PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan
dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Sejalan dengan
pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal
2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental),
dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan
kelemahan. Dan dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, dimensi
kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan
ekonomi (Marquis, 2007)
Kualitas pelayanan kesehatan merupakan pelayanan keperawatan yang
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh
karena itu, pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam
pengembangan ke masa depan. Perawat harus mau mengembangkan ilmu
pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat, dan menjadi tenaga
perawat yang profesional (Jasun, 2006).
Perawat profesional adalah perawat yang bertanggungjawab dan
berwewenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau
berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya
(Depkes RI,2002).
Keperawatan sebagai pelayanan atau asuhan profesional bersifat
humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu
dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan objektif lain, mengacu
pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan
sebagai tuntutan umum.Perawat dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan
keperawatan dengan benar atau rasional dan baik atau etika (Nursalam, 2007).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi.Di dalam manajemen tersebut
mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling)
terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi
(Nursalam, 2007).
1
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan
yang berubah. Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan
mengorganisasi sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang
lain) yang mencerminkan dinamika suatu organisasi tujuan di tetapkan
pemahaman tentang bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas. Sebagai perawat
professional, tidak hanya mengelola orang tetapi sebuah proses secara
keseluruhan yang memungkinkan orang dapat menyelesaikan tugasnya dalam
memberikan asuhan keperawatan serta meningkatkan keadaan kesehatan
pasien menuju kearah kesembuhan (Hardianti, 2012).
Menurut Gillies (1986) diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika
Widya Sukmana (1996) dalam Nursalam (2010) mendefinisikan manajemen
sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekaryaan melalui orang lain,
sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan
seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat (Nursalam, 2010).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional
untuk merencanakan, mengatur dan menggerakan karyawan dalam
memberikan pelayanan keperawatan sebaik-sebaiknya pada pasien melalui
manajemen asuhan keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan
keperawatan sebaik-baiknya kepada pasien , diperlukan suatu standar yang
akan digunakan baik sebagai target maupun alat pengontrol pelayanan tersebut
(Anonim, 2011).
Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2002), merupakan suatu
pelayanan keperawatan professional dimana tim keperawatan dikelola dengan
menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan,
pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Ke empat fungsi tersebut saling
berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan
antara manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperawatan yang
2
bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat. Hal ini
menunjukan bahwa manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama
dalam pengembangan keperawatan di masa depan, karna berkaitan dengan
tuntutan profesi dan kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan
kesehatan, yang di laksanakan di sarana kesehatan sangat tergantung pada
manajemen pelayanan perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan
merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang
dimiliki untuk mencapai tujuan (Nursalam, 2001).
Menurut Henry Faroy (dalam wanburg, 2000) fungsi-fungsi menajemen
terdiri dari perencanaa (planning), Pengorganisasian (organizing),
Pengkoordinasian (Coordinating), Pengendalian (Controling).Sedangkan
menurut George Terry (dalam Handoko, 1999) menyatakan fusngi manajemen
terdiri dari Planning, Organizing, Actualing, dan Controlling.
Adanya tuntutan terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Pelayanan
keperawatan secara profesional perlu mendapatkan perhatian dalam
pengembangan dunia keperawatan. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan
peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan
manajemen keperawatan dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal
mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan
sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan
(Jasun, 2006).
Rumah Sakit Muhmmadiyah Palembang sebagai salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha
lain di bidang kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Agar tujuan
tersebut dapat terlaksana, rumah sakit perlu didukung dengan adanya
organisasi yang mantap dan manajemen yang baik dengan berorientasi pada
mutu pelayanan bagimasyarakat. Perawat sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang
tangguh sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan
klien. Kemampuan manajerial yang tangguh yang dimiliki perawat dapat
3
dicapai melalui banyak cara,untuk mewujuudkan hal tersebut perawat
dituntut mempunyai pengetahuan, teori dan konsep yang mendasari
keterampilan manajerial.
