GLAUKOMA AKUT
Diajukan Kepada :
dr. Evita Wulandari, Sp. M
Disusun Oleh :
Dika Rizki Ardiana
20110310160
PRESENTASI KASUS
Disusun Oleh:
Dika Rizki Ardiana
20110310160
Mengetahui,
Dokter pembimbing
Keluhan Tambahan :
Mata kanan merah, cekot-cekot, silau, pegal-pegal di sekitar mata, pusing dan mual.
- 1 MSMRS Pasien merasakan pada mata kanan mendadak nyeri sekali dan kepala terasa
pusing. Beberapa jam setwelah itu mata kanan pasien menjadi merah, semakin nyeri, silau,
kepala sangat pusing dan terasa mual. Tidak ada kotoran mata dan tidak ada rasa mengganjal
pada mata.Saat itu pasien tidak langsung diperiksakan, hanya membeli obat warung untuk
meredakan pusing.
- HMRS Pasien mengeluhkan mata kanan merah, nyeri, pandangan kabur, dan silau.
Keluhan pusing dan mual masih dirasakan pasien namun sudah berkurang .
B. STATUS OPTHALMOLOGIS
Pemeriksaan Subjektif:
OD OS
Pemeriksaan OD OS
Visus 2/60 5/15
Palpebra Asimetris Asimetris
Spasme (+) (-)
Oedem (-) (-)
Retraksi (-) (-)
Tremor (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Lesi (-) (-)
Bola Mata
Pasangan Simetris Simetris
Gerakan normal normal
Konjungtiva
Oedem (-) (-)
Hiperemis
Inj. Konjungtiva (+) (-)
Inj. Perikornea (+) (-)
Inj. Episklera (-) (-)
Sub. Konj. Bleeding (-) (-)
Sekret
Serosa (-) (-)
Mukoid (-) (-)
Mukopurulen (-) (-)
Purulen (-) (-)
Pterigium (-) (+)
Kornea
Warna Hazy Arcus Senilis
Permukaan Licin Licin
Edema (+) (-)
Infiltrat (-) (-)
COA Dangkal Dalam
Iris / Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 5mm 3 mm
Kedudukan Sentral Sentral
Refleks direk (-) (+)
Refleks indirek (-) (+)
Lensa
Warna Keruh tipis Keruh tipis
Letak Sentral Sentral
TIO N+++ N
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
C. USULAN PEMERIKSAAN
Slit-lamp
Tonometri
Oftalmoskop
Tes lapang pandang
Gonioskopi
D. DIAGNOSIS BANDING
OS Glaukoma Akut
OS Uveitis
OS Keratitis
E. DIAGNOSIS KERJA
OD Glaukoma akut
F. PENATALAKSANAAN
Farmakologi
Inf. Manitol 20% 2x 250cc
Timolol maleate 0,5%, eye drop 2 kali sehari 1 tetes (ODS)
Asetazolamid 250 mg (Glaucon TM) Tablet 3 kali sehari
Ketorolac 30 mg, Injeksi 2 kali 1 amp
Pilocarpin, eye drop 4 kali sehari 1-2 tetes (OD)
Kombinasi antibiotik dan antiinflamasi mengandung Dexamethasone, Neomisin
TM
sulfat dan Polimiksin B sulfat (Polidemisin ) eye drop 6 kali sehari 1-2 tetes.
(OD)
Kalium L-aspartate (Aspar K TM) tablet 1 kali sehari
G. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad Bonam
Ad sanationam : Dubia ad Malam
Ad visam : Dubia ad Malam
Ad kosmetikam : Dubia ad Malam
FOLLOW UP H+1 (Bangsal Cempaka RSUD dr. Tjitrowardojo, 17 Agustus 2016)
I. Anamnesis
Pasien datang ke RSUD dr. Tjitrowardojo dengan keluhan mendadak mata kanan
menjadi merah dan sangat nyeri, silau disertai penurunan penglihatan yang semakin
memburuk. Pasien juga mengeluhkan mual dan pusing.
