Anda di halaman 1dari 37

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


RASA NYAMAN PADA NY. S POST OPERASI
SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI
KETUBAN PECAH DINI DI
RUANG KENANGA RSUD
KARANGANYAR

DI SUSUN OLEH :

RIKA DUWI HIDAYAT


NIM.P.09095

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
RASA NYAMAN PADA NY. S POST OPERASI
SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI
KETUBAN PECAH DINI DI
RUANG KENANGA RSUD
KARANGANYAR

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

RIKA DUWI HIDAYAT


NIM. P.09095

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : RIKA DUWI HIDAYAT

NIM : P.09095

Program Studi : DIII KEPERAWATAN

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA NY. S

POST OPERASI SECTIO CAESARIA ATAS

INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG

KENANGA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KARANGANYAR

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta,…..April 2012

Yang Membuat Pernyataan

RIKA DUWI HIDAYAT

NIM. P.09095

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah diajukan oleh :

Nama : RIKA DUWI HIDAYAT

NIM : P.09095

Program Studi : DIII KEPERAWATAN

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

RASA NYAMAN PADA NY. S POST OPERASI SECTIO

CAESARIA ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI

RUANG KENANGA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KARANGANYAR

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi

D3 Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di :

Hari/ Tanggal :

Pembimbing: Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns (……..……………..)


NIK. 201187085

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah diajukan oleh :

Nama : RIKA DUWI HIDAYAT

NIM : P.09095

Program Studi : D3 KEPERAWATAN

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

RASA NYAMAN PADA NY. S POST OPERASI SECTIO

CAESARIA ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI

RUANG KENANGA RSUD KARANGANYAR

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi

D3 Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di :

Hari/ Tanggal :

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns (……..……………..)


NIK. 2011 87 085

Penguji II : Dyah Ekarini, S. Kep., Ns (……..……………..)


NIK. 2001 79 001

Penguji III : Anissa Cindy Nurul Afni, S. Kep., Ns (……..……………..)


NIK. 2011 87 086

Mengetahui,
Ketua Pr ogram Studi DIII Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S. Ke., Ns
NIK. 201084050

iv
MOTTO

1. Usaha yang maximal adalah kunci menuju kesuksesan, dan doa adalah sebagai

tiangnya.

2. Semua kegagalan adalah kunci dari kesuksesan.

3. Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah dengan seni hidup menjadi indah

dengan agama kehidupan menjadi terarah

4. Kebaikan tidak akan bernilai selama di ucapkan akan tetapi bernilai setelah di

kerjakan.

5. Hidup yang penuh kebahagiaan tidak akan terjadi begitu saja, dibutuhkan

banyak doa, kerendahan hati, pengorbanan, dan cinta.

6. Orang yang terbutakan oleh ambisi akan mengangkat dirinya sampai keposisi

tertinggi - posisi yang tak memungkinkan baginya untuk naik lebih tinggi lagi,

sehingga akhirnya dia jatuh dan menderita kerugian besar.

7. Kita tak punya kuasa atas datangnya suatu peristiwa, tetapi kita memiliki

kuasa untuk menentukan sikap dalam merespon peristiwa.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa Karena

berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA NY. S POST OPERASI SECTIO

CAESARIA ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG

KENANGA RSUD KARANGANYAR”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada :

1. Setiyawan, S. Kep., Ns , selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang

telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma

Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S. Kep.,Ns , selaku Sekretaris Ketua Program Stikes

Kusuma Husada Surakarta.

3. Noor Fitriyani, S. Kep., Ns , selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai

penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-

masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi

demi sempurna studi kasus ini.

vi
4. Dyah Ekarini, S. Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurna studi kasus ini.

5. Anissa Cindy Nurul Afni, S. Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurna studi

kasus ini.

6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orang tuaku tercinta dan semua anggota keluarga, yang selalu menjadi

inspirasi, memberikan dukungan, semangat, dan do’a untuk menyelesaikan

pendidikan.

8. Muhammad R. Septyonugroho, yang selalu memberikan dukungan, semangat

dan do’a untuk menyelesaikan studi kasus ini.

9. Teman-teman Mahasiswa Program DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada

Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang

telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermafaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin

Surakarta,…..April 2012

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. iv

MOTTO .............................................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Tujuan Penulisan ............................................................. 4

C. Manfaat penulisan ........................................................... 4

BAB II LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien ................................................................ 6

B. Pengkajian....................................................................... 6

C. Perumusan Masalah Keperawatan ................................... 9

D. Intervensi ........................................................................ 10

E. Implementasi ................................................................... 11

F. Evaluasi .......................................................................... 13

viii
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan .................................................................... 15

B. Simpulan ......................................................................... 23

Daftar Pustaka

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Log Book

Lampiran 3 Format Pendelegasian Pasien

Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data

Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

x
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rika Duwi Hidayat

Tempat, tanggal lahir : Sragen, 02 Januari 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Banaran, Kalijambe, Sragen

Riwayat Pendidikan :

1. TK Dharma Wanita Banaran lulus tahun 1997

2. SD Negeri Banaran II lulus tahun 2003

3. MTs Negeri 1 Gondangrejo lulus tahun 2006

4. SMA Negeri Gondangrejo lulus tahun 2009

Riwayat Pekerjaan :-

Riwayat Organisasi :-

Demikian daftar riwayat hidup, saya buat dengan sebenar-benarnya.

