Anda di halaman 1dari 19

PERSALINAN NORMAL

Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mendiagnosis gejala dan tanda persalinan normal.
2. Melakukan penanganan persalinan normal.

TEORI
Definisi
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan ( 37-42 minggu), lahir spontan tanpa bantuan alat dengan presentasi belakang kepala
dan berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu ataupun pada janin.
Partus immaturitas adalah kurang dari 28 minggu dan lebih dari 20 minggu dengan berat
janin antara 1000-1500 gram. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil. Primigravida
adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Para adalah wanita yang pernah melahirkan
bayi yang dapat hidup. Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang
hidup untuk pertama kali. Multipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan anak yang
hidup untuk beberapa kali.

Hubungan Fetus dan Jalan Lahir


Hubungan antara bagian-bagian badan fetus satu sama lain. Biasanya fetus dalam keadaan
fleksi, membentuk ovoid mengikuti bentuk kavum uteri (ruangan fundus lebih luas dari serviks).
Fleksi dalam keadaan normal adalah fleksi maksimal (kepala), punggung membungkuk, kedua
tangan bersilang di depan dada dan kedua tungkai bersilang di depan perut . Letak atau lie adalah
hubungan antara sumbu fetus dengan sumbu jalan lahir. Letak memanjang/ longitudinal adalah
sumbu fetus searah / sejajar sumbu jalan lahir. Letak melintang/ tranversal adalah sumbu fetus
tegak lurus terhadap sumbu jalan lahir dan letak oblik adalah sumbu fetus dalam sudut tertentu
dengan sumbu jalan lahir.
Presentasi juga memainkan peranan yang penting yaitu bagian tubuh fetus yang terdapat di
bagian terbawah jalan lahir. Selalunya terdapat tiga jenis yaitu letak lintang atau oblik dan dapat
presentasi bahu atau punggung, letak memanjang dan dapat presentasi kepala atau sungsang
,presentasi kepala dan kemungkinan presentasi belakang kepala, puncak kepala, dahi atau muka.
Terdapat tiga presentasi bokong yaitu presentasi bokong sempurna (complete breech), presentasi
bokong murni (Frank breech), presentasi kaki (footling breech/incomplete breech).

Penyebab persalinan
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti/jelas. Terdapat
beberapa teori antara lain :
1. Penurunan kadar progesteron:
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun
sehingga timbul his.
2. Teori oksitosin:
Akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.

3. Keregangan otot-otot:
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena
isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan
rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-
otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh janin:
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin ternyata juga memegang peranan, karena pada
anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5. Teori prostaglandin:
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, diduga menjadi salah satu sebab permulaan
persalinan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan
secara intravena, intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur
kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air
ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan adalah:
1. Power
Kontraksi dan retraksi otot-otot rahim disertai kerja otot-otot volunter dari ibu, yaitu kontraksi
otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan atau meneran.
2. Passage
Jalan lahir terdiri panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina, dan
introitus (lubang luar vagina). Janin harus dapat menyesuaikan diri dengan jalan lahir tersebut.
3. Passenger
Terutama janin (secara khusus bagian kepala janin) dan plasenta, selaput serta cairan ketuban
atau amnion. Cara penumpang (passanger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor, yakni : ukuran kepala janin, presentasi letak kepala, letak, sikap,
dan posisi janin.
4. Psikologikal respon
Penampilan dan perilaku wanita serta pasangannya secara keseluruhan merupakan petunjuk
yang berharga tentang jenis dukungan yang ia akan perlukan.
5. Posisi ibu
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak memberikan
sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman dan
memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan jongkok.
Selain faktor-faktor tersebut di atas ditambah lagi dengan satu faktor khusus, sebagai contoh
antara lain:
a. Jarak kehamilan < 2 tahun.
b. Umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun.
c. Penyakit ibu.
d. Perdarahan antepartum.
e. Infertilitas.
f. Grandemulti.

Diagnosis persalinan meliputi hal-hal sebagai berikut:


a. Diagnosis dan konfirmasi saat persalinan.
Curigai atau antisipasi adanya persalinan jika wanita tersebut menunjukkan tanda-tanda atau
gejala sebagai berikut:
 Nyeri abdomen yang bersifat intermitten setelah kehamilan 22 minggu.
 Nyeri disertai lendir darah.
 Adanya pengeluaran air dari vagina atau keluarnya air secara tiba-tiba.

