Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PATOFISIOLOGI SEL, SISTEM PERTAHANAN TUBUH, DAN

GANGGUAN TRANSMISI ANTAR SEL

A. DEFINISI PATOFISIOLOGI

Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada organisme


yang sakit meliputi asal penyakit, permulaan perjalanan dan akibat.

B. KONSEP PATOFISIOLOGI

Atrofi Metaplasia Displasia Kanker

Cedera Kematian
Hipertrofi Hiperlasia
sel sel

1. Atrofi : - Berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan setelah sel mencapai
ukuran atau jumlah normal.
Penyebab :
 Sel atau jaringan tidak digunakan misalnya, otot individu yang mengalami
imobilisasi atau pada keadaan tanpa berat (gravitasi nol).
 Penurunan rangsang hormone atau saraf terhadap sel atau jaringan.

2. Hipertrofi : - Bertambahnya ukuran suatu sel atau jaringan.

1
- Suatu respons adaptif yang terjadi apabila terdapat peningkatan
beban kerja suatu sel.
Jenis :
 Hipertrofi fisiologis, terjadi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja suatu
sel secara sehat.
 Hipertrofi patologis, terjadi sebagai respons terhadap suatu keadaan.
 Hipertrofi kofensasi terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil alih peran
sel lain telah mati.

3. Hiperlasia : - Peningkatan jumlah sel yang terjadi pada suatu organ akibat
peningkatan mitosis.
- Hanya dapat terjadi pada sel-sel yang mengalami mitosis misalnya,
hati, ginjal, dan jaringan ikat.
Bersifat :
 Hiperlasia fisiologi terjadi akibat setiap bulan pada sel endometrium uterus
selama stadium folikular pada siklus menstruasi.
 Hiperlasia patologis dapat terjadi akibat perangsangan hormone yang
berlebihan.
 Hiperlasia kompensasi terjadi ketika sel jaringan bereproduksi untuk
mengganti jumlah sel yang sebelumnya mengalami penurunan.

4. Metaplasia : - Perubahan sel dari satu subtype ke subtype lainnya.


- Biasanya terjadi sebagai respons terhadap cedera.

5. Displasia : - Kerusakan pertumbuhan sel yang menyebabkan lahirnya sel yang


berbeda ukuran, bentuk, dan penampakannya dibandingkan sel
asalnya.
- Terjadi akibat infeksi sel oleh virus papilloma manusia (human
papilloma virus, HPV).

6. Cedera sel : - Terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap
rangsangan.
- Terjadi apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat
mengalami perubahan dalam ukuran, bentukan, sinstesis protein dan

2
susunan generic.

7. Kematian sel
Jenis :
 Kematian sel nekrotik, terjadi apabila suatu rangsangan yang menyebabkan
cedera pada sel terlalu kuat atau berkepanjangan.
 Apoptosis, yaitu kematian sel yang deprogram. Apoptosis adalah suatu proses
yang ditandai dengan terjadinya urutan teratur terhadap molecular yang
menyebabkan desintegrasi sel.

8. Kanker : - Pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan di


sekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh.
- Terjadi karena profilerasi sel tak terkontrol yang terjadi tanpa batas
dan tanpa tujuan bagi manusia.

C. GANGGUAN TRANSMISI ANTAR SEL

1. Miastenia Gravis : - Gangguan yang mempengaruhi transmisi neuromuscular


pada otot tubuh yang kerjanya di bawah kesadaran seseorang.
- Dasar ketidaknormalan pada miastenia gravis adalah
adanya kerusakan pada transmisi impuls saraf menuju sel-
sel otot karena kehilangan kemampuan atau hilangnya
reseptor normal membrane post sinap pada sambungan
neuromuscular.

D. PATOFISIOLOGI PENYAKIT IMUN


1. Rinitis Alergik : - Penyakit pada saluran napas seperti rhinitis alergik dan asma
ditandai oleh kerusakan jaringan setempat dan disfungsi organ
di saluran napas atas dan bawah akibat respon

3
hipersensitivitas imun yang abnormal.

Berdasarkan penyebabnya Rintis akut (non alergik), disebabkan infeksi atau pada
anak-anak kadang berkaitan dengan konstruksi benda
asing di hidung.

Rintis kronik, terjadi secara terus menerus sering


disebabkan oleh hipersensitivitas alergik.