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ukuran keberhasilan suatu pelayanan kesehatan tercermin dari

penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada batas

angka terendah yang dapat dicapai sesuai dengan kondisi dan situasi setempat

serta waktu. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002

sampai 2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada

angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu

bersalin meninggal karena berbagai sebab. Salah satu penyebab dari AKI yaitu

ibu melahirkan atas indikasi ketuban pecah dini (KPD). Insidensi KPD

berkisar 4,5 % sampai 7,6 % dari seluruh kehamilan. Pada ibu post partum

melahirkan bayi prematur berkisar antara 40 % - 60 % dan angka kematian

perinatal bayi prematur meningkat nyata (Puspasari, Nurbaeti, dan Komariah,

2010).

Ketuban pecah dini merupakan proses pecahnya ketuban sebelum

terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya

tanda-tanda persalinan (Manuaba, 2008). Pada ibu hamil dengan ketuban

pecah dini kemungkinan besar menimbulkan risiko tinggi infeksi dan bahaya

kompresi tali pusat, maka dalam penatalaksanaan perawatannya dianjurkan

untuk pemantauan ibu maupun janin dengan ketat. Penatalaksanaan perawatan

klien yang mengalami ketuban pecah dini dalam meminimalkan risiko

1
2

terjadinya infeksi dapat dilakukan dengan cara monitor atau pemantauan tanda

vital ibu dan janin, evaluasi karakteristik cairan ketuban dari tanda-tanda

infeksi, minimalkan pemeriksaan dalam, serta pemeriksaan spesimen vagina

untuk mengetahui ada tidaknya invasi bakteri yang dapat menyebabkan

infeksi. Perawatan lain yang perlu juga dilakukan adalah menjaga kebersihan

diri klien (personal hygiene) dan perawatan untuk kebersihan daerah perineal.

Penatalaksanaan perawatan ketuban pecah dini bisa dilakukan melalui

tindakan kolaboratif dengan tenaga medis (misalnya pembedahan) dan

tindakan keperawatan untuk menghindari bahaya infeksi ketuban pecah dini

(Puspasari, Nurbaeti, dan Komariah, 2010).

Proses persalinan yang lama, persalinan dengan tindakan induksi,

ketuban pecah dini lebih dari 24 jam, serta air ketuban sudah keruh harus

segera dilakukan tindakan pembedahan sectio caesaria karena beresiko sepsis

neonatorum (Manuaba, 2008).

Sectio Caesaria adalah tindakan untuk melahirkan janin dengan

berat badan lebih dari 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang

utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006). Komplikasi post sectio caesaria yang

timbul adalah nyeri pada daerah insisi, potensi terjadinya trombosis, potensi

terjadinya penurunan kemampuan fungsional, penurunan elastisitas otot perut

dan otot dasar panggul, perdarahan, luka kandung kemih, infeksi, bengkak

pada ekstremitas bawah, dan gangguan laktasi (Kurniawati, 2008).

Menurut Maslow, terbebas dari nyeri merupakan kebutuhan dasar

manusia secara fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer


3

dan mutlak harus terpenuhi yang menjadi syarat dasar bagi kelangsungan

hidup manusia guna memelihara homeostasis biologis dan kelangsungan

hidup. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan,

bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang

dalam hal skala atau tingkatannya dan hanya pada orang tersebutlah yang

dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Uliyah

Musrifatul, 2006).

Penyebab nyeri ada 2, yaitu fisik dan psikis. Secara fisik misalnya

penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi maupun

elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah, dan lain-lain.

Secara psikis penyebab nyeri dapat terjadi karena trauma psikologis (Asmadi,

2008).

Hasil studi kasus pada Ny. S dengan post sectio caesaria atas indikasi

KPD ditemukan masalah utama nyeri. Pada trauma mekanik karena tindakan

pembedahan akan menimbulkan nyeri, karena ujung-ujung saraf bebas

mengalami kerusakan akibat sayatan ataupun insisi sehingga serabut saraf

reseptor nyeri terganggu (Asmadi, 2008).

Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

study kasus “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman pada

Ny. S Post Operasi Sectio Caesaria atas Indikasi Ketuban Pecah Dini di Ruang

Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar”.


4

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada Ny. S

dengan post operasi sectio caesaria atas indikasi KPD di Ruang Kenanga

Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman pada pasien post operasi sectio caesaria atas indikasi KPD.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman pada pasien post operasi sectio caesaria atas

indikasi KPD.

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman pada pasien post operasi sectio caesaria atas

indikasi KPD.

d. Penulis mampu melakukan Implementasi pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman pada pasien post operasi sectio caesaria atas indikasi KPD.

e. Penulis mampu melakukan Evaluasi pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman pada pasien post operasi sectio caesaria atas indikasi KPD.

f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada pasien

post operasi sectio caesaria atas indikasi KPD.