Pastikan keadaan inpartu jika:


 Serviks terasa melunak; adanya pemendekan dan pendataran serviks secara progresif selama
persalinan.
 Dilatasi serviks; peningkatan diameter pembukaan serviks yang diukur dalam sentimeter (cm).

b. Diagnosis tahap (Kala) dan fase dalam persalinan.

Kala III dimulai dengan lahirnya bayi dan berakhir dengan pengeluaran plasenta.

c. Penilaian masuk dan turunnya kepala di rongga panggul.


Dilakukan dengan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam
selama kala I pada persalinan dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan temuan-temuan
yang ada pada partograf. Setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal sebagai berikut: warna
cairan amnion, dilatasi serviks, penurunan kepala (dapat dicocokkan dengan periksa luar). Jika
serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis inpartu belum
dapat ditegakkan. Namun bila terdapat kontraksi yang menetap, periksa ulang wanita tersebut
setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada serviks. Jika serviks terasa tipis dan terbuka maka
wanita tersebut dalam keadaan inpartu, jika terdapat perubahan, maka diagnosisnya adalah
persalinan palsu. Saat kala II persalinan, lakukan pemeriksaan dalam setiap jam.
Langkah-langkah pemeriksan dalam:
1. Jelaskan setiap langkah pemeriksaan kepada ibu.
2. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong, anjurkan ibu untuk berkemih dan
membersihkan daerah kelaminnya dengan sabun dan air.
3. Cuci tangan dengan cara furbringer.
4. Mintalah ibu untuk berbaring dengan posisi litotomi.
5. Periksa genitalia eksterna.
6. Buka labia minora ibu dengan salah satu tangan yang bebas. Secara hati-hati masukkan jari
telunjuk dan jari tengah untuk memeriksa keadaan vagina. Bila jari-jari sudah berada di
dalam vagina, jangan keluarkan lagi hingga seluruh pemeriksaan selesai.
7. Lakukan pemeriksaan dalam:
 Vagina: derajat kekeringan dan suhu vagina.vagina yang kering dan hangat mungkin
merupakan akibat dari suatu proses persalinan lama, dehidrasi dan infeksi.
 Luka lama pada vagina mungkin merupakan bekas dari perlukaan atau episiotomi.
 Pematangan dan pembukaan serviks. Serviks biasanya tipis, lunak san membuka secara
bertahap selama persalinan.
 Selaput ketuban.
 Bagian terbawah janin. Apakah kepala telah melalui pintu atas panggul dan masuk ke
rongga panggul. Bila kepala dapat diraba, rasakan dimana letak ubun-ubun kecil dan
sutura sagitalis untuk menilai apakah didapatkan moulase.
8. Keluarkan jari tangan dari vagina.
9. Rendam sarung tangan dalam cairan klorin 0,5%.
10. Cuci kedua tangan setelah pemeriksaan selesai.
11. Bantu ibu dalam posisi yang nyaman.
12. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu atau keluarganya.

Pemeriksaan dalam.
Kemajuan persalinan dengan menilai dilatasi serviks.

Penurunan kepala janin menurut sistem perlimaan.

d. Identifikasi presentasi dan posisi janin

Tabel di bawah ini menunjukkan frekuensi minimal penilaian dan intervensi dalam persalinan
normal.