2. Penyakit Imunodefisiensi Primer (PIP)

PIP merupakan gangguan system imunitas yang terjadi akibat kelainan


genetic. Infeksi berulang adalah salah satu keluhan yang sering dialami anak yang
mengalami PIP. Infeksi bias terjadi di kulit, sinus, tenggorokan, telinga, system
saraf, saluran cerna atau saluran kemih.

3. Penyakit dengan Efek Dini pada Pematangan Sel

a. Severe Combined Immunodefelency Disease (SCID)

Merupakan kelainan genetic yang menyebabkan bagian utama dari system


kekebalan tiruan (sel B dan sel T) lumpuh akibat berbagai kemungkinan yang
disebabkan gen pasien dengan penyakit ini mengalami kekurangan kekebalan.

b. Sindrom Digeorge

Merupakan kelainan kromosom yang biasanya mempengaruhi kromosom.


Beberapa system tubuh berkembang buruk dan mungkin ada masalah medis.
Mulai dari cacat jantung hingga masalah perilaku dan celah langit-langit.

4
c. Agammaglobulinemia terkait X

Merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi system kekebalan tubuh dan


terjadi secara ekslusif pada pria. Orang yang menderita penyakit ini memiliki
sangat sedikit sel B, yang merupakan sel darah putih khusus yang membantu
melindungi tubuh terhadap infeksi.

4. Penyakit akibat Gangguan Fungsi Enzim

a. Defisiensi Adenosine Deaminase (ADA)

Merupakan penyakit yang diturunkan bekerja dengan cara merusak


system imun dan menyebabkan Severe Combined Immunodeficiency (SCID).
Ketidakadaan enzim ADA menyebabkan penumpukan metabolit-metabolit ini
menghambat profilerasi normal limfosit B dan T.

5. Penyakit dengan Gangguan Respons Proloferatifdan Diferensiasi

a. Common Variable Immunodeficiency

Merupakan penyakit heterogen dengan kelainan imunologis primer berupa


penurunan mencolok produksi antibody.

b. Defisiensi Selektif IgA

Kondisi system kekebalan tubuh dimana kekurangan atau tidak memiliki


cukup immunoglobin A (igA). Immunoglobin A (IgA) merupakan suatu protein
yang melawan infeksi (antibody).

6. Penyakit akibat Efek Respons Sitokin

a. Imunodefisiensi

b. AIDS

5
Sekumpulan gejala dan infeksi (atau sindrom) yang timbul karena
rusaknya system kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya
bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Penderita AIDS sudah pasti
terkena HIV. Namun penderita HIV belum tentu terkena AIDS.

6
BAB II

NEUROMUSCULAR

A. KLASIFIKASI SISTEM SARAF

B. PATOFISIOLOGI NEUROMUSCULAR

1. Gangguan pada Sistem Saraf Pusat

a. Stroke : Kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau
berkurangnya akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya
pembuluh darah.

b. Epilepsy : Kondisi yang dapat menjadikan seseorang mengalami kejang secara


berulang. Penyebabnya adalah kerusakan atau perubahan di dalam
otak.

c. Trauma kepala : Kondisi dimana struktur kepala mengalami benturan dari luar
dan berpotensi menimbulkan gangguan pada fungsi otak.

7
2. Gangguan pada Sistem Saraf Perifer

a. Gangguan 12 Saraf Kranial

Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada cranialis atau bias


disebut juga saraf kranial. Berikut masing-masing gangguan pada 12 saraf kranial
:

1. Kelainan pada nervus olfaktovius


Anosmia yaitu suau keadaan berupa gangguan penciuman dapat
bersifat unilateral maupun bilateral.
2. Kelainan pada nervus optikus
Glaucoma yaitu kerusakan saraf mata yang menyebabkan gangguan
penglihatan dan kebutaan. Disebabkan oleh tingginya tekanan bola
mata dan dari diabetes.
3. Kelainan paralisis nervus okulomatorius
Menyebabkan bola mata tidak biisa bergerak ke medial, atas dan
lateral, kebawah dan keluar.
4. Kelainan paralisis nervus troklearis
Menyebabkan bola mata tidak bias bergerak ke bawah dan medial.
5. Kelainan pada paralisis nervus abdusens
Menyebakan bola mata tidak bias bergerak ke lateral
6. Kelainan pada nervus trigeminus
Tumor pada bagian fosa posterior menyebabkan kehilangan reflek
kornea dan rasa baal pada wajah sebagai tanda dini.
7. Kelainan paralisis nervus fasialis
Bell’s Palsy yaitu gangguan akut pada serabut motoric bawah dan
nervus fasialis. Menyebabkan wajah tidak dapat bergerak, mata selalu
terbuka, air mata menggenangi wajah dan makanan bertumpuk pada
sisi ruang dalam mulut.
8. Kelainan pada nervus vestibuloklearis
Menyebabkan gangguan pendengaran dan keseimbangan (vertigo).
9. Gangguan pada komponen sensorik dan motoric
Dari N. IX dan N. X bias mengakibatkan hilangnya refleks menelan
yang beresiko terjadinya aspirasi paru-paru.