5

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman, khususnya dalam

memeberikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman

pada pasien post operasi sectio caesaria atas indikasi KPD.

2. Bagi institusi

Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar

tentang asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan post sectio

caesaria yang nantinya diharapkan dapat memberikan tambahan bagi

perkembangan ilmu dan praktik keperawatan maternitas.


BAB II

LAPORAN KASUS

Bab ini penulis menjelaskan tentang resume “Asuhan Keperawatan

Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman pada Ny.S dengan Post Sectio Caesaria atas

indikasi KPD di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar”.

Resume asuhan keperawatan pada Ny. S meliputi identitas, pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi sesuai masalah keperawatan, implementasi yang telah

dilakukan dan evaluasi.

A. Identitas

Pasien bernama Ny. S, umur 38 tahun, alamat Jenggrik Ganten Kerjo

Karanganyar, beragama islam, masuk rumah sakit pada tanggal 05 April 2012

dengan diagnosa medis post SC atas indikasi Ketuban Pecah Dini.

B. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 April 2012 dengan metode

autoanamnesa dan alloanamnesa.

Pada pengkajian riwayat kehamilan sekarang, pasien mengatakan keluar

cairan banyak dari jalan lahir sejak sehari kemarin, kemudian pasien dibawa

ke Rumah Bersalin bidan setempat. Oleh bidan, pasien dirujuk untuk dibawa

ke Rumah Sakit Umun Daerah Karanganyar. Pada tanggal 5 April 2012 jam

09.30 pasien datang di IGD (Instalasi Gawat Darurat) Rumah Sakit Umum

6
7

Daerah Karanganyar kiriman dari bidan dengan G1 (kehamilan pertama),

hamil 37 minggu KPD. Pasien datang dengan keadaan umum pasien cukup,

tekanan darah: 110/80 mmHg, nadi: 12 x/menit, suhu: 360C, pernafasan: 18

x/menit, TFU: 32 cm, posisi janin: puka, preskep, DJJ: 144 x/menit, his tidak

ada. Pada jam 10.00 dilakukan tindakan operasi sectio caesaria. Jam 11.00

lahir seorang bayi berjenis kelamin laki-laki dengan berat 2900 gram, bayi

lahir dengan keadaan normal, tidak ada cacat fisik. Pada jam 11.45 pasien

dipindahkan ke Ruang Kenanga.

Saat dilakukan pengakajian di ruangan, keluhan utama pasien setelah

dilakukan operasi sectio caesaria yaitu pasien mengatakan nyeri di perut

bawah pusar bekas operasi sectio caesaria, terasa seperti teriris - iris dengan

skala nyeri 5 dan nyeri dirasakan ketika miring ke kiri.

Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga, pasien mengatakan tidak

terdapat penyakit keturunan seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, Jantung.

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat dan

makanan, serta sebelumnya belum pernah dioperasi.

Data pengakajian pola fungsional kesehatan menurut Gordon, yaitu

pola kognitif dan persepsi sensori: pasien mengatakan nyeri di perut bawah

pusar bekas operasi sectio caesaria, terasa seperti teriris-iris dengan skala

nyeri 5, nyeri dirasakan ketika miring ke kiri. Pola aktivitas dan latihan:

sebelum sakit pasien mengatakan dapat beraktifitas secara normal dan

mandiri, selama sakit pasien mengatakan dalam memenuhi aktifitasnya seperti

makan/minum, berpakaian, mobilitas tempat tidur, berpindah, ambulasi


8

dengan bantuan orang lain (skore penilaian 2), pada toileting dengan bantuan

alat (skore penilaian 3). Pola istirahat dan tidur: sebelum sakit pasien

mengatakan dapat tidur dengan nyenyak kurang lebih 6 jam per hari, selama

sakit pasien mengatakan susah tidur dan sering terbangun saat tidur karena

nyeri yang dirasakan post operasi sectio caesaria. Pola seksualitas, pasien

mengatakan haid yang pertama yaitu saat umur 13 tahun, siklus haid 6 hari,

pasien mengatakan belum pernah KB (Keluarga Berencana).

Data pengkajian pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil keadaan

umum pasien cukup baik dengan kesadaran komposmentis, pasien terlihat

miring ke kanan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan

darah: 110/70 mmHg, nadi: 80 x/menit, suhu: 37, 20C, pernafasan: 20 x/menit.

Pada pemeriksaan head to toe, mata: simetris kanan dan kiri, bersih,

konjungtiva tidak anemis. Mulut: kebersihan cukup, tidak sianosis, tidak ada

stomatitis, ada karies gigi, tidak memakai gigi palsu. Telinga: bersih, tidak ada

serumen, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

Hasil pemeriksaan paru-paru didapatkan hasil inspeksi: pengembangan

dada kanan kiri sama, tidak menggunakan otot bantu pernafasan; palpasi:

fokal vremitus kanan kiri sama, tidak ada nyeri tekan; perkusi: sonor diseluruh

lapang paru; auskultasi: bunyi nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.

