Anda di halaman 1dari 23

ANALISA DAYA DUKUNG PONDASI BORE PILE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITIS

ABSTRAK
Bangunan yang kokoh pasti memiliki pondasi yang kuat yang menopangnya. Dalam
pemahamannya, pondasi yang kuat adalah pondasi yang mampu menahan beban diatasnya
dan menyalurkan beban kedalam tanah serta mampu untuk menahan gaya-gaya yang berasal
dari luar seperti angin maupun gempa bumi.

Meminimalkan potensi terjadi penurunan maupun kehancuran suatu pondasi sangatlah


penting untuk diketahui. Makanya kita harus dapat mengetahui secara pasti berapa besar daya
dukung dari suatu pondasi tersebut.Maka dalam hal mengetahui besarnya daya dukung
pondasi, penulis dalam hal ini membahas tentang bagaimana besarnya daya dukung pondasi
secara analitis yang mana dalam hal ini mengunakan pondasi Bore Pile.

Besarnya daya dukung yang kita cari ini untuk dapat mengetahui kekuatan pondasi yang
memikul suatu beban yang berada diatasnya dalam hal ini pada proyek Manhattan Mall dan
Condominium.Daya dukung yang dihitung secara analitis ini nantinya akan dibandingkan
dengan perhitungan daya dukung yang dihitung dengan cara loading test maupun secara
Metode Elemen Hingga.Daya dukung yang didapat secara analitis adalah 445,451 ton. Setelah
dibandingkan dengan perhitungan metode lain didapat nilai daya dukung sebesar 501,125 ton
untuk perhitungan secara Loading Test dan secara Metode Elemen Hingga
sebesar571,5ton.Perbedaan yang didapat dipengaruhi oleh bedanya cara atau metode yang
digunakan dalam perhitungan besaranya daya dukung.
1. PENDAHULUAN
Pondasi merupakan bagian paling bawah dari
konstruksi bangunan yang mempunyai peranan yang
sangat penting dan bertugas meletakkan bangunan
dan meneruskan beban bangunan atas (upper
structure/ super structure) ke dasar tanah yang cukup
kuat mendukungnya. Suatu perencanaan pondasi
dikatakan benar apabila beban yang diteruskan
pondasi ke tanah tidak melampaui kekuatan tanah
yang bersangkutan. Apabila kekuatan tanah
dilampaui, maka penurunan yang berlebihan dan
keruntuhan dari tanah akan terjadi. Kedua hal
tersebut akan menyebabkan kerusakan pada
konstruksi yang berada di atas dari pondasi tersebut.
Secara umum, pondasi dapat dibagi dua,
yaitu pondasi dangkal (shallow foundation) dan
pondasi dalam (deep foundation). Pondasi dangkal
biasanya digunakan untuk menahan konstruksi yang
memiliki beban ringan, sedangkan pondasi dalam
digunakan untuk konstruksi yang memiliki beban
lebih berat, yaitu bila kedalaman pondasi yang
dibutuhkan untuk memikul beban sangat besar.
Beban yang dipikul oleh pondasi dalam harus dapat
ditransfer ke lapisan tanah yang cukup keras agar
pondasi mampu memikul beban tersebut.
2. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Umum
Pondasi merupakan bagian paling bawah dari
konstruksi bangunan yang mempunyai peranan yang
sangat penting dan bertugas meletakkan bangunan
dan meneruskan beban bangunan atas (upper
structure/ super structure) ke dasar tanah yang cukup
kuat mendukungnya. Suatu perencanaan pondasi
dikatakan benar apabila beban yang diteruskan
pondasi ke tanah tidak melampaui kekuatan tanah
yang bersangkutan. Apabila kekuatan tanah
dilampaui, maka penurunan yang berlebihan dan
keruntuhan dari tanah akan terjadi. Kedua hal
tersebut akan menyebabkan kerusakan pada
konstruksi yangberada di atas dari pondasi tersebut.
Untuk itu peran pondasi untuk menopang
bangunan di atasnya harus diperhitungkan agar dapat
menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri,
beban – beban yang bekerja, gaya – gaya luar seperti
angin, gempa bumi dan lain sebagainya.