8
10. Gangguan N. Xi
Mengakibatkan kelemahan otot bahu dan otot leher.
11. Kerusakan nervus hipoglossus
Disebebakan oleh kelainan di batang otak, kelainan pembuluh darah,
tumor dan syringobulbia. Kelainan tersebut mengakibatkan gangguan
pada pengolahan makanan dalam mulut, gangguan menelan dan
gangguan proses pengolahan makanan dalam mulut.
12. Beberapa gangguan tersebut bisa disebabkan oleh sifilis, diabetes
mellitus, tumor dan meningitis kronis.

b. Gangguan pada 31 pasang saraf spinal

3. Neuromuscular

a. Patofisiologi
Gejala gangguan neuromuscular :
- Kelemahan otot
- Pemborosan otot
- Kram otot
- Spatisitas otot (kekakuan)
- Nyeri otot
- Kesulitan bernafas
- Kesulitan bergerak

Penyebab gangguan neuromuscular :


- Mutasi gen
- Infeksi virus
- Gangguan auotimun
- Gangguan hormonal
- Gangguan metabolic
- Defisiensi diet
- Obat tertentu dan racun

9
b. Klasifikasi Gangguan Neuromuskular

1. Penyakit Neuron Motorik


Kelompok gangguan saraf yang menyebabkan hilangnya kekuatan otot tahap
demi tahap.

2. Neuropati (Kelainan pada fungsi saraf)

• Neuropati perifer
Gangguan atau kelainan saraf mempengaruhi saraf di luar otak dan
saraf tulang belakang.
• Neuropati otonom
Kondisi ini muncul akibat kerusakan sistem saraf involunter.
• Neuropati kranial
Terjadi kerusakan pada salah satu dari 12 saraf kranial.
• Neuropati fokal
Hanya mempengaruhi satu saraf kelompok saraf atau saraf pafa salah
satu bagian tubuh.

3. Gangguan sambungan neuromuscular

Dalam penyakit ini transmisi sinyal untuk bergerak (kontraksi) otot


tersumbat seperti mencoba untuk menjembatani gap antara saraf dan otot.
Penyakit yang paling umum dari gangguan ini adalah myasthenia gravis,
penyakit autoimun,. Dimana system kekebalan tubuh menghasilkan antibody
yang menempel pada sambungan neuromuscular dan mencegah transmisi
impuls saraf ke otot.

4. Miopati

Kelainan otot atau miopati adalah istilah medis yang merujuk pada
beberapa kondisi gangguan otot dalam tubuh.

10
BAB III

PATOFISIOLOGI SISTEM NEUROLOGI II

(NYERI, ALZHEIMER, DEPRESI, SKIZOFRENIA DAN ADIKSI)

A. ADIKSI

Adiksi bersifat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, keadaan


yang membuat kita merasa terikat, karena sudag dibiasakan untuk waktu yang cukup
lama.

1. PATOFISIOLOGI ADIKSI

Kecanduan
obat sakit
kepala

Kecanduan
seks dan
porno

Kecanduan
alkohol dan
rokok

2. CARA MENGATASI ADIKSI

11
Adiksi narkoba
Membantu
pasien untuk
Rehabilitasi melihat bahan
adiksi sebagai
hal yang
semestinya
Pengibatan dilakukan bertahap
dan memerlukan waktu yang Metode
lama Hypnothera
phy
Efektif untuk mengembalikan
pasien ke keadaan awal sebelum
menggunakan narkoba
Adiksi
lainnya

Early problem use (


Abstinensi ( periode Social use (mulai
penyalahgunaan zak
seseorang tidak periode mencoba coba
adiktif dan
menggunakan narkotika zat adiktof untuk tujuan
mempengaruhi perilaku
/ normal hiburan
dan sosial

Early addiction ( tahap


Severe addiction (tidak
ketergantungan dan
peduli terhadap
mengganggu
lingkungan )
lingkungan dan sosial)

B. DEPRESI
Depresi merupakan bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan yang biasa
ditandai dengan kemurungan, kesedihan, kelesuhan, kehilangan gairah hidup,
tidak ada semangat, merasa tidak berdayam dan putus asa.