Hasil pengakajian sistem kardiovaskuler didapatkan hasil inspeksi: Ictus

cordis tidak tampak; palpasi: Ictus cordis teraba di SIC 5; perkusi: pekak;

auskultasi: bunyi Jantung 1 dan II murni, tidak ada suara bising jantung,

pasien mengatakan tidak mempunyai kelainan jantung. Pada pemeriksaan


9

payudara, ASI dan kolostrum belum keluar, papilla mamae menonjol, tidak

terjadi pembengkakan pada areola mamae, hiperpigmentasi areola mamae.

Hasil pemeriksaan abdomen, saat dilakukan pemeriksaan secara

Inspeksi: terdapat luka bekas operasi SC, balutan tidak rembes, ada striae,

panjang balutan ± 12 cm; auskultasi: peristaltik usus 4 x/menit; palpasi: ada

nyeri tekan disekitar area pembedahan (dikuadran VIII: hypogastric).

Hasil pengkajian pada ekstremitas yaitu, pada ekstremitas atas hasilnya

terpasang infus di lengan kanan, tidak ada cacat atau kelainan pada

ekstremitas atas, tidak ada oedem kanan atau kiri. Pada ekstremitas bawah

hasilnya tidak oedem, tidak ada kelainan pada ekstremitas bawah baik kanan

maupun kiri. Hasil pengkajian pada genetalia kebersihan cukup, pada

perineum tidak ada bekas luka episiotomi, keluar lokhea Rubra sebanyak

kurang lebih 25 cc.

Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan

laboratorium: Hemoglobin 11,6 g/dl (nilai normal: 11,7 - 16,2), Leukosit

7,5.103/µl (nilai normal: 5,0 – 10,0)

Terapy obat yang diberikan pada tanggal 5 April 2012 Cefotaxim (2 x

1000 mg), Gentamicin (2 x 80 mg), Alinamin F (1 x 10 ml), Ranitidin (2 x

150 mg), Ketorolax (2 x 10 mg). Tanggal 6 April 2012, Cefotaxim (2 x 1000

mg), Gentamicin (2 x 80 mg), Ketorolax (2 x 10 mg). Tanggal 7 April 2012,

Cefotaxim (2 x 1000 mg), Gentamicin (2 x 80 mg).


10

C. Rumusan Masalah

Hasil pengakajian pada pasien didapatkan data fokus: data subjektif

pasien mengatakan nyeri setelah operasi SC, dengan kualitas seperti teriris-

iris, di perut bawah pusar, dengan skala 5, dan nyeri dirasakan ketika miring

ke kiri. Data objektif berdasarkan hasil observasi pasien terlihat susah tidur

dan sering terbangun karena nyeri, pasien terlihat miring ke kanan untuk

menghindari nyeri. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan

darah: 110/70 mmHg, nadi: 80 x/menit, pernafasan: 20 x/menit.

Dari data tersebut dapat dirumuskan diagnosa keperawatan Nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik.

D. Rencana Keperawatan

Berdasarkan rumusan masalah yang didapatkan, maka penulis

menyusun rencana keperawatan dengan tujuan, setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri teratasi dengan kriteria

hasil: pasien mengatakan nyaman setelah nyeri berkurang skala nyeri kurang

dari 2, tanda-tanda vital normal (tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 60-100

x/menit, respirasi: 16 – 24 x/menit), pasien melaporkan nyeri berkurang

dengan menggunakan managemen nyeri, pasien mampu mengenali nyeri,

pasien mampu mengontrol nyeri dan tidak mengalami gangguan tidur.

Rencana tindakan yang dilakukan yaitu, 1) monitor tanda-tanda vital dengan

rasional tekanan darah dapat meningkat secara dini sehubungan dengan

rangsangan simpatis kemudian turun bila curah jantung terpenuhi dan


11

takikardi juga terjadi pada respon terhadap rangsangan simpatis dan dapat

berlanjut sebagai kompensasi bila curah jantung turun, 2) observasi reaksi non

verbal dari ketidaknyamanan dengan rasional untuk mengetahui respon pasien

tehadap nyeri, 3) lakukan pengkajian karakteristik nyeri secara komprehensif

dengan rasional membantu membedakan nyeri dini dan alat evaluasi

kemungkinan kemajuan menjadi tidak stabil, 4) ajarkan tentang tehnik non

farmakologi untuk mengurangi nyeri: tehnik relaksasi nafas dalam dengan

rasional membantu dalam penurunan persepsi atau respon nyeri dan

memberikan kontrol situasi dan meningkatkan perilaku positif, 5) berikan

posisi yang nyaman dengan rasional menurunkan rangsang eksternal dimana

ansietas dan regangan jantung serta keterbatasan terhadap situasi saat ini, 6)

kolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgetik dengan rasional

mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan system saraf pusat.

E. Implementasi Keperawatan

Setelah merencanakan tindakan keperawatan maka penulis

memberikan tindakan keperawatan pada pasien sesuai perencanaan.

