Anda di halaman 1dari 9

At-Turats Vol. 10 No.

1 (2016) 43 - 51

At-Turats
Jurnal Pemikiran Pendidikan Islam

journal homepage: http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/atturats

Pendidikan Islam Menuju Masyarakat Madani di Era


Globalisasi (Suatu Ikhtiar Menghadapi Tantangan
Masyarakat Ekonomi Asean/MEA)

Eko Nursalim

Dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta (STAIS)


Kutai Timur, Kalimantan Timur
------------------------

ABSTRAK

Education is a human effort to buil his personality based on community values and culture. Even the simplest
community has education process. Islam education concept building and increasing human quality and moeslim
community in globalization era refer to Al-Quran and As-sunnah as the true resources. So that, Islam education
should be able to deliver human as madani community whose has hard skill and soft skill packaged by Islamic
values that ready to face all the chllanges in ASEAN Econimic community (MEA) with strategic steps to actualize
relevant islam identity in every era.

Key Words: Islam Education, Madani Community, ASEAN Economic Community

PENDAHULUAN Pendidikan Islam jika dikaitkan den-


Islam sebagai sebuah agama member- gan isu Masyarakat Ekonomi Asean (MEA),
ikan konsep ajaran yang komprehensif dan menggambarkan bahwa tantangan persain-
integral, tidak hanya pada persoalan ubudi- gan ekonomi berpengaruh terhadap sistem
yah (ibadah) khusus seperti shalat, puasa dan pendidikan khususnya pendidikan Islam. Di
lainnya, tetapi juga menyangkut kode etik so- era MEA ini, seharusnya bangsa Indonesia
sial yang digunakan manusia sebagai perang- mulai mengembangkan sistem pendidikan
kat penataan sosial yang diarahkan pada ke- Islam yang mampu melahirkan manusia-­
maslahatan manusia itu sendiri. Al Qur’an manusia unggul, yaitu manusia yang memili-
dan Hadits adalah representasi dari ajaran ki daya saing unggul ditingkat regional, bah-
Islam yang komprehensif tersebut, yang di kan tingkat global. Oleh karena itu, sistem
dalamnya memuat ajaran yang lengkap da- pendidikan Islam harus merespon perubahan
lam berbagai aspek,1 tak terkecuali masalah zaman, dan siap menghadapi MEA dengan
keilmuan/pendidikan, bahkan Rasulullah langkah-langkah strategis untuk mengaktual-
Muhammad SAW menerima wahyu pertama isasikan identi­tas Islam yang relevan di sega-
juga berkenaan dengan masalah pendidikan. la zaman.
Sebagai salah satu upaya mem-
Harun Nasution, Islam Rasional, (Mizan,
1 persiapkan diri menghadapi era MEA ini,
Bandung, 1995), hlm. 25 maka melalui pendidikan islam khususnya
43
Eko Nursalim / At-Turats Vol. 10 No. 1 (2016) 43 - 51

di ­Indonesia diharapkan mampu mengantar- upaya mencari ­paradigma masyarakat baru.