Berdasarkan struktur beton bertulang, pondasi
berfungsi untuk :
1. Mendistribusikan dan memindahkan beban –
beban yang bekerja pada struktur bangunan
di atasnya ke lapisan tanah dasar yang dapat
mendukung struktur tersebut.
2. Mengatasi penurunan yang berlebihan dan
penurunan yang tidak sama pada struktur di
atasnya.
3. Memberi kestabilan pada struktur dalam
memikul beban horizontal akibat angin,
gempa bumi dan sebagainya.
Banyak cara dalam menentukan pemilihan
pondasi yang akan digunakan antara lain beban yang
direncanakan bekerja, jenis lapisan tanah dan faktor
non-teknis seperti biaya konstruksi dan waktu
konstruksi. Pondasi bangunan biasanya dibedakan
atas dua bagian yaitu pondasi dangkal (shallow
foundation) dan pondasi dalam (deep foundation),
tergantung dari letak tanah kerasnya dan
perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi.
Pondasi dangkal kedalamannya kurang atau sama
dengan lebar pondasi (D < B) dan dapat digunakan
jika lapisan tanah kerasnya terletak dekat dengan
permukaan tanah. Sedangkan pondasi dalam
digunakan jika lapisan tanah keras berada jauh dari
permukaan tanah.
Pondasi Bored Pile adalah suatu pondasi yang
dibangun dengan cara mengebor tanah terlebih
dahulu, baru kemudian diisi dengan tulangan dan
dicor. Tiang bor biasanya dipakai pada tanah yang
stabil dan kaku, sehingga memungkinkan untuk
membentuk lubang yang stabil dengan alat bor. Jika
tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk
menahan dinding lubang dan pipa ini ditarik ke atas
pada waktu pengecoran. Pada tanah tiang keras atau
batuan lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk
menambah tahanan dukung ujung tiang.
Daya dukung bored pile diperoleh dari daya
dukung ujung (end bearing capacity) yang diperoleh
dari tekanan ujung tiang dan daya dukung geser atau
selimut (friction bearing capacity) yang diperoleh
dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara bored
pile dan tanah disekelilingnya.Bored pile berinteraksi
dengan tanah untuk menghasilkan daya dukung yang
mampu memikul dan memberikan keamanan pada
struktur atas. Untuk menghasilkan daya dukung yang
akurat maka diperlukan suatu penyelidikan tanah
yang akurat juga. Ada dua metode yang biasa
digunakan dalam penentuan kapasitas daya dukung
bored pile yaitu dengan menggunakan metode statis
dan metode dinamis.
II.2 Kapasitas Daya Dukung Bored Pile
Standard Penetration Test (SPT) adalah
sejenis percobaan dinamis dengan memasukkan suatu
alat yang dinamakan split spoon ke dalam tanah.
Dengan percobaan ini akan diperoleh kepadatan
relative (relative density), sudut geser tanah (Φ)
berdasarkan nilai jumlah pukulan (N).
Perkiraan kapasitas daya dukung pondasi
bore pile pada tanah pasir dan silt didasarkan pada
data uji lapangan SPT, ditentukan dengan perumusan
sebagai berikut:
a. Daya dukung Ujung Tiang
Daya dukung ultimit pada ujung bored pile
dinyatakan sebagai berikut :
Qp=qp.A
Dimana :
Qp = daya dukung ultimit ujung tiang (ton)
qp = tahanan ujung per satuan luas (ton/m²)
A = luas penampang bored pile (m2)
Pada tanah kohesif besar tahanan ujung per
satuan luas (qp) dapat diambil sebesar 9 kali kuat
geser tanah. Sedangkan pada tanah non kohesif,
Reese mengusulkan korelasi antara qp dengan
NSPT.
Untuk tanah kohesif :
qp = 9. Cu
C
u=
23
.N-SPT.10
Reese & Wright mengusulkan korelasi
antara qp dan NSPT seperti terlihat pada Gambar
berikut ini.