Pada tanggal 5 April 2012 jam 12.00 melakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif, dengan respon subjektif pasien mengatakan nyeri setelah

operasi SC, dengan kualitas seperti teriris-iris, di perut bawah pusar, dengan

skala 5, dan nyeri dirasakan ketika miring ke kiri.


12

Jam 12.10 dilakukan implementasi keperawatan mengobservasi non

verbal dari ketidaknyamanan, dengan respon objektif pasien sering terbangun

saat tidur, pasien terlihat miring ke kanan untuk menghindari nyeri.

Jam 12.15 dilakukan implementasi memonitor tanda-tanda vital,

dengan respon subjektif pasien mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan

tanda-tanda vital. Respon objektif hasil pemeriksaan didapatkan tekanan

darah: 100/70 mmHg, nadi: 80 x/menit, pernafasan: 20 x/menit.

Pada jam 12.30 dilakukan implementasi keperawatan mengajarkan

tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri dengan tehnik relaksasi nafas

dalam, dengan respon subjektif pasien mengatakan bersedia diajarkan tehnik

relaksasi, dari respon objektif pasien mampu melakukan tehnik relaksasi

secara mandiri.

Pada jam 14.00 dilakukan implementasi keperawatan berkolaborasi

dengan dokter untuk pemberian analgetik, dengan respon subjektif pasien

mengatakan bersedia diinjeksi, secara objektif obat telah masuk IV sesuai

program.

Pada tanggal 6 April 2012 jam 09.00 melakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif, dengan respon subjektif pasien mengatakan nyeri setelah

operasi SC, terasa cekit-cekit, diperut bawah pusar, dengan skala 3, dan nyeri

dirasakan ketika miring ke kiri.

Jam 09.15 melakukan implementasi keperawatan mengobservasi non

verbal dari ketidaknyamanan, dengan respon objektif pasien berposisi miring

ke kanan untuk menghindari nyeri.


13

Jam 14.00 dilakukan implementasi berkolaborasi dengan dokter untuk

pemberian analgetik, dengan respon subjektif pasien mengatakan bersedia

diinjeksi, dari respon objektif obat telah masuk IV sesuai program.

Pada tanggal 7 April 2012 jam 10.00 melakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif, dengan respon subjektif pasien mengatakan sudah tidak

nyeri dan sudah bisa tidur.

Jam 10.30 melakukan implementasi mengobservasi non verbal dari

ketidaknyamanan, dengan respon objektif pasien terlihat rileks, tenang, dan

nyaman.

Jam 14.00 dilakukan implementasi berkolaborasi dengan dokter untuk

pemberian analgetik, dengan respon subjektif pasien mengatakan bersedia

diinjeksi, dan respon objektif obat masuk IV sesuai program.

F. Evaluasi

Evaluasi hasil dilakukan setelah penulis selesai melakukan tindakan

sesuai dengan intervensi keperawatan.

Hasil evaluasi pada tanggal 5 April 2012 jam 14.00 WIB yaitu, secara

subjektif pasien mengatakan nyeri setelah operasi SC dengan kualitas seperti

teriris-iris di perut bawah pusar dengan skala 5 dan nyeri dirasakan ketika

miring ke kiri, dari hasil observasi pasien terlihat susah tidur, pasien terlihat

miring ke kanan untuk menghindari nyeri, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

didapatkan tekanan darah: 100/70 mmHg, nadi: 80x/menit, pernafasan: 20

x/menit. Analisa masalah nyeri belum teratasi. Intervensi dilanjutkan yaitu


14

monitor tanda-tanda vital, observasi reaksi non verbal, pengkajian

karakteristik nyeri secara komprehensif, kolaborasi dengan dokter untuk

memberikan analgetik.

Evaluasi tanggal 6 April 2012 jam 13.30 WIB diperoleh hasil subjektif

pasien mengatakan nyeri setelah operasi sectio caesaria seperti cekit-cekit di

perut bawah pusar dengan skala 3 dan nyeri dirasakan ketika miring ke kiri.

Secara objektif pasien terlihat agak rileks, dan obat telah diinjeksikan sesuai

program. Analisa masalah nyeri belum teratasi. Pertahankan intervensi yaitu

monitor tanda-tanda vital, observasi reaksi non verbal, pengkajian

karakteristik nyeri secara komprehensif, kolaborasi dengan dokter untuk

memberikan analgetik.

Evaluasi tanggal 7 April 2012 jam 13.30 WIB, dengan hasil subjektif

pasien mengatakan sudah tidak nyeri dan sudah bisa tidur. Secara objektif

pasien tampak rileks, tenang, nyaman, dan obat masuk IV sesuai program.

Analisa masalah nyeri teratasi. Intervensi dihentikan.


BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

Bab ini penulis akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Rasa Nyaman pada Ny.S dengan Sectio Caesaria atas indikasi Ketuban

Pecah Dini di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar”. Prinsip

dari pembahasan ini penulis memfokuskan pada masalah keperawatan utama pada

pasien sesuai dengan KDM (Kebutuhan Dasar Manusia). Disamping itu, penulis

akan membahas tentang faktor pendukung dan kesenjangan-kesenjangan yang

terjadi antara teori dengan kenyataan yang sesuai dengan tahapan proses

keperawatan pada Ny. S.