*Dinilai pada setiap pemeriksaan dalam


Fase-fase persalinan normal
Terdapat empat kala dalam persalinan normal, pertama adalah kala I yaitu dimulai dengan
waktu serviks membuka karena his, kontraksi uterus teratur, makin lama, makin kuat, makin
sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran lendir darah dan berakhir setelah pembukaan
serviks lengkap yaitu bibir portio tidak dapat diraba. Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada
akhir kala I. Terdapat fase laten berlansung selama 8 jam dan fase aktif selama 6 jam. Peristiwa
yang penting dalam kala ini adalah keluar lendir darah (bloody show) dengan lepasnya mucous
plug, terbukanya vaskular pembuluh darah serviks dan pergeseran antara selaput ketuban dengan
dinding dalam uterus. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka menjadikan serviks menipis
dan mendatar dan selaput ketuban pecah spontan.
Kala II berlangsung selama 2 jam, dimulai dengan pembukaan serviks dengan lengkap dan
berakhir dengan saat bayi telah lahir lengkap. Sebelumnya his menjadi lebih kuat, lebih sering,
lebih lama, sangat kuat. Kadang selaput ketuban mungkin juga pecah spontan pada awal Kala II.
Selama kala ini, ibu selalunya rasanya ingin mengedan makin kuat sehingga perineum meregang
dan anusnya membuka. Bagian terbawah janin turun hingga dasar panggul. Kepala dilahirkan
lebih dahulu, dengan suboksiput di bawah simfisis, selanjutnya dilahirkan badan dan anggota
badan janin.
Kala III dimulai pada saat bayi lahir dengan lengkap dan berakhir dengan lahirnya plasenta.
Ini ditandai dengan perdarahan baru atau kadang tidak disertai perdarahan. Keadaan normal,
kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi pusat, plasenta lepas 5-15 menit setelah bayi
lahir.
Kala IV dimulai dengan observasi selama 2 jam post partum. Terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan seperti tanda-tanda vital ibu dalam batas normal, apakah kontraksi uterus baik,
pastikan bahwa perdarahan per vaginam kurang dari 500cc, plasenta dan selaput ketuban sudah
lahir lengkap, pastikan kandung kemih harus kosong dan jika terdapat luka-luka di perineum harus
dirawat segera.

Mekanisme Persalinan Normal


1. Engagement
Bila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggung (PAP), kepala dikatakan sudah
menancap (engaged) pada PAP.
2. Penurunan
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi akibat tiga
kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung dari kontraksi fundus pada
janin dan kontraksi diafragma, serta otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan.
3. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul atau dasar
panggung, maka secara normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke arah dada janin.
4. Putaran paksi dalam
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina ischiadika. Setiap kali terjadi
kontraksi kepala janin diarahkan ke bawah lengkung pubis dan kepala hampir selalu
berputar saat mencapai otot panggul.
5. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh perineum.
Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simphisis pubis, kemudian kepala muncul
keluar akibat ekstensi.
6. Restitusi dan putaran paksi luar
Restitusi adalah gerakan berputar setelah kepala bayi lahir hingga mencapai posisi yang
sama dengan saat ia memasuki PAP. Putaran paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun
dengan gerakan mirip dengan gerakan kepala.
7. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan bayi
dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simphisis pubis.
Mekanisme persalinan normal

Kemajuan persalinan dalam kala I


Hal-hal yang menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I:
a) Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan durasi.
b) Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm per jam selama persalinan fase aktif
(dilatasi serviks berlangsung atau ada di sebelah kiri garis waspada).
c) Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.

Hal-hal yang menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan kala I:
a) Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten, atau
b) Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm per jam selama persalinan fase aktif
(dilatasi serviks berada di sebelah kanan garis waspada), atau
c) Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.

Kemajuan pada kondisi janin


1) Jika denyut jantung janin tidak normal ( <100 atau > 180 denyut per menit), curgai adanya
gawat janin.
2) Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan verteks fleksi sempurna digolongkan
dalam malposisi dan malpresentasi.
3) Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama, tangani penyebab
tersebut.

Kemajuan pada kondisi ibu


Tanda-tanda kegawatan pada ibu:
1) Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin dalam keadaan dehidrasi atau kesakitan
(penanganan dengan hidrasi yang cukup melalui oral atau i.v dan analgetik secukupnya).
2) Jika tekanan darah ibu menurun, kemungkinan terjadi perdarahan.
3) Jika terdapat aseton di dalam urin ibu, kemungkinan kekurangan nutrisi (penanganan dengan
dekstrose i.v).

Kemajuan persalinan dalam kala II


1) Hal-hal yang menunjukkan kemajuan cukup baik dalam persalinan kala II:
 Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir.
 Dimulainya fase pengeluaran
2) Hal-hal yang menunjukkan kemajuan kurang baik dalam persalinan kala II:
 Tidak turunnya janin di jalan lahir.
 Gagalnya pengeluaran pada fase akhir.