Gambar : Daya dukung ujung batas bored pile pada
tanah pasiran (Reese &Wright)
Dimana :
Untuk N < 60 maka qp = 7N (t/m2) < 400 (t/m2)
Untuk N > 60 maka qp = 400 (t/m2)
N adalah nilai rata – rata SPT
Untuk tanah non kohesif rumus yang digunakan
adalah
Qp = qp. Ap
= 7N. A
p
Dimana, N = ￀ +￀
2
b. Daya Dukung Selimut Tiang
Perhitungan daya dukung selimut tiang pada
tanah homogen dapat dituliskan dalam bentuk :
Qs=f.L.p
Dimana :
Qs = daya dukung ultimit selimut tiang (ton)
f = gesekan selimut tiang (ton/m²)
L = panjang tiang (m)
p = keliling penampang tiang (m)
Bila bored pile terletak pada tanah yang berlapis,
maka formula tersebut dapat dimodifikasi
sebagai berikut :
Qs=∑fs.l.p
Dimana :
Qs = daya dukung ultimit selimut tiang (ton)
fs = gesekan selimut tiang (t/m²)
l = panjang tiang (m)
p = keliling penampang tiang (m)
Nilai L dan p untuk perhitungan diatas diperoleh
dari data tiang yang akan digunakan, sedangkan
untuk nilai f diperoleh dari perhitungan
menggunakan metode Reese & Wright (1977).
Gesekan selimut tiang per satuan luas
dipengaruhi oleh jenis tanah dan parameter kuat
geser tanah. Untuk tanah kohesif dan non kohesif
dapat dihitung dengan menggunakan formula :
f=α.C
u
Dimana :
α = Faktor adhesi.
berdasarkan penelitian Resse & Wright (1977)
α = 0,55
C
u = Kohesi tanah (ton/m2)
pada tanah non kohesif :
Untuk N < 53 maka f = 0,32 N (ton/m2)
Untuk 53 < N < 100 maka f diperoleh dari
korelasi langsung dengan NSPT (Resse &
Wright)
II.3 Efesiensi Kelompok Tiang
Berikut adalah metode-metode dalam perhitungan
efisiensi tiang :
1. Metode Conferse-Labare
dimana :
n = Jumlah tiang dalam 1 baris
m = Jumlah baris tiang
D = Diameter tiang
Maka persamaannya adalah :
Eg= 1 – θ ￀ 1 + −1 br>90￀
dimana :
Eg = Efisiensi kelompok tiang(%)
m = Jumlah baris tiang
n = Jumlah tiang dalam satu baris
θ = Arc tg D/S, dalam derajat
Gambar:Definisi Jarak s dalam Hitungan Efisiensi
Tiang
2. Metode Los Angeles
Eg = 1 − br>￀￀.br> ￀− 1 + ￀− 1 +
2(− 1)(− 1) (II.11)
keterangan :
D
Eg = Efisiensi grup tiang
n = Jumlah tiang dalam 1 baris
m = Jumlah baris tiang
D = Diameter tiang
3. Metode Seiler –Keeney
= 1 − 7 ￀12 −1 +￀21 + ￀+,3br>keterangan :
η = Efisiensi grup tiang
n = Jumlah tiang dalam 1 baris
m = Jumlah baris tiang
s = Jarak antar tiang (as ke as)
Selain menggunakan perhitungan
menggunakan nilai efisiensi di atas,
berdasarkan pengalaman beberapa peneliti
juga menyarankan bahwa perilaku grup
tiang di atas tanah pasir mengikuti beberapa
ketentuan berikut :
1. Untuk tiang pancang dengan jarak antar pile,
pusat ke pusat, s > 3d maka besar Qg adalah
sebesar ∑ Qa.
2. Sedangkan untuk bored pile dengan jarak
antar pile, s ≈ 3d maka besar Qg diambil
sebesar 2
3
sampai 3
4
dari ∑ Qa.
Beban maksimum :
Qi = br>br>± ￀ ￀
∑2 ± ￀￀
dimana:
Qi = Gaya pada tiang
X = Absis tiang terhadap titik berat
kelompok tiang
Y = Ordinat tiang terhadap titik
berat kelompok tiang
∑span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;"> &∑span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-
style:normal;font-variant:normal;"> = Jumlah kuadrat absis dan ordinat
tiang
4. Metode Feld
Metode ini mereduksi daya dukung setiap
tiang pada kelompok tiang dengan 1/n untuk
setiap tiang yang berdekatan dan tidak
memperhitungkan jarak tiang, akan tetapi untuk
jarak antar tiang S ≥ 3 maka tiang yang
bersebelahan itu diasumsikan tidak berpengaruh
terhadap tiang-tiang yang ditinjau.