4
serta bertanggung jawab mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Untuk itu seorang kepala ruang di tuntut memiliki
kompetensi yang lebih dalam melaksanakan fungsi manajerial nya.
Kemampuan manajerial yang harus di miliki oleh kepala ruang adalah
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pelaksanaan, pengawasan
serta pengendalian, dan evaluasi. (Arwani & Supriyatno, 2006).
Hasil penelitian yang dilakukan Warsito (2006) mengenai persepsi perawat
terhadap fungsi manajerial kepala ruang di rumah sakit jiwa Dr. Amino
gondohutomo semarang bahwa perawat pelaksana yang mempunyai persepsi
tentang fungsi pengarahan kepala ruang tidak baik, cenderung pelaksanaan
manajemen asuhan keperawatannya juga tidak baik, dan perawat pelaksana
yang mempunyai persepsi tentang fungsi pengawasan kepala ruang tidak baik,
cenderung pelaksanaan manajemen asuhan keperawatannya juga tidak baik
Dari beberapa fungsi manajerial kepala ruang tersebut salah satu yang
harus dijalankan oleh kepala ruang adalah fungsi pengawasan melalui
supervisi keperawatan untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan
keperawatan.Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing,
mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai,
mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan adil dan
bijaksana. Dengan demikian diharapkan setiap perawat dapat memberikan
asuhan keperawatan yang baik, cepat tepat sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan dari perawat yang bersangkutan. Tujuan utama supervisi adalah
untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan bukan untuk mencari kesalahan.
Peningkatan kerja ini dilakukan dengan teknik langsung dan langsung.
Supervisi yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung dan berkala
oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan bawahan dan apabila di
temukan masalah segera di beri petunjuk atau bantuan untuk mengatasi nya
(Suarli & Bahctiar, 2009).
Praktek klinik keperawatan mata kuliah manajemen keperawatan yang
dilakukan oleh mahasiswa Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Di Ruang Ibnu Rasyid Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang tidak hanya menekankan proses pembelajaran
mahasiswa agar dapat menguasai ranah atau domain kognitif, tetapi juga
5
memberikan penekanan yang sama pada arah psikomotor dan afektif yang
akan didapatkan melalui praktek klinik. Mata kuliah ini diberikan untuk
membantu mahasiswa memperoleh pengalaman belajar manajemen
keperawatan yang dapat membantu dalam aplikasi ditatanan pelayanan
keperawatan nyata dengan peran sebagai manajer kepala ruangan, ketua tim,
serta perawat asosiasi. Dalam rangkaian praktek klinik keperawata Di Ruang
Ibnu Rasyid Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang ini, mahasiswa akan
bermain peran atau role play sebagai perawat pelaksana.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek role play Di Ruang Ibnu Rasyid Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang mahasiswa mampu memahami manajemen
keperawatan sebagai ketua TIM
2. Tujuan Khusus
a) Membuat perencanaan Tenaga Perawat Di Ruang Ibnu Rasyid
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
b) Mengkoordinir pembagian beban kerja Di Ruang Ibnu Rasyid
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
c) Mengobservasi kegiatan Katim, Perawat Pelaksana dalam
melakukan Asuhan Keperawatan Di Ruang Ibnu Rasyid Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
C. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan Role Play ini
dilaksanakan Di Ruang Ibnu Rasyid Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang yang berlangsung selama 21 hari dari tanggal 28 Januari sampai
18 Februari .
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
7
juga mempunyai tugas untuk melakukan supervisi kepada semua anggota tim
dalam implementasi dan tindakan keperawatan, dan melakukan evaluasi hasil
dan asuhan keperawatan. (Kuntoro, 2010).
Ketua Tim, sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat keputusan
tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan.
Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim, yakni
apakah berorientasi pada tugas atau pada Pasien. Ketua tim merupakan
seorang petugas yang membawahi anggota tim untuk membuat pengkajian
sampai perencanaan pada pasien (Maequis, 2010).
