)
dan (3). Conduit memiliki nilai koefisien kekasaran manning n yang berbeda
menurut tipe saluran dan jenis bahan yang digunakan pada saluran (Tabel 4).
d. Junction dan Outfall Node
Junction node adalah node – node sistem drainase yang berfungsi untuk
menggabungkan satu saluran dengan saluran lain. Secara fisik dapat menunjukan
pertemuan dua saluran atau sambungan pipa. Outfall node adalah titik
pemberhentian dari sistem drainase yang digunakan untuk menentukan batas hilir
(downstream).
5. Analisis data
a. Daerah Pervious dan Impervious
Identifikasi daerah pervious dilakukan dengan melakukan validasi lapang di
lapangan untuk melihat daerah yang dapat menyerap air melalui infiltrasi (pervious)
dan daerah yang tidak dapat melewatkan air (impervious). Kemudian dapat dihitung
persentase luas daerah pervious dan impervious untuk setiap subcatchment, sebagai
input data dalam subcatchment.
b. Nilai Curah Hujan Rencana
Nilai curah hujan rencana merupakan nilai input yang berupa time series.
Analisis frekuensi untuk mendapatkan nilai curah hujan rencana dilakukan dengan
menggunakan teori probability distribution, antara lain Distribusi Normal,
Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person III dan Distribusi Gumbel.
Selanjutnya untuk penentuan jenis distribusi yang digunakan akan dilakukan uji
kecocokan berdasarkan Uji Chi Kuadrat. Nilai chi kuadrat adalah nilai kuadrat
10
karena itu nilai chi kuadrat selalu positif. Bentuk distribusi chi kuadrat tergantung
dari derajat bebas (Db). (Isfandari dan Reini 2014)
4) Simulasi model
Simulasi ini dilakukan setelah model jaringan drainase dan semua parameter
berhasil dimasukkan. Simulasi dapat dikatakan berhasil jika continuity error <
10 %. Dalam simulasi SWMM besarnya debit banjir dihitung dengan cara
memodelkan suatu sistem drainase. Aliran permukaan atau limpasan permukaan
terjadi ketika intensitas hujan yang jatuh di suatu daerah melebihi kapasitas
infiltrasi. Nilai Q dapat dihitung dengan Persamaan 4 (Hendrayani 2007).
Selanjutnya limpasan terjadi (Q) akan mengalir melalui conduit atau saluran
yang ada.
Keterangan :
Q = debit aliran yang terjadi (m3/det) d = kedalaman air (m)
W = lebar subcatchment (m) dp = kedalaman air tanah (m)
n = koefisien kekasaran Manning S = kemiringan subcatchment
5) Output SWMM
Output dari simulasi ini antara lain runoff quantity continuity, flow routing
continutiy, highest flow instability indexes, routing time step, subcatchment
runoff, node depth, node inflow, node surcharge, node flooding, outfall loading,
link flow, dan conduit surcharge yang disajikan dalam laporan statistik simulasi
rancangan.
6) Visualiasi hasil
Visualisasi hasil yang ditampilkan berupa jaringan saluran drainase hasil
output dari simulasi, profil aliran dari beberapa saluran utama dan yang diketahui
tergenang, dan grafik aliran yang terjadi pada saluran.
7) Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Output dari SWMM dapat mengetahui dimensi yang dibutuhkan untuk
membuat saluran drainase yang effisien. Setelah mengetahui dimensi saluran
drainase maka dapat diketahui pula RAB dari pembuatan saluran drainase yang
dibutuhkan
8) Penyusunan Laporan Akhir
Pada tahap ini dilakukan penyusunan laporan akhir yang berisi keseluruhan
proses penelitian yang sudah dikerjakan. Tahapan penelitian lebih jelas disajikan
dalam bagan alir pada Gambar 2.
12
MULAI
Kesesuaian Teridentifikasi
dengan saluran Tidak garis merah,
drainase terdapat masalah,
atau tidak effisien
Ya
Pembuatan RAB
SELESAI
saluran berkisar antara 8.6 – 146.12 m tergantung dari daerah tangkapan dan
jaringan. Saluran yang direncanakan dapat berupa gorong gorong beton, saluran
persegi dengan batu kali, dan saluran persegi dengan beton precast. Sehingga nilai
manning berbeda-beda tiap saluran.