Eff tiang = 1− jumlah tiang yang mengelilingi
jumlah tiang
(II.14)
Total eff tiang = jumlah tiang yang ditinjau x
eff tiang
Eff tiap tiang = total eff tiang
br>Jadi daya dukung tiap tiang menurut Feld :
Daya dukung = eff tiang x Pn
Dimana : Pn = daya dukung tiang tunggal
= jumlah tiang pancang
II.4 Vibrating Wire Strain Gauge (VWSG)
VWSG adalah sensor yang berguna untuk
mencatat perubahan panjang yang sangat kecil yang
disegel dan terbungkus dengan aman. Hasil sensor
dari perubahan panjang yang sangat kecil tersebut
dapat dikonversikan menjadi regangan.
Alat ini dapat membantu untuk mengetahui
reaksi tiang saat diberi beban.. Kita dapat mengetahui
reaksi tiang di tiap lapisan tanah. Sehingga kita
mengetahui pengaruh dari beban maksimum
terdapat pada tiang di lapisan tanah yang mana.
Kegunaan utama dari alat pembaca regangan adalah
menghitung beban dan pembengkokan pada baja,
beton dan gabungan dari bagian struktur. Seperti
aplikasi tersebut dan tidak dibatasi pada:
- Pondasi tiang
- Dinding penahan tanah
- slab lantai
- balok dan kolom
- bendungan
- perancah/ bekisting
- bangunan sementara dan pekerjaan
sementara
- pembangunan jembatan
Karakteristik dari VWSG adalah:
- dapat digunakan dalam jangka waktu
yang panjang
- cocok untuk tanah yang bervariasi
(tidak datar)
- akurasi tinggi
- mampu untuk kabel yang panjang
Alat pengukur regangan dibuat berdasarkan
vibrating wire teknologi berstandart industry. Ketika
aliran listrik terjadi sensor menghasilkan aliran sinyal
yang berfrekuensi yang dapat dikonversi menjadi
regangan. Aliran sanggup merespon sinyal dalam
jarak yang jauh dan tidak menggangu lingkungan.
Sinyal frekuensi mentoleransi atau tahan dari
kebocoran arus dari luar. VWSG didesain dengan
beda konfigurasi yang menyesuaikan lingkungan dan
teknik pengerjaannya.
3. METODE PENULISAN
Diagram alir dalam proses pelaksanakan
penulisan ini:
1. Menentukan latar belakang masalah
2. Melakukan studi literature dari beberapa
sumber
3. Melakukan pengumpulan data
4. Melakukan pengolahan data
5. Menganalisa hasil perhitungan
6. Menyimpulkan hasil analisa yang telah
dilakukan
4. ANALISA DAN PERHITUNGAN
Pada bab ini, penulis akan mengaplikasikan
metode perhitungan daya dukung .Daya dukung tiang
akan dihitung dengan menggunakan data Standard
Penetration Test (SPT)
4.1 Menghitung Kapasitas Daya Dukung Bored
pile dari Data SPT
Perhitungan kapasitas daya dukung bored
pile dari data SPT memakai metode Reese & Wright
dan data diambil pada titik :
BH-P2, BH-P3,
A. Perhitungan kapasitas daya dukung
ultimate pada titik BH-03 :
Data bored pile :
Diameter Tiang (D) = 100 cm
Keliling Tiang (p) = x 100 cm
= 314 cm
= 3,14 m
Luas bored pile = 1
4
. span style="font-family: ;font-size:9pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;"> D2
=1
4
. . 1002
=7.850 cm2
Untuk lapisan tanah kedalaman 12 m :
Qp = qp . Ap
qp = 9 . Cu
C
u=2
3
.N-SPT. 10
= ( 2/3.10 . 10)
=66,66kN/m2 = 6,67 t/m2
qp = 9 . Cu
= 9.6,667 t/m2
= 60,003t/m2
Ap
=1
4
. span style="font-family: ;font-size:9pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;"> D2
=1
4
. span style="font-family: ;font-size:9pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;"> 1 2
= 0,785 m2
Qp = 66,003 t/m2. 0,785 m2
= 47,1 ton
daya dukung selimut beton pada tanah kohesif dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Untuk lapisan tanah kedalaman 12m :
Qs = f . L . p
Dari Persamaan :
f=α.C
u
α = 0,55
f = 0,55. 6,667 t/m2
= 3,66685 t/m2
Qs = f . L . p
=3,66685. 1,5 . 3,14
= 17,27 ton
Untuk lapisan tanah kedalaman 4,5 m:
Qp = qp . Ap
= 7N. A
p
Dimana, N = ￀ +￀
2
.
