Prosiding Nurwahyudi B
Prosiding Nurwahyudi B
ABSTRAK
Sistem informasi geografis coverage level sinyal BTS merupakan sistem yang
mampu menampilkan infomasi level sinyal BTS-BTS yang ada di Surabaya. Sistem
dirancang dengan harapan mampu membantu bagian Customer Service untuk
memberikan informasi dengan benar, cepat dan tepat kepada pelanggan yang berkaitan
dengan coverage level sinyal BTS dan sistem dapat membantu koordinasi internal
antara bagian Customer Service, OM (Operation and Maintenance), OMCR (Operation
and Maintenance Center for Radio), Proyek dan Optimasi.
Sistem dirancang menggunakan model waterfall. Penelitian ini dibatasi hanya
sampai pada tahap identifikasi permasalahan, analisa kebutuhan dan, perancangan
sistem. Perancangan sistem yang dihasilkan memberi gambaran bagi PT. Indosat Divre
Timur untuk mengembangkan sistem informasi geografis coverage level sinyal BTS.
Kata kunci : sistem informasi geografis, coverage level sinyal BTS, model waterfall
Latar Belakang
Untuk mendukung peningkatan layanan kepada pelanggan, PT Indosat, Tbk
sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi seluler GSM 900 / 1800 melihat bahwa
fungsi sistem informasi coverage level sinyal pemancar Base Transceiver Station (BTS)
memiliki kepentingan untuk memudahkan upaya peningkatan layanan kepada
pelanggan.
Fungsi sistem informasi coverage level sinyal secara maksimal akan dicapai
dengan mengetahui secara detail dan tepat tentang kondisi nyata di lapangan. Selain itu,
koordinasi kerja dengan bagian terkait, antara pelanggan, Customer Care dengan bagian
OM (Operation and Maintenance), bagian OMCR (Operation and Maintenance Center
for Radio), bagian Proyek dan bagian Optimasi akan menjadi lebih mudah dan cepat.
Data statistik menunjukkan banyaknya jumlah pelanggan yang mengeluh
tentang kondisi jaringan untuk masalah No Signal, Low Signal, dan Call Drop untuk
periode Januari sampai dengan April 2004 rata-rata sebesar 40,37 % dari total keluhan
pelanggan Nasional. Kondisi No Signal berarti pada daerah tertentu tidak bisa
menggunakan layanan PT. Indosat. Kondisi Low Signal berarti sinyal yang diterima
pelanggan PT. Indosat lemah sehingga kualitas pembicaraan menjadi jelek. Sedangkan
kondisi Call Drop berarti adanya gangguan yang bisa disebabkan oleh perangkat keras
ataupun radio sehingga pada saat terjadi pembicaraan tiba-tiba langsung terputus.
Berdasarkan pada data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya
informasi coverage level sinyal BTS untuk peningkatan layanan kepada pelanggan
Indosat.
Customer Service apabila menerima keluhan pelanggan tentang coverage level
sinyal di suatu daerah, Customer Service tidak bisa memberikan informasi coverage
level sinyal yang lebih pasti, dalam arti informasi yang diberikan hanya sebatas
perkiraan saja tidak berdasarkan data.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
Perumusan Masalah
Penelitian ini dibuat dengan rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimana merancang Sistem Informasi Geografis Level Sinyal BTS PT. Indosat
Divre Timur yang ada di Surabaya yang mampu meningkatkan koordinasi antara bagian
Customer Service, bagian OM, bagian Proyek, bagian OMCR dan bagian Optimasi serta
memberikan informasi coverage level sinyal, lokasi BTS, data perangkat BTS untuk
keperluan pelayanan pelanggan ?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Merancang Sistem Informasi Geografis Coverage level sinyal BTS PT. Indosat Divre
Timur di Surabaya yang mampu meningkatkan koordinasi antara bagian Customer
Service, bagian OM, bagian OMCR, bagian Proyek dan bagian Optimasi serta
memberikan informasi coverage level sinyal, lokasi BTS, dan data perangkat BTS untuk
keperluan pelayanan pelanggan.
ISBN : 979-99735-0-3
C-23-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian tentang perancangan Sistem Informasi Geografis
Coverage level sinyal BTS PT. Indosat Divre Timur di Surabaya, diharapkan mampu
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja PT. Indosat Divre Timur, apabila sistem
ini diimplemetasikan. Sistem mampu memberikan informasi yang tepat dan akurat
tentang coverage level sinyal, lokasi BTS, dan data perangkat BTS serta meningkatkan
koordinasi internal antar bagian Customer Service, OM, OMCR, Proyek dan Optimasi.
Metodologi Penelitian
Penelitian merupakan tahapan yang penting dalam suatu perancangan sistem.
Penelitian bersifat mutlak dilaksanakan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi
dan keinginan user terhadap sistem yang akan dibuat. Untuk itu dibutuhkan suatu
metodologi penelitian yang menggambarkan tahapan-tahapan yang terjadi pada proses
penelitian.