ALAT DAN BAHAN


1. Partus set steril terdiri dari:
 Klem tali pusat
 Gunting tali pusat
 Penjepit tali pusat
 Set episiotomi
2. Sarung tangan bersih
3. Duk, kasa dan kapas basah
4. Spuit 3 ml
5. Obat-obatan:
 Oksitosin 3 ampul
 Metergin 1 ampul
 Lidokain 1-2 ampul
6. Pengisap lendir
7. Larutan desinfektan: povidone iodine, savlon, lisol.
8. Gelang nama
9. Handuk

PROSEDUR KERJA
1. Persiapan persalinan:
a. Persiapan ruangan untuk persalinan:
 Ruangan cukup hangat dengan sirkulasi udara yang cukup baik.
 Sumber air bersih yang mengalir dalam jumlah cukup.
 Kamar mandi yang bersih.
 Ruangan yang cukup untuk ibu berjalan-jalan selama proses persalinan, untuk proses
kelahiran bayi dan untuk perawatan ibu serta bayi setelah persalinan. Perhatikan privasi
ibu.
 Ruangan yang bersih untuk persalinan dan perawatan bayi baru lahir.
 Cahaya atau penerangan yang cukup.
b. Persiapan alat dan bahan.
c. Persiapan rujukan.
Bila mungkin selalu ada kendaraan yang tersedia untuk mengantar pasien ke tempat rujukan.

2. Pemeriksaan rutin ibu dalam persalinan:


a. Anamnesis
Tanyakan pada ibu tentang:
 Nama, gravida, paritas, usia, alamat
 Riwayat kehamilan sebelumnya yang berkaitan dengan pemantauan antenatal, riwayat
masalah selama proses persalinan atau kelahiran terdahulu, berat lahir bayi yang terbesar,
riwayat perdarahan paska partus, hipertensi akibat kehamilan.
 Riwayat penyakit yang diderita.
 Riwayat kehamilan ini.
- Pernahkah ibu memeriksakan kehamilannya? Bila ya, tanyakan apakah membawa kartu
ibu?
- Sejak kapan ibu merasa mules?
- Apakah sudah mulai teratur?
b. Pemeriksaan fisik abdomen
Tujuan: untuk menentukan letak dan presentasi janin, turunnya bagian janin yang
terbawah, tinggi fundus uteri dan denyut jantung janin. Hal-hal yang dilakukan sebelum
melakukan pemeriksaan:
 Mintalah ibu untuk mengosongkan kandung kemih bila perlu.
 Bantulah ibu untuk santai, letakkan sebuah bantal di bawah kepala dan bahunya. Fleksikan
lututnya, jika gelisah suruhlah menarik nafas panjang.
 Cuci tangan sebelum memeriksa, keringkan dan usahakan agar tangan cukup hangat.
 Ukur suhu badan ibu dan nadi.
 Periksa kondisi ibu secara umum (dehidrasi, nyeri, kecemasan dan kebersihan).
3. Penanganan proses persalinan sesuai fase persalinan:
Kala I
Diagnosis:
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan kontraksi teratur
minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Penanganan:
1) Bantulah ibu dalam persalinan jika tampak gelisah, ketakutan, kesakitan:
 berikan dukungan dan yakinkan dirinya.
 berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinan.
 dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif terhadap keluhannya.
2) Jika tampak kesakitan, asuhan yang dapat diberikan:
 Lakukan perubahan posisi
 Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur, sebaiknya
dianjurkan ibu tidur miring ke kiri.
 Sarankan ia untuk berjalan.
 Ajaklah orang yang menemaninya (suami/ibunya) untuk memijat/menggosok
punggungnya atau membasuh mukanya di antara kontraksi.
 Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya.
 Ajarkan kepadanya teknik bernafas: ibu diminta untuk menarik nafas panjang, menahan
nafasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu
terasa kontraksi.
 Jika diperlukan, berikan petidin 1 mg/kgBB (tetapi jangan melebihi 100 mg) i.m atau i.v
secara perlahan, atau morfin 0,1 mg/kgBB (i.m), atau tramadol 50 mg peroral atau 100
mg supositoria atau metamizol 500 mg per oral.
3) Menjaga privasi ibu dalam persalinan, seperti menggunakan penutup tirai, tidak
menghadirkan orang lain tanpa seizinnya.
4) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi, prosedur yang akan
dilaksanakan serta hasil-hasil pemeriksaan.
5) Membolehkan ibu untuk mandi dan membersihkan sekitar kemaluannya setelah buang air
kecil/besar.
 Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara menggunakan
kipas angin/ AC/ kipas biasa dan anjurkan ibu untuk mandi.
6) Berikan cukup minum untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi.
7) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
8) Pemantauan dilakukan seperti dalam table frekuensi minimal penilaian dan intervensi dalam
persalinan normal.