kan rakyat menjadi masyarakat madani (­civil Namun bila di­tilik dari locus sejarah berkem-
­society) yang memiliki hard skill dan soft bangnya, kedua istilah tersebut secara prag-
skill yang dikemas dalam nilai-nilai islami.2 matik, berbeda.5
Jadi, akan lebih baik jika masyarakat
PENDIDIKAN ISLAM: ANTARA madani dan civil society lebih banyak ditinjau
MASYARAKAT MADANI DAN dari pemaknaan secara filosofis karena akan
GLOBALISASI lebih komprehensif, sekaligus untuk meng-
Masyarakat madani merupakan kon- hindari perdebatan maka kita perlu member-
struksi bahasa yang “Islami” yang mengacu ika wish bahwa dalam persoalan pengertian
pada kata al din, yang umumnya diterjemah- antara Masyarakat madani dan civil society
kan sebagai agama, berkaitan dengan mak- “kira – kira” adalah sama. 6
na al tamaddun, atau peradaban. Keduanya Sementara itu, globalisasi dapat di­
menyatu ke dalam pengertian al madinah pahami berasal dari asal kata globe, yang be-
yang artinya kota. Dengan demikian, maka rarti bola bumi. Istilah ini digunakan karena
terjemahan masyarakat madani mengand- akselerasi penyebaran informasi yang luar
ung tiga hal, yakni agama, peradaban dan biasa. Dalam waktu sekejap saja, melalui
perkotaan. Di sini agama merupakan sumber, fasilitas teknologi komunikasi yang teramat
peradaban adalah prosesnya, dan masyarakat canggih, arus informasi dari satu belahan
kota adalah hasilnya.3 bumi bisa menyebar secara merata ke seluruh
Sedangkan civil society secara har- bola bumi. Karena kenyataan inilah kita lalu se-
fiah adalah terjemahan dari istilah Latin, olah-olah menjadi bagian dari istilah-istilah itu.7
Civilis Societas. Menurut Cicero (106–43 Globalisasi adalah sebuah term
SM) ­ Masyarakat sipil disebutnya sebagai yang telah lama mewacana sampai seka-
sebuah masyarakat politik (Political So- rang ini, globalisasi masih terus menjadi
ciety) yang memiliki kode hukum sebagai materi perbincangan di kalangan ilmuwan
pengaturan hi­dup. 4 Jadi, secara semantik, dari va­rian disiplin keilmuan yang biasanya
istilah masyarakat madani agak kurang te- ditandai dengan kemajuan teknologi komu-
pat di­sepadankan dengan istilah civil society. nikasi informasi dan transportasi yang telah
Meski kedua istilah tersebut secara parsial menghasilkan perubahan dalam kebudayaan
substantif memiliki kesamaan. Dan keduan- dan peradaban manusia. Globalisasi selalu
ya sangat relevan sebagai bahan kajian dalam dihubungkan dengan modernisasi dan mo­
dernism. Para pakar budaya mengatakan bah-
wa ciri khas modernisasi dan manusia modern
2
Abdul Wadud Nafis, Prospek Ahli Ekonomi itu adalah tingkat berfikir, iptek, dan sikapnya
Syariah dalam menghadapi ASEAN Economic
Community, (Iqtishoduna Vol. 4 No. 1, April 2014), terhadap penggunaan waktu dan penghargaan
hlm. 3
3
M. Dawam Raharjo, Masyarakat Madani:
Agama, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial,
5
Ibid., hlm. 19
(Pustaka LP3ES, Cet. ke – 1, Jakarta, 1999), hlm. 146 6
Deny Suito. Membangun Masyarakat
4
M. Dawam Raharjo, Sejarah Agama dan Madani. (Centre For Moderate Muslim Indonesia:
Masyarakat Madani dalam Membongkar “Mitos” Jakarta. 2006), hlm. 23
Masyarakat Madani, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 7
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah,
2001), hlm. 18 (Yogyakarta: Yayasan Bintang Budaya. 1995), hlm.17