Beberapa permasalahan yang terjadi pada pembangunan perumahan Puri
Kintamani adalah terjadinya fenomena backwater dari sungai apabila terjadi hujan
deras. Kondisi saluran drainase pada saat pembangunan perumahan Puri Kintamani
banyak terdapat endapan dan tumbuhan sehingga menghambat aliran menuju
outlet. Fenomena backwater juga terjadi pada cluster Nusa Dua pada bagian utara
perumahan Puri Kintamani. Hal ini disebabkan ketinggian tanah lebih rendah
dibandingkan wilayah disekitarnya. Dibutuhkan desain kemiringan dan dimensi
saluran yang sesuai dengan daerah tangkapan pada perumahan Puri Kintamani.
Analisis Curah hujan rencana dilakukan untuk mendapatkan nilai rain gage
pada model program SWMM. Data curah hujan rencana didapatkan dari data curah
hujan maksimum harian dari tiap tahun. Periode tahun yang diambil yaitu 10 tahun
dimulai dari tahun 2004 hingga tahun 2013. Data curah hujan harian didapatkan
dari stasiun klimatologi terdekat yaitu Stasiun Klimatologi Dramaga Badan
Meorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Curah hujan yang digunakan
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 8. Perhitungan Uji Chi Kuadrat dengan Distribusi Log Pearson III
Kelas Interval Of Ef Of-Ef (Of-Ef)2/Ef
1 > 2.17 1 2 -1 0.5
2 2.11 – 2.17 4 2 2 2
3 2.07 – 2.11 2 2 0 0
4 2.03 – 2.07 1 2 -1 0.5
5 < 2.03 2 2 0 0
Jumlah 10 10 0 3
hujan rencana yang digunakan untuk input data pada rain gage dalam software
SWMM adalah pada periode ulang 5 tahun yaitu 144.13 mm/hari.
Lahan impervious didapat dari perbandingan luas tanah tiap lahan dengan
luas terbangun pada tiap kavling. Luas lahan yang terbangun tiap kavling dirata-
ratakan pada tiap subcathment. Penentuan outlet pada tiap subcatchment didasarkan
pada keadaan yang ada di lokasi. Simulasi aliran dilakukan dengan menggunakan
data curah hujan rencana yang telah diolah dari hasil analisis hidrologi. Curah hujan
rencana total yang dimasukan kedalam time series pada model SWMM telah dibagi
dengan lama hujan selama satu hari sehingga terjadi sebaran curah hujan terhadap
waktu. Curah hujan rencana selama satu hari yang dianalisis mendapatkan nilai
144.13 mm dan dimasukan kedalam simulasi aliran sebagai respon curah hujan.
Lama waktu efektif curah hujan yang berlangsung selama satu hari hujan adalah 3
jam yaitu, 30% pada jam pertama, 47% dan 23% pada jam kedua dan ketiga
(Darmadi 1993).
Simulasi yang telah dijalankan mendapatkan hasil dengan continuity error
limpasan sebesar -0.19% dan penelusuran aliran sebesar 0.07% (simulasi masih
dikatakan baik apabila nilai continuity error < 10%). Simulasi model yang telah
dijalankan menghasilkan debit runoff pada tiap subcatchment. Contoh simulasi
18
model yang digambarkan pada tiap jam di cluster Tampak Siring dapat dilihat pada
Gambar 5. Dapat dilihat hujan maksimal terjadi pada awal jam ke 2 hingga jam ke
3. Nilai limpasan tertinggi ada pada subcatchment blok A3 yaitu sebesar 0.039
m3/detik. Saluran akan kembali pada keadaan semula setelah 15 menit hujan
berhenti.