12
1. PATOFISIOLOGI DEPRESI
Depresi dijelakan dalam beberapa hipotesis yang menyatakan, depresi
disebabkan menurunnya atau berkurangnya jumlah neurotransmitter norepinefrin,
serotonin dan dopamin dalam otak

2. KLASIFIKASI DEPRESI

Gangguan distimia

Klasifikasi depresi Gangguan depresi mayor

Gangguan depresi bipolar

a) Gangguan distimia
Gangguan perasaan depresi yang ditandai dengan gejala kronis dan
berapa pada tingkat keparahan ringan.
Gejala distimia:
 Menurun atau meningkatnya nafsu makan
 Sulit untuk berkonsentrasi
 Mudah putus asa
 Mudah lelah
 Insomnia dan hypersomnia.
b) Gangguan depresi mayor
Depresi yang bersifat searah berupa emosi yang meneteap yang
ditandai dengan susasan hati yang terus tertekan atau kehilangan minat dalam
beeraktifitas.
Gejala depresi mayor :
 Gangguan tidur
 Gangguan makan

13
 Gangguan belajar
 Gangguan untuk menikmati kesenangan
c) Gangguan depresi bipolar
Gangguan yang melibatkan suasan hati yang ekstrim(euphoria),
gangguan tersebut dipicu oleh stress dan tekanan dari kehidupan sehari-hari.

C. ALZHEIMER
Penyakit degenerative otak yang mengakibatkan penurunan daya ingat,
kemampuan berpikir dan berbicara serta perubahan perilaku secara bertahap.

a. Kategori Alzheimer

4. Demensia tahap
3. Demensia lanjut
2. Demensia onset
1. Pre demensia moderat (pada tingkat ini
awal
(alzheimer tingkat (pada tinglat ini terjad tidak dapat
(pada tingkat
ini terjadi terjadi pregresif, mengurus diri
initerjadi gangguan
gangguan kognitif tidak mampu secara mandiri,
bahasa, gangguan
ringan) membaca dan kehilangan
gerakan,dll)
menulis, delusi) kemampuan
verbal)

b. Gejala Alzheimer
1) Hilangnya ingatan yang mengganggu kehidupan sehari-hari
2) Sulit dalam memecahkan msalah sederhana
3) Kebingngan dengan eaktu dan tempat
4) Masalah pemahaman gambar visual dan hubungan spasial

14
D. NYERI
Merupakan sensoris yang bersifat emosional dan subjektif berupa keadaan
tidak menyenangkan dan diakibatkan oleh kerusakan jaringan.

a. Patofisologi
 Migren
Migren ialah nyeri kepala vaskular yang proksimal dan berulang
berlangsung 2-72 jam.
Faktor yang mempengaruhi:
1. Stress
2. Kejutan emosional
3. Makanan tertentu atau alergan yang spesifik
4. Kelelahan fisik dan mental
 Nyeri kepala tegang otot
Nyeri kepala yang timbul akibat kontraksi otot-otot kepala tetus menerus
dan tengkuk karena ketengangan jiwa, misalnya kecemasan kronik atau
depresi.
Gejala klinis:
a. Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal seperti diikat
tali di kepala kadang disertai nyeri kepala berdenyut
b. Disertai gejala mual, muntah, vertigo, lesum sukar tidur, mimpi
buruk, cepat marah,dll.
 Sefalgia klaster
Nyeri kepala ini lebih sering diketemukan pada laki-laki daripada wanita.
Faktor pencetus adalah makana atau minuman yang mengandung alkohol.
Nyeri kepala yang dirasakan biasanya hebat seperti ditusuk-tusuk pada
separuh kepala.
Gejala:
1. Mata merah dan berair
2. Konjungtiva bengkak dan merah
3. Hidung tersumbat