44
Eko Nursalim / At-Turats Vol. 10 No. 1 (2016) 43 - 51

terhadap karya manusia.8 Menurut Abuddin dangkan masyarakat madani (civil society)
Nata ( 2003; 183) dari sudut peristilahan kata adalah kondisi di mana masyarakat mempu-
globalisaasi sebenarnya masih mengalami nyai budi baik (beradab) yang dilandaskan
problem karena realitas serta subyektifitas sikap transcendental (berdasarkan agama)
pemakaian kata tersebut, namun globalisa- yang bersumber dari doktrin langit (wahyu/
si secara sederhana dapat ditunjukkan da- ajaran Tuhan).10 Jadi, sangatlah jelas hubun-
lam bentuk perluasan skala, pengembangan gan antara Pendidikan Islam dengan mas-
wilayah, dan percepatan pengaruh dari arus yarakat madani (civil society), karena di satu
dan pola-pola inter-regional dalam interaksi sisi jika kita pahami bahwa Pendidikan Islam
sosial.9 membentuk pribadi – pribadi yang ber­adab,
Berkaitan dengan masyarakat madani maka follow up nya adalah terbentuknya
dan globalisasi, pendidikan Islam merupakan masyarakat yang beradab pula.
salah satu instrument dalam mempersiapkan Dapat diambil konklusi awal, setidak­
insan-insan yang terampil yang mampu ber- nya ada dua keterkaitan antara Pendidikan
saing dalam pasar ekonomi khususnya pada Islam dan masyarakat madani (civil society)
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan yaitu:
kebutuhan pasar global pada umumnya.
Misal­nya, di tingkat Perguruan Tinggi Islam 1. Keterkaitan fungsional
melalui penyediaan program studi yang di­ Bahwa ada beberapa faktor atau lebih
butuhkan pasar domestik dan internasional, tepat sebagai unsur – unsur yang terdapat
sampai yang menjadi trend bagi kebutuhan dalam pendidikan antara lain peserta didik,
pasar global. Hal ini amat penting untuk di- pendidik, alat dan lingkungan (masyarakat).11
cermati, agar output pendidikan Islam be- Empat unsur awal dapat digolongkan sebagai
nar-benar terjual dan bersaing di pasar global. (lembaga pendidikan) dan yang terakhir mas-
yarakat itu sendiri. Jika, Pendidikan Islam se-
KETERKAITAN PENDIDIKAN bagai nilai – nilai yang dapat diwujudkan se-
ISLAM DENGAN MASYARAKAT cara kelembagaan misalnya lewat Pendidikan
MADANI (CIVIL SOCIETY) Agama Islam, maka tentunya Pendidikan
Ada beberapa persamaan antara kon- ­Islam dengan sendirinya akan menjadi suplier
sep Pendidikan Islam dengan masyarakat tenaga ahli, atau lebih penting Sumber Daya
madani (civil society), di mana Pendidikan Manusia (SDM) yang bermoral, ber­etika so-
Islam bertujuan untuk menciptakan pribadi– sial atau dalam hal ini muslim muttaqin se-
pribadi yang bertaqwa, beretika–moral yang bagaimana disebut di atas, sehingga nantinya
baik, yang dilandaskan pada ajaran–ajaran dapat berguna bagi masyarakat yang menjadi
­Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan “konsumen” pendidikan tersebut. Dan di satu
Hadits yang muara akhirnya adalah pencip- sisi masyarakat bisa menjadi “produsen” bagi
taan manusia paripurna atau insan kamil. Se- dunia pendidikan, yang secara sederhana bisa

8
M. Solly Lubis, Umat Islam Dalam 10
Deny Suito (2006). Membangun Masyarakat
Globalisasi, ( Jakarta: Gema Insani Press. 1997), hlm. Madani, hlm. 30
19 11
Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu
9
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Pendidikan Sistematis, (FIP-IKIP Yogyakarta, 2000),
Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), hlm.183 hlm. 39

