Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KONSEP DASAR TEORI

2.1 Definisi Konsep Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi


dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respon unik
individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang
dialami, baik aktual maupun potensial. Proses keperawatan juga dapat diartikan
sebagai pendekatan yang digunakan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan,
sehingga kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi.

2.2 Pendekatan Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan

 Elemen Cara Berpikir Kritis

Berpikir kritis membutuhkan keterampilan dan pengalaman. Bagi


mahasiswa keperawatan atau perwata pemula, hal ini seringkali tidak mudah
dilupakan. Akan tetapi, dengan latihan secara teratur dan pengalaman,
kemampuan ini dapat ditingkatkan. Kita memakai cara berpikir kritis pada saat
memproses informasi dengan menggunakan pengetahuan, pengalaman yang kita
miliki, intuisi dan kemampuan kognitif, dan pada akhirnya kita dapat
memformulasikan masalah atau kebutuhan klien. Misalnya, pada saat kita
mengkaji pasien sesak napas, bunyi napas mengi, dan pasien tidak dapat
menyelesaikan satu kalimat, data ini mungkin kurang bermakna bagi perawat
baru, namun perawat yang lebih berpengalaman dapat mengarah ke kesimpulan
yang lebih cepat bahwa mungkin pasien menderita asma. Pada prinsipnya,
penegakan diagnosis tidak boleh dilakukan dengan terburu-buru. Bila perlu, data
harus digali lebih teliti. Weber dan Kelley (2003) menyarankan beberapa esensi
yang mungkin dapat membantu kita untuk melakukan cara berpikir ini.

1. Pertahankan pola pikir Anda tetap terbuka.


2. Gunakan rasional yang tepat untuk mendukung pendapat atau keputusan.
3. Refleksikan ide Anda sebelum memastikan keputusan.
4. Gunakan pengalaman masa lalu Anda.
5. Dapatkan dasar pengetahuan yang memadai secara berkelanjutan.
6. Waspadai interaksi dengan orang lain.
7. Waspadai lingkungan.

 Tahap-Tahap pada Proses Penegakan Diagnosis

( The Diagnostic Reasonning Process)

Perawat yang berpengalaman dapat menegakkan masalah klien secara tepat


dibandingkan dengan perawat pemula. Perawat pemula sering kali sulit untuk
mengikuti cara berpikir cepat karena pada dasarnya proses berpikir ini sudah
menjadi kegiatan sehari-hari bagi perawat yang berpengalaman. Untuk itu,
mahasiswa dan perawat pemula seyogianya bekerja sama dengan baik dengan
perawat yang berpengalaman sehingga mereka dapat memahami cara berpikir
logis yang dipakai. Beberapa ahli menyarankan beberapa tahap yang dapat kita
ikuti guna mengembangkan proses penegakkan diagnosis :

1. Tahap pertama: identifikasi data abnormal.

Untuk mengidentifikasi data abnormal, perawat harus mampu mengenal data


normal. Untuk itu, perawat harus mempunyai dasar pengetahuan tentang anatomi,
fisiologi, psikologi, dan sosiologi yang memadai. Sebagai contoh, untuk
mengetahui bunyi napas mengi, sebelumnya perawat harus memgetahui ciri-ciri
bunyi napas normal. Apda tahap itu, perawat juga harus mampu mengenal data
yang mengarah ke faktor risiko yang dapat diperkirakan berdasarkan jenis
kelamin, pekerjaan, tempat tinggal, dan budaya klien. Misalnya, bila pasien
menyatakan bahwa ia merokok lebih dari 10 batang sehari, perawat bisa menggali
risiko yang dapat disebabkan oleh rokok.