Berdasarkan Attenucci dalam Eddy Prahasta (2001), langkah-langkah
Perancangan implementasi SIG adalah sebagai berikut :
a) Analisa Kebutuhan ( Requirement analysis)
b) Evaluasi Kelayakan (Feasibility Evaluation)
c) Rencana Implementasi (Implementation Plan)
d) Perancangan Sistem ( System Design)
e) Perancangan Basisdata (database System)
Sedangkan menurut ESRI (1999), langkah-langkah proses perencanaan SIG
terdiri dari 6 langkah, yaitu :
a) Penetapan Tujuan ( Statement of Goals)
b) Analisa kebutuhan (Needs Assessment)
c) Perancangan Arsitektur Sistem (System architecture Design)
d) Perencanaan Implementasi (Creation of Implementation Plan)
e) Perancangan Basisdata Geografis (Design of Geographic Database(s))
f) Implementasi (Implementation)
Model proses yang digunakan untuk pengembangan sistem perangkat lunak
di atas menggunakan model Watterfall. Model waterfall menggunakan konsep analisis
dan perancangan sistem dengan pengerjaan aktivitas atau tahapan yang berurutan dari
atas ke bawah (Hoffer, 1999). Hasil atau keluaran dari suatu tahap akan menjadi
masukan bagi tahap selanjutnya. Merujuk pada kedua sumber di atas dan Hoffer (1999),
maka langkah-langkah perencanaan SIG sesuai dengan tujuan yang digunakan dalam
penyusunan penelitian ini sebagaimana terlihat dalam gambar berikut :
ISBN : 979-99735-0-3
C-23-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
Identifikasi Masalah
Perancangan Sistem
Perancangan Database
Perancangan Antar Muka
Perancangan arsitektur
jaringan komputer
Infrastruktur teknis
Jaringan sistem komunikasi bergerak GSM yang sudah ada sekarang
mempunyai konfigurasi yang standar bagi semua operator, yaitu Base Station
Controller (BSC) yang mengontol BTS dalam mengelola sumber daya radio. Kondisi
saat ini, untuk informasi level sinyal dilakukan secara sederhana dengan memperkirakan
letak BTS dengan lokasi yang dikeluhkan pelanggan. Dengan mempertimbangkan jarak
antara letak BTS dan lokasi yang dikeluhkan pelanggan, Customer Service memberikan
informasi level sinyal secara garis besar bahwa lokasi tersebut mempunyai coverage
atau level sinyal yang baik atau jelek tanpa ada data yang lebih akurat mengenai data
level sinyal di suatu lokasi jalan. Selain itu, Customer Service tidak mengetahui secara
pasti letak BTS yang dimaksud. Sehingga tidak bisa memberikan jawaban yang pasti ke
pelanggan tentang coverage atau level sinyal di suatu lokasi. Dari Gambar 2. terlihat
ISBN : 979-99735-0-3
C-23-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
bahwa level sinyal tergantung dari letak BTS tersebut. Secara teori, semakin rapat jarak
antar BTS maka semakin bagus level sinyalnya.
PSTN
IS D N
M SC
BSC PDN
PLM N
BTS O th e r P L M N
MS
M S = M o b i le S t a ti o n PLM N = P u b l ic L a n d M o b il e N e tw o r k
B T S = B a s e T r a n s c e iv e r S t a ti o n PSTN = P u b l i c S w i tc h e d T e le p h o n e N e tw o r k
B S C = B a s e S t a ti o n C o n t r o ll e r IS D N = I n t e g r a t e d S e r v i c e D ig i t a l N e tw o r k
M S C = M o b i l e S w i tc h in g C e n t r e PDN = P u b l i c D a t a N e tw o r k
OMCR CUSTOMER SERVICE CUSTOMER HANDLING OPTIMASI OM CUSTOMER HANDLING CUSTOMER SERVICE
PROY EK
2 3
4 YA 5
TIDAK 6
12 7 8
13 9 10 11
14
C-23-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
C-23-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
ISBN : 979-99735-0-3
C-23-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
Layer Pengukuran
Level Sinyal
Kertajaya
C-23-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
Coverage level sinyal BTS juga bisa dipengaruhi oleh adanya kerusakan perangkat
BTS.
Proses pembuatan layer pengukuran level sinyal BTS tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a) Bagian Optimasi melakukan drive test / pengukuran coverage level sinyal di Jalan
Urip Sumoharjo dengan menggunakan alat ukur TEMS Ericsson.
b) Hasil Pengukuran dari TEMS dalam bentuk file log dieksport ke bentuk table
MapInfo.
c) Dari MapInfo informasi geografis pengukuran level sinyal BTS di Jalan Urip
Sumoharjo.
Dari Hasil pengukuran terlihat bahwa sepanjang jalan Urip Sumoharjo terdiri dari
beberpa titik pengukuran coverage level sinyal, dimana masing-masing titik mempunyai
level sinyal tertentu dan jarak antar titik rata-rata 12 m.