45
Eko Nursalim / At-Turats Vol. 10 No. 1 (2016) 43 - 51

diwujudkan lewat tenaga pendidikan dan Qur’an dan Haditsnya diturunkan bagi “seru
siswa yang merupakan ­anggota masyarakat sekalian alam”. 12
itu sendiri. Hal tersebutlah menurut penulis Maka asumsi penulis inilah yang dise-
yang dikatakan keterkaitan fungsional, kare- but keterkaitan filosofis, karena masyarakat
na antara masyarakat yang menginginkan (manusia) dalam peradabannya memerlukan
masyarakat beradab (madani) terkait dengan sumber inspirasi, sumber pengakuan dan
Pendidikan Islam (lembaga) yang memang sandaran vertikal sehingga peradaban ma-
salah satu fungsinya mencetak individu–­ nusia pada dasarnya tidak hanya dalam kon-
individu yang beradab (madani). teks dapat dipertanggungjawabkan oleh akal
fikiran manusia tetapi dapat dipertanggu-
2. Keterkaitan filosofik ngjawabkan dalam dimensi ketuhanan yang
Pendidikan Islam adalah pendidikan memang diyakini mempunyai kebenaran
yang didasarkan pada nash Al Qur’an dan ­absolut.
Hadits. Jika kita pahami bahwa pendidikan
sebagai peradaban manusia, maka dengan SEKILAS POTRET SISTEM
sendirinya kita dapat mengatakan bahwa EKONOMI ISLAM
proses pendidikan berarti juga aktifitas ma- Menurut ajaran Islam, semua kegia-
nusia itu sendiri dalam membuat sebuah ke- tan manusia termasuk kegiatan sosial dan
budayaan dan peradaban. Maka sudah barang ekonomi haruslah berlandaskan tauhid (ke­
tentu nilai – nilai yang terkandung dalam esaan Allah). Setiap ikatan atau hubungan
Al Qur’an dan Hadits adalah prinsip yang antara seseorang dengan orang lain dan peng-
harus selalu dipegang umat manusia, kare- hasilannya yang tidak sesuai dengan ajaran
na Al Qur’an dan Hadits sebagai kaidah nilai tauhid adalah ikatan atau hubungan yang
bagi setiap manusia, yang berarti untuk men- tidak Islami. Dengan demikian realitas dari
ciptakan masyarakat yang beradab tentunya adanya hak milik mutlak tidak dapat diterima
harus dilandaskan pada ajaran yang baik dan dalam Islam, sebab hal ini berarti mengingkari
benar. tauhid. Manurut ajaran Islam hak milik mut-
Al Qur’an dan Hadits sebagai sum- lak hanya ada pada Allah saja. Hal ini ber­arti
ber Pendidikan Islam memberikan sebuah hak milik yang ada pada manusia hanyalah
ajaran yang baik dan benar dalam aktifitas hak milik nisbi atau relatif. Islam mengakui
kehidupan masyarakat dalam membangun setiap individu sebagai pemilik apa yang di-
peradabannya. Dari sinilah tergambar jelas perolehnya melalui bekerja dalam pengertian
bahwa Al Qur’an dan Hadits sebagai sum- yang seluas-luasnya, dan manusia berhak
ber ilmu mengandung ajaran yang sangat untuk mempertukarkan haknya itu dalam ba-
komprehensif dan integral sehingga melebihi tas-batas yang telah ditentukan secara khusus
porsi layak untuk dijadikan landasan berpijak dalam hukum Islam. Pernyataan-­pernyataan
bagi setiap aktifitas manusia, bahkan kalau dan batas-batas hak milik dalam Islam sesuai
dalam bahasa penulis ajaran tersebut tidak dengan kodrat manusia itu sendiri, yaitu den-
hanya bagi umat Islam yang memang meng­ gan sistem keadilan dan sesuai dengan hak-
akui Al Qur’ an dan Hadits sebagai sumber
ajarannya tetapi bisa juga bagi kelompok non
muslim, karena memang Islam dengan ­ Al Deny Suito (2006). Membangun Masyarakat
12

Madani, hlm. 33

46
Eko Nursalim / At-Turats Vol. 10 No. 1 (2016) 43 - 51

hak semua pihak yang terlibat di dalamnya. 13 sama sifat, kemampuan, dan pelayanannya
Di dalam ajaran Islam terdapat dua dalam masyarakat. 14
prinsip utama, yakni pertama, tidak seorang-
pun atau sekelompok orangpun yang berhak PENDIDIKAN ISLAM MENUJU
mengeksploitasi orang lain; dan kedua, tidak MASYARAKAT MADANI DI ERA
ada sekelompok orangpun boleh memisah- GLOBALISASI: SUATU IKHTIAR
kan diri dari orang lain dengan tujuan untuk MENGHADAPI TANTANGAN
membatasi kegiatan sosial ekonomi di kalan- MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
gan mereka saja. Islam memandang umat ma- (MEA)
nusia sebagai satu keluarga, maka setiap ma- Suatu negara akan memiliki mas-
nusia adalah sama derajatnya di mata ­Allah yarakat yang berperadaban dalam hal ini
dan di depan hukum yang diwahyukannya. penulis menyebut dengan masyarakat
Konsep persaudaraan dan perlakuan yang madani, salah satunya dapat terwujud sebagai
sama terhadap seluruh anggota masyarakat di bentuk hasil (out put) yang diperoleh melalui
muka hukum tidaklah ada artinya kalau tidak proses pendidikan Islam. Kaitannya dengan
disertai dengan keadilan ekonomi yang me- kehidupan era globalisasi, maka tidak bisa
mungkinkan setiap orang memperoleh hak dielakkan lagi jika saat ini Indonesia sudah
atas sumbangan terhadap masyarakat. Allah memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean
melarang hak orang lain, sebagaimana di- (MEA).
jelaskan dalam Q.S. al-Syu’ara ayat 183: Dengan hadirnya ajang MEA ini,
­Indonesia memiliki peluang untuk meman-
Artinya: Dan janganlah kamu merugikan faatkan keunggulan skala ekonomi dalam
manusia pada hak-haknya dan janganlah negeri sebagai basis memperoleh keuntun-
kamu merajalela di muka bumi d­ engan gan. Namun demikian, Indonesia masih
membuat kerusakan;
memiliki banyak tantangan dan risiko-risiko
yang akan muncul bila MEA telah diimple-
Dalam komitmen Islam yang khas dan
mentasikan secara total. Dilihat dari sisi pen-
mendalam terhadap persaudaraan, keadilan
didikan dan produktivitas Indonesia masih
ekonomi dan sosial, maka ketidakadilan da-
kalah bersaing dengan tenaga kerja yang be-
lam pendapatan dan kekayaan bertentangan
rasal dari ­Malaysia, Singapura, dan Thailand
dengan Islam. Akan tetapi, konsep Islam
serta fondasi industri yang bagi Indonesia
dalam distribusi pendapatan dan kekayaan
sendiri membuat Indonesia berada pada pe­
serta konsepsinya tentang keadilan sosial ti-
ringkat keempat di ASEAN.15 (Republika
daklah menuntut bahwa semua orang harus
Online, 2013). 
mendapat upah yang sama tanpa memandang
Oleh karena itu, para risk profession-
kontribusinya kepada masyarakat. Islam men-
al diharapkan dapat lebih peka terhadap fluk­
toleransi ketidaksamaan pendapatan sampai
tuasi yang akan terjadi agar dapat mengantisi-
tingkat tertentu, karena setiap orang tidaklah
pasi risiko-risiko yang muncul dengan tepat.