8
pasien yang harus dipenuhi, mengontrol dan memberikan bimbingan kepada
anggota tim dalam melaksanakan tugasnya apabila diperlukan, melakukan
evaluasi terhadap hasil kerja anggota tim, menerima laporan tentang
perkembangan kondisi pasien dan anggota tim.
Tugas dan tanggung jawab lain yang harus di perhatikan oleh anggota tim
adalah mengontrol perkembangan kesehatan setiap pasien, mencatat hal hal
yang terjadi pada pasien terutama yang tidak di inginkan, melakukan revisi
rencana keperawatn apabila di perlukan, melaporkan perkembangan pasien
pada perawat kepala ruang serta kesulitan yang dihadapi apabila ada. selain
itu, tugas dan tanggung jawab ketua tim, yaitu memimpin pertemuan tim
untuk menerima laporan, memberi pengarahan serta membahas masalah yang
di hadapi, menjaga komunikasi yang efektif , melakukan pengajaran kepada
pasien, keluarga pasien dan anggota tim serta melengkapi catatan yang di buat
anggota tim apabila diperlukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim
harus memiliki kemampuan untuk mengikutsertakan anggota tim dalam
memecahkan masalah. ketua tim juga harus dapat menerapkan pola asuhan
keperawatan yang dianggap sesuai dengan kondisi pasien dan minat pemberi
asuhan. oleh karena itu, pembuatan keputusan, otoritas, dan tanggung jawab
ada pada tingkat pelaksana. hal ini akan mendukung pencapaian dan
pengetahuan keterampilan profesional.
Dalam ruang perawatan mungkin diperlukan beberapa tim keperawatan.
pemberian tugas dalam tim keperawatan dapat dilakukan dengan jalan perawat
kepala ruang akna menentukan jumlah tim yang di perlukan berdasarkan
beberapa faktor, antara lain memperhitungkan jumlah tenaga perawat perawat
profesional, jumlah tenaga yang ada, dan jumlah pasien. pembagian tugas
dalam tim keperawatan dapat di dasarkan pada tempat atau kamar pasien,
tingkat penyakit pasien, jenis penyakit pasien, dan jumlah pasien yang di
rawat.
Berdasarkan hal hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim
2. Menjadi konsultan dalam asuhan keperawatan
3. Melakukan peran sebagai model peran
4. Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien
9
5. Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien.
6. Merevisi dan menyesuaikan rencan keperawatan sesuai kebutuhan
pasien.
7. Melaksanakan observasi baik terhadapa perkembangan pasien
maupun kerja dari anggota tim.
8. Menjadi guru pengajar
9. Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif
Bila kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh ketua tim, akan berdampak
secara positif dalam pemberian asuhan keperawatan. dengan demikian,
masalah dalam asuhan keperawatan cepat teratasi; mutu asuhan keperawatan
terpelihara; perawat terbiasa bekerja secara terorganisasi, terarah, dan
memahami tujuan; kerjasama antar perawat meningkat; kepuasan kerja
miningkat pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman semua perawat
meningkat; serta kaderisasi kepemimpinan terjadi.
Dibanding dengan metode fungsional, metode tim lebih banyak
memberikan tanggung jawab, otoritas, dan tanggung gugat kepada anggota
tim. tugas perawat menjadi lebih kompleks, anggota tim lebih terlibat dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. apabila kerja dan tim berhasil dan
memuaskan, pola ini memberi pengkayaan pengalaman dan perluasan
wawasan kerja bagi pelaksana khususnya anggota tim dan tingkat yang
rendah.
10
7. Memberikan bimbingan kepada siswa / mahasiswa.
8. Mengadakan konferensi keperawatan dengan anggota tim.
9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka
memperlancar pelaksanaan kegiatan.
11
BAB III
PERENCANAAN
A. TUGAS POKOK
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di ruang rawat yang
menjadi tanggung jawabnya sejak pasien masuk sampaipasien pulang, dengan
aman sesuai standar keselamatan pasien di rumah sakit.