Model diagnosis keperawatan yang baru juga menyarankan perawat tidak


hanya mengidentifikasi data abnormal pada tahap ini, tetapi juga data aspek
kekuatan pasien (klien). Data ini berguna bagi perawat untuk memformulasikan
diagnosis keperawatan yang tergolong diagnosis aspek kesejahteraan pasien
(wellness). Untuk itu, perawat harus mempunyai dasar pengetahuan tentang
anatomi, fisiologi, psikologi, dan sosiologi yang memadai. Sebagai contoh, untuk
mengetahui bunyi napas mengi, sebelumnya perawat harus memgetahui ciri-ciri
bunyi napas normal. Apda tahap itu, perawat juga harus mampu mengenal data
yang mengarah ke faktor risiko yang dapat diperkirakan berdasarkan jenis
kelamin, pekerjaan, tempat tinggal, dan budaya klien. Misalnya, bila pasien
menyatakan bahwa ia merokok lebih dari 10 batang sehari, perawat bisa menggali
risiko yang dapat disebabkan oleh rokok.

Model diagnosis keperawatan yang baru juga menyarankan perawat tidak


hanya mengidentifikasi data abnormal pada tahap ini, tetapi juga data aspek
kekuatan pasien (klien). Data ini berguna bagi perawat untuk memformulasikan
diagnosis keperawatan yang tergolong diagnosis aspek kesejahteraan pasien
(wellness).

2. Tahap dua: kelompokkan data

Pada tahap ini, data baik subjektif maupun objektif dipilih dan dikelompokkan
berdasarkan keterkaitan antar satu data dengan data lainnya. Baik data abnormal
maupun data yang menggabarkan aspek kekuatan pasien dikelompokkan dan
model keperawatan dapat dipergunakan untuk mempermudah tahap ini. Sebagai
contoh, data berikut dikelompokkan dan mengarah pada suatu masalah.

 Data subjektif:

• "Saya sulit bernapas."

• "Dada terasa sesak dan sulit tidur."

• Ke puskesman dua hari yang lalu.

 Data objektif:

• Tampak cemas.

• Tidak menyelesaikan satu kalimat.

• Pernapasan 30x/ menit,mengi.

3. Tahap ketiga: buat peekiraan/presumsi


Langkah berikutnya membutuhkan kemampuan kita untuk membuat suatu
presumsi atau perkiraan. Bila kita melihat kembali data di atas, presumsi kita akan
mengarah pada, "cemas akibat sesak napas". Data ini dapat mengarah pada
masalah cemas yang secara mandiri perawat dapat tangani.

Presumsi yang lain adalah "gangguan pola napas" yang dapat merupakan masalah
kolaborasi. Mungkin kita berpikir bahwa kita harus mengkaji Peak Expiratory
Flows (PEF) pasien dan kita berpikir bahwa pasien membutuhkan oksigen
nebulizer, dengan demikian kita membutuhkan masukan dari dokter secara
kolaboratif.

4. Tahap keempat: tetapkan masalah keperawatan yang mungkin dialami pasien

Bila presumsi yang dibuat pada tahap sebelumnya menggambarkan masalah


yang secara mandiri perawat dapat atasi, kita dapat mengarahkan masalah ini
menjadi diagnosis keperawatan. Pedoman terbaru dari North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) 2004 mengategorikan diagnosis keperawatan
dalam 3 kategori, yaitu diagnosis yang menggambarkan kondisi klien mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan status kesehatan/kesembuhan (wellness
diagnoses), diagnoses yang menggambarkan risiko yang dapat dialami klien dan
diagnosis yang menggambarkan masalah aktual.

5. Tahap kelima: periksa tanda-tanda yang mendukung diagnosis

Tahap ini sering kali menjadi tahap yang membingungkan karena pada tahap
ini kita harus mengecek kembali tanda-tanda yang mendukung diagnosis dan
menyeleksi diagnosis yang relevan dengan klien. Kita hanya memilih diagnosis
yang akurat dan menghapus diagnosis yang tidak akurat untuk menghindari
tumpang-tindih atau pengulangan diagnosis. Sebagai contoh, beberapa diagnosis
menggambarkan masalah yang terkait dengan pernapasan, yaitu gangguan
pertukaran gas, ketidakefektifan pembersihan jalan napas, dan gangguan pola
napas. Akan tetapi, kita harus jeli karena tanda dan gejala masing-masing
diagnosis ini berbeda dan kita hanya memilih diagnosis yang benar-benar
menggambarkan masalah klien.
6. Tahap keenam: Tegakkan diagnosis atau hapus diagnosis

Setelah kita mengecek tanda dan gejala yang mendukung diagnosis serta
sudah yakin dalam memastikan diagnosis yang akurat dan relevan dengan kondisi
klien,kita dapar menegakan diagnosis untuk klien. Sering kali kita harus
memastikan hal ini dengan klien atau tenanga kesehatan yang lain terutama bila
tanda dan gejala kurang mendukung pernyataan diagnosis.