13
Aji Dedi Mulawarman, Masa Depan
14
https://fixguy.wordpress.com/makalah-
Islam: Dari Paradigma Menuju Metodologi, (Jurnal masyarakat-madani/
Ekonomi Imanensi, Vol. 1 No. 1, September 2013), 15
Republika Online (2013), Indonesia Hanya
hlm. 5 Menduduki Peringkat Empat di ASEAN. 

47
Eko Nursalim / At-Turats Vol. 10 No. 1 (2016) 43 - 51

Para pakar dan ahli ekonomi di Semangat pluralisme, Tingginya sikap to­
­Indonesia memberikan prediksi terkait den- leransi, Tegaknya prinsip demokrasi.17 Dari
gan pasar global yang terjadi di negara-­negara karakteristik tersebut dapat digunakan se-
Asean, salah satunya Indonesia diharapkan bagai dasar pembentukan mental pribadi se­
mampu mempersiapkan diri dari segi hard seorang yang akan siap menghadapi tanta-
skill dan soft skill. Misalnya, dari segi hard ngan arus globalisasi Masyarakat Ekonomi
skill antara lain; mempersiapkan tenaga ter- Asean (MEA).
ampil dan profesional, memiliki pengetahuan
dan pengalaman kerja yang se­suai, serta le- 1. Semangat Pluralisme
galitas sertifikat pengakuan kerja, dan lain Berkenaan dengan masalah plura­
sebagainya. Sedangkan dari segi soft skill lisme, merupakan suatu unsur yang sangat
antara lain; mempersiapkan mental yang asasi dalam masyarakat madani sebagaima-
kuat, memiliki kecerdasan yang holistic yang na diletakkan dasar-dasarnya oleh Nabi, kita
mencakup kecerdasan intelektual, emosional, dapatkan dalam wacana masyarakat sipil
spiritual serta adverstional. Oleh karena itu, (­Indonesia) masih menunjukkan pemahaman
dengan banyaknya peluang dan tantangan yang dangkal dan kurang sejati. Istilah “plu-
yang dihadapi khususnya masyarakat Indone- ralisme” sudah menjadi barang harian dalam
sia, pendidikan Islam harus mampu menguat- wacana umum nasional. Namun dalam mas-
kan sikap mental kemandirian individu, bu- yarakat ada tanda – tanda bahwa orang me-
kan sekadar pelatihan life skill dan hard skill mahami pluralisme hanya sepintas lalu, tanpa
saja, tetapi juga melatih jiwanya dengan men- makna yang lebih mendalam, tidak berakar
goptimalkan soft skill agar memiliki mental dalam ajaran kebenaran.
yang kuat dalam menghadapi tantangan ke- Paham kemajemukan masyarakat
hidupan di era globalisasi. Maka pendidikan atau pluralisme tidak cukup hanya dengan
Islam dengan dasar materi yang berlandaskan sikap mengakui dan menerima kenyataan
Al-Qur’an dan Hadits mencoba memberi masyarakat yang majemuk, tapi harus diser-
solusi alternatif dari sisi pembentukan men- tai dengan sikap yang tulus untuk menerima
tal dengan menciptakan masyarakat madani kenyataan kemajemukan itu sebagai bernilai
(civil society) yang akan membentengi prib- positif, sebagai rahmat Tuhan kepada manu-
adi masyarakat Indonesia. Karena tidak bisa sia, karena akan memperkaya pertumbuhan
dipungkiri bahwa masyarakat ­Indonesia pada budaya melalui interaksi yang dinamis le-
umumnya tidak semuanya siap menghadapi wat pertukaran silang budaya yang beraneka
arus globalisasi pada MEA ini. 16 ragam. Pluralisme harus dipahami sebagai
Kaitannya dengan Masyarakat Eko­ “pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan –
nomi Asean (MEA), merunut pendapat Nur- ikatan keadaban.” Bahkan Pluralisme adalah
cholish Madjid (1949; 21) bahwa masyarakat suatu keharusan bagi keselamatan umat ma-
madani (civil society) identik dengan mas-
yarakat yang mempunyai peradaban mulia,
yang mempunyai karakteristik antara lain;
17
Nurcholish Madjid, “Masyarakat
Madani dan Investasi Demokrasi : Tantangan dan
Kemungkinan” dalam Ahmad Baso, Civil Society
16
Tulus T.H Tambunan, Masyarakat Ekonomi Versus Masyarakat Madani, Arkeologi Pemikiran
ASEAN; peluang dan tantangan bagi UKM ‘”Civil Society” Dalam Islam di Indonesia, (Pustaka
Indonesia, (Policy Paper No: 15 tahun 2013), hlm. 8 Hidayah,Cet. ke – 1, Bandung, 1999), hlm. 21.