Gambar 5. Limpasan pada tiap subcatchment di cluster Tampak Siring per jam
Hasil model yang telah dijalankan dapat dilihat pada Gambar 6. Terlihat
beberapa garis merah pada conduit hal ini menyatakan bahwa pada jam ke 2 sampai
ke 3 terjadi luapan pada conduit C6, C7, dan C29. Selain itu, setelah terjadi hujan
terdapat genangan di dalam saluran pada cluster Nusa Dua yang terdapat pada sisi
utara perumahan Puri Kintamani.
Gambar 6. Hasil pemodelan yang telah dijalankan dengan curah hujan rencana
19
Pada cluster Nusa Dua terdapat genangan dikarenakan elevasi dasar saluran
yang lebih rendah dibandingkan daerah disekitarnya. Menurut simulasi model, air
yang mengalir menuju cluster Nusa Dua berasal dari subcatchment cluster 6, blok
B5, blok B4, dan subcatchment yang berada di dalam cluster Nusa Dua. Maka
dibutuhkan ketinggian dasar saluran yang sesuai agar seluruh aliran dapat mengalir
ke outfall. Kondisi saluran yang meluap dan menggenang ditunjukan pada Gambar
7 dan Gambar 8.
Gambar 7. Kondisi penampang memanjang saluran J5-J8 pada 2.30 jam hujan
Hasil dari simulasi menunjukan bahwa terdapat 3 saluran yang meluap yaitu
saluran C6, C7, dan C29. Melalui perhitungan manual juga diketahui bahwa ketiga
saluran tersebut meluap. Sebagai contoh perhitungan manual yang dilakukan pada
saluran C6 dengan diameter 0.3 meter memiliki kapasitas maksimum sebesar 0.069
m3/detik sedangkan debit pada simulasi sebesar 0.104 m3/detik. Contoh perhitungan
manual dapat dilihat pada Lampiran 4. Perhitungan pada Lampiran 4 mengacu pada
Pedoman Perencanaan Sistem Drainase Jalan 2006 (Pd. T-02-2006-B) yang
20
Permasalahan yang terjadi pada cluster Nusa Dua diakibatkan elevasi pada
dasar saluran yang tidak sesuai sehingga arah aliran tidak menuju outfall melainkan
menuju titik terendah pada cluster tersebut yaitu pada node J27. Gambar arah aliran
ditunjukan pada Gambar 9. Terlihat bahwa aliran yang berasal dari luar cluster ikut
masuk menuju J27.
Perubahan elevasi dasar saluran pada tiap node di cluster Nusa Dua
dilakukan dengan metode coba coba sehingga didapatkan kecepatan dan kapasitas
saluran yang sesuai dengan SNI. Dimensi diameter saluran yang digunakan pada
saluran adalah 0.3 m sesuai rencana pengembang. Hasil evaluasi elevasi yang
didapatkan berkisar antara 160.28 mdpl hingga 160.4 mdpl. Karena terjadi
perubahan elevasi pada cluster Nusa Dua maka evaluasi untuk saluran C29 tidak
dilakukan. Hal ini disebabkan pada saat simulasi dijalankan saluran pada cluster
tersebut tidak ada yang meluap. Hasil perubahan ketinggian dapat dilihat pada
Tabel 11. Arah aliran setelah dilakukan evaluasi dapat dilihat pada Gambar 10.
Terlihat bahwa arah aliran menuju keluar cluster Nusa Dua dan tidak terdapat garis
merah yang menandakan tidak terjadi luapan.