Ap = 1
4
. span style="font-family: ;font-size:9pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;"> D2
=
14
..12
=0,785 m2
Untuk kedalaman 4,50 m, maka :
Qp = qp . Ap
= 7.N. 0,785
= 7 . 17,375. 0,785
= 97,453 ton
Dari Persamaan ,daya dukung selimut beton untuk
tanah non kohesif dapat dinyatakan sebagai berikut :
Qs = qs . L . p
Untuk N < 53 maka :
qs = 0,32 . N-SPT
= 0,32 . 31
= 9,92 t/m2
Qs = qs . L . p
=9,92.1,5. 3,14
= 46,7232 ton
Qa = ￀

= 506 ,234
2
= 253,117 Ton
B. Perhitungan kapasitas daya dukung
ultimate pada titik BH-02 :
Data bored pile :
Diameter Tiang (D) = 100 cm
Keliling Tiang (p) = x 100 cm
= 314 cm
= 3,14 m
Luas bored pile = 1
4
. span style="font-family: ;font-size:9pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;"> D2
=1
4
. . 1002
=7.850 cm2
Dari Persamaan daya dukung ultimit pada
ujung bored pile tanah kohesif dinyatakan sebagai
berikut :
Untuk lapisan tanah kedalaman 12 m :
Qp = qp . Ap
Dari persamaan:
qp = 9 . Cu
Dari persamaan
C
u=2
3
.N-SPT. 10
= ( 2/3.3 . 10)
=20kN/m2 = 2t/m2
qp = 9 . Cu
= 9.2 t/m2
= 1 8t/m2
Ap
=1
4
. span style="font-family: ;font-size:9pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;"> D2
=1
4
. span style="font-family: ;font-size:9pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;"> 1 2
= 0,785 m2
Qp = 1 8 t/m2. 0,785 m2
= 14,13ton
daya dukung selimut beton pada tanah kohesif dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Untuk lapisan tanah kedalaman 12m :
Qs = f . L . p
Dari Persamaan :
f=α.C
u
α = 0,55
f = 0,55. 2 t/m2
= 1 ,1 t/m2
Qs = f . L . p
=1,1 . 1,5 . 3,14
= 5,181 ton
Untuk lapisan tanah kedalaman 4,5 m:
Qp = qp . Ap
= 7N. A
p
Dimana, N = ￀ +￀
2
.
Ap = 1
4
. span style="font-family: ;font-size:9pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;"> D2
=
14
..12
=0,785 m2
Untuk kedalaman 4,50 m, maka :
Qp = qp . Ap
= 7N . 0,785
= 7 . 25,75. 0,785
= 1 41,496 ton
Dari Persamaan daya dukung selimut beton untuk
tanah non kohesif dapat dinyatakan sebagai berikut :
Qs = qs . L . p
Untuk N < 53 maka :
qs = 0,32 . N-SPT
= 0,32 . 29
= 9,28 t/m2
Qs = qs . L . p
=9,28.1,5. 3,14
= 43,7088 ton
Qa = ￀

= 445 ,451
2
= 222,275 Ton
4.2. Perhitungan Kapasitas Daya dukung Aksial
Kelompok Tiang
1. Metode Converse – Labarre
Dari persamaan Efisiensi kelompok tiang (Eg) :
span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;">
= 1 − − 1 .90￀+￀. ￀ − 1 . ￀ . br>= ￀ ￀= ￀ 1
3
= 18,43 ̊
n=2;m=3
span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;">
= 1 − 3 − 1 .902 +.2. 32 − 1 . 3 . 18,43 ̊
span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;">
= 0,76
= 76 %
Kapasitas Kelompok Ijin Tiang dari Data SPT
Qg = Eg . n . Qa
= 0,76 . 6 . 222,275
= 1013,574 ton
2. Metode Los Angeles Group
Dari persamaan Efisiensi kelompok tiang
(Eg)
span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;">
= 1 − br>￀￀.br> ￀− 1 + ￀− 1 +
2−1−1
span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;">
=1−1
￀3 .2 .3
23−1+32−1+
23−12−1
E
g = 0,826
= 82 %
Kapasitas Kelompok Ijin Tiang dari Data SPT
Qg = Eg . n . Qa
= 0,82 . 6 . 222,275
= 1093,593 ton
3. Metode Seiler – Keeney
Dari Persamaan, efisiensi kelompok tiang (Eg) :
span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;">
= 1 − 7(￀12 −1) + − 21 + ￀+,3 br>span style="font-family: Cambria Math;font-
size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-variant:normal;">