II. Pemeriksaan Fisik
OD OS
Pemeriksaan OD OS
Visus 2/60 4/60
Palpebra Asimetris Asimetris
Spasme (+) (-)
Oedem (-) (-)
Retraksi (-) (-)
Tremor (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Lesi (-) (-)
Bola Mata
Pasangan Simetris Simetris
Gerakan normal normal
Konjungtiva
Oedem (-) (-)
Hiperemis
Inj. Konjungtiva (+) (-)
Inj. Perikornea (+) (-)
Inj. Episklera (-) (-)
Sub. Konj. Bleeding (-) (-)
Sekret
Serosa (-) (-)
Mukoid (-) (-)
Mukopurulen (-) (-)
Purulen (-) (-)
Pterigium (-) (+)
Kornea
Warna Hazy Arcus Senilis
Permukaan Licin Licin
Edema (+) (-)
Infiltrat (-) (-)
COA Dangkal Dalam
Iris / Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 5mm 3 mm
Kedudukan Sentral Sentral
Refleks direk (-) (+)
Refleks indirek (-) (+)
Lensa
Warna Keruh tipis Keruh tipis
Letak Sentral Sentral
TIO N+++ N
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
III. Penatalaksanaan Farmakologis
I. Anamnesis
Pasien masih mengeluhkan mata kanan yang merah, nyeri dan kepala masih terasa
pusing, namun keluhan sudah mulai berkurang dibandingkan dengan hari kemarin.
Pemeriksaan OD OS
Visus 2/60 4/60
Palpebra Asimetris Asimetris
Spasme (+) (-)
Oedem (-) (-)
Retraksi (-) (-)
Tremor (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Lesi (-) (-)
Bola Mata
Pasangan Simetris Simetris
Gerakan normal normal
Konjungtiva
Oedem (-) (-)
Hiperemis
Inj. Konjungtiva (+) berkurang (-)
Inj. Perikornea (+) berkurang (-)
Inj. Episklera (-) (-)
Sub. Konj. Bleeding (-) (-)
Sekret
Serosa (-) (-)
Mukoid (-) (-)
Mukopurulen (-) (-)
Purulen (-) (-)
Pterigium (-) (+)
Kornea
Warna Hazy Arcus Senilis
Permukaan Licin Licin
Edema (+) (-)
Infiltrat (-) (-)
COA Dangkal Dalam
Iris / Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 5mm 3 mm
Kedudukan Sentral Sentral
Refleks direk (-) (+)
Refleks indirek (-) (+)
Lensa
Warna Keruh tipis Keruh tipis
Letak Sentral Sentral
TIO N++ N
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
I. Anamnesis
Pasien kontrol post rawat inap, dengan keluhan masih merasakan mata kanan yang
masih merah, nyeri dan pusing berkurang.
II. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan OD OS
Visus 2/60 5/15
Palpebra Asimetris Asimetris
Spasme (+) (-)
Oedem (-) (-)
Retraksi (-) (-)
Tremor (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Lesi (-) (-)
Bola Mata
Pasangan Simetris Simetris
Gerakan normal normal
Konjungtiva
Oedem (-) (-)
Hiperemis
Inj. Konjungtiva (+) berkurang (-)
Inj. Perikornea (+) berkurang (-)
Inj. Episklera (-) (-)
Sub. Konj. Bleeding (-) (-)
Sekret
Serosa (-) (-)
Mukoid (-) (-)
Mukopurulen (-) (-)
Purulen (-) (-)
Pterigium (-) (+)
Kornea
Warna Hazy Arcus Senilis
Permukaan Licin Licin
Edema (+) berkurang (-)
Infiltrat (-) (-)
COA Dangkal Dalam
Iris / Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 5mm 3 mm
Kedudukan Sentral Sentral
Refleks direk (-) (+)
Refleks indirek (-) (+)
Lensa
Warna Keruh tipis Keruh tipis
Letak Sentral Sentral
TIO N+ N
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
III. Penatalaksanaan
Pilocarpin ed 3x ODS
PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberi kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan ini ditandai oleh
meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan
pengecilan lapangan pandang. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan
terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekstravasasi
(penggaungan/cupping) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan
kebutaan.
Glaukoma tidak hanya disebabkan oleh tekanan yang tinggi di dalam mata. Sembilan
puluh persen (90%) penderita dengan tekanan yang tinggi tidak menderita glaukoma,
sedangkan sepertiga dari penderita glaukoma memiliki tekanan normal.
