Makalah Askep Nefrolitiasis Kel 2
Makalah Askep Nefrolitiasis Kel 2
Makalah Askep Nefrolitiasis Kel 2
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Millenia Nurfitriana Shinta D.M (P1337420417009)
Kartika Dwi Suryani (P1337420417009)
Ulyanabila Cahyaningrum (P1337420417009)
Yashinta Febriyanti (P1337420417009)
TINGKAT 2A
Kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-NYA kami dapat menyusun makalah Keperawatan Medikal Bedah II yang
berjudul Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Nefrolitiasis. Selesainya penyusunan ini
berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini kami sampaikan
terima kasih dan penghargaan yang terhormat kepada :
1. Suharto, S.Pd, M. N selaku kaprodi Blora Poltekkes Kemenkes Semarang
2. Bapak tavip Indrayana S. Kep. Ns.MSc selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II
Kami menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan balik yang positif
demi perbaikan perbaikan dimasa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Keperawatan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................
Latar Belakang.................................................................................
Tujuan Penulisan..............................................................................
1. Tujuan Umum......................................................................
2. Tujuan Khusus.....................................................................
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................
PENUTUP........................................................................................
1. KESIMPULAN....................................................................
2. SARAN.................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu
saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal,
pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun
ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah
karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu
uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi
status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia
adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
B. TUJUAN
1. Mahasiswa memahami pengertian, penyebab, jenis, serta tanda dan gejala yang
muncul pada penyakit Batu Ginjal.( nephrolitiasis )
2. Mahasiswa mampu membuat kerangka asuhan keperawatan dengan penyakit Batu
Ginjal (nephrolitiasis)
3. Mahasiswa mampu menggunakan proses keperawatan sebagai kerangka kerja
untuk perawatan pasien penderita Batu Ginjal
BAB I
TINJAUAN TEORI
1.1. Definisi
Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuni dibentuk di dalam
saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi
di dalam urin. ( Nursalam, 2006)
Neprolithiasis : batu yang terbentuk di paremkim ginjal. Ureterolithiasis:
terbentuknya batu diureter. Batu yang terbentuk dapat ditemukan disetiap bagian ginjal
sampai ke kandung kemihn dan uretra dan ukurannya sangat bervariasi dari deposit
granuler yang kecil yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih
yang berwarna oranye.
Nefrolitiasis juga dapat dikatakan sebagai penyakit kencing batu yang terjadi di ginjal
yang menyebabkan tidak bisa buang air kecil secara normal dan terjadi rasa nyeri karena
adanya batu atau zat yang mengkristal di dalam ginjal.
Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa batu ginjal atau
bisa disebut nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi pada saluran perkemihan
karena terjadi pada saluran perkemihan karena terjadi opembentukan batu di dalam ginjal,
yang terbanyak pada bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan pada saluran dan
proses perkemihan.
1.2. Etiologi
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika
terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi
dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin
dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi).
Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya
batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu
keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang
berasal dari lingkungan di sekitarnya.
Faktor intrinsik antara lain:
a. Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun, karena dengan
bertambahnya umur menyebabkan gangguan peredaran darah seperti hipertensi dan
kolesterol tinggi. Hipertensi dapat menyebabkan pengapuran ginjal yang dapat
berubah menjadi batu, sedangkan kolesterol tinggi merangsang agregasi dengan
kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga mempermudah terbentuknya
batu
b. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan. Hal ini karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama
pembentuk batu lebih rendah pada perempuan daripada laki-laki, dan kadar sitrat air
kemih sebagai bahan penghambat terjadinya batu pada perempuan lebih tinggi
daripada laki-laki. Selain itu, hormon estrogen pada perempuan mampu mencegah
agregasi garam kalsium, sedangkan hormon testosteron yang tinggi pada laki-laki
menyebabkan peningkatan oksalat endogen oleh hati yang selanjutnya memudahkan
terjadinya kristalisasi.
c. Hyperkalsemia
Meningkatnya kalsium dalam darah
d. Hyperkasiuria
Meningkatnya kalsium dalam urin
e. Ph urin
f. Kelebihan pemasukan cairan dalam tubuh yang bertolak belakang dengan
keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh
Faktor ekstrinsik diantaranya:
a. Air Minum
Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan terjadinya
pengendapan kalsium dalam pelvis renal akibat ketidak seimbangan cairan yang
masuk.
b. Suhu
Individu yang menetap di daerah beriklim panas dengan paparan ultraviolet tinggi
akan cenderung mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D
(memicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat) serta menyebabkan
pengeluaran keringat yang banyak sehingga mengurangi produksi urin dan
mempermudah terbentuknya batu.
c. Makanan
Kurangnya mengkonsumsi protein dapat menjadi faktor terbentuknya batu
d. Diet
Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.
e. Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktifitas atau sedentary life.
f. Infeksi
Infeksi oleh bakteri yang memecahkan ureum dan membentuk amonium akan
mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam fosfat sehinggga
akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.