A. Pembahasan

Ketuban pecah dini merupakan proses pecahnya ketuban sebelum

terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya

tanda-tanda persalinan (Manuaba, 2008). Ketuban pecah dini kemungkinan

besar menimbulkan resiko tinggi infeksi dan bahaya kompresi tali pusat, maka

dalam penatalaksanaan perawatannya dianjurkan untuk pemantauan ibu

maupun janin dengan ketat (Puspasari, Nurbaeti, dan Komariah, 2010).

Pada kasus ketuban pecah dini lebih dari 24 jam serta air ketuban

sudah keruh maka harus segera dilakukan tindakan pembedahan sectio

caesaria karena beresiko sepsis neonatorum (Manuaba, 2008).

15
16

Hasil pengkajian riwayat kehamilan sekarang, pasien mengatakan

sehari sebelum dibawa ke rumah sakit dengan rujukan bidan, sudah keluar

cairan dari jalan lahir. Umur kehamilan 37 minggu, dari hasil pemeriksaan

abdomen, his tidak ada. Kemudian dilakukan tindakan operasi sectio caesaria

jam 11.00. Pada jam 11.45 pasien dipindahkan ke Ruang Kenanga.

Sectio caesaria adalah prosedur bedah untuk mengeluarkan janin

melalui insisi yang dibuat di abdomen maternal. Indikasi untuk dilakukannya

operasi sectio caesaria antara lain disproporsi sefalo pelvik, gawat janin,

plasenta previa, ketuban pecah dini, pernah sectio caesaria, kelainan letak, pre-

eklamsi dan hipertensi (Adelle Pilliteri, 2002).

Tindakan pembedahan akan menyebabkan ujung saraf khusus

terstimulasi dan mentransmisikan informasi disepanjang lintasan saraf yang

bertindak sebagai peringatan bahwa jaringan rusak sehingga timbul rasa nyeri

(Billington, 2010).

Hasil studi kasus pada Ny. S dengan post operasi sectio caesaria,

pasien mengeluh nyeri setelah dilakukan operasi sectio caesaria, terasa seperti

teriris – iris, di perut bawah pusar bekas operasi sectio caesaria, dengan skala

nyeri 5, dan nyeri dirasakan ketika miring ke kiri.

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan dengan mengacu pada teori

Gordon, antara lain: pola aktivitas dan latihan, setelah melahirkan semua

aktivitas klien dibantu oleh keluarga karena nyeri menghambat aktifitas

pasien. Nyeri yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan pembedahan

menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari, sehingga


17

pergerakan pasien sangat terbatas, dan aktivitas dibantu orang lain (Potter &

Perry, 2006).

Pola istirahat tidur setelah operasi sectio caesaria, pasien mengatakan

susah tidur dan tidurnya sering terbangun karena nyeri yang dirasakan.

Batasan karakteristik nyeri akut salah satunya adalah adanya gangguan tidur

(Heather Herdman, 2011). Siklus tidur yang kurang terjaga mempengaruhi dan

mengatur fungsi fisiologis dan respon perilaku (Potter & Perry, 2006). Tidur

merupakan kebutuhan, bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat.

Tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel –

sel tubuh yang baru, perbaikan sel – sel tubuh yang rusak, memberi waktu

organ tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan

metabolisme dan biokimiawi tubuh (Mass, 2002).

Pada pola kognitif dan persepsi sensori setelah operasi sectio caesaria,

pasien mengatakan nyeri pada seperti teriris-iris, di perut bawah pusar, dengan

skala nyeri 5, dan nyeri saat miring ke kiri. Dari hasil observasi pasien terlihat

miring ke kanan untuk menghindari nyeri. Faktor-faktor fisiologis dan kognitif

berinteraksi dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam mempersepsikan

nyeri, terdapat tiga sistem interaksi persepsi nyeri sebagai sensori

diskriminatif, motivasi afektif dan kognitif evaluatif, persepsi menyadarkan

individu dan mengartikan nyeri itu sehingga individu dapat bereaksi (Potter

dan Perry, 2006).

Berdasarkan pengkajian pada Ny. S ditemukan masalah keperawatan

utama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.


18

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial

atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Dan faktor yang

menyebabkan nyeri tersebut dari agen cidera fisik seperti: biologis, zat kimia,

fisik, psikologis (Heather Herdman, 2011).

Batasan karakteristik nyeri antara lain melaporkan nyeri secara verbal,

gangguan tidur, perubahan posisi untuk melindungi nyeri, perilaku melindungi

area nyeri, perubahan tekanan darah, nadi dan frekuensi pernafasan (Heather

Herdman, 2011).

Hasil pengkajian pada tanggal 5 April 2012 didapatkan data objektif:

pasien mengatakan nyeri setelah operasi SC dengan kualitas seperti teriris-iris

di perut bawah pusar dengan skala 5 dan nyeri dirasakan ketika miring ke kiri.