Kala II
Diagnosis:
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
Penanganan:
1) Memberi dukungan terus-menerus kepada ibu dengan:
 mendampingi ibu dengan agar merasa nyaman.
 menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu.
2) Menjaga kebersihan diri:
 ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi.
 jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan.
3) Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan ibu.
4) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu, dengan
cara:
 menjaga privasi ibu.
 penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan.
 penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu.
5) Mengatur posisi ibu, dalam membimbing mengedan dapat dipilih posisi berikut:
 jongkok
 menungging
 tidur miring
 setengah duduk
posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya
trauma vagina dan perineum dan infeksi.
6) Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesering mungkin.
7) Memberi cukup minum: untuk memberi tenaga dan mencegah dehidrasi.

Episiotomi tidak lagi dianjurkan sebagai prosedur rutin, tidak terbukti bahwa episiotomi
rutin menurunkan angka kerusakan perineum, prolaps vagina di masa mendatang, atau
inkontinensia urin. Kenyataaannya, episiotomi dikaitkan dengan meningkatnya robekan derajat
ketiga dan keempat dan disfungsi otot spingter anus. Pertimbangkan episiotomi hanya pada
kasus-kasus:
 Persalinan pervaginam dengan komplikasi (sungsang, distosia bahu, forsep, vakum).
 Adanya kekhawatiran akan tidak sembuhnya robekan derajat ketiga dan keempat.
 Gawat janin.
Kelahiran kepala bayi
1) Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala bayi lahir.
2) Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat.
3) Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan.
4) Mengusap muka bayi untuk membersihkan dari kotoran lendir atau darah.
5) Periksa tali pusat:
 jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar, selipkan tali pusat melalui
kepala bayi.
 jika lilitan tali pusat terlalu ketat, tali pusat diklem pada dua tempat kemudian digunting
diantara kedua klem tersebut, sambil melindungi leher bayi.

Kelahiran bahu dan anggota seluruhnya


1) Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya.
2) Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi.
3) Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan.
4) Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
5) Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga
kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi
seluruhnya.
6) Letakkan bayi tersebut di atas perut ibunya.
7) Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai pernafasan bayi.
Catat:
 bayi menangis spontan dalam 30 detik setelah lahir.
 jika bayi menangis/bernafas (30x/ menit) tinggalkan bayi bersama ibu.
 jika bayi tidak bernafas dalam 30 detik setelah lahir, mintalah bantuan dan segera
resusitasi.
8) Klem dan potong tali pusat.
9) Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit dada ibu. Bungkus
bayi dengan kain yang kering dan halus, tutup dengan selimut, dan pastikan kepala bayi
terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh.

Kala III
Penatalaksanaan aktif kala III meliputi:
1) Pemberian oksitosin dengan segera.
2) Pengendalian tarikan pada tali pusat.
3) Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir.

Penanganan:
a. Pemberian oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat
pelepasan plasenta.
b. Lakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) dengan cara:
 satu tangan diletakkan pada korpus uteri, tepat diatas simfisis pubis. Selama kontraksi
tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorsokranial-ke arah belakang dank e
arah kepala ibu.
 Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm di depan vulva.
 jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3 menit).
 Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus menerus, dalam
tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.
c. PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi.
d. Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau klem pada tali
pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai
jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah
jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
e. Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar menimbulkan
kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan paska
persalinan.
f. Periksa pasien dengan seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau vagina atau
perbaiki episiotomi.