21
Tabel 11. Perubahan elevasi pada tiap node di cluster Nusa Dua
Nama Node Elevasi Aktual (mdpl) Elevasi Rencana (mdpl)
J11 159.80 160.28
J18 160.23 160.32
J19 160.06 160.30
J20 159.99 160.32
J21 160.02 160.35
J22 160.02 160.37
J23 159.98 160.38
J24 160.04 160.37
J25 159.78 160.35
J26 159.72 160.39
J27 159.72 160.40
Gambar 10. Arah aliran kondisi rencana pada cluster Nusa Dua
Gambar 11. Kondisi penampang memanjang saluran J23-J22 pada jam kedua
lebih 45 menit hujan setelah di evaluasi
22
Gambar 12. Kondisi penampang memanjang saluran J5-J8 pada jam kedua lebih
45 menit hujan setelah di evaluasi
23
Tabel 13. Hasil evaluasi saluran drainase untuk mengatasi backwater di hilir
Kedalaman Kedalaman
Elevasi Elevasi
Node Penambahan saluran saluran
awal rencana
awal rencana
(mdpl) (mdpl) (m) (m) (m)
O1 157.59 158.34 0.75 - -
J17 158.31 158.91 0.60 2.50 1.15
J16 158.23 158.93 0.70 1.00 0.40
J15 158.34 159.35 1.01 1.76 0.68
J14 159.33 159.58 0.25 0.90 0.68
Gambar 14. Kondisi penampang saluran utama di bagian hilir setelah dievaluasi
Evaluasi saluran juga dilakukan pada bagian hulu. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui effisiensi dari saluran utama. Effisiensi dilakukan dengan mengubah
dimensi dari saluran eksisting. Hal ini dilakukan agar pada saat terjadi debit
maksimum pada saluran, tinggi muka air sesuai dengan standar. Evaluasi dimensi
saluran dilakukan pada saluran C8, C9, C10, C11, C12, dan C13. Evaluasi dimensi
saluran dilakukan dengan metode perhitungan penampang terbaik dan dilakukan
kesesuain pada lokasi. Hasil perubahan dimensi pada saluran utama dapat dilihat
pada Tabel 14. Desain hulu saluran utama awal membutuhkan biaya
Rp76,524,409.44, sedangkan pada desain saluran rencana sebesar
Rp66,839,122.10. Selisih harga antara kondisi eksisting dan rencana adalah
Rp9,685,287.34. Perhitungan RAB evaluasi hulu saluran utama terdapat pada
Lampiran 9.
Tabel 15. Hasil perbandingan RAB evaluasi, awal, dan dengan SWMM
Nama Pekerjaan RAB evaluasi RAB awal RAB dgn SWMM
(Rp) (Rp) (Rp)
Saluran di dalam 307,762,262.33 196,536,278.46 301,120,909.01
cluster Nusa Dua
Simpulan
1. Simulasi yang telah dilakukan menggunakan periode ulang 5 tahun. Curah hujan
rencana yang digunakan sebesar 144.13 mm/hari. Pada simulasi terlihat garis
merah pada conduit C6 dan C7 pada jam ke 2 sampai ke 3 yang berarti terjadi
luapan. Pada data pengukuran elevasi ditunjukan bahwa node-node pada cluster
Nusa Dua memiliki ketinggian lebih rendah dibandingkan bagian diluar cluster.
Hal ini menyebabkan aliran yang meluap pada saluran C29. Fenomena
backwater terjadi pada bagian hilir saluran utama, dari anak sungai Ciliwung
menuju ke dalam perumahan. Effisiensi saluran pada hulu saluran utama
dilakukan untuk membandingkan design dan biaya yang dibutuhkan.
2. Pada saluran C6 dan C7 dilakukan perubahan diameter saluran dari 0,3 m
menjadi 0,4 m. Pada cluster Nusa Dua dilakukan perubahan elevasi dasar saluran
untuk mencegah aliran masuk kedalam cluster. Perubahan elevasi dasar saluran
pada cluster Nusa Dua dapat dilihat pada Tabel 11. Backwater yang terjadi pada
hilir saluran utama dapat dicegah dengan meninggikan elevasi dasar saluran
yang dapat dillihat pada Tabel 13. Desain saluran yang effisien pada hulu saluran
utama didapat dengan perhitungan manual menggunakan metode desain
penampang terbaik. Pada hasil evaluasi simulasi dinyatakan aman karena tidak
terdapat garis merah yang menyatakan luapan pada saluran.
3. Setelah evaluasi saluran dilakukan perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
yang dibutuhkan apabila akan dilakukan perbaikan. RAB yang telah dihitung
sebesar Rp502,827,026.37.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Babbit HE. 1969. Sewage and Sewerage Treatment Plant. New York: Mcgraw Hill
Dewi AK, Setiawan A, Saido AP. 2014. Evaluasi Sistem Saluran Drainase di Ruas
Jalan Solo Sragen Kabupaten Karanganyar. Jurnal Matriks Teknik Sipil. Vol.