15
E. SKIZOFRENIA
a. Etiologi dan patofisiologi
 Faktor genetik
 Ketidakstabilan neurotransmiter diotak
 Brain disease
 Faktor lingkungan
 Zat zat narkotika

b. Gejala skizofrenia

Positif

Kekacauan proses Kekacauan dari


Halusinasi Waham / delusi
pikir prilaku

Negatif
Penurunan Kurang
Penurunan Penurunan Penurunan
kemampuan perawatan
motivasi inisiatif emosi
bersosialisasi diri

c. Klasifikasi skizofrenia

Tipe Tipe tidak Tipe Tipe


Tipe kabur
paranoid terorganisasi katatonik residual

Ada 2
Terjadi Ada gejala
kriteria
gangguan psikotik
yaitu delusi
berfikir da Kekacauan namun Gejala
dan
perasaan dari perilaku tidak positif pada
halusinasi
yang datar / memenihi intensitas
kriteria lain
terjadi psikomotorik kritera rendah saja
yaitu cara
bersama- untuk jensi
bicara yang
sama paranoid
tidak teratur

16
BAB IV
PATOFISOLOGI SISTEM LIMFOID

Limfosit terdapat sebagai sel yan berada di dalam darah, limfe, jaringan pengikta
dan epitel, terutama dalam lamina propria tractus respiratorius dan tractus digestivus.

1. PATOFISIOLOGI LIMFOID
a. Limfadenitis
Peradangan pada satu atau beberapa kelenjer getah bening. Peradangan
tersebut menimbulkan hiperplasia kelenjer getah bening hingga terasa membesar
secara klinik. Limfadenitis diswbabkan oleh infeksi berbagai oraisme yaitu
bakteri, virus, protozoa, jamur. Streptokokus dan staphylococud adalah oenyebab
paling umum.
 Sumber pembesaran getah bening:
1. Penambahan sel-sel pertahanan tubuh dari kelenjer getah bening
itu sendiri seperti limfosit
2. Benjolan, bisa beruapa tumor baik jinak atau ganas
3. Jika tidak terjad infeksi, kemungkinan besar adalah tumor
 Manifestasi klinis
1. Takikardia
2. Adanya lukah perih berdenyut
3. Anoreksia
4. Malaise
5. Penurunan berat badan, keringat pada malam hari
1. Leukemia
 Klasifikasi leukemia
o Leukemia akut
Menyerang rangakian mieloid disebut leukemia dan limfositik akut
(LNLA).
o Leukemia limfosit akut

17
Merupakan kanker yang paling sering menyerang anak-anak
dibawah umur 15 tahun dengan luncak ind=siden terjadi pada
orang dewasa yang menderita leukemia akut.
o Leukemia kronik
Paling sering terjadi pada orang deqsa usia pertengahan tetapi
dapat juga timbul pada setiap kelompok umur.
2. Limfoma
Limfoma adalha penyakit heterogen keganasan yang mu ncul dari sel
limnfosit jaringan linfoid yang bersifar padat bermanifestasi dalam sumsum tulang
belkakang dari sistem perifel atau dalam jaringan lain dimana terdapat agregat sel
limfosit.
 Pembagian limfoma
o Hodgin
Kelompok keganasan primer ;imfosit yang beraal dari sel Reed-
Steamberg cenderung intradonal lebih pada sel limfosit B
o Non hodgin
Kelompok keganasan rimer limfosit yang berasal fari limfosit B
dan limfosit T.
 Klasifikasi limfoma

stage 1
ditandai dengan adanya satu pembesaran kelenjer limfa

stage 2
ditandai dengan adanya pembesaran kelenjer limfa pada 2 tempat yang berdekatan

stage 3
ditandai dengan adanya pembesaran kelenjer limfa di leher, dada dan abdomen

stage 4
ditandai dengan penyeberan limfoma di kelenjar getah bening dan bagian tubuh
lainnya seperti paru, hati dan tulang

18
BAB V
SISTEM MUSKULOSKELETAL

Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot dan
tulang yang membentuk rangka. Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai
kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mkanik. Tulan adalah baguan
tubuh yang terdiri dari tulang- tulang yang memungkinkan mempertahankan bentuk
sikap dan posisi tubuh.