= 1 − 7(119,81×9,281−1 ) 2 +3−21 + 20+,33
E
g= 0,8685
= 86%
Kapasitas Kelompok Ijin Tiang dari Data SPT
Qg = Eg . n . Qa
= 0,86 . 6 . 222,275
= 1146,939 ton
4. Metode Feld
Tipe A = 6 buah
Tipe B = 18 buah
Tipe C = 9 buah
Tipe D = 28 buah
Tipe E = 10 buah
Tipe F = 10 buah
Maka,
Eff=1 − 6
79
= 0,925
Eff=1 − 18
79
= 0,7722
Eff=1 − 9
79
= 0,886
Eff=1 − 28
79
= 0,6456
Eff=1 − 10
79
= 0,8735
Eff=1 − 10
79
= 0,8735
Maka didapat
span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;">
=
0,925 .6 + 0,7722 .18 + 0,886 .9 + 0,6456 .280 + 0,8735 .10 +(0,8735 .10 )
79
span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;">
= 0,79 %
Kapasitas Kelompok Ijin Tiang dari Data SPT
Qg = Eg . n . Qa
= 0,79 . 6 . 222,275
= 1053,5835 ton
4.3. Menghitung Daya Dukung
Horizontal/Lateral Secara Analitis
Daya Dukung Lateral Titik 2
Jenis Tanah : Sand (tanah granuler
= 28,9 kN/m3
= 36,6°
span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;">
= ￀ 45° + ∅2
= ￀ (45° + 36,6°2)
= 3,95
Spesifikasi tiang :
d = 1,0 m
L = 34 m
fc’ = 350 kg/cm2 = 35 Mpa
1. Cek kekakuan tiang akibat beban lateral
pada tiang
E = 4700 span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-
style:normal;font-variant:normal;">
= 4700 35
= 27.805,57498 Mpa
= 27.805.574,98 kN/m2
I=1
64
￀￀ 4
=1
64
￀1 4
= 0,049 m4
T = ￀￀ 1 5= 27 .805 .5747275,98 ×0,049 1 5
= 2,847731 m
4T = 4 x 2,847731 = 11,3909 m
Dari perhitungan di atas, L (34m) >
4T (11,3909 m)……….. tanah termasuk
tiang panjang yakni tiang elastis. Cek
keruntuhan tanah akibat beban lateral.
Agar dapat mengetahui tanah runtuh atau
tidak akibat adanya beban lateral yang
terjadi pada tiang, maka kita harus
menghitung besarnya momen maksimum
yang harus ditahan oleh tiang jika tanah
didesak ke arah horizontal oleh tiang sampai
tanah tersebut runtuh. Bending moment
untuk diameter tiang 1000 mm adalah 106,5
tm = 1065 kNm.
Maka : br>￀ = ￀ ￀ span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-
style:normal;font-variant:normal;"> . span style="font-family: Cambria Math;font-
size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-variant:normal;">
=1,0m.28,9kN/m3.(34m)3.3,95
= 4486748,12 kNm…………. > 1065 kNm
M
max > My, maka tanah tidak akan
runtuh sehingga gaya horizontal
ultimit (Hu) ditentukan oleh kekuatan
bahan tiang dalam menahan beban
momen.
1. Cek nilai H
u yang terjadi
span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;">
=
2br>br>+0,54 ￀ ￀ (Mmax dianggap
sama dengan My)
span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;">
=
2 (1065 )
0+0,54 28 .9 .￀ ,￀ .3 ,95
span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;">
=
2130

0,54span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-
style:normal;font-variant:normal;"> ( ￀
114 .155
)
12
= 2130
H
u = 1211 kN = 121,1 ton
- Secara grafik
Tahanan lateral ultimit =
span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;">
4￀
=
1065
(1 .0)4×28 .9×3 ,95
= 9,329
Nilai tahanan ultimit sebesar 9,329 diplot ke grafik
di bawah, sehingga diperoleh tahanan lateral ultimit
8,8
Gambar :Grafik ultimate lateral resistance dan
ultimate resistance momen
Perhitungan Tanah Lateral Ultimit Secara Grafis
pada titik 2
8,8 =
span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;">
1 3 . 28,9.3,95
= 1004,564 kN
= 100,4564 ton
Hasil yang diperoleh secara analitis tidak jauh
berbeda dengan cara grafis.