2(1):170-176
Darmadi.1993. Analisis hidrograf Satuan Berdasarkan Parameter Fisik DAS
(disertasi). Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
[EPA] Environmental Protection Agency. 2015. Storm Water Management Model
(SWMM) Version 5.1.010 with Low Impact Development (LID) controls
27
*********************************************************
NOTE: The summary statistics displayed in this report are
based on results found at every computational time step,
not just on results from each reporting time step.
*********************************************************
****************
Analysis Options
****************
Flow Units ............... CMS
Process Models:
Rainfall/Runoff ........ YES
RDII ................... NO
Snowmelt ............... NO
Groundwater ............ NO
Flow Routing ........... YES
Ponding Allowed ........ NO
Water Quality .......... NO
Infiltration Method ...... HORTON
Flow Routing Method ...... DYNWAVE
Starting Date ............ FEB-13-2016 00:00:00
Ending Date .............. FEB-13-2016 06:00:00
Antecedent Dry Days ...... 0.0
Report Time Step ......... 00:15:00
Wet Time Step ............ 00:05:00
Dry Time Step ............ 01:00:00
Routing Time Step ........ 30.00 sec
Variable Time Step ....... YES
Maximum Trials ........... 8
Head Tolerance ........... 0.004921 m
***************************
Time-Step Critical Elements
***************************
Link C16 (87.82%)
Link C18 (6.23%)
********************************
Highest Flow Instability Indexes
********************************
All links are stable.
*************************
Routing Time Step Summary
*************************
Minimum Time Step : 1.76 sec
Average Time Step : 3.64 sec
Maximum Time Step : 30.00 sec
Percent in Steady State : 0.00
Average Iterations per Step : 2.00
Percent Not Converging : 0.00
***************************
Analysis begun on: Fri Jun 10 04:51:58 2016
Analysis ended on: Fri Jun 10 04:51:59 2016
Total elapsed time: 00:00:01
32
Kontrol debit :
Q =VxA
= 1.137 x 0.0609
= 0.069 m3/detik
Debit pada simulasi sebesar 0.104 m3/detik. Maka saluran tidak mampu
menampung debit sehingga dapat dipastikan meluap. Dibutuhkan evaluasi
untuk mendapatkan saluran yang sesuai.
34
RAB pada rencana pembuatan saluran menggunakan SWMM di cluster Nusa Dua
NO Jenis Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
Pekerjaan Persiapan
1 1.1. Pembersihan Lahan dan perataan 6,246.00 m2 10,883.18 67,976,342.28
1.2. Mobilisasi dan Demobilisasi 5.00 hari 200,000.00 1,000,000.00
Pekerjaan Tanah
2 2.1 Urugan Tanah 2,435.40 m3 11,838.00 28,830,265.20
2.2 Pemadatan tanah 2,498.40 m3 30,972.00 77,380,444.80
Pekerjaan Saluran
3.1 Urugan Pasir 9.45 m3 317,141.00 2,996,982.45
3 3.2 Pemasangan gorong gorong 0.3 m 315.00 buah 86,744.00 27,324,360.00
3.3 Pembuatan bak kontrol 60 x 60 45.00 titik 406,422.80 18,289,026.00
3.4 Pemasangan inlet pipa PVC 4 inch 45.00 titik 191,571.00 8,620,695.00
Pekerjaan Timbunan dan Pembersihan Akhir
4 4.1 Timbunan tanah 28.15 m3 25,810.79 726,451.00
4.2 Pembersihan Akhir 6,246.00 m2 10,883.18 67,976,342.28
TOTAL HARGA 301,120,909.01
36
Lampiran 9. Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada pembuatan hulu saluran utama
39
40
Lampiran 10. Penampang melintang saluran awal dan saluran usulan (lanjutan)
Saluran gorong-gorong persegi
40
41
Lampiran 10. Penampang melintang saluran awal dan saluran usulan (lanjutan)
Saluran persegi
41
42
42
43
RIWAYAT HIDUP