BAGIAN
OPTIMASI
BAGIAN
data peta data lokasi BTS baru
PROJECT
0
Info lokasi bts data perubahan BTS
+
BAGIAN
OMCR
BAGIAN
hasil pemeriksaan dan perbaikan perangkat BTS
OM
BAGIAN
CUSTOMER informasi coverage level sinyal dan perangkat
SERVICE
C-23-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
Kesimpulan
Hasil penelitian tentang perancangan Sistem Informasi Geografis Coverage
Level Sinyal BTS ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Perancangan sistem informasi ini mengintegrasikan bagian-bagian CS, OM, OMCR,
Proyek dan Optimasi, dimana data masing-masing bagian disimpan dalam satu
database SIG. Bagian OMCR memasukkan data perangkat BTS Baru dan
menginformasikan perangkat BTS yang rusak kepada bagian OM. Bagian OM
memasukkan data hasil pemeriksaan dan perbaikan perangkat BTS. Bagian Proyek
memasukkan data lokasi BTS baru dan perubahan data BTS. Bagian Optimasi
memasukkan data hasil pengukuran coverage level sinyal BTS. Bagian Customer
Service memasukkan data keluhan pelanggan terkait dengan coverage level sinyal.
b) Output SIG ini berupa informasi coverage level sinyal BTS, lokasi BTS, dan hasil
pemeriksaan dan perbaikan BTS. Hasil SIG ini diperlukan oleh bagian Customer
Service untuk memberikan informasi kepada pelanggan dengan cepat dan akurat.
c) Dengan Sistem Informasi Geografis ini bagian Customer Handling ditiadakan,
karena bagian Customer Handling sudah tidak diperlukan lagi dan fungsinya
digantikan oleh sistem SIG.
ISBN : 979-99735-0-3
C-23-10
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
Saran
Untuk pengembangan sistem lebih lanjut, disarankan sistem ini diintegrasikan
dengan modul-modul penanganan keluhan pelanggan yang lain. Sehingga nantinya
untuk penanganan keluhan pelanggan secara keseluruhan bisa dibuat dalam sistem yang
terintegrasi.
Daftar Pustaka
Anonimus MapInfo Professional User’s Guide Version 7.5. MapInfo Corporation Troy,
New York.
Eko Budiyanto (2004) Sistem Informasi Geografis Menggunakan MapInfo. Penerbit
Andi, Yogyakarta.
ESRI (1999) Enterprise GIS in Health and Social Service Agencies. An ESRI White
Paper
Gaspersz V. (2002) ‘Pengukuran Kinerja’ In: Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi :
Balanced Scorecard Dengan Six Sigma untuk Orgnaisasi Bisnis dan Pemerintah.
Eds anggota IKAPI. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Pp 67-87.
Hoffer, Jeffrey A., et.al. (1999) Modern Systems Analysis and Design. 2nd Edition.
Addison Wesley Longman. Inc., New Jersey.
Information Resources Management Board’s GIS Subteam (1999) Geographic
Information Systems (GIS) Policy.
I Wayan Nuarsa (2004) Mengolah Data Spasial dengan MapInfo Professional. Penerbit
Andi, Yogyakarta.
Jogiyanto. (1995) Analisis dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur, Teori
dan Praktek Aplikasi Bisnis. Penerbit Andi Offset, Yogjakarta.
Kottler, P. (1994) Marketing Management, Analysis, Planning, Implementation and
Control. 8th Edition. Prentice Hall International Inc, Englewood Cliffs, New
Jersey.
Meta Group, Inc. (2000) ERP Platform-Related Analysis Total Cost of Ownership Study
: A Platform-Related Cost Analysis of ERP Applications on-Going Support Costs
in the Mid-Tier. http://www.sun.com/servers/workgroup/tco/metas_study.pdf
Mufti, Nachwan, Adriansyah (2002) Transmisi Komunikasi Bergerak. Sekolah Tinggi
Teknologi Telkom, Bandung.
Mulyadi. (1997) Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Edisi Kedua.
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.
O’Brien, J.A. (1999) Management Information System : Managing Information
Technology in the Internetworked Enterprise. 4th Edition. Mc.Graw Hill.
Prahasta, Eddy (2001) Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika,
Bandung.
Prahasta, Eddy (2002) Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView. Informatika,
Bandung.
Remenyi, Dan, et.al. (2000) The Effective Measurement and Management of IT Costs
and Benefit. 2nd Edition. Licensing Agency Ltd, London.
Siebold, D. (2001) Visual Basic Developer’s Guide To SQL Server. Translated by Imam
Mustaqim. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Silva, E., Cost Benefit Analysis for Geographic Information System, Implementation
Justification: Literature Review, 1998,
http://www.nysgis.state.ny.us/gis/costanal.htm
ISBN : 979-99735-0-3
C-23-11
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
ISBN : 979-99735-0-3
C-23-12