Data subjektif: pasien terlihat susah tidur, selalu memegangi perut area

pembedahan, pasien terlihat miring ke kanan untuk menghindari nyeri,

tekanan darah: 100/70 mmHg, nadi: 80x/menit. Disini terdapat kesesuaian

antara teori dengan kasus yang ada. Penulis menemukan tanda dan gejala

nyeri dalam kasus post operasi sectio caesaria pada Ny. S yang telah sesuai

dengan batasan karakteristik menurut (Heather Herdman, 2011).

Berdasarkan rumusan masalah yang didapatkan, maka penulis

menyusun rencana keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri teratasi dengan kriteria hasil

menggunakan metode SMART: S (sesuai masalah), M (dapat di ukur), A

(dapat di capai), R (dapat di pertimbangkan), T (time): pasien mengatakan


19

nyaman setelah nyeri berkurang, tanda-tanda vital normal, pasien melaporkan

nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri, pasien mampu

mngenali nyeri, pasien mampu mengontrol nyeri dan tidak mengalami

gangguan tidur. Adapun alasan penulis melakukan tindakan keperawatan

selama 3 kali dalam 24 jam karena keluhan utama pasien post operasi sectio

caesaria adalah nyeri dengan skala 5. Diharapkan tindakan keperawatan yang

diberikan selama 3 kali dalam 24 jam dapat menurunkan skala nyeri yang

bertahap setiap harinya sehingga masalah keperawatan nyeri post operasi

sectio caesaria dapat teratasi dalam waktu yang telah ditentukan.

Rencana tindakan yang dilakukan yaitu, monitor tanda-tanda vital,

tekanan darah dapat meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan

simpatis kemudian turun bila curah jantung terpenuhi dan takikardi juga

terjadi pada respon terhadap rangsangan simpatis dan dapat berlanjut sebagai

kompensasi bila curah jantung turun (Doenges, 2000); observasi reaksi non

verbal dari ketidaknyamanan, dimensi perilaku dari nyeri meliputi serangkaian

perilaku yang dapat diobservasi berhubungan dengan nyeri yang dirasakan dan

bertindak sebagai cara mengkomunikasikan ke lingkungan bahwa seseorang

tersebut mengalami atau merasakan nyeri (Fordyce, 1978); lakukan

pengkajian karakteristik nyeri secara komprehensif, intensitas nyeri adalah

sejumlah nyeri yang dirasakan oleh individu dan sering kali digambarkan

dengan kata-kata seperti ringan, sedang dan berat yang dapat dilaporkan

dengan angka yang menggambarkan skor dari nyeri yang dirasakan.

Sedangkan kualitas nyeri adalah berkaitan dengan bagaimana nyeri itu


20

sebenarnya dirasakan individu. Kualitas nyeri seringkali digambarkan dengan

berdenyut, menyebar, menusuk, terbakar dan gatal. Pada kasus nyeri, pasien

sering melaporkan kualitas nyerinya seperti nyeri tajam, berdenyut, pedih,

menusuk, tertekan berat, atau juga bertambah (Rufaidah, 2007).

Intervensi selanjutnya yaitu: ajarkan tentang tehnik non farmakologi

untuk mengurangi nyeri: tehnik relaksasi nafas dalam, metode pereda non

farmakologis biasanya mempunyai resiko yang sangat rendah. Tindakan

tersebut mungkin diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri yang

berlangsung hanya beberapa detik atau menit, yaitu teknik relaksasi nafas

dalam, dimana relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri

dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Tehnik relaksasi

yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat dan

berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan

dan nyaman Beberapa terapy non farmakologis, seperti teknik relaksasi dan

distraksi dapat mengurangi persepsi nyeri dan dapat digunakan dalam keadaan

perawatan akut dan perawatan tersier di rumah dan pada keadaan restorasi

(Brunner & Suddarth, 2002). Berikan posisi yang nyaman. Menurut Maslow,

terbebas dari nyeri merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisiologis.

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer dan mutlak harus terpenuhi

yang menjadi syarat dasar bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara

homeostasis biologis dan kelangsungan hidup.

Tindakan farmakologi yang dapat diberikan yaitu kolaborasi dengan

dokter untuk memberikan analgetik. Tindakan terapy ini digunakan dalam


21

kombinasi dengan tindakan farmakologis yang bertujuan untuk mengubah

persepsi pasien tentang nyeri, mengubah perilaku nyeri, dan memberi pasien

rasa pengendalian yang lebih besar. Tindakan farmakologis digunakan untuk

penanganan dalam proses pemulihan dari prosedur dan trauma medis yang

menyakitkan. Pendekatan sistematik memungkinkan tenaga kesehatan

berespon cepat terhadap ketidaknyamanan yang pasien alami. Dalam hal ini,

tim perawatan kesehatan berkolaborasi untuk menemukan kombinasi terapy

yang paling baik bagi pasien untuk mengatasi nyeri dengan pemberian obat

seperti analgetik (Potter & Perry, 2006).