1. PATOFISIOLOGI MUSKULOSKELETAL

Penyakit yang merusak rangka

Sikap tubuh

Gangguan akibat kecelakaan

Infeksi

Tumor tulang

1. Penyakit yang merusak rangka


 Osteoporosis
Menyebabkan tulang muda retak atau patah.disebabkan oleh karena
tubuh kekurangan zat kapur (kalsium). Untuk mencegah memakan makanan
mengandung vitamin D dan kalsium
 Osteoartritis
Gangguan pada sendi yang bergerak, penyakit ini bersifat kronik
berjalan progresif lambat tidak meradang dan ditandai oleh adanya deterioasi
dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru
 Artritis reumatoid

19
Gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Sekelompok
penyakit jaringan ikat.
 Gout
Merupakan gangguan metabolik, yang ditandai oleh meningkatnya
konsentrasi asam urat.
 TBC Tulang
Kuman TBC dapat pula menyerang tulang. Tulang dapat menjadi
lemah hingga bernanah.
 Polio
Penderita akan mengalami kelumpuhan sehingga lama-kelamaan
tulang akan mengecil.
 Rematik
Menyebabkan rasa nyeri pada persendiaan, terutama dipergelangan
tangan, kaki dan siku. Rasa nyeri juga disertai dengan pembengkakan sendi.
 Rakitis
Merupakan suatu penyakit yang mengakibakan terhambatnya
pertumbuhan tulang, penyakit ini tmbul karena kekuranag vitamin D dan
sinar matahari lagi. Sehingga tulang kaki membentuk X atau O karena tidak
dapat menahan berat tubuh.

2. Sikap tubuh
 Lordosis
Tulang punggung terlalu bengkok kedepan hal ini disebabkan sikap
duduk yang terlalu membusungkan dada ke depan.
 Kifosis
Tulang punggung terlalu bengkok kebelakang, disebabkan sikao duduk
dan berdiri yang sering membungkuk.
 Skoliosis
Tulang punggung terlalu bengkok ke kiri atau ke kanan, disebabkan
oleh sikap duduk yang sering pada posisi miring.

3. Kelainan tulang akibat kecelakaan


 Fraktur

20
Terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesua jenis dan luasnya
atau setiap retak atau patahan tulang yang utuh.
Jenis jenis fraktur:
o Complete fraktur
Patah pada seluruh garis tengah tulang, luas dan melintang.disertai
perpindahan posisi tulang.
o Closed fraktur
Tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh.
o Open fraktur
Fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke
patahan tulang.
4. Nekrosis
Nekrosis adalah sel-sel tulang yang matu mengering yang disebabkan oleh
kerusakan periosteum sehingga menghentkan suplai makanan pada sel-sel.
5. Infeksi
 Artritis eksudatif
Rasa nyeri pada tulang bila digerakkan akibat peradangan pada selaput sendi.
 Artritis sika
Rasa nyeri pada tulang sewaktu digerakkan akibat kekuarang minyak
synovial.
 Rasa sakit sendi pada lutut dan pangkal paha berupa infeksi yang
menghasilkan nanah akibat serangan penyakit kelamin gonorea san sipilis.
 Tulang mengecil dan abnormal akibat seranga penyakit polio pada anak-anak
yang disebabkan virus.
6. Tumor tulang
 Pembentukan tulang rawan jinak
o Osteoma : Pada tulang wajah dan tengkorak. Morfologi pertumbahan
eksofitik ke permukaan tulang secaar histologi dengan tulang normal
o Osteoma osteoid : Pada metafisis femur dan tiibia, morfologi tumor
korteks dintanda dengan nyeri.
o Osteoblastoma : Pada kolumna vertebrata. Morfologi timbul di
prosesus spinus
 Pembentukan tulang rawan ganas

21
- Osteosarkoma primer : Pada metafisis femir distal, tibia proksimal.
Morfologi tumbuh keluar, mengangkat periosteum.
- Osteosarkoma sekunder : Pada femur, humerus, panggul.
Morfologi komplikasi penyakit paget poliostotik
 Pembentukan tulang rawan jinak
- Osteokandroma : Pada metafisis tulang tubular panjang. Morfologi
pertumbuhan tulang dengan lapisan tulang rawan.
- Kondroma : Pada tulamg kecil ditangan dan di kaki. Morfologi
tumor tunggal berbatas tegas yang menyirip dengan tulang rawan
normal.
 Tumor ewing (gaans) pada metafisis. Morfologi timbul di rngga
medularasi.