48
Eko Nursalim / At-Turats Vol. 10 No. 1 (2016) 43 - 51

nusia, antara lain melalui mekanisme penga- p­ erbedaan yang ada dalam segala hal seperti
wasan dan pengimbangan yang dihasilkan­ ideologi, kepercayaan, agama, suku, ras, war-
nya.18 na kulit dan kepentingan diarahkan pada kon-
Melalui pemahaman pluralisme ada- sep mutualisme simbiosisme (saling mengisi
lah dapat dikatakan salah satu ciri khas mas- atau saling membutuhkan).
yarakat madani (civil society), merupakan
pengemudi utama kemajuan dalam ilmu 2. Tingginya Sikap Toleransi
pengetahuan, masyarakat dan perkembangan Belajar pada sejarah Rasulul-
ekonomi. Suatu negara tidak bisa melihat ter- lah ­ Muhammad SAW ketika memimpin
wujudnya pluralisme politik yang sejati tanpa ­Madinah, nilai–nilai toleransi dijadikan salah
adanya pluralisme ekonomi. Untuk itu, suatu satu “asas” negara Madinah. Pluralitas yang
pemerintahan harus membangun terwujud­ ada di Madinah waktu itu dengan adanya
nya pluralitas politik, partisipatori demokra- pemeluk agama Yahudi dan Nasrani tentu­
si, tidak berpihak pada salah satu kubu yang nya menjadikan nilai toleransi sebagai ajaran
bertarung dalam perang pasar global antar yang secara mutlak harus dilakukan, karena
negara-negara khususnya pada Masyarakat bagaimanapun juga Rasulullah tentunya i­ ngin
Ekonomi Asean (MEA). Berdasarkan pada menunjukkan bahwa Islam sebagai agama
kebijakan ini, maka prioritas utama dari rahmatan lil alamin dengan tidak memerangi
pembangunan ekonomi adalah mengentas- kelompok minoritas, bahkan sebagai jaminan
kan kemiskinan rakyat secara merata dan Rasulullah menjadikan nilai toleransi sebagai
menyeluruh. “konstitusi” yang termaktub dalam piagam
Jadi, dalam perwujudan masyarakat Madinah.20
madani atau civil society adalah pluralisme Kaitannya dengan tantangan pasar
lembaga – lembaga masyarakat sebagai global pada era MEA ini, bahwa masyarakat
penyeimbang institusi negara sangat ditun- Indonesia khususnya dalam bingkai mas-
tut. Merujuk pada peristiwa Piagam ­Madinah yarakat madani (civil society) harus mampu
menjadi tonggak pertama kali diperkenal- menciptakan ekonomi kreatif yang diharap­
kannya umat manusia pada pluralisme, kan dapat mengejar ketertinggalan dari sisi
kebebasan, terutama dibidang agama dan product, marketing dan lain sebagainya.
ekonomi, serta tanggungjawab sosial dan Dalam perspektif ekonomi kreatif, toleransi
politik, khususnya pertahanan.19 dipahami sebagai kesediaan secara sadar, cer-
Dalam konteks yang lebih luas, plu- das, dan terbuka untuk menerima masukan,
ralisme dipahami sebagai sesuatu yang nor- saran, ide, bahkan perbedaan terutama yang
matif, karena kemajemukan sebagai suatu berkaitan dengan rancang bangun dan desain
perbedaan adalah shahih, sehingga mau ti- sebuah produk ekonomi. toleransi mencakup
dak mau motif yang kita kembangkan bukan pula kehendak secara sadar untuk memberi-
untuk menghilangkan perbedaan yang ada, kan atensi atau perhatian dan empati kepada
tetapi bagaimana menjadikan perbedaan – gagasan atau ide yang datang dari luar meski-
pun tidak harus menerimanya. Dengan toler-
Ibid., hlm. 23
18