Sudut filtrasi merupakan bagian yang penting dalam pengaturan cairan bilik mata.
Sudut ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh
garis yang menghubungkan akhir dari membran Descemet dan membran Bowman.
Akhir dari membran Descemet disebut garis Schwalbe.
Limbus terdiri dari 2 lapisan yaitu epitel dan stroma. Epitelnya 2 kali ketebalan
epitel kornea. Di dalam stromanya terdapat serat-serat saraf dan cabang akhir dari
arteri siliaris anterior.
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekular, yang terdiri dari :
1. Trabekula korneoskleral
2. Trabekula uveal
Serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke scleral spur
(insersi dari m.siliaris) dan sebagian ke m.siliaris meridional.
Ligamentum ini berasal dari dataran depan iris menuju ke depan trabekula.
Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, homogen, elastis dan seluruhnya diliputi
oleh endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang, sehingga bila
ada darah di dalam kanalis Schlemm, dapat terlihat dari luar.
Humor akueus diproduksi oleh korpus siliaris. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di
stroma prosessus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosessus sekretorius epitel
siliaris. Setelah masuk ke kamera posterior, humor akueus mengalir melalui pupil ke kamera
anterior lalu ke jalinan trabekular di sudut kamera anterior. Selama periode ini, terjadi
pertukaran diferensial komponen-komponen dengan darah di iris. Peradangan atau trauma
intraokuler dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi protein. Hal ini disebut humor
akueus plasmoid dan sangat mirip dengan serum darah.
Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik yang
dibungkus oleh sel-sel traabekula yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori
semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui
insersinya ke dalam jalinan trabekula memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut
sehingga kecepatan drainase humor akueus juga meningkat. Aliran humor akueus ke dalam
kanalis Schlemm bergantung pada pembentukan saluran- saluran transelular siklik di lapisan
endotel. Saluran eferen dari kanalis Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena
akueus) menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil humor akueus keluar dari
mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran uveoskleral).
Humor akueus akan mengalir keluar dari sudut COA melalui dua jalur, yakni :
- Outflow melalui jalur trabekular yang menerima sekitar 85% outflow kemudian
akan mengalir kedalan canalis Schlemm. Dari sini akan dikumpulkan melalui
20-30 saluran radial ke plexus vena episcleral (sistem konvensional)
B. Glaukoma
1. Definisi
2. Epidemiologi
Terdapat 70 juta orang yang menderita glaukoma di seluruh dunia, dan 7 juta
menjadi buta karena penyakit tersebut. Glaukoma merupakan penyakit kedua
tersering yang menyebabkan kebutaan pada negara berkembang setelah diabetes
mellitus. Dimana 15-20% kebutaan mengalami kehilangan pandangan sebagai hasil
dari glaukoma. Di negara Jerman, sebagai contohnya kurang lebih 10% dari
populasi diatas usia 40 tahun mengalami peningkatan tekanan intraokular. Kurang
lebih 10% pasien yang menemui dokter spesialis mata menderita glaukoma. Pada
populasi di negara Jerman, 8 juta penduduk memiliki risiko untuk berkembangnya
glaukoma, dimana pada 800.000 orang glaikoma tersebut telah berkembang, dan
80.000 menghadapi kenyataan adanya risiko untuk menjadi buta apabila glaukoma
tidak terdiagnosis dan tidak diobati pada saat itu. Di Indonesia, glaukoma menjadi
penyebab lebih dari 500.000 kasus kebutaan di Indonesia dan kebutaan yang
disebabkan oleh glaukoma bersifat permanen.
3. Etiologi
4. Klasifikasi
a) Glaukoma primer
b) Glaukoma sekunder
c) Glaukoma Kongenital
Gambar 4. Klasifikasi Glaukoma
a) Glaukoma Primer
i. Glaukoma simpleks (glaukoma sudut terbuka, glaukoma kronis)
Glaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut terbuka. Pada
orang normal jalan keluar cairan mata seimbang, sedangkan pada glaukoma
sudut terbuka terjadi pembendungan. Bila hal ini terjadi maka cairan akan
tertimbun sehingga tekanan bola mata akan meningkat.