12
22. Menata ruangan perawatan dan mengawasi kebersihan,
kelengkapan peralatan
23. Melakukan transfer pasien sesuai dengan derajat dan kasusnya.
24. Memberikan bimbingan kepada pasien atau keluarga tentang
penggunaan obat, kebersihan perorangan, makanan dan cara hidup serta
member motivasi dalam rangka memberikan pelayanan pada pasien.
25. Menghadiri konferensi keperawatan, tim kesehatan lain untuk
membicarakan dan membahas kasus-kasus untuk mendapatkan cara
pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pada
pasien.
26. Mengikuti serah terima tugas yang dipimpin oleh penanggung
jawab jaga/ ka. Satgas
27. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan libur secara bergilir
sesuai dengan jadwal yang dibuat oleh Wakil kepala instalasi.
28. Ikut menjaga perasaan aman dan nyaman bagi pasien, keluarga
pasien dan petugas selama melaksanakan teknik keperawatan.
29. Mencatat / membuat laporan setiap tindakan yang sudah
dilaksanakan baik dalam buku catatan pribadi maupun dalam status.
30. Melaksanakan serah terima tanggung jawab, pesan-pesan khusus
tertulis / lisan kepada petugas lain.
31. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang
keperawatan dengan mengikuti pertemuan ilmiah / seminar atau rapat-
rapat khusus.
32. Melakukan kegiatan penunjang sesuai dengan juknis jabatan
fungsional keperawatan.
33. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam hal
yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dalam rangka menunjang
kelancaran pelaksanaan kegiatan di ruang keperawatan.
Struktur Organisasi
13
Ka.Ru
Eka Budiarto, S.Kep
KATIM I
Risi Susanti,
S.Kep
D. Uraian Kegiatan
1. Pasien Ny”A”
a. Data Demograsi :
Nama :Ny”A” No. RM : xxx
JK : Perempuan Status :-
Alamat : Setia Budi Tanggl pengkajian : xxx
Diagnosa Medis : Sinusitis
b. Keluhan Utama :
15
D. Nursing Care Planning
(Nursing Dignosis) (Nursing Intervention) Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan NOC (Tujuan) NIC (Intervensi keperawatan)
1. Resiko Infeksi NOC: infection Control NIC : Infection Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor tanda-tanda infeksi
DS: -
3x24 jam diharapkan pasien tidak terjadi infeksi
DO: 2. Menjaga kebersihan
dengan kriteria hasil :
- Kulit klien tampak kering lingkungan setelah digunakan
klien
No Kriteria Awal Tujuan 3. Anjurkan keluarga untuk
- Suhu ruangan (+) 1 Hipotermia 3 5
- Klien tidak menggunakan menjaga kebersihan dan
2 Wajah pucat 3 5
pakaian (sedang difototerapi) mengajarkan cara mencuci
3 Kulit kemerahan 3 5
- Usia < 7 hari
4 Gelisah 2 5 tangan yg benar
5 Menangis 3 5 4. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian therapi obat
Indikator :
antibiotik
1. Gangguan ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
16
Nyeri NOC : NIC Label : Pain NIC Label : Pain Management
Management 1.