19
Adnan Buyung Nasution, “Menuju
Penguatan ‘Civil Society“, dalam Masyarakat Nurcholish Madjid (1999), Masyarakat
20

Peradaban, (ILHAM, Semarang, 1997), hlm. 6. Madani…. , hlm. 25.

49
Eko Nursalim / At-Turats Vol. 10 No. 1 (2016) 43 - 51

ansi, kreativitas perekonomian yang diperoleh pimpinan atau bisa jugamelalui pemilihan
dari hasil olah pikir manusia dapat diperbarui anggota-­anggota masyarakat. Dalam sistem
secara terus-menerus, dan pembaruan hanya demokrasi ekonomi, masyarakat adalah
bisa terjadi jika terbuka pintu seluas-­luasnya komponen utama yang harus dimakmurkan,
bagi masuknya nilai-nilai positif dari luar. 21 bukan hanya seorang individu saja. Negara
­Indonesia, merupakan salah satu negara yang
3. Tegaknya Prinsip Demokrasi menganut sistem demokrasi, begitu halnya
Bicara tentang demokrasi, biasanya dalam bidang ekonomi, Indonesia telah me-
orang berbicara tentang interaksi antara ne­ manfaatkan sistem demokrasi ekonomi yang
gara dan civil society (masyarakat madani). berdasarkan pada ketetapan Pancasila dan
Asumsinya adalah, jika civil society (mas- UUD 1945 serta GBHN, sehingga demokrasi
yarakat madani) terbentuk dengan baik maka ekonomi di Indonesia biasa disebut dengan
demokrasi akan berlangsung dengan baik “Sistem Ekonomi Berdasarkan Demokrasi
pula. Dengan demikian demokratisasi dipa- Ekonomi Pancasila”.23
hami sebagai proses pemberdayaan civil so-
ciety (masyarakat madani). KESIMPULAN
Selain itu, konsep masyarakat madani Eksistensi pendidikan Islam dalam
(civil society) yang berkaitan dengan kekua- era globalisasi ini memberikan banyak peru-
tan sosial yang demokratis, progresif dan ter- bahan, terutama berkaitan dengan sikap dan
buka. Maka untuk pembentukan masyarakat mentalitas suatu bangsa. Indonesia, dengan
madani (civil society), perlu menjamin ter- Negara yang mayoritas penduduknya mus-
jadinya proses demokratisasi, yang diseleng- lim sudah sepantasnya memberikan warna
garakan melalui sistem perundang–undangan kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai
dan kelembagaan yang sesuai, serta peletakan ­islami yang pada akhirnya menuju terciptan-
landasan etik dan pengaturan hukum dari pola ya masyarakat madani yang dapat member-
perilaku pemegang kekuasaan.22 ikan perubahan secara signifikan. Di bidang
Kaitannya masyarakat madani (­civil perekonomian, dengan menerapkan karakter-
society) dalam menghadapi era MEA ini, istik masyarakat madani antara lain; seman-
bahwa seluruh elemen masyarakat I­ ndonesia gat pluralisme, sikap toleransi dan demokrasi
hendaknya mampu memahami dalam me­ diharapkan mampu membentuk mentalitas/
nerapkan sikap demokrasi ekonomi yang pribadi bangsa yang kuat dan tangguh dalam
berkaitan dengan pengertian kedaulatan menghadapi berlangsungnya komunitas pasar
rakyat di bidang ekonomi yaitu melalui global Asean saat ini, yang sering kita kenal
serangkaian kegiatan produksi dalam sebuah dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
sistem negara yang dikendalikan oleh semua
masyarakat dan semuanya berada di bawah
DAFTRA PUSTAKA
21
Tulus T.H Tambunan (2013), Masyarakat
Ekonomi ASEAN….. hlm. 12
Abdul Wadud Nafis, Prospek Ahli Ekonomi
22
M. Taufik Abdullah, “Di Sekitar Hasrat
Syariah dalam menghadapi
Ke Arah Masyarakat Madani”, dalam Membangun
Masyarakat Madani Menuju Indonesia Baru
Milenium Ketiga, (Pasca Sarjana UMM dan Aditya Tulus T.H Tambunan (2013), Masyarakat
23

