Anda di halaman 1dari 55

EVALUASI DAN PERENCANAAN SALURAN DRAINASE DI

PERUMAHAN PURI KINTAMANI, CILEBUT, BOGOR


DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SWMM

ADE PRASETYO KUSWICAKSONO

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi dan Perencanaan
Saluran Drainase di Perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor dengan
Menggunakan Program SWMM adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2016

Ade Prasetyo Kuswicaksono


NIM F44120070
ABSTRAK
ADE PRASETYO KUSWICAKSONO. Evaluasi dan Perencanaan Saluran
Drainase di Perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor dengan Menggunakan
Program SWMM. Dibimbing oleh SUTOYO.

Drainase merupakan sarana untuk mengalirkan air hujan dari suatu tempat
ke tempat yang lain. Daerah perumahan Puri Kintamani merupakan daerah yang
tidak memiliki topografi yang curam. Selain itu daerah perumahan tersebut berada
pada das anak sungai Ciliwung. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model
saluran drainase yang sesuai dengan keadaan sesungguhnya sehingga dapat
menganalisis dan mengevaluasi saluran drainase. Analisis dan evaluasi dilakukan
dengan model EPA SWMM 5.1. Curah hujan rencana yang digunakan pada model
yaitu 144.13 mm/hari. Simulasi yang telah dilakukan terlihat garis merah pada
conduit C14 dan C13 pada jam ke 2 sampai ke 3 yang berarti terjadi luapan. Hal ini
ditunjukan dengan debit simulasi pada saluran C13 dan C14 berturut-turut 0.104
m3/detik dan 0.056 m3/detik sedangkan debit maksimum berturut-turut 0.069
m3/detik dan 0.050 m3/detik. Pada data pengukuran elevasi ditunjukan bahwa node-
node pada cluster Nusa Dua memiliki ketinggian lebih rendah dibandingkan bagian
diluar cluster. Fenomena backwater terjadi pada bagian hilir saluran utama. Setelah
dilakukan evaluasi keseluruhan diketahui biaya yang dibutuhkan sebesar
Rp502,436,767.30 apabila dilakukan perbaikan pada saluran.

Kata kunci: Curah hujan rencana, evaluasi saluran, luapan, perumahan puri
kintamani, saluran drainase

ABSTRACT

ADE PRASETYO KUSWICAKSONO. Evaluation and Drainage Channel


Planning at Puri Kintamani Residence, Cilebut, Bogor Using SWMM Program.
Supervised by SUTOYO.

Drainage is meant to drain rainwater from one place to another. Puri


Kintamani is a residence area with a small slope. This residence is located at
Ciliwung watershed. This research aimed to create a model of drainage channels in
actual situation for analyzing and evaluating the drainage channels. Analysis and
evaluation were done using EPA SWMM 5.1 models. Rainfall plan used in the
model was 144.13 mm / day. Red line was seen within the simulations in conduit
C14 and C13 in hour 2 to 3, which means that overflow occured. This was shown
by simulation on the discharge channel C13 and C14 which was 0.104 m3 / sec and
0.056 m3 / sec, while the maximum discharge is 0.069 m3 / sec and 0.050 m3 / sec.
The elevation measurement data indicated that the nodes in the cluster Nusa Dua
had a height lower than the outside part of the cluster. Backwater happened on the
end of the first channel. After an overall evaluation, cost of Rp502,436,767.30 is
needed if reconstruction for the channel is carried out.

Keywords: Drainage channels, evaluation channels, overflowing, rainfall plan,


real estate puri kintamani
EVALUASI DAN PERENCANAAN SALURAN DRAINASE DI
PERUMAHAN PURI KINTAMANI, CILEBUT, BOGOR
DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SWMM

ADE PRASETYO KUSWICAKSONO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan
suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
Judul Skripsi : Evaluasi dan Perencanaan Saluran Drainase di Perumahan
Puri Kintamani, Cilebut, Bogor dengan Menggunakan
Program SWMM
Nama : Ade Prasetyo Kuswicaksono
NIM : F44120070

Bogor, Juli 2016

Disetujui oleh

Sutoyo, S.TP., M.Si.


Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA


Ketua Departemen
i

PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Evaluasi
dan Perencanaan Saluran Drainase di Perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor
dengan Menggunakan Program SWMM” dapat diselesaikan. Penelitian ini
diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FATETA, IPB.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Sutoyo, S.TP., M.Si
selaku pembimbing serta Bapak Maulana Ibrahim Rau, S.T., MSc, dan Bapak Tri
Sudibyo, S.T., M.Si selaku penguji yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam penelitian ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dony
Kushardono dan Ibu Atik Rustiati selaku orang tua, teman-teman SIL angkatan
49, dan teman teman dari UKM MAX IPB atas semangat dan motivasi yang telah
diberikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Bogor, Juli 2016

Ade Prasetyo Kuswicaksono


ii

DAFTAR ISI

PRAKATA i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Limpasan 3
Sistem Drainase 3
Storm Water Management Model 5
METODE PENELITIAN 6
Waktu dan Lokasi Penelitian 6
Bahan dan Alat 7
Prosedur Penelitian 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Keadaan Umum Perumahan Puri Kintamani 13
Analisis Curah Hujan Rencana 14
Analisis Saluran Drainase dengan Model SWMM 16
SIMPULAN DAN SARAN 26
Simpulan 26
Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 28
RIWAYAT HIDUP 43
iii

DAFTAR TABEL

1 Nilai Depression storage 8


2 Nilai infiltrasi maksimum dari berbagai kondisi tanah 8
3 Nilai infiltrasi minimum dari berbagai kondisi tanah 9
4 Tipikal nilai koefisien kekasaran manning, n 10
5 Curah hujan maksimum harian tahun 2004 – 2013 14
6 Hasil perhitungan analisis frekuensi curah hujan rencana 15
7 Perbandingan hasil perhitungan nilai Cs dan Ck dengan persyaratan distribusi 15
8 Perhitungan Uji Chi Kuadrat dengan Distribusi Log Pearson III 15
9 Nilai properti subcatchment 17
10 Perbedaan nilai debit simulasi dengan debit maksimum 20
11 Perubahan elevasi pada tiap node di cluster Nusa Dua 21
12 Rencana dimensi saluran pada saluran C6 dan C7 22
13 Hasil evaluasi saluran drainase untuk mengatasi backwater pada hilir 23
14 Hasil evaluasi pada hulu saluran utama 24
15 Hasil perbandingan RAB evaluasi, awal, dan dengan SWMM 25

DAFTAR GAMBAR

1 Site Map Perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor 6


2 Diagram alir penelitian 12
3 Denah pembangunan Perumahan Puri Kintamani tahap 1 13
4 Hasil permodelan jaringan drainase perumahan Puri Kintamani 16
5 Limpasan pada tiap subcatchment di cluster Tampak Siring per jam 18
6 Hasil pemodelan yang telah dijalankan dengan curah hujan rencana 18
7 Kondisi penampang memanjang saluran J5-J8 pada 2.30 jam hujan 19
8 Kondisi penampang memanjang saluran J23-J22 pada 6 jam hujan 19
9 Arah aliran kondisi aktual pada cluster Nusa Dua 20
10 Arah aliran kondisi rencana pada cluster Nusa Dua 21
11 Kondisi penampang memanjang saluran J23-J22 pada jam kedua lebih 21
45 menit hujan setelah di evaluasi
12 Kondisi penampang memanjang saluran J5-J8 pada jam kedua lebih 22
45 menit hujan setelah di evaluasi
13 Kondisi eksisting penampang memanjang di bagian hilir saluran utama 23
14 Kondisi penampang saluran utama di bagian hilir setelah dievaluasi 24
15 Hasil akhir evaluasi dan desain keseluruhan saluran 25
iv

DAFTAR LAMPIRAN

1 Siteplan Perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor 28


2 Karakteristik setiap saluran 29
3 Status report dari simulasi menggunakan SWMM 30
4 Contoh perhitungan kapasitas maksimum saluran 32
5 Perbandingan kecepatan hasil simulasi dan saluran yang diperbaiki 34
6 Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada pembangunan saluran di cluster 35
Nusa Dua.
7 Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada pembangunan di saluran C6 dan C7 36
8 Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada pembangunan saluran di hilir 37
saluran utama untuk mengatasi backwater
9 Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada pembuatan hulu saluran utama 38
10 Tampak melintang saluran awal dan saluran usulan 39
11 Denah lokasi perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor 42
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Banjir merupakan fenomena alam dimana terjadi kelebihan air yang tidak
tertampung oleh jaringan drainase yang diakibatkan oleh alam maupun manusia.
Bencana banjir dapat mengakibatkan kerusakan, baik pada sisi kehidupan maupun
material. Banjir dapat disebabkan dari beberapa faktor diantaranya sistem drainase
yang buruk, kondisi topografi, bertambahnya jumlah penduduk, tata guna lahan
yang berubah, dan perubahan iklim. Dampak dari tingginya populasi penduduk
tanpa ditunjang dengan sistem sanitasi yang baik dapat meningkatkan bahaya
pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup serta mengancam kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu masalah sanitasi lingkungan memerlukan penanganan
yang serius (Oktiawan 2012). Pada perkotaan, fenomena banjir banyak diakibatkan
oleh sistem drainase yang tidak mampu menampung air hujan sehingga melebihi
kapasitas sistem drainase.
Permasalahan banjir berulang setiap tahun namun, permasalahan tersebut
belum terselesaikan sampai sekarang bahkan tiap tahun cenderung mengalami
peningkatan. Paradigma mengenai sistem drainase bahwa runoff harus dialirkan
secepatnya ke badan air dapat menambah buruk suatu sistem bila tidak ditunjang
dengan dimensi bangunan yang cukup. Banyak sistem drainase yang dibuat terlalu
kecil sehingga tidak mampu menampung debit air pada saat hujan turun. Maka
dibutuhkan pengelolaan air yang baik untuk mengatasi masalah tersebut.
Drainase merupakan sarana atau prasarana untuk mengalirkan air hujan dari
suatu tempat ke tempat yang lain (Dewi 2014). Daerah perumahan Puri Kintamani
merupakan daerah yang tidak memiliki topografi yang curam. Disamping itu daerah
perumahan tersebut berada pada DAS anak sungai ciliwung. Tata guna pada daerah
DAS anak sungai ciliwung tersebut mengalami perubahan sehingga memungkinkan
terdapat perubahan debit pada anak sungai yang menyebabkan peristiwa backwater
pada sistem saluran drainase. Hal ini dapat menyebabkan sistem drainase tidak
dapat bekerja dengan maksimal.
Sistem penanggulangan banjir yang cepat dan tepat hendaknya segera
dirancang untuk mengantisipasi banjir pada daerah perumahan tersebut. Sebuah
model yang telah dikembangkan dan digunakan di Amerika mungkin dapat menjadi
salah satu solusi pemecahan masalah yang terjadi di DAS anak sungai Ciliwung.
Storm Water Management Model (SWMM) merupakan model yang mampu untuk
menganalisa permasalahan kuantitas dan kualitas air yang berkaitan dengan
limpasan daerah perkotaan. Storm Water Management dikembangkan oleh EPA
(Environmental Protection Agency – US), sejak 1971 (Huber dan Dickinson 1988).
SWMM tergolong model hujan aliran dinamis yang digunakan untuk simulasi
dengan rentang waktu yang menerus atau kejadian banjir sesaat. Model ini paling
banyak dikembangkan untuk simulasi proses hidrologi dan hidrolika di wilayah
perkotaan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu
sistem drainase yang ramah lingkungan dan memiliki effisiensi yang baik sesuai
dengan peruntukan di wilayah perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor.
2

Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan merancang saluran drainase


di perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor. Perumusan masalah yang muncul
berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, yaitu:
1. Bagaimana permasalahan tata guna lahan pada daerah tersebut?
2. Bagaimana menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan pada
perancangan sistem drainase yang effisien dengan program SWMM?
3. Identifikasi terjadinya runoff pada area subcatchment.

Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari melebarnya permasalahan, maka perlu dibuat batasan-


batasan terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun batasan
permasalahan yaitu :
1. Penelitian terbatas pada perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor
2. Evaluasi terbatas pada kapasitas saluran drainase, kondisi daerah
pengaliran, dan kelayakan bangunan drainase
3. Perancangan sistem drainase didasarkan pada data terkait dengan program
SWMM, data-data perencanaan, dan pengukuran dilapangan.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu:


1. Menganalisis dan mengevaluasi desain saluran drainase pada perumahan
Puri Kintamani dengan menggunakan program SWMM
2. Merancang desain saluran drainase yang effisien dengan menggunakan
program SWMM
3. Menghitung rencana anggaran biaya (RAB) dari saluran drainase

Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:


1. Menyelesaikan permasalahan-permasalahan drainase pada daerah
perumahan, khususnya pada perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor.
2. Memberikan informasi kepada pengembang perumahan Puri Kintamani,
Cilebut, Bogor mengenai kondisi saluran drainase yang ada pada saat
penelitian.
3. Memberikan design saluran drainase yang effisien sehingga dapat menekan
anggaran konstruksi.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Hidrologi

Hidrologi merupakan suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran


gerakan di ala mini, yang meliputi berbagai bentuk air dan perubahan perubahannya
antara lain : dalam bentuk gas, cair, dan padat di atmosfer maupun di dalam tanah.
Analisis hidrologi tidak hanya diperlukan dalam perncanaan berbagai bangunan air
tetapi juga diperlukan untuk membangun jalan raya, lapangan terbang, dan
bangunan lainya (Soemarto 1999). Sikulus hidrologi adalah suatu rangkaian proses
yang terjadi dengan air yang terdiri dari penguapan, presipitasi, infiltrasi, dan
pengaliran keluar (out flow). Penguapan terdiri dari terdiri dari evaporasi dan
transpirasi. Uap mengalami kondesasi dan menjadi awan yang nantinya kembali
menjadi air dan turun sebagai hujan atau presipitasi. Sebelum tiba dipermukaan
bumi air tersebut ada yang langsung menguap kembali, sebagian tertahan di
tumbuhan, dan sebagian mencapai permukaan tanah. Air di permukaan tanah
sebagian ada yang masuk kedalam tanah (infiltrasi) sebagian ada yang mengalir di
permukaan tanah menuju tempat yang lebih rendah (runoff). Pada perjalanan yang
lebih rendah sebagian air mengalami penguapan. Sebagian air yang masuk kedalam
tanah akan keluar kembali yang disebut dengan interflow. Sebagian dapat masuk ke
tanah yang lebih dalam dan masuk ke dalam aliran bawah tanah (groundwater flow)
(Suripin 2004).
Hujan berasal dari uap air di atmosfer, sehingga bentuk dan jumlahnya
dipengaruhi oleh faktor klimatologi seperti angin, temperatur dan tekanan atmosfer
(Pediano dkk 2014). Hujan merupakan komponen yang sangat penting dalam
analisis hidrologi. Hujan dibutuhkan sebagai perencanaan debit untuk menentukan
dimensi saluran drainase. Analisis hidrologi dapat menciptakan analisis frekuensi
curah hujan. Analisis frekuensi curah hujan bertujuan untuk menentukan curah
hujan rancangan yang akan digunakan dalam permodelan. Curah hujan rancangan
merupakan kemungkingan tinggi hujan yang terjadi dalam kala ulang tertentu. Data
hidrologi mencakup antara lain luas daerah drainase, besar, dan frekuensi dari
intensitas hujan rencana. Ukuran dari daerah tangkapan air akan mempengaruhi
aliran permukaan sedangkan daerah aliran dapat ditentukan dari peta topografi atau
foto udara (Farizi 2015)
Dalam analisis hidrologi terdapat analisis frekuensi yang digunakan untuk
memperkirakan hujan rancangan dengan kemungkinan tertinggi pada periode
tertentu. Hasil analisis frekuensi berfungsi sebagai dasar perhitungan untuk
mengantisipasi setiap kemungkinan yang akan terjadi. Analisis frekuensi dapat
dilakukan dengan metoda probability distribution antara lain Distribusi Normal,
Distribusi Log Normal, Distribusi Log-Person III, dan Distribusi Gumbel
(Triatmodjo 2010)

Sistem Drainase

Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang


mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks
4

pemanfaatan tertentu (Hasmar 2011). Drainase termasuk dalam salah satu


komponen penting pada infrastruktur perkotaan yang menanggulangi masalah
banjir dan genangan air (Pania 2013). Saluran drainase berfungsi mengalirkan air
dari hulu ke hilir. Pada masa 300 SM jalan-jalan pada masa tersebut dibangun
dengan elevasi lebih tinggi untuk menghindari adanya limpasan di jalan (Long
2007) Komponen yang terdapat didalam saluran drainase terdiri dari saluran
penerima, saluran pengumpul, saluran pembawa, saluran induk, dan badan air.
Drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan airdari suatu kawasan
atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal (Suripin 2004)
Drainase perkotaan/terapan adalah ilmu yang diterapkan khusus pada
kawasan perkotaan dan erat kaitannya dengan dengan kondisi sosial budaya yang
ada di daerah perkotaan. Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan
pengaliran air dari wilayah kota yang meliputi pemukiman, kawasan industri dan
perdagangan, sekolah, rumah sakit dan fasilitas lainnya, lapangan olahraga,
lapangan parker, instalasi militer, instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan
udara, pelabuhan laut atau sungai serta tempat lainnya yang merupakan bagian dari
sarana kota (Kustamar 2008). Drainase di perkotaan dibutuhkan sebagai salah satu
unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota untuk menuju
kehidupan yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.
Konsep dasar pengembangan sistem drainase yang berkelanjutan adalah
meningkatkan daya guna air, meminimalkan kerugian, serta memperbaiki dan
konservasi lingkungan (Suripin 2004). Oleh karena itu dibutuhkan upaya yang
komperhensif dan inegratif untuk memaksimalkan daya guna air. Konsep yang
diterapkan tidak hanya mengalirkan namun juga menahan air hujan ditempat turun
hujan. Untuk memaksimalkan sistem drainase yang berkelanjutan dapat
menambahkan bangunan yang membantu menahan air di tempat turun hujan.
Bangunan tersebut dapat berupa sumur resapan dan danau buatan.
Banjir merupakan fenomena alam yang terjadi akibat kelebihan air pada suatu
tempat. Banjir sebagai bencana alam dapat mengakibatkan kerusakan dari sisi
kehidupan maupun material. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya banjir. Secara umum penyebab banjir di berbagai belahan dunia adalah:
(Suripin 2004):
1. Pertambahan penduduk yang sangat cepat dapat menjadi faktor penyebab
terjadinya banjir. Hal ini dikarenakan pertambahan penduduk yang sangat
cepat diatas rata-rata pertumbuhan penduduk nasional. Pertambahan
penduduk dapat disebabkan urbanisasi, baik migrasi musiman maupun
permanen. Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan
penyediaan prasaranadan sarana perkotaan yang memadai mengakibatkan
pemanfaatan lahan perkotaan menjadi tidak teratur
2. Keadaan iklim yang dapat menyebabkan banjir yaitu ketika hujan turun
yang terlalu lama dan gelombang badai yang tinggi. Hujan turun yang
terlalu lama dapat menyebabkan banjir pada daerah aliran sungai. Hal ini
dikarenakan debit hujan yang dihasilkan tidak mampu ditampung oleh
badan air. Sedangkan, gelombang badai yang tinggi dapat menyebabkan
banjir pada muara sungai atau daerah pantai. Hal ini dikarenakan
kombinasi dari pasang surut, tinggi muka air laut, dan besarnya ombak.
5

3. Perubahan tata guna lahan dan kenaikan populasi; perubahan tata guna
lahandari pedesaan menjadi perkotaan sangat berpotensi menyebabkan
banjir. Banjir banyak terjadi pada daerah muara. Hal ini disebabkan
perubahan tata guna lahan yang tidak diselaraskan dengan sistem drainase
yang berkelanjutan, sehingga banyak runoff yang dialirkan ke hilir.
4. Land subsidence atau penurunan level tanah dari elevasi sebelumnya.
Pernurunan level tanah dapat disebabkan explorasi bawah tanah yang
berlebihan sehingga menyebabkan gelombang pasang dari laut melebihi
permukaan sungai pada area penurunan level tanah.

Storm Water Management Model

Storm Water Management Model (SWMM) merupakan model yang mampu


untuk menganalisa permasalahan kuantitas dan kualitas air yang berkaitan dengan
limpasan daerah perkotaan. Storm Water Management dikembangkan oleh EPA
(Environmental Protection Agency – US), sejak 1971 (Huber and Dickinson 1988).
SWMM tergolong model hujan aliran dinamis yang digunakan untuk simulasi
dengan rentang waktu yang menerus atau kejadian banjir sesaat. Model ini paling
banyak dikembangkan untuk simulasi proses hidrologi dan hidrolika di wilayah
perkotaan. SWMM telah diaplikasikan secara luas untuk pemodelan kuantitas dan
kualitas air di wilayah perkotaan Amerika Serikat, Kanada, Eropa dan Australia.
Model ini telah digunakan untuk analisa hidrolika yang kompleks dalam masalah
saluran pembuangan (sewer), manajemen jaringan drainase dan studi berbagai
permasalahan polusi. Warwick dan Tadepalli (1991) telah melakukan kalibrasi dan
validasi SWMM untuk memodelkan daerah aliran sungai di perkotaan seluas ±
10000 km2 di Dallas Negara bagian Texas. Tsihrintzis dan Hamid (1995)
memberikan contoh aplikasi SWMM pada empat daerah aliran sungai di Florida
bagian selatan dengan karakteristik daerah perkotaan yang berbeda dari segi
prosentase pemukiman, pusat perbelanjaan dan tata guna lahan. Model ini juga terus
dikembangkan dan disempurnakan untuk memberikan fasilitas pemecahan masalah
saat ini.
SWMM menghitung kuantitas dan kualitas dan debit aliran, kedalaman
aliran, dan kualitas air di setiap titik outlet selama periode simulasi, meski demikian
dalam studi ini tidak memperhatikan masalah kualitas untuk air untuk permodelan
drainase (Priyantoro dkk 2014). Aplikasi model SWMM dapat digunakan untuk
beberapa hal seperti perencanaan dan dimensi jaringan pembuang untuk
pengendalian banjir serta perencanaan daerah penahan sementara untuk
pengendalian banjir. Aplikasi model SWMM juga dapat digunakan sebagai
pemetaan daerah genangan banjir. Penelitian ini menggunakan software EPA
SWMM 5.1 yang memiliki pemburian dalam beberapa hal dari versi sebelumnya.
Software ini dapat membaca format file curah hujan yang diambil secara online dari
NOAA-NCDC. Terdapat penambahan pilihan pada infiltrasi, yaitu metode Horton.
Terdapat dua kategori baru pada control LID, yaitu the green roof dan rain gardens.
Pengguna dapat menambahkan sendiri persamaan aliran air tanah untuk
subcatchment pada EPA SWMM 5.1 (EPA 2015)
6

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Februari – Juni
2016. Saluran drainase yang dianalisis berlokasi pada perumahan Puri Kintamani,
Cilebut, Bogor, Jawa Barat (Gambar 1). Secara geografis perumahan Puri
Kintamani berada pada koordinat 6o 31’ 12” LS dan 106o 47’ 24” BT. Pengolahan
data dilakukan di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian
Bogor, Dramaga Bogor, Jawa Barat. Gambar yang lebih jelas dapat dilihat pada
Lampiran 11.