22
BAB VI
PATOFISIOLOGI SEL DARAH

Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatau larutan koloid cair yang
mengandung elektrolit, daah berperan sebagai medium pertukaran antara sel yang
terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar, serta memiliki sifat protektif terhaap
oraganisme dan khususnya terhadap darah sendiri.

1. PATOFISIOLOGI SEL DARAH MERAH

Anemia Thalasemia Polisitemia

1. Anemia
 Penyebab:
 Gangguan pembentukan eritrosit di sum-sum tulang
Kekurangan bahan pembentuka eritrosit:
 Karena defisiensi zat besi
 Karena defisiensi asam folat
 Karena defisiensi vitamin B12
 Gangguan pembentukan/ penggunaan Fe (zat besi)
 Anemia karena penyakit kronis
 Anemia karena penyakit sideroblastik (gangguan pada cincin
siderobalstik di mitokondria)
 Kerusakan sum-sum tulang
 Anemia aplastik
 Anemia mialoblastik
 Anemia keganasan hematologi

23
 Anemia sindrom miedaplastik
 Anemia dioetotropoetik
 Kekurangan hormon eritroporetin
 Karena pendarahan:
- Akut
- Kronis
 Anemia karena hemolisis (penghancuran sek darah merah sebelum
waktunya)
 Anemia hemolitik intra kosrpuskular : gangguan pada membran
sel eritrosit dan enzim. Gangguan pada hemoglobinopati
(contoh : thalasemia)
 Anemia hemolitik ekstra korpuskular:
- Anemia hemolitik autoimun
- Anemia hemolitik mikroaminopati
 Berdasarkan morfologi
 Berdasarkan ukuran sel:
o Anemia normositik : ukuran normal tapi anemia(karna
menstruasi)
o Anemia makrositik : ukuran eritrosit besar
o Anemia mikrositik : ukuran eritrosit kecil
 Berdasarkan ukuran dan kandungan hemoglobin
o Anemia normokronik : warna HB normal tapi anemia
o Anemia hipokromik : warna HB menurb menjadi pucat
o Anemia hiperkronik : warna BH meningkat menjadi gelap
 Anemia normositik normokrom
o Normal, gabungab dari ukuran sel dan warna hemoglobin
o Karna pendarahan akut dan kronis
o Mengalami gangguan endokrin dan gangguan infeksi
 Anemia makrositik normokromm : ukuran eritrosir besar, HB
nomal
o Anemia defesiensi vitamin B12
o Anemia defisiensi asam folat
o Pasien pada kemoterapi
 Anemia mikrositik hipokrom : ukuran eritrosit kecil, HB menurun
24
o Anemia defisiensi zat besi
o Thalasemia
 Klaisifkasi anemia
1) Anemia aplastik
Suatu gangguan yang mengancam jiwa pada sel induk di sum
sum tulang, yang sel-sel darahnya diproduksi dalam jumlah yang
tidak mencukupi.
2) Anemia defisiensi zat besi
Salha satu jenis anemia yang disbebekan karena kekurangan zat
besi. Disebabkan kehilangan darah sewaktu menstruasi dan
peningkatan kebutuhan besi selama kehamilan
3) Anemia megaloblastik
Disebabkan oelh difisiensi vitamin B12 dan asam folat yang
mengakibatkan gangguan sintesis DNA
4) Anemia sel sabit
Jenis anemia kibat kelanan genetik dimana sel bentuk sel darah
merah tidak normal sehingga mengakibatkan pembulih darah
kekuranga pasokan darah sehat dan oksigen.
2. Thalasemia
Merupakan penyakit anemia hemoliik diamna terjadi kerusakan sel darah
merah di dalam pembulih darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek.
Pembagian thalasemia:
 Thalasemia mayor
Terjadi hila kedua orang tuanya membawa gen pembawa sifat
thalasemia. Penderita bercirikan lemah, pucat, perkembanga fisik tidak
sesuai umur, berat badan berkurang, tidak dapat hidup tanpa tranfusi
darah.
 Thalasemia minor
Gejala yang muncul bersifat ringan bisanaya hanya sebagai pembawa
sifat. Tahalsemia monor digunakan untuk orang normal dapat mewariskan
gen thalasemia pada anak-anaknya
 Thalasemia intermedia

25
Ditandai oleh gambaran klinis dan derajat keparahan yang berada d
anatar bentuk mayor dan minor. Penderita hanya membutuhkan transfusi
darah saat terjadi infeksi.