Pada tanggal 5 April 2012 jam 12.00 melakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif. Jam 12.10 dilakukan implementasi keperawatan

mengobservasi non verbal dari ketidaknyamanan. Jam 12.15 dilakukan

implementasi memonitor tanda-tanda vital. Jam 12.30 dilakukan implementasi

keperawatan mengajarkan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri

dengan tehnik relaksasi nafas dalam. Jam 14.00 dilakukan implementasi

keperawatan berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik. Kriteria

hasil belum dapat tercapai karena pasien post operasi sectio caesaria hari ke-0.

Nyeri post bedah merupakan nyeri akut yang berlangsung kurang dari 6 bulan

dengan serangan yang muncul mendadak dengan sebab dan daerah nyerinya

yang dapat diketahui (Brunner & Suddart, 2002).

Tanggal 6 April 2012 jam 09.00 melakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif. Jam 09.15 melakukan implementasi keperawatan

mengobservasi non verbal dari ketidaknyamanan. Jam 14.00 dilakukan


22

implementasi berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik. Pada

hari pertama post operasi sectio caesaria, penulis tidak mengajarkan tehnik

non farmakologi: nafas dalam, karena setelah dievaluasi pasien sudah mampu

melakukan tehnik non farmakologi nafas dalam secara mandiri. Penulis tidak

memonitor tanda-tanda vital pasien karena pada saat akan melakukan

pemeriksaan tanda-tanda vital, pasien baru saja tidur . Evaluasi hasil setelah

dilakukan tindakan keperawatan, nyeri telah berkurang dengan menunjukkan

skala nyeri awalnya 5 menjadi 3, pasien sudah terlihat lebih rileks, intervensi

dilanjutkan.

Tanggal 7 April 2012 jam 10.00 melakukan implementasi mengkaji

nyeri secara komprehensif. Jam 11.00 melakukan implementasi keperawatan

mengobservasi non verbal dari ketidaknyamanan. Jam 14.00 dilakukan

implementasi berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik. Setelah

dilakukan tindakan keperawatan, masalah nyeri dapat teratasi dengan melihat

kriteria hasil pasien mengatakan sudah tidak nyeri, sudah bisa tidur, dan secara

objektif pasien terlihat rileks, tenang, dan nyaman.

Hasil evaluasi pada hari Kamis tanggal 5 April 2012, masalah nyeri

belum dapat teratasi. Karena merupakan hari ke-0 post operasi SC. Intervensi

dapat dilanjutkan. Evaluasi hari Jum’at tanggal 6 April 2012, masalah nyeri

belum teratasi, tetapi skala nyeri sudah berkurang dari skala 5 menjadi 3.

Intervensi dipertahankan. Evaluasi hari Sabtu tanggal 7 April 2012, masalah

nyeri sudah teratasi, intervensi dihentikan.


23

Masalah keperawatan nyeri post operasi SC pada Ny. S dapat teratasi

dalam waktu 3x24 jam karena tindakan farmakologi dan non farmakologi yang

diberikan secara maksimal dan kopping adaptif dari pasien baik.

B. Simpulan dan saran

1. Simpulan

Hasil pengkajian pada Ny. S dengan post operasi sectio caesaria atas

indikasi KPD ditemukan masalah nyeri dengan diagnosa keperawatan

yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

Rencana tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan tujuan nyeri

dapat teratasi dengan intervensi : 1) monitor tanda-tanda vital, 2) observasi

reaksi non verbal, 3) pengkajian karakteristik nyeri secara komprehensif,

4) ajarkan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri dengan tehnik

relaksasi, 5) berikan posisi yang nyaman, 6) kolaborasi dengan dokter

untuk memberikan analgetik.

Implementasi yang sudah dilakukan yaitu monitor tanda-tanda vital,

observasi reaksi non verbal, pengkajian karakteristik nyeri secara

komprehensif, ajarkan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri

dengan tehnik relaksasi, berikan posisi yang nyaman, kolaborasi dengan

dokter untuk memberikan analgetik. Pada hari ke-0 post operasi SC telah

sesuai dengan intervensi. Pada hari pertama dan hari ke dua post operasi

SC, ada beberapa implementasi yang tidak terlaksana.


24

Evaluasi hari pertama belum sesuai tujuan evaluasi hari kedua terjadi

penurunan skala dari 5 menjadi 3, serta pasien lebih nyaman dari

sebelumnya. Evaluasi ke tiga sesuai dengan tujuan terjadi penurunan skala

kurang dari 2, pasien mengatakan nyaman.

2. Saran

Melihat hasil kesimpulan di atas, adapun saran sebagai berikut:

a. Bagi Rumah Sakit

Pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri akut post

operasi sectio caesaria penting dilakukaan pemberian tindakan

farmakologi dan non farmakologi untuk mempercepat penyembuhan.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana bagi

mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan

ketrampilannya dalam melalui praktek klinik dan pembuatan laporan.

c. Bagi penulis selanjutnya

Dalam pemberian tindakan non farmakologi alangkah baiknya kalau

tidak hanya tehnik relaksasi nafas dalam, tetapi dengan tindakan yang

lainnya seperti tehnik distraksi, relaksasi otot skeletal dan tehnik non

farmakologi lainnya untuk mengurangi nyeri.

Anda mungkin juga menyukai