7. Tahap ketujuh: dokumentasikan kesimpulan diagnosis Anda

Setelah melewati tahap-tahap di atas, pernyataan diagnosis harus


didokumentasikan dengan akurat dan mengikuti kaidah yang berlaku. Bila kita
mengikuti pola penulisan diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh
NANDA, secara umum diagnosis dapat dinyatakan sebagai diagnosis yang
menggambarkan kondisi yabg ditingkatkan (wellness diagnosis),diagnosis risiko,
atau diagnosis aktual dan masalah kolaborasi.

2.3 APLIKASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN :

PROSES KEPERAWATAN

Model ilmu keperawatan dari adaptasi Roy memberikan pedoman kepada


perawat dalam mengembangkan asuhan keperawatan melalui proses keperawatan.
Umur proses keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, intervensi, dan evaluasi sebagaimana gambar di bawah ini:

Pengkajian
Diagnosa Intervensi

Perencanaan
Pelaksanaan

Evaluasi
Diagram hubungan antara tahap proses keperawatan (nursalam,2001)

Perumusan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respons individu terhadap rangsangan yang timbul dari
diri sendir maupun laut (lingkungan). Sifat dari diagnosa keperawatan adalah (1)
berorientasi pada kebutuhan dasar manusia; (2) menggambarkan tanggapan (respons)
individu juga berubah (Nursalam,2001),

TAHAP-TAHAP PROSES KEPERAWATAN

Proses keperawatan terdiri atas lima tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa,


perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Setiap tahap dari proses keperawatan saling
terkait dan ketergantungan satu sama lain. Skema di bawah ini menggambarkan
keterkaitan tahap demi tahap dari proses keperawatan.

Pengkajian Diagnosis Perencanaan Implementasi Evaluasi

Umpan Balik

Tahap-tahap Proses Keperawatan

1. Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap dari proses


keperawatan sesuai dengan di atas. Pada tahap pengkajian, kegiatan
yang dilakukan adalah mengumpulkan data, seperti riwayat
keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data sekunder lainnya
(catatan, hasil pemeriksaan diagnostik, dan literatur).
2. Setelah data didapatkan, maka tahap selanjutnya adalah Diagnosis,
kegiatan yang dilakukan pada tahap diagnosis ini adalah memvalidasi
data, mengoreksi dan mengelompokkan data, menginterpretasikan data,
mengidentifikasi masalah dari kelompok data, dan merumuskan
diagnosis keperawatan.
3. Tahap perencanaan dilakukan setelah diagnosis dirumuskan. Adapun
kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun prioritas
masalah, merumuskan tujuan dan kriteria hasil, memilih strategi asuhan
keperawatan, melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan lain, dan
menuliskan atau mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan.
4. Tahap implementasi adalah tahap melakukan rencana yang telah dibuat
pada klien. Adapun kegiatan yang ada dalam tahap implementasi
meliputi: pengkajian ulang, memperbaharui data besar, meninjau dan
merevisi rencana asuhan yang telah dibuat, dan melaksanakan intervensi
keperawatan yang telah direncanakan.
5. Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Pada tahap ini,
kegiatan yang dilakukan adalah mengkaji respons klien setelah
dilakukan intervensi keperawatan, membandingkan respons klien
dengan kriteria hasil, memodiikasi asuhan keperawatan sesuai dengan
hasil evaluasi, dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah
diberikan.