Media, Cet. ke – 1, Yogyakarta, 1999), hlm. 71. Ekonomi ASEAN….. hlm. 20

50
Eko Nursalim / At-Turats Vol. 10 No. 1 (2016) 43 - 51

ASEAN Economic Community, Hidayah,Cet. ke – 1, Bandung,


(Iqtishoduna Vol. 4 No. 1, April 1999)
2014) Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pen-
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Is- didikan Sistematis, (FIP-IKIP
lam, (Bandung: Angkasa, 2003) Yogyakarta, 2000)
Adnan Buyung Nasution, “Menuju Pengua- Tulus T.H Tambunan, Masyarakat Ekonomi
tan ‘Civil Society“, dalam Mas- ASEAN; peluang dan tantangan
yarakat Peradaban, (ILHAM, bagi UKM Indonesia, (Policy Pa-
Semarang, 1997) per No: 15 tahun 2013)
Aji Dedi Mulawarman, Masa Depan Islam:
Dari Paradigma Menuju Metod- https://fixguy.wordpress.com/makalah-mas-
ologi, (Jurnal Ekonomi Imanensi, yarakat-madani/
Vol. 1 No. 1, September 2013) Republika Online (2013), Indonesia Hanya
Deny Suito. Membangun Masyarakat Menduduki Peringkat Empat di
Madani. (Centre For Moderate ASEAN. 
Muslim Indonesia: Jakarta. 2006)
Harun Nasution, Islam Rasional, (Mizan,
Bandung, 1995)
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yo-
gyakarta: Yayasan Bintang Bu-
daya. 1995)
M. Dawam Raharjo, Masyarakat Madani :
Agama, Kelas Menengah dan Pe-
rubahan Sosial, (Pustaka LP3ES,
Cet. ke – 1, Jakarta, 1999)
M. Dawam Raharjo, Sejarah Agama dan
Masyarakat Madani dalam Mem-
bongkar “Mitos” Masyarakat
Madani, (Pustaka Pelajar, Yogya-
karta, 2001)
M. Solly Lubis, Umat Islam Dalam Glo-
balisasi, ( Jakarta: Gema Insani
Press. 1997)
M. Taufik Abdullah, “Di Sekitar Hasrat Ke
Arah Masyarakat Madani”, da-
lam Membangun Masyarakat
Madani Menuju Indonesia Baru
Milenium Ketiga, (Pasca Sarjana
UMM dan Aditya Media, Cet. ke
– 1, Yogyakarta, 1999)
Nurcholish Madjid, “Masyarakat Madani dan
Investasi Demokrasi : Tantangan
dan Kemungkinan” dalam Ah-
mad Baso, Civil Society Versus
Masyarakat Madani, Arkeologi
Pemikiran ‘”Civil Society” Da-
lam Islam di Indonesia, (Pustaka
51

Anda mungkin juga menyukai