Gambar 1. Site Map Perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer berupa dimensi saluran dan karakteristik saluran drainase.
data sekunder berupa data curah hujan maksimum selama 10 tahun di daerah
Cilebut, peta tutupan lahan, peta kontur, data harga beton saluran drainase, dan
masterplan perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor. Data curah hujan tahunan
diperoleh dari stasiun klimatologi yang berada di Dramaga. Data kontur, peta
tutupan lahan, dan masterplan perumahan Puri Kintamani diperoleh dari kontraktor
dan pengembang perumahan atau diperoleh dari pemerintah kota Bogor. Alat yang
digunakan yaitu kompas, theodolite, target rod, patok, notebook/laptop, alat tulis,
kalkulator, dan software EPA SWMM 5.1.
7

Prosedur Penelitian

Penelitian mengenai analisis dan rancangan saluran drainase dilakukan


dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui informasi tentang menganalisis
dan merancang saluran drainase. Studi pustaka dapat diperoleh dalam bentuk jurnal,
laporan penelitian yang berkaitan tentang analisis dan rancangan saluran drainase,
dan buku buku yang menerangkan tentang aspek yang digunakan dalam
menganalisis masalah saluran drainase
2. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan melakukan survei ke tempat penelitian.
Pada penelitian ini survei dilakukan pada perumahan Puri Kintamani, Cilebut,
Bogor. Tahap persiapan juga meliputi proses identifikasi masalah, data, bahan dan
alat apa saja yang diperlukan dalam penelitian ini.
3. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
dilakukan dilapangan dengan mensurvei data-data yang dibutuhkan di wilayah
penelitian. Data-data primer yang dibutuhkan adalah kondisi jaringan drainase pada
saat penelitian yaitu meliputi jenis saluran, dimensi saluran, elevasi saluran, dan
batas daerah tangkapan air untuk setiap subcatchment. Data sekunder yang
dikumpulkan meliputi data curah hujan harian tahun 2005 – 2015 yang di peroleh
dari BMKG, peta tutupan lahan, data harga beton saluran drainase, dan masterplan
dari perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor.
4. Pengolahan data
Pengolahan data menggunakan data primer dan data sekunder dalam
membuat permodelan saluran drainase. data primer yang digunakan adalah kondisi
eksisting jaringan drainase meliputi jenis saluran, panjang saluran, lebar saluran,
kedalaman saluran, elevasi saliran dan batas daerah tangkapan air untuk setiap
subcatchment. Sementara data sekunder meliputi data curah hujan harian, peta
tutupan lahan, peta lokasi penelitian, dan data harga beton saluran drainase.
Dalam simulasi permodelan data-data yang digunakan antara lain:
a. Rain Gage
Dalam Software EPA SWMM Rain Gage merupakan data penyedia curah
hujan yang digunakan untuk satu atau lebih subcatchment. Data curah hujan
didefinisikan sebagai time series pada software. Data curah hujan pada rain gage
didapat dari hasil perhitungan curah hujan rencana dengan menggunakan analisis
frekuensi distribusi probalitas.
b. Subcatchment
Subcatchment merupakan daerah topogradi dan sistem drainase yang
mengalirkan langsung aliran permukaan menuju suatu titik aliran outlet. Parameter
subcatchment yang digunakan untuk permodelan software EPA SWMM yaitu luas
subcatchment, presentase kemiringan subcathcment, panjang pengaliran, Outlet,
Rain gauge, presentase luas daerah kedap air dan presentase dari impervious area
tanpa depression storage.
Pada subcatchment terdapat dua macam jenis area, yaitu impervious (kedap air)
dan pervious (dapat dilalui air). Pada daerah impervious terdiri dari dua daerah yaitu
8

depression storage dan non depression storage. Nilai depression storage dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Depression storage


Spesifikasi lahan Depression storage (in)
Imprevious Surface 0.05 – 0.10
Lawns 0.10 – 0.20
Pasture 0.2
Forest litter 0.3

Metode perhitungan infiltrasi pada pervious area menggunakan metode


Horton seperti pada persamaan 1 (Rossman 2004)

Fp = Fc + (Fo – Fc) e-kt ................................................................................... (1)

Keterangan :
Fp = angka infiltrasi dalam tanah (mm/jam)
Fo = nilai infiltrasi maksimum (mm/jam) (Tabel 3)
Fc = nilai infiltrasi minimum (mm/jam) (Tabel 4)
t = lama hujan (det)
k = koefisien penurunan head (l/det)

Untuk nilai infiltrasi dari kondisi tanah memiliki dua nilai yaitu nilai infiltrasi
maksimum Tabel 2 dan nilai infiltrasi minimum Tabel 3 (Rossman 2004).
Sementara itu, untuk debit outflow dari limpasan subcatchment dihitung dengan
persamaan Manning 2 dan 3 (Babbit 1969).

Tabel 2. Nilai infiltrasi maksimum pada berbagai kondisi tanah


No. Kondisi tanah Jenis tanah Infiltrasi maksimum
(mm/jam)
Kering dengan Tanah berpasir 5
1 sedikit atau tidak Tanah lempung 3
ada tumbuhan Tanah liat 1
Tanah berpasir 10
Kering dengan Tanah lempung 6
2
banyak tumbuhan Tanah liat 2
Tanah berpasir 1.25
3 Tanah lembab Tanah lempung 1
Tanah liat 0.33
2 1
1
𝑉 = 𝑛 . 𝑅 3 . 𝑆 2 ................................................................................................... (2)
𝑄 = 𝑉. 𝐴 .................................................................................................. (3)
Keterangan :
V= kecepatan aliran (m/det) R = jari-jari hidrolis (m)
n = koefisien Manning S = kemiringan saluran
A = luas penampang saluran terbasahkan (m2) Q = debit (m3/detik)
9

Tabel 3. Nilai infiltrasi minimum pada berbagai kondisi tanah


Kelompok Pengertian Infiltrasi minimum
(mm/jam)
A Potensi limpasan yang rendah. Tanah >0.45
mempunyai tingkat infiltrasi yang tinggi
meskipun ketika tergenang dan kedalaman
genangan yang tingi, pengeringan/penyerapan
baik unsur pasir dan batuan
B Tanah yang mempunyai tingkat infiltrasi 0.30 – 0.15
biasa/medium ketika tergenang dan mempunyai
tingkat kedalaman genangan medium,
pengeringan dengan keadaan biasa didapat dari
moderately fine to moderately course
C Tanah mempunyai tingkat infiltrasi rendah jika 0.15 – 0.05
lapisan tanah untuk pengaliran air dengan
tingkat tekstur bias ke tekstur baik. Contoh:
lempung, pasir bernalau
D Potensi limpasan yang tinggi. Tanah 0.05 – 0.00
mempunyai tingkat infiltrasi rendah ketika
tergenang

c. Conduit
Conduit adalah saluran atau pipa yang menyalurkan air dari node satu ke node
lainnya. EPA SWMM menyediakan berbagai macam bentuk conduit yang
digunakan dilapangan. Perhitungan debit pada conduit menggunakan persamaan (2)
dan (3). Conduit memiliki nilai koefisien kekasaran manning n yang berbeda
menurut tipe saluran dan jenis bahan yang digunakan pada saluran (Tabel 4).
d. Junction dan Outfall Node
Junction node adalah node – node sistem drainase yang berfungsi untuk
menggabungkan satu saluran dengan saluran lain. Secara fisik dapat menunjukan
pertemuan dua saluran atau sambungan pipa. Outfall node adalah titik
pemberhentian dari sistem drainase yang digunakan untuk menentukan batas hilir
(downstream).
5. Analisis data
a. Daerah Pervious dan Impervious
Identifikasi daerah pervious dilakukan dengan melakukan validasi lapang di
lapangan untuk melihat daerah yang dapat menyerap air melalui infiltrasi (pervious)
dan daerah yang tidak dapat melewatkan air (impervious). Kemudian dapat dihitung
persentase luas daerah pervious dan impervious untuk setiap subcatchment, sebagai
input data dalam subcatchment.
b. Nilai Curah Hujan Rencana
Nilai curah hujan rencana merupakan nilai input yang berupa time series.
Analisis frekuensi untuk mendapatkan nilai curah hujan rencana dilakukan dengan
menggunakan teori probability distribution, antara lain Distribusi Normal,
Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person III dan Distribusi Gumbel.
Selanjutnya untuk penentuan jenis distribusi yang digunakan akan dilakukan uji
kecocokan berdasarkan Uji Chi Kuadrat. Nilai chi kuadrat adalah nilai kuadrat
10

karena itu nilai chi kuadrat selalu positif. Bentuk distribusi chi kuadrat tergantung
dari derajat bebas (Db). (Isfandari dan Reini 2014)

Tabel 4. Tipikal nilai koefisien kekasaran manning, n


No. Tipe saluran dan jenis bahan Nilai n
minimum normal maksimum
1 Tanah, lurus, dan seragam
Bersih baru 0.016 0.018 0.020
Bersih telah melapuk 0.018 0.022 0.025
Berkerikil 0.022 0.025 0.030
Berumput pendek, sedikit tanaman 0.022 0.027 0.033
pengganggu
2 Saluran dalam
Bersih lurus 0.025 0.030 0.033
Bersih, berkelok-kelok 0.033 0.040 0.045
Banyak tanaman pengganggu 0.050 0.070 0.080
Dataran banjir berumput 0.025 0.030 0.035
pendek – tinggi
Saluran di belukar 0.035 0.050 0.070
3 Beton
Gorong gorong lurus dan bebas 0.010 0.011 0.013
dari kotoran
Gorong – gorong dengan 0.011 0.013 0.014
lengkungan dan sedikit
kotoran/gangguan
Beton dipoles 0.011 0.012 0.014
Saluran pembuang dengan bak 0.013 0.015 0.017
kontrol
Sumber : KEMENPU 2011

c. Model EPA SWMM


1) Pembagian subcatchment
Langkah awal dalam penggunaan SWMM adalah pembagian subcatchment
pada area penelitian. Pembagian tersebut sesuai dengan daerah tangkapan air
(DTA) yang ditentukan berdasarkan pada elevasi lahan dan pergerakan limpasan
ketika terjadi hujan.
2) Pembuatan Model Jaringan
Pembuatan model jaringan dilakukan berdasarkan sistem jaringan drainase
yang ada di lapangan. Model jaringan ini terdiri dari subcatchment, node
junction, conduit, outfall node, dan rain gage. Setelah model jaringan
selanjutnya dimasukkan semua nilai parameter yang dibutuhkan untuk semua
properti tersebut.
3) Simulasi Respon Aliran pada time series
Simulasi respon aliran pada time series dilakukan untuk melihat respon
debit aliran terhadap waktu berdasarkan sebaran curah hujan. Nilai yang
dimasukkan adalah nilai sebaran curah hujan terhadap waktu dengan total nilai
sesuai dengan curah hujan rancangan hasil dari analisis hidrologi.
11

4) Simulasi model
Simulasi ini dilakukan setelah model jaringan drainase dan semua parameter
berhasil dimasukkan. Simulasi dapat dikatakan berhasil jika continuity error <
10 %. Dalam simulasi SWMM besarnya debit banjir dihitung dengan cara
memodelkan suatu sistem drainase. Aliran permukaan atau limpasan permukaan
terjadi ketika intensitas hujan yang jatuh di suatu daerah melebihi kapasitas
infiltrasi. Nilai Q dapat dihitung dengan Persamaan 4 (Hendrayani 2007).
Selanjutnya limpasan terjadi (Q) akan mengalir melalui conduit atau saluran
yang ada.