Untuk dapat mengaplikasi asuhan keperawatan, anda memerlukan keterampilan


sebagai berikut.

a. Keterampilan interpersonal
Adalah kemampuan dalam melakukan komunikasi, baik
dengan klien maupun tim kesehatan lainnya. Dalam
berkomunikasi, keterampilan yang harus dimiliki perawat, antara
lain: keterampilan menjadi pendengar yang baik, menunjukkan
ketertarikan, menunjukan rasa empati, membina rasa saling
percaya, dan menjaga individualitas klien.
b. Keterampilan teknis
Adalah kemampuandalam menggunakan alat-alat selama
melakukan prosedur tindakan keperawatan.
c. Keterampilan intelektual
Adalah keterampilan dalam memecahkan masalah, berpikir
kritis setiap saat, dan membuat keputusan yang tepat dan cepat.

Tabel berikut ini menunjukkan pengetahuan dan kemampuan dan kemampuan


yang harus dimiliki oleh perawat dalam menerapkan proses keperawatan.

Tabel 1.1 pengetahuan dan kemampuan yang Harus Dimiliki oleh Perawat
dalam menerapkan proses keperawatan.
No. Pengetahuan Kemampuan
1. Pengkajian Pengkajian
1. Sistem biopsikososial dan spiritual 1. Mengumpulkan data
2. Pertumbuhan dan perkembangan 2. Melakukan komunikasi verbal dan
3. Konsep sehat dan sakit nonverbal
4. Anatomi dan fisiologi 3. Mendengarkan dengan penuh
5. Budaya, nilai-nilai, dan keyakinan perhatian
4. Wawancara
5. Melaksanakan pemeriksaan fisik
2. Diagnosis Diagnosis
1. Masalah kesehatan yang lazim 1. Mengerti dan mengevaluasi
2. Faktor-faktor penyebab masalah 2. Membedakan tanda dan
3. Tanda dan karakteristik masalah kesimpulan
4. Faktor-faktor resiko dan potensial 3. Berpikir kritis
5. Pemahaman tentang standar dan 4. Identiikasi pola hubungannya
ukuran normal. 5. Membuat kesimpulan
6. Mekanisme pertahanan individu 6. Menggunakan alasan deduktif dan
induktif
7. Membuat keputusan dan
pertimbangan
3. Perencanaan Perencanaan
1. Identifikasi kekuatan dan 1. Memecahkan masalah klien
ketentuan 2. Mengambil keputusan
2. Nilai-nilai dan kepercayaan klien 3. Menentukan tujuan
3. Lingkup praktik keperawatan 4. Menentukan kriteria hasil
4. Sumber-sumber yang sesuai untuk 5. Memilih dan membuat strategi
strategi implementasi keperawatan 6. Menulis instruksi keperawatan
5. Peran tenaga kesehtan lain 7. Kerja sama dengan klien dan
tenaga medis.
4. Implementasi Implementasi
1. Bahaya fisik dan perlindungan 1. Observasi yang sistematis
2. Teknik aseptik dan antiseptik 2. Komunikasi yang efektif
3. Prosedur-prosedur keperawatan 3. Mempertahankan hubungan saling
4. Pengelolaan pembelajaran menguntungkan
5. Teori-teori perubahan 4. Melakukan teknik psikomotor
6. Bimbingan 5. Mengajarkan perawatan diri sendir
7. Melindungi fisik klien 6. Melaksanakan asuhan keperawatan
8. Memahami tingkat perkembangan 7. Bertindak sebagai
klien advokat/pelindung
8. Menasehati klien
9. Supervisi dan evaluasi
10. Melakukan program medis
5. Evaluasi Evaluasi
1. Tujuan dan kriteriaa hasil yang 1. Mendapatkan data yang sesuai
berorientasi kepada klien untuk di bandingkan dengan
2. Respons terhadap intervensi kriteria hasil
2. Menggambarkan kesimpulan
tentang tujuan yang dicapai
3. Menghubungkan tindakan
keperawatan dengan kriteria hasil
4. Mengkaji ulang rencana
keperawatan

Anda mungkin juga menyukai