5. KESIMPULAN
1. Hasil perhitungan daya dukung ultimit berdasarkan
data SPT adalah sebagai berikut :
Titik Kedala
man
(m)
Q ult (ton) Q izin(ton)
BH-03
BH-02
19,5
19,5
506,234
445,451
253,117
222,275 Kp = tan2(45° +
∅2) = ￀ (45° +
36,6°2) = 3,95
2. Hasil perhitungan daya dukung menggunakan
metode analitis, metode loading test dan metode
elemen hingga adalah sebagai berikut:
 Metode analitis, Qult = 445,451 ton
 Metode loading test, Qult = 501,125 ton
 Metode elemen hingga, Qult = 571,5 ton
Sementara itu, Ahli tanah dari proyek
pembangunan Manhattan Mall dan
Condominium mendapatkan besar daya dukung
sebesar 545 ton dengan menggunakan metode
Mazurkiewich, metode Chin dan metode
Davisson
3.Berdasarkan Teori Efisiensi Tiang,didapat nilai Q br>sebagai berikut :
a. Metode Converse – Labarre
span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;">
= 76%
Q = 1013,574ton
b. Metode Los Angeles Group
span style="font-family: Cambria Math;font-size:6pt;color:rgb(0,0,0);font-style:normal;font-
variant:normal;">
= 82%
Q = 1093,593 ton
c. Metode Seiler – Keeney
br>= 86%
Q = 1146,939ton
c. Metode Feld
br>= 79%
Q = 1053,5835ton
4. Besarnya kapasitas daya dukung lateral
pondasi tiang tunggal menurut Broms
berdasarkan data SPT adalah
1 . Berdasarkan perhitungan analitis,
Qult = 121,1ton
2. Berdasarkan grafis, Qult = 100,456 ton
6. Daftar Pustaka
Bowles, J.E., 1991, Analisa dan Desain Pondasi
Edisi keempat jilid 1, Jakarta: Erlangga.
Bowles, J. E., 1984, Foundation Analysis and
Design, Terjemahan oleh Pantur Silaban. Jilid
II,Penerbit Erlangga, Jakarta
Das, Braja M. 1993. Principle of Soil Dynamics.
Boston : Publishing company
Das, Braja M. 2007. Principle of Foundation
Engineering. Global Engineer Christopher M. Shortt
Girsang, Pricilia., 2009, Analisa Daya Dukung
Pondasi Bored Pile Tunggal Pada Proyek
Pembangunan Crystal Square Medan,Tugas Akhir
Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara
Grace,Manna,2013, Analisis Daya Dukung dan
Penurunan Elastis Pondasi Bored Pile Pada Proyek
Fly Over Simpang Pos Medan.
Hadiyatmo, C.H., 2002, Teknik Fondasi 1, Jilid 2,
Yogyakarta:Beta Offset.
Hadiyatmo, C.H., 2008, Teknik Fondasi 2, Jilid 4,
Yogyakarta:Beta Offset.
Irsyam Mashyur, Rekayasa Pondasi, Bandung :
ITB.
Jadi,S.,2013, Analisa Daya Dukung Tiang Bor Pada
Proyek Medan Focal Point,Tugas akhir Teknik Sipil,
Universitas Sumatera Utara
Prakash, S., Sharma, H., 1990, Pile Foundation
Analysis and Design, New York
Tambunan,Jansen,2012,Studi Analisis Daya
Dukung Pondasi Tiang Pancang, Jurnal rancang Sipil
Volume 1 No 1,Desember 2012.
Widjaja,Budianto,2006, Kajian Pengaruh Setup
Pada Tiang Pancang Terhadap Peningkatan Daya
Dukung Pondasi, Jurnal Tekni Sipil,Volume
III,No1,Januari 2006

Anda mungkin juga menyukai