Q = W 1/n (d – dp)2/3 S1/2 ........................................................................ (4)

Keterangan :
Q = debit aliran yang terjadi (m3/det) d = kedalaman air (m)
W = lebar subcatchment (m) dp = kedalaman air tanah (m)
n = koefisien kekasaran Manning S = kemiringan subcatchment
5) Output SWMM
Output dari simulasi ini antara lain runoff quantity continuity, flow routing
continutiy, highest flow instability indexes, routing time step, subcatchment
runoff, node depth, node inflow, node surcharge, node flooding, outfall loading,
link flow, dan conduit surcharge yang disajikan dalam laporan statistik simulasi
rancangan.
6) Visualiasi hasil
Visualisasi hasil yang ditampilkan berupa jaringan saluran drainase hasil
output dari simulasi, profil aliran dari beberapa saluran utama dan yang diketahui
tergenang, dan grafik aliran yang terjadi pada saluran.
7) Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Output dari SWMM dapat mengetahui dimensi yang dibutuhkan untuk
membuat saluran drainase yang effisien. Setelah mengetahui dimensi saluran
drainase maka dapat diketahui pula RAB dari pembuatan saluran drainase yang
dibutuhkan
8) Penyusunan Laporan Akhir
Pada tahap ini dilakukan penyusunan laporan akhir yang berisi keseluruhan
proses penelitian yang sudah dikerjakan. Tahapan penelitian lebih jelas disajikan
dalam bagan alir pada Gambar 2.
12

MULAI

Data Primer Data Sekunder


1. Dimensi saluran 1. Data curah hujan
drainase 2. Peta masterplan
2. Elevasi saluran
drainase
3. Jenis saluran
drainase
Nilai curah hujan Daerah pervious
rencana dan impervious

Simulasi dengan EPA SWMM 5.1 Modifikasi


dimensi /
kemiringan
Debit saluran drainase

Kesesuaian Teridentifikasi
dengan saluran Tidak garis merah,
drainase terdapat masalah,
atau tidak effisien

Ya
Pembuatan RAB

SELESAI

Gambar 2. Diagram alir penelitian


13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Perumahan Puri Kintamani

Perumahan Puri Kintamani Terletak di Kelurahan Cilebut Timur,


Kecamatan Sukaraja, Cilebut, Bogor. Secara geografis perumahan Puri Kintamani
berada pada koordinat 6.522310 LS dan 106.799842 BT. Perumahan ini terletak di
Jalan Bojong Gede Raya nomor 37 dan berbatasan langsung dengan anak Sungai
Ciliwung. Pembangunan perumahan pada tahap 1 dapat dilihat pada Gambar 3.
(google earth (tanggal akses: 5/5/2016))

Gambar 3. Denah pembangunan Perumahan Puri Kintamani tahap 1

Daerah perumahan Puri kintamani memiliki ketinggian ±161 mdpl dengan


kondisi lahan yang relatif datar dengan kemiringan 0-2%. Perumahan Puri
Kintamani memiliki luas lahan sebesar ±5 ha. Perumahan ini masih dalam tahap
pengembangan dan dalam beberapa tahun kedepan dapat dipastikan mengalami
pertambahan luas. Saat ini perumahan Puri Kintamani memiliki 16 blok.
Pengamatan dilakukan pada perumahan Puri Kintamani pembangun tahap pertama.
Perumahan Puri Kintamani memiliki fasilitas penunjang seperti taman bermain.
Berdasarkan pengamatan dilapangan sebagian rumah pada perumahan ini
belum terbangun, begitupun dengan saluran drainase pada perumahan ini. Namun
pihak developer memiliki rancangan saluran drainase dan siteplan yang dapat
dianalisis sebagai data penelitian. Perumahan Puri Kintamani membangun saluran
pada tiap cluster berupa gorong-gorong dengan diameter 30 cm. Serta saluran
pengumpul 1 dengan lebar 40 cm dan tinggi 45 cm. Pada perumahan ini panjang
14

saluran berkisar antara 8.6 – 146.12 m tergantung dari daerah tangkapan dan
jaringan. Saluran yang direncanakan dapat berupa gorong gorong beton, saluran
persegi dengan batu kali, dan saluran persegi dengan beton precast. Sehingga nilai
manning berbeda-beda tiap saluran.
Beberapa permasalahan yang terjadi pada pembangunan perumahan Puri
Kintamani adalah terjadinya fenomena backwater dari sungai apabila terjadi hujan
deras. Kondisi saluran drainase pada saat pembangunan perumahan Puri Kintamani
banyak terdapat endapan dan tumbuhan sehingga menghambat aliran menuju
outlet. Fenomena backwater juga terjadi pada cluster Nusa Dua pada bagian utara
perumahan Puri Kintamani. Hal ini disebabkan ketinggian tanah lebih rendah
dibandingkan wilayah disekitarnya. Dibutuhkan desain kemiringan dan dimensi
saluran yang sesuai dengan daerah tangkapan pada perumahan Puri Kintamani.

Analisis Curah Hujan Rencana

Analisis Curah hujan rencana dilakukan untuk mendapatkan nilai rain gage
pada model program SWMM. Data curah hujan rencana didapatkan dari data curah
hujan maksimum harian dari tiap tahun. Periode tahun yang diambil yaitu 10 tahun
dimulai dari tahun 2004 hingga tahun 2013. Data curah hujan harian didapatkan
dari stasiun klimatologi terdekat yaitu Stasiun Klimatologi Dramaga Badan
Meorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Curah hujan yang digunakan
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Curah hujan maksimum harian tahun 2004 - 2013


CH CH
Tahun Maksimum Tahun Maksimum
mm/hari mm/hari
2004 141.6 2009 115.1
2005 126.5 2010 144.5
2006 136.4 2011 97.6
2007 155.5 2012 123.1
2008 104.5 2013 136.8
Sumber: Stasiun BMKG Dramaga

Data curah hujan harian maksimum diolah untuk mendapatkan periode


ulang dari analisis frekuensi. Metode yang digunakan untuk mendapatkan nilai
analisis frekuensi menggunakan metode probability distribution. Distribusi yang
digunakan yaitu Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Gumbel, dan
Distribusi Log Pearson III. Hasil perhitungan pada tiap distribusi di tiap periode
ulang dapat dilihat pada Tabel 6. Metode probability distribution digunakan untuk
menentukan distribusi yang digunakan. Menurut Kamiana I Made (2011) terdapat
persyaratan pemilihan distribusi (Tabel 7). Pemilihan distribusi ditentukan dengan
nilai koefisien kemencengan (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck). Perbandingan nilai
Cs dan Ck dengan persyaratan distribusi dapat dilihat pada Tabel 7.
15

Tabel 6. Hasil perhitungan analisis frekuensi curah hujan rencana


Jenis Distribusi Periode ulang (mm/hari)
2 tahun 5 tahun 10 tahun 20 tahun 50 tahun
Normal 128.16 143.57 151.64 158.25 165.77
Log Normal 126.92 143.77 153.47 161.89 172.05
Gumbel 125.67 147.58 162.08 175.99 194.00
Log Pearson III 128.76 144.13 151.70 159.35 164.01

Tabel 7. Perbandingan hasil perhitungan nilai Cs dan Ck dengan persyaratan jenis


distribusi
Hasil
Jenis Distribusi Persyaratan
Perhitungan
Normal Cs ≈ 0 Cs = 0.35
Ck ≈ 3 Ck = 3.30
3
Log Normal (Cs = Cv + 3Cv) maka Cs = 0.4324 Cs = 0.35
8 6 4 2
(Ck = Cv + 6Cv + 15Cv + 16Cv + 3)
maka Ck = 3.3343 Ck = 3.30
Gumbel Cs = 1.14 Cs = 0.35
Ck = 5.4 Ck = 3.30
Log Pearson III Selain dari nilai diatas Cs = 0.35
Ck = 3.30

Pada perbandingan hasil perhitungan dengan persyaratan terlihat (Tabel 7)


kecocokan nilai Cs dan Ck pada jenis distribusi Log Pearson III. Selanjutnya
dilakukan uji kecocokan untuk mengetahui kebenaran analisis curah hujan terhadap
simpangan data vertikal maupun data horizontal. Sehingga dapat diketahui apakah
pemilihan metode distribusi frekuensi Log Pearson III dalam perhitungan curah
hujan rencana dapat diterima atau di tolak. Uji kecocokan yang digunakan adalah
Uji Chi Kuadrat dengan menggunakan parameter X2. Hasil perhitungan Uji Chi
Kuadrat dengan Distribusi Log Pearson III dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perhitungan Uji Chi Kuadrat dengan Distribusi Log Pearson III
Kelas Interval Of Ef Of-Ef (Of-Ef)2/Ef
1 > 2.17 1 2 -1 0.5
2 2.11 – 2.17 4 2 2 2
3 2.07 – 2.11 2 2 0 0
4 2.03 – 2.07 1 2 -1 0.5
5 < 2.03 2 2 0 0
Jumlah 10 10 0 3

Hasil perhitungan Uji Chi Kuadrat diperoleh nilai X2 sebesar 3 pada


distribusi Log Pearson III. Nilai tersebut lebih kecil dari pada nilai pada tabel Uji
Chi Kuadrat sebesar 5.991. Hal ini membuktikan bahwa kecocokan pernyebaran
Distribusi Log Pearson III dapat diterima. Menurut KEMENPU 2011 Nilai periode
ulang 5 tahun digunakan karena luas lahan tidak lebih besar dari 10 ha. Data curah
16

hujan rencana yang digunakan untuk input data pada rain gage dalam software
SWMM adalah pada periode ulang 5 tahun yaitu 144.13 mm/hari.

Analisis Saluran Drainase dengan Model SWMM

Perumahan Puri Kintamani terdiri dari 22 subcatchment yang sudah


direncanakan dan 3 subcatchment berupa cluster yang belum direncanakan. Cluster
yang belum direncanakan ikut dihitung untuk memperkirakan kemungkinan
terjadinya banjir apabila telah terbangun seluruhnya. Terdapat beberapa properti
yang dimasukan dalam pemodelan pada software SWMM diantaranya
subcatchment, junction, conduit, dan outfall nodes. Perumahan Puri Kintamani
memiliki 25 subcatchment, 28 junction, 29 conduit, dan 1 outfall. Pada perumahan
ini terdapat dua jenis saluran, yaitu saluran persegi dan gorong-gorong berbentuk
lingkaran. Saluran gorong gorong sebanyak 22 saluran dan saluran persegi
sebanyak 7 saluran. Tiap subcatchment memiliki outlet. Tiap saluran dihubungkan
oleh dua junction. Keterangan mengenai properti pada saluran dapat dilihat pada
Lampiran 2. Saluran pada perumahan Puri Kintamani terbuat dari beton dan saluran
batu kali. Pembagian subcatchment, junction, conduit, dan outfall dapat dilihat pada
Gambar 4. Perumahan Puri Kintamani direncanakan memiliki daerah yang tidak
dapat dilewatkan air (impervious) seluas 78%. Nilai impervious diperoleh dari
perbandingan antara luas keseluruhan perumahan dengan daerah yang terbangun.
Nilai properti pada tiap subcatchment dapat dilihat pada Tabel 9.