Pada glaukoma sudut terbuka, cairan mata setelah melalui pupil masuk
ke dalam bilik mata depan dan tidak dapat melalui anyaman trabekulum.
Keadaan ini mengakibatkan tekanan bola mata naik yang akan merusak
saraf optik.
Bila telah dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata dan papil saraf
optik maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan gonioskopi. Pemeriksaan ini
perlu untuk mengetahui apakah glaukoma adalah glaukoma primer sudut
terbuka atau sekunder. Gambaran gonioskopi pada glaukoma sudut terbuka
primer memberikan susunan anatomi yang normal.
Pada glaukoma sudut terbuka primer bila telah terjadi kerusakan sel
saraf maka akan berakibat terbentuk skotoma (bercak hitam) disertai
penurunan fungsi penglihatan dan lapang pandangan. Bila telah terjadi
gangguan penglihatan maka keadaan ini bersifat menetap. Glaukoma sudut
terbuka primer merupakan penyakit kronis yang tidak dapat diobati. Hanya
dapat diperlambat dengan pengobatan. Biasanya pengobatan tidak
dimengerti pasien karena pasien tidak merasa adanya kelainan pada
matanya, apalagi bila harus memakai bermacam obat seumur hidup dengan
efek sampingnya.
• Katarak
Bila tekanan bola mata telah turun maka pengobatan yang terbaik
adalah tindakan pembedahan seperti iridektomi dengan laser atau
pembedahan membuang sebagian iris. Iridektomi membuka aliran dari bilik
mata belakang ke bilik mata depan. Iridektomi juga dilakukan pada mata
yang belum mengalami serangan akut. Serangan glaukoma akut tidak
selamanya berat, dapat ringan yang berulang-ulang. Pasien akan merasakan
penglihatan kabur dengan halo (pelangi, cincin) berwarna di sekitar lampu.
Tidak ada rasa sakit ataupun merah. Keluhan ini hilang bila pasien masuk
ruang terang atau tidur karena akan terjadi miosis yang mengakibatkan
sudut bilik mata terbuka.
Gambar 6. Glaukoma Sudut Tertutup
i. Faktor Mekanik
Glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat
gangguan perkembangan pada saluran humor aquos. Glaukoma kongenital
seringkali diturunkan. Pada glaukoma kongenital sering dijumpai adanya
epifora dapat juga berupa fotofobia serta peningkatan tekanan intraokuler.
Glaukoma kongenital terbagi atas glaukoma kongenital primer (kelainan
pada sudut kamera okuli anterior), anomali perkembangan segmen
anterior, dan kelainan lain (dapat berupa aniridia, sindrom Lowe, sindom
Sturge-Weber dan rubela kongenital).
5. Gejala klinis
6. Penilaian Glaukoma
a. Tonometri
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan medikamentosa
o Asetasolamid Oral
Parasimpatomimetik
o Trabekuloplasti laser
o Tindakan Siklodestruktif
8. Prognosa
Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini . Bila tidak
mendapat pengobatan yang tepat dan cepat, maka kebutaan akan terjadi dalam
waktu yang pendek sekali. Pengawasan dan pengamatan mata yang tidak mendapat
serangan diperlukan karena dapat memberikan keadaan yang sama seperti mata
yang dalam serangan
BAB III
KESIMPULAN
Glaukoma adalah keadaan di mana tekanan bola mata seseorang demikian tinggi atau
tidak normal sehingga mengakibatkan penggangguan saraf optik dan mengakibatkan
gangguan pada sebagian atau seluruh lapang pandangan. Hal ini juga dikenali sebagai
penyebab kebutaan kedua yang dilaporkan di Amerika.
Glaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut terbuka. Pada orang normal
jalan keluar cairan mata seimbang, sedangkan pada glaukoma sudut terbuka terjadi
pembendungan. Bila hal ini terjadi maka cairan akan tertimbun sehingga tekanan bola mata
akan meningkat.
e. Tes provokasi
Penghambat adrenergik beta adalah obat yang sekarang paling luas digunakan untuk
terapi glaukoma. Obat-obat ini dapat digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain.
Timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5%
dan metipranolol 0,3% merupakan preparat-preparat yang sekarang tersedia.