Pain Level,
1. Untuk mengetahui tingkat
Pain control,
1. Kaji secara nyeri pasien
Definisi : Comfort level
komprehensip
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Sensori yang tidak terhadap nyeri
selama ... x 24 jam, klien menunjukkan
menyenangkan dan termasuk lokasi,
perbaikan tingkat dengan kriteria hasil :
pengalaman emosional karakteristik, durasi,
yang muncul secara No. Indikator Awal frekuensi, kualitas,
aktual atau potensial 1 Nyeri yang dilaporkan intensitas nyeri dan
kerusakan jaringan atau 2 Panjangnya episode nyeri faktor presipitasi
menggambarkan adanya 3 Ekspresi nyeri wajah 2. Untuk mengetahui tingkat
kerusakan (Asosiasi 4 Frekuensi nafas 2. Observasi reaksi ketidaknyamanan dirasakan
Studi Nyeri ketidaknyaman secara oleh pasien
Internasional): serangan nonverbal
Indikator :
mendadak atau pelan 3. Untuk mengalihkan
intensitasnya dari ringan 3. Gunakan strategi perhatian pasien dari rasa
1. Berat komunikasi terapeutik
sampai berat yang dapat nyeri
diantisipasi dengan akhir untuk
2. Cukup Berat mengungkapkan
yang dapat diprediksi
dan dengan durasi pengalaman nyeri dan
3. Sedang
kurang dari 6 bulan. penerimaan klien
terhadap respon nyeri
4. Ringan
4. Untuk mengetahui apakah
4. Tentukan pengaruh nyeri yang dirasakan klien
27
17
Batasan karakteristik : 5. Tidak ada gangguan
pengalaman nyeri berpengaruh terhadap yang
- Laporan secara terhadap kualitas lainnya
verbal atau non hidup( napsu makan,
verbal tidur, aktivitas,mood, 5. Untuk mengurangi factor
- Fakta dari observasi hubungan sosial) yang dapat memperburuk
- Posisi antalgic untuk
nyeri yang dirasakan klien
menghindari nyeri 5. Tentukan faktor yang
- Gerakan melindungi dapat memperburuk
- Tingkah laku nyeriLakukan
berhati-hati evaluasi dengan klien
- Muka topeng dan tim kesehatan lain
- Gangguan tidur tentang ukuran
(mata sayu, tampak pengontrolan nyeri
capek, sulit atau yang telah dilakukan
gerakan kacau, 6. Pemberian “health
menyeringai) 6. Berikan informasi education” dapat
- Terfokus pada diri tentang nyeri mengurangi tingkat
sendiri termasuk penyebab kecemasan dan membantu
- Fokus menyempit nyeri, berapa lama klien dalam membentuk
(penurunan persepsi nyeri akan hilang, mekanisme koping terhadap
waktu, kerusakan antisipasi terhadap
rasa nyer
proses berpikir, ketidaknyamanan dari
penurunan interaksi prosedur 7. Untuk mengurangi tingkat
dengan orang dan
18
lingkungan)
- Tingkah laku 7. Control lingkungan ketidaknyamanan yang
distraksi, contoh : yang dapat dirasakan klien.
jalan-jalan, menemui mempengaruhi respon
orang lain dan/atau ketidaknyamanan
aktivitas, aktivitas klien( suhu ruangan,
berulang-ulang) cahaya dan suara)
- Respon autonom
(seperti diaphoresis, 8. Hilangkan faktor 8. Agar nyeri yang dirasakan
perubahan tekanan presipitasi yang dapat klien tidak bertambah.
darah, perubahan meningkatkan
nafas, nadi dan pengalaman nyeri
dilatasi pupil) klien( ketakutan,
- Perubahan kurang pengetahuan)
autonomic dalam 9. Agar klien mampu
tonus otot (mungkin 9. Ajarkan cara menggunakan teknik
dalam rentang dari penggunaan terapi nonfarmakologi dalam
lemah ke kaku) non farmakologi memanagement nyeri yang
- Tingkah laku (distraksi, guide dirasakan.
ekspresif (contoh : imagery,relaksasi)
gelisah, merintih, 10. Pemberian analgetik dapat
10. Kolaborasi pemberian mengurangi rasa nyeri
menangis, waspada,
analgesic
iritabel, nafas pasien
panjang/berkeluh
kesah) NIC Label : Administrasi
19
- Perubahan dalam
nafsu makan dan NIC Label : analgetik
minum
Administrasi analgetik 1. Dalam kolaborasi pemberian
analgetik, perawat harus
Faktor yang melakukan pemeriksaan 6
berhubungan :
1. Cek program benar dalm pemberian obat
Agen injuri (biologi, pemberian analogetik; yaitu dari pengecekan jenis,
kimia, fisik, psikologis) jenis, dosis, dan dosis, rute, waktu, hingga
frekuensi. evaluasi efektifotas obat.
2. Cek riwayat alergi..
3. Tentukan analgetik
pilihan, rute
pemberian dan dosis
optimal.