Gambar 4. Hasil pemodelan jaringan drainase perumahan Puri Kintamani


17

Tabel 9. Nilai properti subcatchment


lahan lahan
Luas
Subcatchment Outlet impervious pervious
(ha)
(%) (%)
blok C6 0.110 J25 80 20
blok C7 0.031 J26 80 20
blok C4 0.015 J23 80 20
blok C5 0.033 J20 80 20
blok C1 0.030 J19 80 20
blok C2 0.026 J24 80 20
blok C3 0.032 J17 80 20
taman 1 0.043 J18 80 20
blok B5 0.057 J11 5 95
blok B4 0.045 J12 80 20
blok B1 0.124 J13 80 20
blok B3 0.106 J9 80 20
taman 2 0.062 J9 5 95
blok B2 0.079 J8 80 20
kios 0.030 J28 80 20
blok A4 0.107 J1 80 20
taman 3 0.062 J1 5 95
blok A2 0.090 J2 80 20
blok A5 0.082 J3 80 20
taman 4 0.024 J4 5 95
blok A3 0.186 J5 80 20
blok A1 0.062 J7 80 20
cluster 6 0.668 J10 75 25
cluster 4 0.321 J14 75 25
cluster 5 0.703 J15 75 25

Lahan impervious didapat dari perbandingan luas tanah tiap lahan dengan
luas terbangun pada tiap kavling. Luas lahan yang terbangun tiap kavling dirata-
ratakan pada tiap subcathment. Penentuan outlet pada tiap subcatchment didasarkan
pada keadaan yang ada di lokasi. Simulasi aliran dilakukan dengan menggunakan
data curah hujan rencana yang telah diolah dari hasil analisis hidrologi. Curah hujan
rencana total yang dimasukan kedalam time series pada model SWMM telah dibagi
dengan lama hujan selama satu hari sehingga terjadi sebaran curah hujan terhadap
waktu. Curah hujan rencana selama satu hari yang dianalisis mendapatkan nilai
144.13 mm dan dimasukan kedalam simulasi aliran sebagai respon curah hujan.
Lama waktu efektif curah hujan yang berlangsung selama satu hari hujan adalah 3
jam yaitu, 30% pada jam pertama, 47% dan 23% pada jam kedua dan ketiga
(Darmadi 1993).
Simulasi yang telah dijalankan mendapatkan hasil dengan continuity error
limpasan sebesar -0.19% dan penelusuran aliran sebesar 0.07% (simulasi masih
dikatakan baik apabila nilai continuity error < 10%). Simulasi model yang telah
dijalankan menghasilkan debit runoff pada tiap subcatchment. Contoh simulasi
18

model yang digambarkan pada tiap jam di cluster Tampak Siring dapat dilihat pada
Gambar 5. Dapat dilihat hujan maksimal terjadi pada awal jam ke 2 hingga jam ke
3. Nilai limpasan tertinggi ada pada subcatchment blok A3 yaitu sebesar 0.039
m3/detik. Saluran akan kembali pada keadaan semula setelah 15 menit hujan
berhenti.

Gambar 5. Limpasan pada tiap subcatchment di cluster Tampak Siring per jam

Hasil model yang telah dijalankan dapat dilihat pada Gambar 6. Terlihat
beberapa garis merah pada conduit hal ini menyatakan bahwa pada jam ke 2 sampai
ke 3 terjadi luapan pada conduit C6, C7, dan C29. Selain itu, setelah terjadi hujan
terdapat genangan di dalam saluran pada cluster Nusa Dua yang terdapat pada sisi
utara perumahan Puri Kintamani.

Gambar 6. Hasil pemodelan yang telah dijalankan dengan curah hujan rencana
19

Pada cluster Nusa Dua terdapat genangan dikarenakan elevasi dasar saluran
yang lebih rendah dibandingkan daerah disekitarnya. Menurut simulasi model, air
yang mengalir menuju cluster Nusa Dua berasal dari subcatchment cluster 6, blok
B5, blok B4, dan subcatchment yang berada di dalam cluster Nusa Dua. Maka
dibutuhkan ketinggian dasar saluran yang sesuai agar seluruh aliran dapat mengalir
ke outfall. Kondisi saluran yang meluap dan menggenang ditunjukan pada Gambar
7 dan Gambar 8.

Periode ulang 5 tahun


Curah Hujan 144.13 mm/hari

Gambar 7. Kondisi penampang memanjang saluran J5-J8 pada 2.30 jam hujan

Periode ulang 5 tahun


Curah Hujan 144.13 mm/hari

Gambar 8. Kondisi penampang memanjang saluran J23-J22 pada 6 jam hujan

Hasil dari simulasi menunjukan bahwa terdapat 3 saluran yang meluap yaitu
saluran C6, C7, dan C29. Melalui perhitungan manual juga diketahui bahwa ketiga
saluran tersebut meluap. Sebagai contoh perhitungan manual yang dilakukan pada
saluran C6 dengan diameter 0.3 meter memiliki kapasitas maksimum sebesar 0.069
m3/detik sedangkan debit pada simulasi sebesar 0.104 m3/detik. Contoh perhitungan
manual dapat dilihat pada Lampiran 4. Perhitungan pada Lampiran 4 mengacu pada
Pedoman Perencanaan Sistem Drainase Jalan 2006 (Pd. T-02-2006-B) yang
20

didasarkan pada SNI-03-3424-1994 tentang cara perencanaan drainase permukaan


jalan dan SNI 02-2406-1991 tentang tata cara perencanaan umum drainase
perkotaan. Perbedaan debit simulasi dengan debit maksimum dapat dilihat pada
Tabel 10.

Tabel 10. Perbedaan nilai debit simulasi dengan debit maksimum


Nama Saluran Simulasi (m3/detik) Maksimum (m3/detik)
C6 0.104 0.069
C7 0.056 0.050
C29 0.022 0.011

Permasalahan yang terjadi pada cluster Nusa Dua diakibatkan elevasi pada
dasar saluran yang tidak sesuai sehingga arah aliran tidak menuju outfall melainkan
menuju titik terendah pada cluster tersebut yaitu pada node J27. Gambar arah aliran
ditunjukan pada Gambar 9. Terlihat bahwa aliran yang berasal dari luar cluster ikut
masuk menuju J27.

Gambar 9. Arah aliran kondisi aktual pada cluster Nusa Dua

Perubahan elevasi dasar saluran pada tiap node di cluster Nusa Dua
dilakukan dengan metode coba coba sehingga didapatkan kecepatan dan kapasitas
saluran yang sesuai dengan SNI. Dimensi diameter saluran yang digunakan pada
saluran adalah 0.3 m sesuai rencana pengembang. Hasil evaluasi elevasi yang
didapatkan berkisar antara 160.28 mdpl hingga 160.4 mdpl. Karena terjadi
perubahan elevasi pada cluster Nusa Dua maka evaluasi untuk saluran C29 tidak
dilakukan. Hal ini disebabkan pada saat simulasi dijalankan saluran pada cluster
tersebut tidak ada yang meluap. Hasil perubahan ketinggian dapat dilihat pada
Tabel 11. Arah aliran setelah dilakukan evaluasi dapat dilihat pada Gambar 10.
Terlihat bahwa arah aliran menuju keluar cluster Nusa Dua dan tidak terdapat garis
merah yang menandakan tidak terjadi luapan.
21

Tabel 11. Perubahan elevasi pada tiap node di cluster Nusa Dua
Nama Node Elevasi Aktual (mdpl) Elevasi Rencana (mdpl)
J11 159.80 160.28
J18 160.23 160.32
J19 160.06 160.30
J20 159.99 160.32
J21 160.02 160.35
J22 160.02 160.37
J23 159.98 160.38
J24 160.04 160.37
J25 159.78 160.35
J26 159.72 160.39
J27 159.72 160.40

Gambar 10. Arah aliran kondisi rencana pada cluster Nusa Dua

Periode ulang 5 tahun


Curah Hujan 144.13 mm/hari

Gambar 11. Kondisi penampang memanjang saluran J23-J22 pada jam kedua
lebih 45 menit hujan setelah di evaluasi
22

Penampang memanjang pada saluran C29 setelah dilakukan evaluasi dasar


saluran dapat dilihat pada Gambar 11. Cluster Nusa Dua mengalami perbaikan
elevasi dasar saluran dilakukan dengan menambah urugan tanah, membutuhkan
biaya sebesar Rp307,762,262.33. Perhitungan RAB dapat dilihat pada Lampiran 6.
Evaluasi juga dilakukan pada saluran yang meluap yaitu pada saluran C6
dan C7. Hasil dari perhitungan debit maksimum dapat ditentukan dimensi yang
sesuai dan effisien. Saluran C6 sebelumnya berdimensi 0.3 m mengalami luapan
sehingga dilakukan evaluasi pada dimensi saluran agar tidak terjadi luapan. Saluran
diubah menjadi 0.4 m sehingga memiliki debit maksimum sebesar 0.149 m3/detik.
Saluran C7 sebelumnya berdimensi 0.3 m juga mengalami luapan dilakukan
evaluasi pada dimensi saluran menjadi 0.4 m. Saluran C6 memiliki debit maksimum
sebesar 0.108 m3/detik. Usulan yang akan dilakukan pada dimensi saluran dapat
dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Usulan dimensi saluran pada saluran C6 dan C7


Nama Q Simulasi Dimensi Q
diameter perhitungan
Kondisi Keterangan
Saluran (m3/detik) saluran (m3/detik)
(m)
Aktual 0.3 0.069 meluap
C6 0.104
Usulan 0.4 0.149 tidak meluap
Aktual 0.3 0.050 meluap
C7 0.56
Usulan 0.4 0.108 tidak meluap

Kedua saluran mampu menampung debit pada simulasi. Penampang


memanjang saluran setelah dievaluasi dapat dilihat pada Gambar 12. Terlihat
perubahan dari node J5-J8. Perubahan yang terjadi yaitu saluran yang berdimensi
0.3 m berubah menjadi 0.4 m pada saluran C6 dan C7. Biaya yang dibutuhkan untuk
melakukan perbaikan saluran sebesar Rp12,209,449.48. RAB dapat dilihat pada
Lampiran 7.

Periode ulang 5 tahun


Curah Hujan 144.13 mm/hari

Gambar 12. Kondisi penampang memanjang saluran J5-J8 pada jam kedua lebih
45 menit hujan setelah di evaluasi
23

Menurut informasi dari pengembang fenomena backwater yang terjadi dari


anak sungai Ciliwung menuju kedalam saluran perumahan Puri Kintamani sampai
ke node J16. Perbedaan tinggi muka air sungai pada keadaan biasa dengan node J16
yaitu 0.75 m. Backwater dapat dicegah dengan meninggikan elevasi dasar saluran
pada saluran drainase utama yang berada pada hilir. Peninggian dasar saluran
dilakukan beragam pada tiap node. Penambahan elevasi dasar saluran berkisar
antara 0.25 m hingga 1 m. Hasil evaluasi saluran untuk mengatasi fenomena
tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil evaluasi saluran drainase untuk mengatasi backwater di hilir
Kedalaman Kedalaman
Elevasi Elevasi
Node Penambahan saluran saluran
awal rencana
awal rencana
(mdpl) (mdpl) (m) (m) (m)
O1 157.59 158.34 0.75 - -
J17 158.31 158.91 0.60 2.50 1.15
J16 158.23 158.93 0.70 1.00 0.40
J15 158.34 159.35 1.01 1.76 0.68
J14 159.33 159.58 0.25 0.90 0.68

Pada Tabel 14 terlihat dilakukan penambahan elevasi dasar saluran untuk


mencegah masuknya air dari anak sungai Ciliwung. Penambahan elevasi dasar
saluran dilakukan pada node O1, J17, J16, J15, dan J14. Hal ini dilakukan karena
daerah disekitar perumahan tersebut terus mengalami pembangunan dan
memungkinkan meningginya permukaan air sungai pada saat terjadi hujan lebat.
Penampang memanjang sebelum dilakukan evaluasi pada hilir saluran dapat dilihat
pada Gambar 13. Setelah dilakukan evaluasi penampang memanjang dapat dilihat
pada Gambar 14. Pada hilir saluran utama untuk mengatasi backwater pada saluran
membutuhkan biaya Rp107,233,810.98. Perbaikan yang dilakukan yaitu
meninggikan elevasi dasar saluran. Perhitungan RAB untuk perbaikan pada hilir
saluran dapat dilihat pada Lampiran 8.