3. Polisitemia
Merupakan peningkatan jumlah dan volume sel darah merah, salah satu
tandanya adalah hemoglobin meningkat.
 Gejala :
 Gatal seluruh tubuh tanpa ada penyakit kulit terutama setelah
mandi air hangat
 Merasakan nyeri, hangat, dan sensasi rasa terbakar pada telapak
tangan dan kaki.
 Pendarahan gusi dan memar tanpa sebab yang jelas.
 Pembagian polisitemia:
1) Polisitemia primer
Peningkatan sel darah merah adaha karena masalah yang
melekat dalam proses produksi sel darah merah.
2) Polisitemia sekunder
Umumnya terjadi sebagai respon terhadap faktor-faktor lain
atau kondisis yang mendasarinya atau gangguan seperti tumor hati.

A. SEL DARAH PUTIH


Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik
untuk jenis bergranula dan jaringan limpatik umum untuk jensi tak bergranula.

1. PATOFISIOLOGI SEL DARAH PUTIH


a. Leukemia
Penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan sel induk
hematopoetik yang secara malogna melakukam transformasi yang menyebabkan
penekanan dan penggantian unsur sumsum yang norma.
 Klasifikasi leukemia
3) Leukemia akut

26
Keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya
komponen darah normal oleh komponen darah abnormal.
4) Leukemia limfositik akut
Jenis leukemia dengan karekteristik adanya poliferasi dan
akumulais sel-sel potologis dari sistem limfopoetik yang
menyebabnkan organomegali.
5) Leukemia mielositik akut
Leukemia yang mengenai sel sistem hematopoetik yang akan
berdiferensiasi ke semua sel mieloid.
6) Leukemia kronik
Suatu penyakit yang ditandai proliferasi neoplastik dari salah
satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan
hematologi.
7) Leukemia limfositik kronik
Suatu keganasan klonal limfoit B
8) Leukemia granulositik mielositik kronik
Adalah gangguan mieloproliferasi yang ditandai dengan
produksi berlebihan sel mieloid.
b. Limfoma
Adalah tipe kanker daerah yang muncul dalam sistem limfatik yang
menyebkan pembesaran kelenjer getah bening. Disebabkan oleh sel limfosit B
atau T.
B. TROMBOSIT
Trombosit bukan merupakan sel tetapi merupakan fragmen-fragmen sel granular,
berbentuk cakram, tidak berinti, trombosit ini merupakan unsur seluler sumsum tulang
terkecil dan penting untuk koagulasi.

1. PATOFISIOLOGI TROMBOSIT
a. Trombositosis
Peningkatan jumlah treombosit lebih dari 400.000/mm2 dan dapat primer atau
sekunder.
 Pembagian:
9) Trombositosis primer

27
Timbul dala bentuk trombositemua primer yang terjadi proliferasi
abnormal megakariosit dengan jumlah trombosit melebihi 1 juta.
10) Trombositosis sekunder
Terjadi sebagai akibat adanya penyebab-penyabab lain baik secara
sementara setelah stress.
b. Trombositopenia
Jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3. Jumlah trombosit yang rendah ini
dapat merupakan akibat berkurangnya produksi atau meningkatnya penghancuran
trombosit. Penderita cenderung mengalami pendaraan dari venula atau kapiler
kecil.
c. Hemofilia
Adalah gangguan pembekuan darah akibat kekurangan faktor pembekuan
darah terjadi akibat kelainan genetik.
 Klasifikasi hemofilia
11) Hemofilia klasik
Atau hemofilia A, ditemukan adanya defisiensi atau tidak adanya
aktivitas faktor antihemofilia VIII.
12) Hemofilia B atau penyakit chrismas
Ditemukan adanya defisiensi arau tidak adana aktivitas faktor IX.
 Gejala klinis:
13) Pendarahan jaringan lunak, otot,dan sendi terutama sendi-
sendinyang menompang badan
14) Pendarahan berulang kedalam sendi menyebabkan degenerasi
kartilago artikularis.
15) Pendarahan dapat terjadi segera atau berjam-jam setelah cedera.

d. Penyakit won Willebrand

Adalah penyakit yang disebabkan efek pada faktor VIII dalam plasma
disertai ganguan agregasi trombosut pada subendotel dinding pembulih darah
terdapat gejala pendarahan mukokutaneus atau pendarahan pascabedah.

28

Anda mungkin juga menyukai