1.3.Klasifikasi
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium: kalsium oksalat atau
kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, da sistin, silikat
dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan / komposisi zat yang terdapat pada batu
sangat penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu residif.
a. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 - 80% dari seluruh
batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium
fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu. Faktor terjadinya batu kalsium adalah
hiperkalsiuri, hiperoksaluri, hiperurikosuria, dan hipositraturia
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi
amoniak. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah :
Proteusspp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus.
Meskipun E.coli banyak menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini
bukan termasuk pemecah urea.
c. Batu Asam Urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antaranya 75-
80% batu asam urat terdiri atas asam murni dan sisanya merupakan campuran
kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien gout,
penyakit mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang
banyak mempergunakan obat urikosurik diantaranya adalah sulfinpirazone,
thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein
mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini.
1.4.Manifestasi Klinik
Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut,
kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun
hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu.
Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan
dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria.
1.5.Patofisiologi
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah,
jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga
perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien. Peningkatan konsentrasi
larutan akibat dari intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat
infeksi saluran kemih atau urin stastis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu.
Ditambah dengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium
yang berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat. (Jong, 1996 : 323)
Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urine dan
status cairan pasien. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi
(peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari
iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala
namun secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar biasa
dan tak nyaman
Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa. Pasien
sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar dan biasanya mengandung
darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu dengan diameter <0,5-1 cm keluar spontan.
Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan
muncul mual dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan
ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian
dijadikan dalam beberapa teori :
a. Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal mendukung
terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi
kristal kemudian timbul menjadi batu.
b. Teori Matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5
heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal
sehingga menjadi batu.
c. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui daya
kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat
mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila
terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
d. Teori Epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama, salah satu
batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya.
Contohnya ekskresi asam urayt yanga berlebihan dalam urin akan mendukung
pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
e. Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.
1.6.Pathway Nefrolitiasis
Obstruksi/Penyumbatan di ginjal
Nyeri akut
Intoleransi Aktivitas
1.7.Komplikasi
1.8.Test Diagnostik
1.9.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada batu ginjal, yaitu:
a. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat
dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi
simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan
minum yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian diuretik
bendofluezida 5 – 10 mg/hr.
b. Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk
membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut
nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah
ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan
memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.
c. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang
kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun
demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah
diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain.
Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal
untuk memperbaiki drainase urin. Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
1) Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal
2) Nefrolithotomi/nefrektomi : jika batu terletak didalam ginjal
3) Ureterolitotomi : jika batu berada dalam ureter
4) Sistolitotomi : jika batu berada di kandung kemih
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Asmadi (2008:167) pengkajian merupakan tahap awal dari proses
keperawatan. Disini, semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan
status kesehatan klien saat ini.
Menurut (http://www.dostoc.com) pengumpulan data pada klien
dengannefrolitiasis :
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi, diagnose
medis, dan tanggal medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini. Menurut
(Arif Muttaqin, 2011:110) keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri pada
pinggang. Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan
pendekatan PQRST.
Tabel 2.1 Pengkajian Nyeri dengan pendekatan PQRST
Pengkajian Teknik Pengkajian, Prediksi Hasil, dan implikasi
Klinis
Provoking Tidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan
Incident nyeri, tetapi pada beberapa kasus di dapatkan bahwa
pada perubahan posisi secara tiba-tiba dari berdiri
atau berbaring berubah ke posisi duduk atau
melakukan fleksi pada badan biasanya menyebabkan
keluhan nyeri.
Quality of Kualitas nyeri batu ginjal dapat berupa nyeri kolik
pain ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena
aktivitas peristaltik otot polos system kalises ataupun
ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan
batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik
tersebut menyebabkan tekanan intraluminalnya
meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal
saraf yang memberikan sensai nyeri. Nyeri non-kolik
terjadi akibat peregengan kapsul ginjal karena terjadi
terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Bila
nyeri
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Diagnosa
Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Diagnosa
Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
file:///C:/Users/MILLENIA%20NURFITRIANA/Downloads/172799363-Makalah-
nefrolitiasis.pdf
https://www.academia.edu/26284215/LAPORAN_PENDAHULUAN_NEFROLITIASIS