Periode ulang 5 tahun


Curah Hujan 144.13 mm/hari

Gambar 13. Kondisi eksisting penampang memanjang di bagian hilir saluran


utama
24

Periode ulang 5 tahun


Curah Hujan 144.13 mm/hari

Gambar 14. Kondisi penampang saluran utama di bagian hilir setelah dievaluasi

Evaluasi saluran juga dilakukan pada bagian hulu. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui effisiensi dari saluran utama. Effisiensi dilakukan dengan mengubah
dimensi dari saluran eksisting. Hal ini dilakukan agar pada saat terjadi debit
maksimum pada saluran, tinggi muka air sesuai dengan standar. Evaluasi dimensi
saluran dilakukan pada saluran C8, C9, C10, C11, C12, dan C13. Evaluasi dimensi
saluran dilakukan dengan metode perhitungan penampang terbaik dan dilakukan
kesesuain pada lokasi. Hasil perubahan dimensi pada saluran utama dapat dilihat
pada Tabel 14. Desain hulu saluran utama awal membutuhkan biaya
Rp76,524,409.44, sedangkan pada desain saluran rencana sebesar
Rp66,839,122.10. Selisih harga antara kondisi eksisting dan rencana adalah
Rp9,685,287.34. Perhitungan RAB evaluasi hulu saluran utama terdapat pada
Lampiran 9.

Tabel 14. Hasil evaluasi pada hulu saluran utama


Nama Dimensi Dimensi
saluran awal (m) rencana (m)
b h b h
C8 0.45 0.40 0.35 0.35
C9 0.45 0.40 0.35 0.35
C13 0.45 0.40 0.35 0.35
C10 0.45 0.40 0.35 0.40
C11 0.45 0.40 0.35 0.30
C12 0.45 0.40 0.35 0.30

Kemiringan pada tiap saluran yang didesain tidak terlalu curam.


Kemiringan pada saluran yang curam dapat mengakibatkan tingginya kecepatan
pada saluran. Menurut SNI 02-2406-1991 kecepatan saluran untuk saluran beton
adalah tidak lebih dari 1.5 m/detik. Seluruh saluran yang dievaluasi memiliki
kecepatan berkisar antara 0.26 m/detik hingga 4.93 m/detik. Perbedaan kecepatan
antara kecepatan simulasi dengan kecepatan rancangan dapat dilihat pada
Lampiran 5.
25

Hasil keseluruhan evaluasi menunjukan bahwa tidak terdapat garis merah


pada saat debit tertinggi simulasi, maka dapat dikatakan desain saluran aman dan
effisien. Simulasi hasil akhir desain saluran dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Hasil akhir evaluasi dan desain keseluruhan saluran

Hasil dari keseluruhan evaluasi saluran didapatkan Rencana Anggaran


Biaya (RAB) untuk memperbaiki saluran. Total anggaran biaya yang dibutuhkan
apabila akan dilakukan perbaikan adalah sebesar Rp502,827,026.37. Hasil
perhitungan RAB dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Hasil perbandingan RAB evaluasi, awal, dan dengan SWMM
Nama Pekerjaan RAB evaluasi RAB awal RAB dgn SWMM
(Rp) (Rp) (Rp)
Saluran di dalam 307,762,262.33 196,536,278.46 301,120,909.01
cluster Nusa Dua

Saluran C6 dan C7 12,209,449.48 8,969,000.08 10,383,408.30

Hilir saluran utama 107,233,810.98 110,681,409.61 87,451,181.14

Hulu saluran utama 75,621,503.58 76,524,409.44 66,839,122.10


26

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Simulasi yang telah dilakukan menggunakan periode ulang 5 tahun. Curah hujan
rencana yang digunakan sebesar 144.13 mm/hari. Pada simulasi terlihat garis
merah pada conduit C6 dan C7 pada jam ke 2 sampai ke 3 yang berarti terjadi
luapan. Pada data pengukuran elevasi ditunjukan bahwa node-node pada cluster
Nusa Dua memiliki ketinggian lebih rendah dibandingkan bagian diluar cluster.
Hal ini menyebabkan aliran yang meluap pada saluran C29. Fenomena
backwater terjadi pada bagian hilir saluran utama, dari anak sungai Ciliwung
menuju ke dalam perumahan. Effisiensi saluran pada hulu saluran utama
dilakukan untuk membandingkan design dan biaya yang dibutuhkan.
2. Pada saluran C6 dan C7 dilakukan perubahan diameter saluran dari 0,3 m
menjadi 0,4 m. Pada cluster Nusa Dua dilakukan perubahan elevasi dasar saluran
untuk mencegah aliran masuk kedalam cluster. Perubahan elevasi dasar saluran
pada cluster Nusa Dua dapat dilihat pada Tabel 11. Backwater yang terjadi pada
hilir saluran utama dapat dicegah dengan meninggikan elevasi dasar saluran
yang dapat dillihat pada Tabel 13. Desain saluran yang effisien pada hulu saluran
utama didapat dengan perhitungan manual menggunakan metode desain
penampang terbaik. Pada hasil evaluasi simulasi dinyatakan aman karena tidak
terdapat garis merah yang menyatakan luapan pada saluran.
3. Setelah evaluasi saluran dilakukan perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
yang dibutuhkan apabila akan dilakukan perbaikan. RAB yang telah dihitung
sebesar Rp502,827,026.37.

Saran

Perlu dilakukan penambahan ketinggian dasar saluran pada cluster Nusa


Dua di perumahan Puri Kintamani agar aliran dari tiap subcatchment dapat
mengalir seluruhnya menuju outfall. Perubahan dimensi perlu dilakukan dibeberapa
bagian yang memiliki kapasitas yang kurang dari hujan rencana agar tidak terjadi
luapan dalam saluran. Pengelolaan saluran penting agar tidak terjadi endapan tanah
pada saluran mengingat lokasi penelitian belum seluruhnya terbangun.

DAFTAR PUSTAKA

Babbit HE. 1969. Sewage and Sewerage Treatment Plant. New York: Mcgraw Hill
Dewi AK, Setiawan A, Saido AP. 2014. Evaluasi Sistem Saluran Drainase di Ruas
Jalan Solo Sragen Kabupaten Karanganyar. Jurnal Matriks Teknik Sipil. Vol.
2(1):170-176
Darmadi.1993. Analisis hidrograf Satuan Berdasarkan Parameter Fisik DAS
(disertasi). Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
[EPA] Environmental Protection Agency. 2015. Storm Water Management Model
(SWMM) Version 5.1.010 with Low Impact Development (LID) controls
27

[Internet]. (diunduh 2 Februari 2015). Tersedia pada http://


http://www.epa.gov/water-research/storm-water-management-model-swmm
Farizi D. 2015. Analisis dan Evaluasi Saluran Drainase pada Kawasan Perumnas
Talang Kelapa di SubDAS Lambidaro Kota Palembang. Jurnal Teknik Sipil
dan Lingkungan. (Universitas Sriwijaya) Vol. 3(1): 755-765
Hasmar HHA. 2011. Drainase Terapan. Yogyakarta (ID): UII Press
Hendrayani Y. 2007. Perencanaan Sistem dan Jaringan Drainase DAS Kali
Semarang (skripsi). Semarang (ID). Universitas Diponegoro Semarang
Huber WC, Dickinson RE. 1988. Storm Water Management Model Version 4,
User’s manual. EPA 600/ 388/ 001a (NITS PB88-236641/ AS). U.S.
Environmental Protection Agency, Athens, GA
Isfandari DT, Reini SI. 2014. Analisis Sistem Drainase di Kawasan Pemukiman
pada Sub DAS Aur Palembang (Studi Kasus: Pemukiman 9/10 Ulu). Jurnal
Teknik Sipil dan Lingkungan. Vol 2(1)
[KEMENPU] Kementrian Pekerjaan Umum. 2006. Pedoman Konstruksi dan
Bangunan: Perencanaan Sistem Drainase Jalan (Pd. T-02-2006-B). Jakarta
(ID): Kementrian Pekerjaan Umum
[KEMENPERA] Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2011.
Materi Bidang Drainase. Jakarta (ID): Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
Kustamar, Hidayat I, Hirijanto, Rahmawati W. 2008. Kajian Sistem Drainase Guna
Menanggulangi Genangan Air Hujan Daerah Gading Kasri-Bareng. Jurnal
Sondir. Vol. 2(3):1-15
Long AR, Ioannides AM. 2007. Drainage Evaluation at the U.S. 50 Joint Sealant
Experiment. Journal of Transportation Engineering. Vol 1 (1):133
Oktiawan W, Amalia S. 2012. Pengaruh Kondisi Sistem Drainase, Persampahan
dan Air Limbah Terhadap Kualitas Lingkungan. Jurnal Presipitasi. Vol.
9(1):41-50.
Pania HG, Tangkudung H, Kawet L, Wuisan EM. 2013. Perencanaan Sistem
Drainase Kawasan Kampus Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Sipil Statik.
Vol 1(3):164-170
Pediano D, Hadiani R, Suyanto. 2014. Penelusuran Banjir di DAS Temon dengan
Metode Muskingum-Cunge Menggunakan HydroCAD. Jurnal Matriks
Teknik Sipil. Vol 2(4):718-726
Priyantoro D, Sisinggih D, Irianto DB. 2014. Analisa Penataan Outlet Channel
Sungai Karang Anyar di Kota Tarakan. Jurnal Teknik Pengairan. Vol 5(2):
149 - 157
Rossman L. 2004. Storm Water Management Model User’s Manual Version 5.0.
Cincinnati. Washington (US): EPA United Stated Evironmental Agency
Soemarto CD. 1999. Hidrologi Teknik. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta (ID):
CV. Andi Offset
Triatmodjo B. 2010. Hidraulika II. Yogyakarta(ID): Beta Offset
Tsihrintzis V, Hamid R. 1998. Runoff Quality Prediction from Small Urban
Catchments Using SWMM. Hydrol Process. 12 (2) 311-329
Warwick JJ, Tadepalli P. 1991. Efficacy of SWMM Application. Journal of water
resources planning and management. 117(3)
28
28

Lampiran 1 Siteplan Perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor


29

Lampiran 2. Karakteristik setiap saluran


Panjang
Nama dimensi (m) saluran
saluran Jenis saluran (m)
b h D
C1 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 30.08
C2 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 16.07
C3 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 106.40
C4 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 146.12
C5 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 52.87
C6 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 28.03
C7 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 7.00
C8 Persegi 0.40 0.45 . 42.77
C9 Gorong-gorong persegi 0.40 0.45 . 7.00
C10 Persegi 0.40 0.45 . 102.36
C11 Gorong-gorong persegi 0.40 0.45 . 7.00
C12 Gorong-gorong persegi 0.40 0.45 . 7.00
C13 Persegi 0.40 0.45 . 155.49
C14 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 43.17
C15 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 12.42
C16 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 27.81
C17 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 21.63
C18 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 24.17
C19 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 24.17
C20 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 30.45
C21 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 32.77
C22 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 37.74
C23 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 43.17
C24 Persegi 0.90 0.70 71.99
C25 Persegi 0.90 0.90 77.60
C26 Persegi 1.06 1.76 32.22
C27 Gorong-gorong persegi 0.90 1.00 33.59
C28 Persegi 1.81 2.50 13.11
C29 Gorong-gorong Lingkaran . . 0.30 7.00
30