Kala IV
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya
harus dipastikan dalam kondisi stabil. Penanganan:
a. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua.
Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras.
b. Periksa tekanan darah, nadi, kantung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
c. Anjurkan ibu untuk minum agar mencegah dehidrasi.
d. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
e. Biarkan ibu istirahat dan bantu diposisikan yang nyaman.
f. Biarkan bayi berdekatan dengan ibu untuk memulai menyusui bayinya sehingga
meningkatkan hubungan bayi dengan ibu.
g. Pastikan ibu sudah berkemih dalam 3 jam paska persalinan.
CHECK LIST SKILL LAB:
PERSALINAN NORMAL

Skor
No. Aspek Penilaian
0 1 2 3
1. Memberikan salam pembuka dan memperkenalkan diri.
2. Memberikan informasi yang jelas dan lengkap, serta meminta
persetujuan pasien.
3. Mempersilahkan pasien untuk buang air kecil.
4. Mempersiapkan alat dan bahan untuk menolong persalinan:
a. Partus set steril terdiri dari:
 Klem tali pusat
 Gunting tali pusat
 Penjepit tali pusat
 Set episiotomi
b. Sarung tangan bersih
c. Duk, kassa dan kapas basah
d. Spuit 3 ml
e. Obat-obatan:
 Oksitosin 3 ampul
 Metergin 1 ampul
 Lidokain 1-2 ampul
f. Pengisap lendir
g. Larutan desinfektan: povidone iodine, savlon, lisol.
h. Gelang nama
i. Handuk
5. Mencuci tangan dan memakai sarung tangna steril
6. Mengenal adanya tanda persalinan kala II dan menyiapkan diri untuk
memberikan pertolongan persalinan
7. Memastikan pembukaan sudah lengkap dan ketuban sudah pecah.
8. Memastikan denyut jantung janin dalam batas normal.
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
9.
meneran.
10. Pimpin pasien untuk meneran dengan tetap memperhatikan kondisi ibu
dan janin.
11. Melakukan persiapan pertolongan kelahiran janin saat kepala janin
tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
I. Menolong kelahiran janin
12. Mengupayakan agar perineum tidak robek spontan saat kepala janin
lahir.
13. Memeriksan kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
14. Menunggu kepala keluar lalu melakukan putaran paksi luar.
15. Menolong melahirkan bahu janin.
16. Menolong kelahiran badan dan tungkai janin.
II. Melakukan penanganan paska bayi lahir
17. Memastikan bayi dapat bernafas spontan.
18. Mengeringkan dan menghangatkan tubuh bayi.
19. Cek fundus uteri ibu.
20. Suntikkan oksitosin 10 IU (i.m).
21. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
22. Letakkan bayi di atas tubuh ibu agar ada kontak kulit ibu dengan kulit
bayi.
23. Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
24. Mengeluarkan plasenta.
25. Melakukan masase uterus dan pastikan uterus telah berkontraksi dengan
baik.
III. Melakukan kemungkinan perdarahan paska persalinan
26. Pastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban telah lahir lengkap.
27. Pastikan tidak ada robekan jalan lahir yang dapat menyebabkan
perdarahan aktif.
IV. Paska Tindakan
28. Melakukan evaluasi kontraksi uterus.
29. Mengajarkan pada ibu/keluarga untuk memeriksa kontraksi uterus dan
memastikan uterus berkontraksi dengan baik.
30. Menilai jumlah perdarahan yang terjadi.
31. Memeriksa tekanan darah dan nadi ibu.
32. Membersihkan ibu.
33. Memastikan ibu merasa nyaman.
34. Membuang bahan-bahan bekas pakai yang terkontaminasi dan
melakukan dekontaminasi alat.
35. Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan
36. Melengkapi rekam medik.

Keterangan Skor Aceh Besar, ................2017


0. Tidak Dilakukan sama sekali Instruktur,
1. Dilakukan tetapi tidak benar (kesalahn >50 %)
2. Dilakukan tetapi tidak benar (kesalahan < 50%)
3. Dilakukan dengan benar

NILAI : Skor Total X 100 = ....... (............................................)


108

Anda mungkin juga menyukai