4. Monitor TTV sebelum
dan sesudah
pemberian analgetik.
5. Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat
nyeri muncul.
Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan
20
gejala efek samping
21
2. Pasien Ny”G”
a. Data Demograi :
Nama :Ny”G” No. RM : xxxx
JK : Perempuan Status :-
Alamat : Kertapati Tanggl pengkajian : xxxx
Diagnosa Medis : Sinusitis
b. Keluhan Utama :
22
D. Nursing Care Planning
(Nursing Dignosis) (Nursing Intervention) Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan NOC (Tujuan) NIC (Intervensi keperawatan)
1. Resiko Infeksi NOC: infection Control NIC : Infection Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5. Monitor tanda-tanda infeksi
DS: -
3x24 jam diharapkan pasien tidak terjadi infeksi
DO: 6. Menjaga kebersihan
dengan kriteria hasil :
- Kulit klien tampak kering lingkungan setelah digunakan
klien
No Kriteria Awal Tujuan 7. Anjurkan keluarga untuk
- Suhu ruangan (+) 1 Hipotermia 3 5
- Klien tidak menggunakan menjaga kebersihan dan
2 Wajah pucat 3 5
pakaian (sedang difototerapi) mengajarkan cara mencuci
3 Kulit kemerahan 3 5
- Usia < 7 hari
4 Gelisah 2 5 tangan yg benar
5 Menangis 3 5 8. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian therapi obat
Indikator :
antibiotik
1. Gangguan ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
23
Nyeri NOC : NIC Label : Pain NIC Label : Pain Management
Management 2.
Pain Level,
11. Untuk mengetahui tingkat
Pain control,
11. Kaji secara nyeri pasien
Definisi : Comfort level
komprehensip
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Sensori yang tidak terhadap nyeri
selama ... x 24 jam, klien menunjukkan
menyenangkan dan termasuk lokasi,
perbaikan tingkat dengan kriteria hasil :
pengalaman emosional karakteristik, durasi,
yang muncul secara No. Indikator Awal frekuensi, kualitas,
aktual atau potensial 1 Nyeri yang dilaporkan intensitas nyeri dan
kerusakan jaringan atau 2 Panjangnya episode nyeri faktor presipitasi
menggambarkan adanya 3 Ekspresi nyeri wajah 12. Untuk mengetahui tingkat
kerusakan (Asosiasi 4 Frekuensi nafas 12. Observasi reaksi ketidaknyamanan dirasakan
Studi Nyeri ketidaknyaman secara oleh pasien
Internasional): serangan nonverbal
Indikator :
mendadak atau pelan 13. Untuk mengalihkan
intensitasnya dari ringan 13. Gunakan strategi perhatian pasien dari rasa
1. Berat komunikasi terapeutik
sampai berat yang dapat nyeri
diantisipasi dengan akhir untuk
2. Cukup Berat mengungkapkan
yang dapat diprediksi
dan dengan durasi pengalaman nyeri dan
3. Sedang
kurang dari 6 bulan. penerimaan klien
terhadap respon nyeri
27
24
4. Ringan
14. Tentukan pengaruh 14. Untuk mengetahui apakah
Batasan karakteristik : 5. Tidak ada gangguan pengalaman nyeri nyeri yang dirasakan klien
terhadap kualitas berpengaruh terhadap yang
- Laporan secara
hidup( napsu makan, lainnya
verbal atau non
tidur, aktivitas,mood,
verbal
hubungan sosial) 15. Untuk mengurangi factor
- Fakta dari observasi
- Posisi antalgic untuk yang dapat memperburuk
15. Tentukan faktor yang
menghindari nyeri nyeri yang dirasakan klien
dapat memperburuk
- Gerakan melindungi
nyeriLakukan
- Tingkah laku
evaluasi dengan klien
berhati-hati
dan tim kesehatan lain
- Muka topeng
tentang ukuran
- Gangguan tidur
pengontrolan nyeri
(mata sayu, tampak
yang telah dilakukan
capek, sulit atau
gerakan kacau,
16. Berikan informasi 16. Pemberian “health
menyeringai)
tentang nyeri education” dapat
- Terfokus pada diri
termasuk penyebab mengurangi tingkat
sendiri
nyeri, berapa lama kecemasan dan membantu
- Fokus menyempit
nyeri akan hilang,
(penurunan persepsi klien dalam membentuk
antisipasi terhadap
waktu, kerusakan mekanisme koping terhadap
ketidaknyamanan dari
proses berpikir,
25
penurunan interaksi
dengan orang dan prosedur rasa nyer
lingkungan)
- Tingkah laku 17. Control lingkungan 17. Untuk mengurangi tingkat
distraksi, contoh : yang dapat ketidaknyamanan yang
jalan-jalan, menemui mempengaruhi respon dirasakan klien.
orang lain dan/atau ketidaknyamanan
aktivitas, aktivitas klien( suhu ruangan,
berulang-ulang) cahaya dan suara)
- Respon autonom
(seperti diaphoresis, 18. Hilangkan faktor
perubahan tekanan presipitasi yang dapat 18. Agar nyeri yang dirasakan
darah, perubahan meningkatkan klien tidak bertambah.
nafas, nadi dan pengalaman nyeri
dilatasi pupil) klien( ketakutan,
- Perubahan kurang pengetahuan)
autonomic dalam
19. Ajarkan cara 19. Agar klien mampu
tonus otot (mungkin
penggunaan terapi menggunakan teknik
dalam rentang dari
non farmakologi nonfarmakologi dalam
lemah ke kaku)
(distraksi, guide memanagement nyeri yang
- Tingkah laku
imagery,relaksasi) dirasakan.
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
20. Kolaborasi pemberian
menangis, waspada, 20. Pemberian analgetik dapat
iritabel, nafas mengurangi rasa nyeri
26
panjang/berkeluh
kesah) analgesic pasien
- Perubahan dalam
nafsu makan dan NIC Label : NIC Label : Administrasi
minum analgetik
Administrasi analgetik
2. Dalam kolaborasi pemberian
Faktor yang analgetik, perawat harus
berhubungan : 6. Cek program melakukan pemeriksaan 6
Agen injuri (biologi, pemberian analogetik; benar dalm pemberian obat
kimia, fisik, psikologis) jenis, dosis, dan yaitu dari pengecekan jenis,
frekuensi. dosis, rute, waktu, hingga
7. Cek riwayat alergi.. evaluasi efektifotas obat.
8. Tentukan analgetik
pilihan, rute
pemberian dan dosis
optimal.
9. Monitor TTV sebelum
dan sesudah
pemberian analgetik.
10. Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat
nyeri muncul.
Evaluasi efektifitas
27
analgetik, tanda dan
gejala efek samping
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Pada pelaksanaan menjadi ketua TIM ruangan, semua kegiatan berjalan
dengan lancar mulai dari membuat uraian tugas ketua TIM ruangan,
pembagian tenaga perawat dan medis sudah dilakukan, pembuatan dan
penyusunan rencana asuhan keperawatan sesuai rencana, pencatatan asuhan
keperawatan telah dikerjakan serta preconfrence dan postconference telah
sesuai dengan prosedur akan tetapi masih banyak terdapat kekurangan
diantaranya merencakanan asuhan keperawatan yang lebih kompleks lagi,
sehingga perlu di lakukan bimbingan khusus bagaimana menjadi ketua TIM
yang baik dan profesional.
B. SARAN
1. Mahasiswa Dapat mengaplikasikan tugas sebagai ketua TIM sesuai
dengan teori dan praktek
2. Institusi Dapat memberikan materi tentang manajemen
keperawatan khususnya uraian tugas sebagai ketua TIM.
3. Ruang perinatalogi Semoga dapat terus membimbing dan
memberikan contoh yang baik dan sesuai dengan teori dan aplikasi
mahasiswa praktik klinik keperawatan manajemen.
29
DAFTAR PUSTAKA
30