Lampiran 3 Status report dari simulasi menggunakan SWMM


EPA STORM WATER MANAGEMENT MODEL - VERSION 5.1 (Build 5.1.007)
--------------------------------------------------------------

Puri Kintamani Drainage Design

*********************************************************
NOTE: The summary statistics displayed in this report are
based on results found at every computational time step,
not just on results from each reporting time step.
*********************************************************

****************
Analysis Options
****************
Flow Units ............... CMS
Process Models:
Rainfall/Runoff ........ YES
RDII ................... NO
Snowmelt ............... NO
Groundwater ............ NO
Flow Routing ........... YES
Ponding Allowed ........ NO
Water Quality .......... NO
Infiltration Method ...... HORTON
Flow Routing Method ...... DYNWAVE
Starting Date ............ FEB-13-2016 00:00:00
Ending Date .............. FEB-13-2016 06:00:00
Antecedent Dry Days ...... 0.0
Report Time Step ......... 00:15:00
Wet Time Step ............ 00:05:00
Dry Time Step ............ 01:00:00
Routing Time Step ........ 30.00 sec
Variable Time Step ....... YES
Maximum Trials ........... 8
Head Tolerance ........... 0.004921 m

************************** Volume Depth


Runoff Quantity Continuity hectare-m mm
************************** --------- -------
Total Precipitation ...... 0.453 144.132
Evaporation Loss ......... 0.000 0.000
Infiltration Loss ........ 0.006 1.799
Surface Runoff ........... 0.448 142.554
Final Surface Storage .... 0.000 0.030
Continuity Error (%) ..... -0.174

************************** Volume Volume


Flow Routing Continuity hectare-m 10^6 ltr
************************** --------- ---------
Dry Weather Inflow ....... 0.000 0.000
Wet Weather Inflow ....... 0.448 4.476
Groundwater Inflow ....... 0.000 0.000
RDII Inflow .............. 0.000 0.000
External Inflow .......... 0.000 0.000
External Outflow ......... 0.448 4.475
Internal Outflow ......... 0.000 0.000
Evaporation Loss ......... 0.000 0.000
Exfiltration Loss ........ 0.000 0.000
Initial Stored Volume .... 0.000 0.000
Final Stored Volume ...... 0.000 0.000
31

Lampiran 3 Status report dari simulasi menggunakan SWMM (lanjutan)


Continuity Error (%) ..... -0.002

***************************
Time-Step Critical Elements
***************************
Link C16 (87.82%)
Link C18 (6.23%)

********************************
Highest Flow Instability Indexes
********************************
All links are stable.

*************************
Routing Time Step Summary
*************************
Minimum Time Step : 1.76 sec
Average Time Step : 3.64 sec
Maximum Time Step : 30.00 sec
Percent in Steady State : 0.00
Average Iterations per Step : 2.00
Percent Not Converging : 0.00

***************************
Analysis begun on: Fri Jun 10 04:51:58 2016
Analysis ended on: Fri Jun 10 04:51:59 2016
Total elapsed time: 00:00:01
32

Lampiran 4. Contoh perhitungan kapasitas maksimum saluran


Nama saluran : C6
Node awal saluran : J2
Node akhir saluran : J8
Jenis saluran : Gorong gorong
Panjang saluran (Ls) : 28.03 m
Elevasi node awal saluran : 160,15 mdpl
Elevasi node akhir saluran : 160.00 mdpl
Diameter saluran : 0.3 m

Freeboard = D – h (h=0.814 D (SNI) )


= 0.3 – 0.2442
= 0.0558
y = 0.0942 m
r = 0.15 m
9
Cos a = 15
a = 51.09
β = 360 - 2a
= 360 – 102.18 = 257.82
2a
L = 360 x πr2
102.18
= 360 x 3.14 x 0.152
= 0.0505 m2
x
Sin a =r
x
Sin 51,09 =r
x = 0.734 r = 0.1101 m
1
L = 2 xy
1
= 2 x 0.1101 x 0.0942
= 0.00518 m2
A = 2L + L
= 2 x 0.00518 + 0.0505
= 0.0609 m2
β
P = 360 x 2πr
257.82
= 360 x 2πr
= 0.674
33

Lampiran 4. Contoh perhitungan kapasitas maksimum saluran (lanjutan)


A
R =P
0.0609
= 0.674
= 0.0903 m
 Kemiringan pada dasar saluran menggunakan muka tanah asli :
= (Elevasi awal – Elevasi akhir)/Ls
160.151 - 160
= 28.03 = 0.00538
 Koefisien Manning : untuk saluran beton n = 0.013
2 1
1
 Kecepatan aliran dalam saluran (V) = n 𝑥 𝑅3 𝑥 𝑆 2
2 1
1
= 0.013 𝑥 0.09033 𝑥 0.05382
= 1.137 m/detik
 Kecepatan yang diijinkan untuk saluran beton adalah 1,5 m/detik,
sehingga kecepatan aliran memenuhi

Kontrol debit :
Q =VxA
= 1.137 x 0.0609
= 0.069 m3/detik

 Debit pada simulasi sebesar 0.104 m3/detik. Maka saluran tidak mampu
menampung debit sehingga dapat dipastikan meluap. Dibutuhkan evaluasi
untuk mendapatkan saluran yang sesuai.
34

Lampiran 5. Perbandingan kecepatan hasil simulasi dan saluran yang diperbaiki


Nama Kecepatan saluran Kecepatan saluran
saluran simulasi yang diperbaiki
(m/detik) (m/detik)
C1 1.02 1.02
C2 0.78 0.78
C3 0.52 0.52
C4 0.73 0.73
C5 0.69 0.69
C6 1.43 1.43
C7 0.89 0.89
C8 1.14 1.45
C9 0.56 1.53
C10 0.80 1.42
C11 1.74 1.45
C12 0.83 1.50
C13 0.41 0.78
C14 0.51 0.41
C15 0.84 0.39
C16 0.49 0.49
C17 0.57 0.67
C18 0.91 0.66
C19 0.29 0.77
C20 0.77 0.56
C21 0.42 0.43
C22 0.46 0.34
C23 0.54 0.38
C24 1.78 1.48
C25 2.06 2.08
C26 1.31 2.20
C27 1.08 1.69
C28 3.55 4.93
C29 0.39 0.26
35

Lampiran 6. Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada pembangunan saluran di


cluster Nusa Dua.

RAB pada awal pembangunan saluran di cluster Nusa Dua


NO Jenis Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
Pekerjaan Persiapan
1 1.1. Pembersihan Lahan dan perataan 6,246.00 m2 10,883.18 67,976,342.28
1.2. Mobilisasi dan Demobilisasi 5.00 hari 200,000.00 1,000,000.00
Pekerjaan Tanah
2
2.1 Galian Tanah 63.00 m3 25,810.79 1,626,079.46
Pekerjaan Saluran
3.1 Urugan Pasir 9.45 m3 317,141.00 2,996,982.45
3 3.2 Pemasangan gorong gorong 0.3 m 315.00 buah 86,744.00 27,324,360.00
3.3 Pembuatan bak kontrol 60 x 60 45.00 titik 406,422.80 18,289,026.00
3.4 Pemasangan inlet pipa PVC 4 inch 45.00 titik 191,571.00 8,620,695.00
Pekerjaan Timbunan dan Pembersihan Akhir
4 4.1 Timbunan tanah 28.15 m3 25,810.79 726,451.00
4.2 Pembersihan Akhir 6,246.00 m2 10,883.18 67,976,342.28
TOTAL HARGA 196,536,278.46

RAB pada evaluasi kemiringan saluran di cluster Nusa Dua


NO Jenis Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
Pekerjaan Persiapan
1 1.1. Pembersihan Lahan dan perataan 6,246.00 m2 10,883.18 67,976,342.28
1.2. Mobilisasi dan Demobilisasi 5.00 hari 200,000.00 1,000,000.00
Pekerjaan Tanah
2.1 Galian tanah 63.00 m3 25,810.79 1,626,079.46
2
2.1 Urugan Tanah 2,498.40 m3 11,838.00 29,576,059.20
2.2 Pemadatan tanah 2,498.40 m3 30,972.00 77,380,444.80
Pekerjaan Saluran
3.1 Pembongkaran saluran eksisting 17.31 m3 251,356.00 4,350,783.84
3.2 Urugan Pasir 9.45 m3 317,141.00 2,996,982.45
3
3.3 Pemasangan gorong gorong 0.3 m 315.00 buah 86,744.00 27,324,360.00
3.4 Pembuatan bak kontrol 60 x 60 45.00 titik 406,422.80 18,289,026.00
3.5 Pemasangan inlet pipa PVC 4 inch 45.00 titik 191,571.00 8,620,695.00
Pekerjaan Timbunan dan Pembersihan Akhir
4 4.1 Timbunan tanah 25.00 m3 25,810.79 645,147.02
4.2 Pembersihan Akhir 6,246.00 m2 10,883.18 67,976,342.28
TOTAL HARGA 307,762,262.33

RAB pada rencana pembuatan saluran menggunakan SWMM di cluster Nusa Dua
NO Jenis Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
Pekerjaan Persiapan
1 1.1. Pembersihan Lahan dan perataan 6,246.00 m2 10,883.18 67,976,342.28
1.2. Mobilisasi dan Demobilisasi 5.00 hari 200,000.00 1,000,000.00
Pekerjaan Tanah
2 2.1 Urugan Tanah 2,435.40 m3 11,838.00 28,830,265.20
2.2 Pemadatan tanah 2,498.40 m3 30,972.00 77,380,444.80
Pekerjaan Saluran
3.1 Urugan Pasir 9.45 m3 317,141.00 2,996,982.45
3 3.2 Pemasangan gorong gorong 0.3 m 315.00 buah 86,744.00 27,324,360.00
3.3 Pembuatan bak kontrol 60 x 60 45.00 titik 406,422.80 18,289,026.00
3.4 Pemasangan inlet pipa PVC 4 inch 45.00 titik 191,571.00 8,620,695.00
Pekerjaan Timbunan dan Pembersihan Akhir
4 4.1 Timbunan tanah 28.15 m3 25,810.79 726,451.00
4.2 Pembersihan Akhir 6,246.00 m2 10,883.18 67,976,342.28
TOTAL HARGA 301,120,909.01
36

Lampiran 7. Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada pembangunan di saluran C6


dan C7

RAB pada awal pembangunan saluran C6 dan C7


NO Jenis Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
Pekerjaan Persiapan
1 1.1. Pembersihan Lahan dan perataan 136.00 m2 10,883.18 1,480,112.48
1.2. Mobilisasi dan Demobilisasi 1.00 hari 200,000.00 200,000.00
Pekerjaan Tanah
2
2.1 Galian Tanah 7.20 m3 25,810.79 185,837.65
Pekerjaan Saluran
3.1 Urugan Pasir 4.08 m3 317,141.00 1,293,935.28
3 3.2 Pemasangan gorong gorong 0.3 m 34.00 buah 86,744.00 2,949,296.00
3.3 Pembuatan bak kontrol 60 x 60 2.00 titik 406,422.80 812,845.60
3.4 Pemasangan inlet pipa PVC 4 inch 2.00 titik 191,571.00 383,142.00
Pekerjaan Timbunan dan Pembersihan Akhir
4 4.1 Timbunan tanah 7.12 m3 25,810.79 183,718.59
4.2 Pembersihan Akhir 136.00 m2 10,883.18 1,480,112.48
TOTAL HARGA 8,969,000.08

RAB pada evaluasi dimensi saluran C6 dan C7


NO Jenis Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
Pekerjaan Persiapan
1.1. Pembersihan Lahan dan perataan 136.00 m2 10,883.18 1,480,112.48
1
1.2. Mobilisasi dan Demobilisasi 1.00 hari 200,000.00 200,000.00
1.3 Pembongkaran jalan paving blok 0.42 m3 251,356.00 105,569.52
Pekerjaan Tanah
2
2.1 Galian Tanah 15.12 m3 25,810.79 390,259.07
Pekerjaan Saluran
3.1 Pembongkaran saluran eksisting 7.47 m3 251,356.00 1,878,433.66
3.2 Urugan Pasir 5.44 m3 317,141.00 1,725,247.04
3
3.3 Pemasangan gorong gorong 0.4 m 34.00 buah 107,451.00 3,653,334.00
3.4 Pembuatan bak kontrol 60 x 60 2.00 titik 406,422.80 812,845.60
3.5 Pemasangan inlet pipa PVC 4 inch 2.00 titik 191,571.00 383,142.00
Pekerjaan Timbunan dan Pembersihan Akhir
4 4.1 Timbunan tanah 3.89 m3 25,810.79 100,393.63
4.2 Pembersihan Akhir 136.00 m2 10,883.18 1,480,112.48
TOTAL HARGA 12,209,449.48

RAB pada rencana pembangunan saluran menggunakan SWMM di saluran C6


dan C7
NO Jenis Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
Pekerjaan Persiapan
1 1.1. Pembersihan Lahan dan perataan 136.00 m2 10,883.18 1,480,112.48
1.2. Mobilisasi dan Demobilisasi 1.00 hari 200,000.00 200,000.00
Pekerjaan Tanah
2
2.1 Galian Tanah 15.12 m3 25,810.79 390,259.07
Pekerjaan Saluran
3.1 Urugan Pasir 5.44 m3 317,141.00 1,725,247.04
3 3.2 Pemasangan gorong gorong 0.4 m 34.00 buah 107,451.00 3,653,334.00
3.3 Pembuatan bak kontrol 60 x 60 2.00 titik 406,422.80 812,845.60
3.4 Pemasangan inlet pipa PVC 4 inch 2.00 titik 191,571.00 383,142.00
Pekerjaan Timbunan dan Pembersihan Akhir
4 4.1 Timbunan tanah 10.01 m3 25,810.79 258,355.63
4.2 Pembersihan Akhir 136.00 m2 10,883.18 1,480,112.48
TOTAL HARGA 10,383,408.30
37

Lampiran 8. Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada pembangunan saluran di hilir


saluran utama untuk mengatasi backwater

RAB Awal pembangunan saluran di hilir saluran utama


NO Jenis Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
Pekerjaan Persiapan
1 1.1. Pembersihan Lahan dan perataan 218.32 m2 10,883.18 2,376,015.86
1.2. Mobilisasi dan Demobilisasi 5.00 hari 200,000.00 1,000,000.00
Pekerjaan Tanah
2
2.1 Galian Tanah 254.98 m3 25,810.79 6,581,316.30
Pekerjaan Saluran
3.1 Urugan Pasir 16.83 m3 317,141.00 5,338,469.34
3
3.2 Saluran beton mutu k-300 78.50 m3 1,159,926.07 91,056,075.90
3.3 Pemasangan inlet pipa PVC 4 inch 5.00 titik 191,571.00 957,855.00
Pekerjaan Timbunan dan Pembersihan Akhir
4 4.1 Timbunan tanah 38.58 m3 25,810.79 995,661.36
4.2 Pembersihan Akhir 218.32 m2 10,883.18 2,376,015.86
TOTAL HARGA 110,681,409.61

RAB evaluasi elevasi dasar saluran di hilir saluran utama


NO Jenis Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
Pekerjaan Persiapan
1 1.1. Pembersihan Lahan dan perataan 218.32 m2 10,883.18 2,376,015.86
1.2. Mobilisasi dan Demobilisasi 5.00 hari 200,000.00 1,000,000.00
Pekerjaan Tanah
2 2.1 Urugan Tanah 93.80 m3 11,838.00 1,110,398.47
2.2 Pemadatan tanah 93.80 m3 30,972.00 2,905,158.08
Pekerjaan Saluran
3.1 Pembongkaran saluran eksisting 78.50 m3 251,356.00 19,731,853.20
3.1 Urugan Pasir 16.83 m3 317,141.00 5,338,469.34
3
3.2 Saluran beton mutu k-300 60.56 m3 1,159,926.07 70,246,886.14
3.3 Pembuatan pondasi dinding saluran 0.68 m3 970,233.14 658,545.75
3.4 Pemasangan inlet pipa PVC 4 inch 5.00 titik 191,571.00 957,855.00
Pekerjaan Timbunan dan Pembersihan Akhir
4 4.1 Timbunan tanah 20.64 m3 25,810.79 532,613.29
4.2 Pembersihan Akhir 218.32 m2 10,883.18 2,376,015.86
TOTAL HARGA 107,233,810.98

RAB rencana menggunakan program SWMM pada hilir saluran utama


NO Jenis Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
Pekerjaan Persiapan
1 1.1. Pembersihan Lahan dan perataan 218.32 m2 10,883.18 2,376,015.86
1.2. Mobilisasi dan Demobilisasi 5.00 hari 200,000.00 1,000,000.00
Pekerjaan Tanah
2
2.1 Galian Tanah 161.18 m3 25,810.79 4,160,277.59
Pekerjaan Saluran
3.1 Urugan Pasir 16.83 m3 317,141.00 5,338,469.34
3
3.2 Saluran beton mutu k-300 60.56 m3 1,159,926.07 70,246,886.14
3.3 Pemasangan inlet pipa PVC 4 inch 5.00 titik 191,571.00 957,855.00
Pekerjaan Timbunan dan Pembersihan Akhir
4 4.1 Timbunan tanah 38.58 m3 25,810.79 995,661.36
4.2 Pembersihan Akhir 218.32 m2 10,883.18 2,376,015.86
TOTAL HARGA 87,451,181.14
38

Lampiran 9. Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada pembuatan hulu saluran utama

RAB awal pembangunan hulu saluran utama.


NO Jenis Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
Pekerjaan Persiapan
1 1.1. Pembersihan Lahan dan perataan 325.83 m2 10,883.18 3,546,066.54
1.2. Mobilisasi dan Demobilisasi 5.00 hari 200,000.00 1,000,000.00
Pekerjaan Tanah
2
2.1 Galian Tanah 166.17 m3 25,810.79 4,289,063.32
Pekerjaan Saluran
3.1 Urugan Pasir 21.18 m3 317,141.00 6,716,713.38
3
3.2 Saluran beton mutu k-300 47.25 m3 1,159,926.07 54,801,113.35
3.3 Pemasangan inlet pipa PVC 4 inch 8.00 titik 191,571.00 1,532,568.00
Pekerjaan Timbunan dan Pembersihan Akhir
4 4.1 Timbunan tanah 42.34 m3 25,810.79 1,092,818.31
3.2 Pembersihan Akhir 325.83 m2 10,883.18 3,546,066.54
TOTAL HARGA 76,524,409.44

RAB evaluasi dimensi saluran di hulu saluran utama


NO Jenis Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
Pekerjaan Persiapan
1 1.1. Pembersihan Lahan dan perataan 325.83 m2 10,883.18 3,546,066.54
1.2. Mobilisasi dan Demobilisasi 5.00 hari 200,000.00 1,000,000.00
Pekerjaan Tanah
2
2.1 Urugan Tanah 31.77 m3 11,838.00 376,074.62
Pekerjaan Saluran
3.1 Pembongkaran saluran eksisting 47.25 m3 251,356.00 11,875,402.19
3 3.1 Urugan Pasir 17.92 m3 317,141.00 5,683,372.86
3.2 Saluran beton mutu k-300 40.73 m3 1,159,926.07 47,242,339.09
3.3 Pemasangan inlet pipa PVC 4 inch 8.00 titik 191,571.00 1,532,568.00
Pekerjaan Timbunan dan Pembersihan Akhir
4 4.1 Timbunan tanah 31.75 m3 25,810.79 819,613.73
3.2 Pembersihan Akhir 325.83 m2 10,883.18 3,546,066.54
TOTAL HARGA 75,621,503.58

RAB rencana menggunakan program SWMM di hulu saluran utama


NO Jenis Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
Pekerjaan Persiapan
1 1.1. Pembersihan Lahan dan perataan 325.83 m2 10,883.18 3,546,066.54
1.2. Mobilisasi dan Demobilisasi 5.00 hari 200,000.00 1,000,000.00
Pekerjaan Tanah
2
2.1 Galian Tanah 134.40 m3 25,810.79 3,469,095.33
Pekerjaan Saluran
3.1 Urugan Pasir 17.92 m3 317,141.00 5,683,372.86
3
3.2 Saluran beton mutu k-300 40.73 m3 1,159,926.07 47,242,339.09
3.3 Pemasangan inlet pipa PVC 4 inch 8.00 titik 191,571.00 1,532,568.00
Pekerjaan Timbunan dan Pembersihan Akhir
4 4.1 Timbunan tanah 31.75 m3 25,810.79 819,613.73
3.2 Pembersihan Akhir 325.83 m2 10,883.18 3,546,066.54
TOTAL HARGA 66,839,122.10
39

Lampiran 10. Penampang melintang saluran awal dan saluran usulan


Saluran C6 dan Saluran C7

39
40

Lampiran 10. Penampang melintang saluran awal dan saluran usulan (lanjutan)
Saluran gorong-gorong persegi

40
41

Lampiran 10. Penampang melintang saluran awal dan saluran usulan (lanjutan)
Saluran persegi

41
42

Lampiran 11. Denah lokasi perumahan Puri Kintamani, Cilebut, Bogor

42
43

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 18 April


1994 dari pasangan Bapak Dr. Ir. Dony Kushardono, M.Sc
dan Ibu Atik Rustiati. Penulis adalah anak kedua dari tiga
bersaudara, adik dari Dennie Atika H. K. H. dan kakak dari
Aldian Prabowo K. Pada tahun 2006 penulis lulus dari
SDN RRI Cisalak Depok, dan diterima di SMPN 4 Depok.
Penulis lulus dari SMP pada tahun 2009 dan diterima di
SMAN 3 Depok. Pada tahun 2012 penulis lulus SMA dan
melanjutkan pendidikan di IPB melalui jalur SNMPTN
tulis di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas
Teknologi Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan Penulis aktif pada beberapa organisasi
diantaranya Unit Kegiatan Mahasiswa Music Agricluture X-pression Institut
Pertanian Bogor (UKM MAX IPB) pada tahun 2012 – 2015. Pada tahun 2013
menjabat sebagai ketua divisi produksi dalam acara inagurasi. Pada tahun 2014
menjabat sebagai ketua pelaksana konser musik ACRA. Pada tahun 2015 menjabat
sebagai wakil ketua umum UKM MAX IPB. Selain itu Penulis telah melaksanakan
kegiatan Praktik Lapangan pada tahun 2015 di PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Praktik Lapangan bertempat di Menteng, Jakarta dan menyelesaikan laporan
dengan judul Mempelajari metode dan desain pengerjaan pondasi bored pile dan
pile cap di Jalan Layang Kapten Tendean – Blok M – Ciledug, Jakarta PT. Adhi
Karya (Persero) Tbk. Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi sosial media
penulis pada @adeprasetyoo atau email penulis dengan alamat
ade_prasetyo_k@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai