Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Untuk menjadi seorang sarjana teknik pertambangan di


Universitas Negeri Padang, harus menyelesaikan semua perkuliahan
yang diadakan jurusan Teknik Pertambangan Universitas Negeri
Padang, salah satu mata kuliah tersebut adalah Teknik Explorasi,
untuk mengetahui bagaimana dan apa itu Teknik Explorasi, maka saya
ditugaskan untuk membuat sebuah makalah tentang eksplorasi
langsung dan eksplorasi tidak langsung.

B. Ruang lingkup makalah

Makalah ini membahas tentang eksplorasi langsung dan


eksplorasi tidak langsung beserta cara yang dilakukan pada kegiatan
eksplorasi langsung dan eksplorasi tidak langsung.

C. Tujuan dan manfaat

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

 Memahami tentang apa yang dimaksud dengan eksplorasi


langsung dan apa yang dimaksud dengan eksplorasi tidak
langsung.
 Menyelesaikan salah satu tugas dari mata kuliah Teknik
Eksplorasi.

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah

 Memberikan pengetahuan tentang eksplorasi langsung dan


eksplorasi tidak langsung.
 Memberikan inspirasi tentang eksplorasi langsung dan
eksplorasi tidak langsung.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Eksplorasi adalah kegiatan teknis ilmiah untuk mencari tahu


suatu area, daerah, keadaaan, ruang yang sebelumnya tidak diketahui
keberadaan akan isinya. Eksplorasi yang ilmiah akan memberikan
sumbangan terhadap khazanah ilmu pengetahuan. Eksplorasi tidak
hanya dilakukan disuatu daerah, dapat pula di kedalaman laut yang
belum pernah dijelajah, ruang angkasa, bahkan wawasan alam pikiran
(eksloration of the mind) (Koesoemadinata, 2000).

Sedangkan istilah eksplorasi menurut bahasa inggris dan


belanda mempunyai 2 pengertian (Koesoemadinata, 2000) :

 Melakukan perjalanan (di suatu kawasan yang tidak atau sedikit


diketahui sebelumnya) untuk mempelajari gejala alam,
penduduk, dan sebagainya.
 Mempelajari secara rinci, memeriksa secara teliti, menyelidiki.

Dalam dunia geologi dan pertambangan arti eksplorasi adalah


pengertian yang kedua, sedangkan dalam masyarakat luas adalah
pengertian yang pertama.

Menurut Thomas Kunh, 1962 dalam Koesoemadinata, 2000


dalam bukunya The structure of scientific revolution memberi
pengertian bahwa jika seseorang akan mencari sesuatu sadar/tidak
sadar dia harus sudah mempunyai model yang dicarinya. Begitu juga
bagi seorang geolog, harus sudah mempunyai bayangan model dan
konsep dari eksplorasi. Selain itu juga harus mengetahui sistem yang
efektif untuk melakukan kegiatan eksplorasi di suatu daerah yang
dicari. Yang terakhir menentukan metoda untuk mencari dan melacak
cebakan mineral, gejala – gejala geologi, dan sebagainya.

berdasarkan pada sifat penyelidikan dan pendekatan teknologi


yang digunakan, maka kegiatan eksplorasi secara umum dapat
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu eksplorasi tak langsung dan
eksplorasi langsung.

2
B. Metode eksplorasi langsung

Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa


pengamatan dapat dilakukan secara kontak visual dan fisik dengan
kondisi bawah atau kondisi atas permukaan, terhadap endapan yang
dicari serta dapat dilakuakan deskripsi megaskropis atau mikroskopis,
pengukuran, dan sampling terhadap objek yang dianalisis . begitu
juga dengan interpretasi yang dilakukan, dapat berhubungan
langsung dengan fakta-fakta dari hasil pengamatan lapangan. Metode
eksplorasi langsung ini dapat dilakukan (diterapkan) pada sepanjang
kegiatan eksplorasi (tahap awal s/d detail).

Beberapa metode (aspek) yang akan dipelajari sehubungan


dengan Metode eksplorasi Langsung ini adalah :

 Pemetaan geologi/alterasi.
 Tracing float, paritan, dan sumur uji.
 Sampling (pengambilan dan preparasi conto).
 Pemboran eksplorasi dan sampling pemboran

a. Pemetaan Geologi/Alterasi

Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan


informasi-informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu
bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan
gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan
batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang
mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah
tersebut. Selain pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga
sekaligus memetakan tanda-tanda mineralisasi yang berupa
alterasi mineral.

Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat


tergantung pada informasi-informasi pengamatan lapangan dan
skala pengerjaan peta. Skala peta tersebut mewakili intensitas dan
kerapatan data singkapan yang diperoleh yang diperoleh. Tingkat
ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan eksplorasi

3
yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi awal, skala peta 1 : 25.000
mungkin sudah cukup memadai, namun pada tahap prospeksi s/d
penemuan, skala peta geologi sebaiknya 1 : 10.000 s/d 1 : 2.500.

Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi


singkapan) dapat dilakukan dengan menggunakan palu dan
kompas geologi, serta penentuan posisi melalui orientasi lapangan
atau dengan cara tali-kompas.

Namun dalam tahapan eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan


singkapan dapat diperluas dengan menggunakan metode-metode
lain seperti uji sumur, uji parit, maupun bor tangan atau auger,
sedangkan penentuan posisi dilakukan dengan menggunakan alat
ukur permukaan seperti pemetaan dengan plane table atau dengan
teodolit.

b. Singkapan

Informasi-informasi geologi permukaan tersebut pada umumnya


diperoleh melalui pengamatan (deskripsi) singkapan-singkapan
batuan. Singkapan dapat didefinisikan sebagai bagian dari tubuh
batuan/urat/badan bijih yang tersingkap (muncul) di permukaan
akibat adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya.

Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada


bagian-bagian permukaan yang diperkirakan mempunyai tingkat
erosi/pengikisan yang tinggi, seperti :

 Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung


intensif.
 Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah
penutup.
 Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air
limpasan.
 Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing
jalan, sumur penduduk, atau pada parit-parit jalan, tambang
yang sudah ada.

4
Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu
singkapan antara lain :

 Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang


tersingkap.
 Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi
(minor atau major) yang ada.
 Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan
megaskopis, sifat-sifat fisik, tekstur, mineral-mineral
utama/sedikit/aksesoris, fragmen-fragmen, serta dimensi
endapan.

c. Lintasan (Traverse)

Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis,


dibutuhkan lintasan-lintasan pengamatan yang dapat mencakup
seluruh daerah pemetaan. Perencanaan lintasan tersebut
sebaiknya dilakukan setelah gambaran umum seperti kondisi
geologi regional dan geomorfologi daerah diketahui, agar lintasan
yang direncanakan tersebut efektif dan representatif. Pada
prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai
atau jalur-jalur kikisan yang memotong arah umum perlapisan,
dengan tujuan dapat memperoleh variasi litologi (batuan). Kadang-
kadang juga diperlukan lintasan-lintasan yang searah dengan jurus
umum perlapisan dengan tujuan dapat mengetahui kemenerusan
lapisan. Secara umum lintasan (traverse) pemetaan ada 2 (dua),
yaitu lintasan terbuka dan lintasan tertutup. Lintasan terbuka
mempunyai titik awal dan titik akhir yang tidak sama, sedangkan
lintasan tertutup bersifat loop (titik awal dan titik akhir sama).

Namun yang perlu (penting) diperhatikan, informasi-informasi


yang diperoleh dari lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan
sebagai dasar dalam melakukan korelasi (interpretasi) batas
satuan-satuan litologi.

Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai


lintasan kompas dan pengukuran penampang stratigrafi. Lintasan
kompas (measured section atau tali kompas) dilakukan dengan
tujuan membuat penampang (topografi dan litologi) di sepanjang
lintasan. Sedangkan pengukuran penampang stratigrafi dilakukan

5
untuk mengetahui ketebalan, struktur perlapisan, variasi satuan
litologi, atau mineralisasi dengan detail (rinci). Umumnya
pengukuran penampang stratigrafi dilakukan pada salah satu
lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuat informasi
litologi keseluruhan wilayah.

d. Interpretasi dan informasi data

Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari


kegiatan pemetaan geologi/alterasi antara lain :

 Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara).


 Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih,
atau batubara.
 Penyebaran dan pola alterasi yang ada.
 Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi
(stratigrafi atau formasi).
 Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.
 Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi,
kondisi geoteknik dan hidrologi.
 Bangunan-bangunan, dll.

Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa


kaidah dasar geologi perlu diperhatikan, antara lain :

 Efek fisiografis ; berhubungan dengan topografi dan morfologi.


 Zona-zona mineralogis ; berhubungan dengan batas zona
endapan/bijih, zona pelapukan, dan zona (penyebaran) alterasi.
 Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan
batuan, zona-zona intrusi, dan proses sedimentasi.
 Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan,
patahan, lipatan, zona kekar, kelurusan-kelurusan, dll.

Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat


memberikan manfaat antara lain :

 Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui


(diperkirakan).
 Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.

6
 Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona
bijih/endapan) dapat dihindarkan (efisiensi).
 Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat
diketahui dengan pasti
e. Tracing Float, Paritan, dan Sumur Uji
Selain pemetaan geologi melalui pengamatan (pendiskripsian)
singkapan, penyusuran (pencarian) lokasi endapan bijih dapat juga
dilakukan dengan tracing float, paritan atau sumur uji. Secara
teoritis, dengan melakukan kombinasi kegiatan antara pemetaan
geologi, tracing float, paritan, dan sumur uji dengan mengumpulkan
petunjuk-petunjuk ke arah bijih, maka lokasi endapan dapat
diketahui (ditemukan).

a) Tracing float
Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan
(potongan-potongan) dari badan bijih yang lapuk dan tererosi.
Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air, maka float ini
ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir).
Pada umumnya, float ini banyak terdapat pada aliran sungai-
sungai.

Tracing (penjejakan  perunutan) float ini pada dasarnya


merupakan kegiatan pengamatan pada pecahan-pecahan
(potongan-potongan) batuan seukuran kerakal s/d boulder yang
terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika
terdapat pecahan-pecahan yang mengandung mineralisasi,
maka sumbernya adalah pada suatu tempat di bagian hulu dari
sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu, maka
diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut.
Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang mengandung
mineralisasi (termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator
untuk menduga jarak float terhadap sumbernya. Selain itu sifat
dan karakteristik sungai seperti kuat arus, banjir, atau limpasan
juga dapat menjadi faktor pendukung. Selain dengan
tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan
(tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi
panduan berukuran kasar (besar), sedangkan dengan
menggunakan dulang ditujukan untuk material-material yang
berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara

7
konseptual tracing dengan pendulangan ini mirip dengan tracing
float.

b) Trenching (Pembuatan paritan)

Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu


cara dalam observasi singkapan atau dalam pencarian sumber
(badan) bijih/endapan.

 Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji


dilakukan dengan cara menggali tanah penutup dengan
arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada
endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ;
jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan
lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau sisipan),
serta dapat sebagai lokasi sampling.
 Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji
dibuat berupa series dengan arah paritan relatif tegak lurus
terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih
tersebut dapat diketahui (lihat Gambar 6.4). Informasi yang
dapat diperoleh antara lain ; adanya zona alterasi, zona
mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta
dapat sebagai lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan
series paritan uji tersebut diharapkan zona
bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.
 Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi
umum sebagai berikut :
 Terbatas pada overburden yang tipis,
 Kedalaman penggalian umumnya 2–2,5 m (dapat dengan
tenaga manusia atau dengan menggunakan eksavator/back
hoe),
 Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian
yang rendah, sehingga dapat terjadi mekanisme self
drainage (pengeringan langsung).

8
c) Test Pit (Sumur Uji)

Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam


pencarian endapan atau pemastian kemenerusan lapisan
dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika
dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya
suatu deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga
pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan
horisontal.

Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-


endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan-
endapan berlapis.

Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk


mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan,
variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan
karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat
digunakan sebagai lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat
dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan
endapan yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi
berupa urat (vein).

Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik


atau residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk
mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona
residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi
vertikal masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji
dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.

Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan


3–5 m dengan kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan
pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik atau residual,
kedalaman sumur uji
dapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan dasar.

Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal


sebagai berikut :

 ketebalan horizon B (zona laterit/residual),

9
 ketinggian muka airtanah,
 kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S),
 kekuatan dinding lubang, dan
 kekerasan batuan dasar.
f. Metode Sampling

Sampel (conto) merupakan satu bagian yang representatif atau


satu bagian dari keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai
karakteristik untuk tujuan inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti
kualitas, dan merupakan sebagian dari populasi stastistik dimana
sifat-sifatnya telah dipelajari untuk mendapatkan informasi
keseluruhan.

Secara spesifik, conto dapat dikatakan sebagai sekumpulan


material yang dapat mewakili jenis batuan, formasi, atau badan
bijih (endapan) dalam arti kualitatif dan kuantitatif dengan pemerian
(deskripsi) termasuk lokasi dan komposisi dari batuan, formasi,
atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses pengambilan conto
tersebut disebut sampling (pemercontoan).

Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan)


maupun tahapan pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun
eksploitasi).

Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih


(mineable thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona
mineralisasi saja, tetapi juga pada zona-zona low grade maupun
material barren, dengan tujuan untuk mendapatkan batas yang
jelas antara masing-masing zona tersebut.

Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona


endapan, tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan
tujuan memperoleh informasi lain yang berhubungan dengan
kestabilan lereng dan pemilihan metode penambangan.

Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan


dengan tujuan kontrol kadar (quality control) dan monitoring front
kerja (kadar pada front kerja yang aktif, kadar pada bench open pit,
atau kadar pada umpan material).

10
Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan diambil
tergantung pada beberapa faktor, antara lain :

 Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.


 Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
 Lokasi pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi,
atau barren),
 Kedalaman pengambilan conto, yang berhubungan dengan
letak dan kondisi batuan induk.
 Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.
 Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam sampling,
antara lain:
 Salting, yaitu peningkatan kadar pada conto yang diambil
sebagai akibat masuknya material lain dengan kadar tinggi ke
dalam conto.
 Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya
masuknya waste ke dalam conto.
 Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam
penentuan posisi (lokasi) sampling karena tidak memperhatikan
kondisi geologi.
 Kesalahan dalam analisis kimia, akibat conto yang diambil
kurang representatif.

Secara umum, dalam pemilihan metode sampling perlu


diperhatikan karakteristik endapan yang akan diambil contonya.
Bentuk keterdapatan dan morfologi endapan akan berpengaruh
pada tipe dan kuantitas sampling. Aspek karakteristik endapan
untuk tujuan sampling ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Pada endapan berbentuk urat

Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada


badan urat. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar
sehingga diperlukan sample dengan volume yang besar agar
representatif. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit

11
(jika dibandingkan dengan bukaan stope) sehingga rentan
dengan dilution.

Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan,


dan zona geser (regangan), sehingga pada kondisi ini
memungkinkan terjadinya efek dilution pada batuan samping,
sehingga batuan samping perlu dilakukan sampling.

Perbedaan assay (kadar) antara urat dan batuan samping pada


umumnya tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan
samping, impregnasi pada batuan samping, serta pola urat
yang menjari (bercabang), sehingga dalam sampling perlu dicari
dan ditentukan batas vein yang jelas.

Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai


rentang yang terbatas, serta mempunyai kadar yang
sangat erratic (acak/tidak beraturan) dan sulit diprediksi,
sehingga diperlukan sampling dengan interval yang rapat.

Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle, sehingga


cukup sulit untuk mencegah terjadinya bias akibat variabel
kuantitas per unit panjang sulit dikontrol.

Sampling lanjutan kadang-kadang terbatas terhadap jarak


(interval), karena pada umumnya harus dilanjutkan melalui
pemboran inti.

b) Pada endapan stratiform

Endapan stratiform disini termasuk endapan-endapan logam


dasar yang terendapkan selaras/sejajar dengan bidang
perlapisan satuan litologi (litofasies), dimana mineral bijih
secara lateral dikontrol oleh bidang perlapisan atau bentuk-
bentuk sedimen yang lain (sedimentary hosted). Karakteristik
umum tipe endapan ini yang berhubungan dengan metode
sampling antara lain :

 Mempuyai ketebalan yang cukup besar.


 Mempunyai penyebaran lateral yang cukup luas.

12
 Kadang-kadang diganggu oleh struktur geologi atau tektonik
yang kuat, sehingga dapat menimbulkan masalah dalam
sampling.
 Arah kecenderungan kadar relatif seragam dan dapat
diprediksi, namun kadang-kadang dapat terganggu oleh
adanya remobilisasi, metamorfisme, atau berbentuk urat.
 Perubahan-perubahan gradual atau sistematis dalam kadar
harus diikuti oleh perubahan dalam interval sampling.
 Dalam beberapa kondisi mungkin terdapat mineralisasi yang
berbutir halus dan kemudian berpengaruh pada besar
volume material yang dilakukan sampling.
 Pada tipe hosted by meta-sediment, perlu diperhatikan
variabel ukuran conto akibat perubahan ukuran, kekerasan
batuan, atau nugget effect.
 Setempat dapat terjadi perubahan kadar yang moderat dan
dapat menyebabkan kesalahan pada sampling yang
signifikan.
 Cut off kadar dapat gradasional (tidak konstan).

c) Pada endapan sedimen

Pada tipe endapan ini, termasuk endapan batubara, ironstones,


potash, gipsum, dan garam, yang mempunyai karakteristik :

 Mempuyai kontak yang jelas dengan batuan samping.


 Mempunyai fluktuasi perubahan indikator kualitas yang
bersifat gradual.
 Sampling sering dikontrol oleh keberadaan sisipan
atau parting dalam batubara, sehingga interval
sampling lebih bersifat ply per ply.
 Perubahan (variasi) ketebalan lapisan yang cenderung
gradual, sehingga anomali-anomali yang ditemukan dapat
diprediksi lebih awal (washout, sesar, perlipatan, dll.),
sehingga pola dan kerapatan sampling disesuaikan dengan
variasi yang ada.
 Rekomendasi pola sampling (strategi sampling) adalah
dengan interval teratur secara vertikal, bed by bed (atau ply

13
by ply), atau jika relatif homogen dapat dilakukan secara
komposit.
d) Pada endapan porfiri

Karakteristik umum dari tipe endapan ini yang perlu


diperhatikan adalah :

 Mempuyai dimensi yang besar, sehingga sampling lebih


diprioritaskan dengan pemboran inti
(diamond atau percussion).
 Umumnya berbentuk non-tabular, umumnya mempunyai
kadar yang rendah dan bersifat erratic, sehingga kadang-
kadang dibutuhkan conto dalam jumlah (volume) yang
besar, sehingga kadang-kadang dilakukan sampling
melalui winze percobaan, adit eksplorasi, dan paritan.
 Zona-zona mineralisasi mempunyai pola dan variabilitas
yang beragam, seperti tipe disseminated, stockwork, vein,
atau fissure, sehingga perlu mendapat perhatian khusus
dalam pemilihan metode sampling.
 Keberadaan zona-zona pelindian atau oksidasi, zona
pengkayaan supergen, dan zona hipogen, juga perlu
mendapat perhatian khusus.
 Mineralisasi dengan kadar hipogen yang relatif tinggi sering
terkonsentrasi sepanjang sistem kekar sehingga penentuan
orientasi sampling dan pemboran perlu diperhatikan dengan
seksama.
 Zonasi-zonasi internal (alterasi batuan samping) harus
selalu diperhatikan dan direkam sepanjang proses sampling.
 Variasi dari kerapatan pola kekar akan mempengaruhi
kekuatan batuan, sehingga interval (kerapatan) sampling
akan sangat membantu dalam informasi fragmentasi batuan
nantinya.

g. Pemboran Explorasi

Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi


adalah menentukan kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri.
Pelaksanaan pemboran sangat penting jika kegiatan yang

14
dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari permukaan.
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi
dari permukaan sebaik mungkin, namun demikian kegiatan
pemboran dapat dihentikan jika telah dapat mengetahui gambaran
geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara
menyeluruh.

Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal yang perlu


diperhatikan dan direncanakan dengan baik adalah :

1. kondisi geologi dan topografi,


2. tipe pemboran yang akan digunakan,
3. spasi pemboran,
4. waktu pemboran, dan
5. pelaksana (kontraktor) pemboran.

Selain itu aspek logistik juga harus dipikirkan dengan cermat,


antara lain :

1. juru bor,
2. peralatan dan onderdil yang dibutuhkan,
3. alat transportasi,
4. konstruksi peralatan pemboran, dll.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat


pemboran:

1. tujuan (open hole – coring),


2. topografi dan geografi (keadaan medan, sumber air),
3. litologi dan struktur geologi (kedalaman pemboran, pemilihan
mata bor),
4. biaya dan waktu yang tersedia, serta
5. peralatan dan keterampilan.

Hasil yang diharapkan dari pemboran eksplorasi, antara lain :

1. identifikasi struktur geologi,


2. sifat fisik batuan samping dan badan bijih,
3. mineralogi batuan samping dan badan bijih,
4. geometri endapan,

15
5. sampling, dll.

Umumnya mekanisme pemboran dibagi menjadi tiga jenis,


yaitu rotary drilling, percussive drilling, dan rotary-percussive
drilling. Pada mekanisme rotary drilling terdapat tiga macam
penggerak atau pemutar stang bor yaitu spindle, rotary table,
dan top drive. Mesin penggerak yang digunakan dapat bekerja
secara mekanik (dengan bahan bakar) maupun elektrik. Mata bor
yang sering digunakan umumnya berupa tricone bit untuk
pemboran open hole (non coring) ataupun diamond bit untuk
pemboran inti (coring).

Fluida bor yang sering digunakan dalam suatu operasi


pemboran dapat berupa udara, air, lumpur atau campuran air dan
lumpur. Fluida bor pada umumnya berfungsi untuk : (a) pendingin
mata bor, (b) pelumas, (c) mengangkat sludge ke atas, (d)
melindungi dinding lubang bor dari runtuhan.

h. Sampling Pemboran

Informasi dari lubang bor dapat diperoleh dari beberapa sumber


batuan, inti bor atau sludge, geofisika bawah permukaan; dan
informasi dari hasil pemboran. Pada bagian ini akan lebih
ditekankan pada pengamatan geologi.

a) Pemboran inti (coring)


Core recovery (CR) atau perolehan inti sangat penting,
biasanya dinyatakan dalam persen volume. Jika CR kurang dari
85–90% maka inti bor tersebut masih diragukan nilainya, hal ini
berarti terjadi loss selama pemboran dan inti bor tersebut tidak
menunjukkan conto yang sebenarnya.

Logging (pengamatan) inti bor biasanya dilakukan di samping


lokasi bor untuk menentukan apakah pemboran dilanjutkan atau
dihentikan. Beberapa organisasi memiliki prosedur standar
dalam logging inti bor dan terminologi standar untuk
mendeskripsikan sifat geologi. Logging awal pada lokasi bor
biasanya dilengkapi dengan hasil analisis inti bor.
Dari logging awal ini biasanya diperoleh data tentang gambaran

16
umum struktur (rekahan dan orientasi) juga litologi (warna,
tekstur, mineralogi, alterasi dan nama batuan) serta core
recovery. Deskripsi harus dilakukan secara sistematis
menyangkut kualitas dan kuantitasnya.

Inti bor biasanya disimpan dalam boks kayu, plastik atau logam
yang dapat memudahkan orang memindahkannya. Inti bor
dikumpulkan untuk berbagai tujuan, bukan untuk sekedar
deskripsi geologi saja biasanya digunakan juga untuk analisis
metalurgi dan assay. Untuk kedua tujuan tersebut inti bor
biasanya dibagi dalam dua bagian dengan gergaji intan,
setengah untuk assay dan investigasi lain, setengahnya lagi
disimpan dalam core box untuk tujuan lain. Potongan batuan
dari sludge dapat dikumpulkan selama pemboran; keduanya
menggambarkan batuan yang dipotong oleh mata bor intan.
Pemboran dengan menggunakan sirkulasi udara pada lubang
dangkal biasanya menghasilkan cutting atau sludge yang
sangat cepat kepermukaan. Namun demikian dengan
pemboran inti sirkulasi air untuk lubang yang dalam sering
terjadi cutting lambat naik ke permukaan, hal ini dapat dilihat
bahwa untuk kedalaman 1000 m cutting dapat diambil dalam
waktu 20 – 30 menit kepermukaan sehingga
biasanya sludge yang dianalisis dahulu selama pemboran.

b) Pemboran non-corring
Dalam pemboran non-coring kepingan (chips) batuan dapat
diperoleh pada selang 1–2 m dalam keadaan kering dan
dikumpulkan pada sisi lokasi bor, setelah dicuci conto tersebut
lebih mudah untuk dianalisis secara mikroskopi. Conto tersebut
dapat juga didulang untuk memperoleh mineral berat dan
kemudian diberi perekat dan disusun sesuai interval untuk
memberikan gambaran lubang bor tersebut.

c) Kombinasi core dan sludge


Core adalah inti bor yang ditampung dalam core barrel dimana
ukuran inti sangat tergantung dengan ukuran mata bor.
Sedangkan sludge adalah hancuran batuan yang diangkat

17
(terbawa) oleh fluida bor, dan biasanya sludge ditampung
dalam sludge tank.

C. Metoda Tidak Langsung


a. Metoda tidak langsung cara geofisika

Geofisika merupakan disiplin ilmu atau metoda untuk


memperkirakan lokasi akumulasi bahan/tambang dengan cara
pengukuran besaran-besaran fisik batuan bawah permukaan bumi.
Metoda yang dapat dilakukan eksplorasi geofisika diantaranya :

1. Metoda Gravitasi

Metoda ini berdasarkan hukum gaya tarik antara dua benda di


alam. Bumi sebagai salah satu benda di alam juga menarik
benda-benda lain di sekitarnya. Kalau sebuah bandul digantung
dengan sebuah pegas, maka pegas tersebut akan
merengganng akibat bandulnya mengalami gravitasi, di tempat
yang gravitasinya rendah maka regangan tadi kecil dan di
tempat yang gravitasinya besar maka regangan tadi juga lebih
besar. Dengan demikian dapat diperkirakan bentuk struktur
bawah tanah dari melihat besarnya nilai gravitasi dari
bermacam-macam lokasi dari suatu daerah penyelidikan.

Di lapangan besarnya gravitasi ini diukur dengan alat yang


disebut gravimeter, yaitu suatu alat yang sangat sensitif dan
presisi. Gravimeter bekerja atas dasar “torsion balance”,
maupun bantuk atau pendulum, dan dapat mengukur
perbedaan yang kecil dalam gravitasi bumi di berbagai lokasi
pada suatu daerah penyelidikan. Gaya gravitasi bumi
dipengaruhi oleh besarnya ukuran batuan, distribusi atau
penyebaran batuan, dan kerapatan (density) dari batuan. Jadi
kalau ada anomali gravitasi pada suatu tempat, mungkin di situ
terdapat struktur tertentu, seperti lipatan, tubuh intrusi dangkal,
dan sebagainya. Juga jalur suatu patahan besar, meskipun
tertutup oleh endapan aluvial, sering dapat diketahui karena
adanya anomali gravitasi.

18
2. Metoda Magnetik

Bumi adalah suatu planet yang bersifat magnetik, dimana


seolah-olah ada suatu barang magnet raksasa yang membujur
sejajar dengan poros bumi. Teori modern saat ini mengatakan
bahwa medan magnet tadi disebabkan oleh arus listrik yang
mengalir pada inti bumi. Setiap batang magnet yang digantung
secara bebas di muka bumi. Di setiap titik permukaan bumi
medan magnet ini memiliki dua sifat utama yang penting di
dalam eksplorasi, yaitu arah dan intensitas.

Arah dari medan magnet dinyatakan dalam cara-cara yang


sudah lazim, sedang intensitas dinyatakan dalam apa yang
disebut gamma. Medan magnet bumi secara normal memiliki
intensitas 35.000 sampai 70.000 gamma jika diukur pada
permukaan bumi. Bijih yang mengandung mineral magnetik
akan menimbulkan efek langsung pada peralatan, sehingga
dengan segera dapat diketahui.

Metoda eksplorasi dengan magneti sangat berguna dalam


pencarian sasaran eksplorasi sebagai berikut :

 Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai


 Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan
 Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral
magnetit sebagai mineral ikutan
 Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan
mengandung magnetit dalam jumlah cukup
 Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada
suatu batuan beku yang mengandung mineral magnetik.

3. Metoda Seismik

Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan


pertambangan bijih tetapi banyak dipergunakan dalam
penyelidikan minyak bumi. Suatu gempa atau getaran buatan
dibuat dengan cara meledakan dinamit pada kedalaman sekitar
3 meter dari permukaan bumi dan kecepatan merambatnya
getaran yang terjadi diukur. Untuk mengetahui kecepatan

19
rambatan getaran tersebut pada perlapisan-perlapisan batuan,
disekitar titik ledakan dipasang alat penerima getaran yang
disebut geofon (seismometer). Geofon-geofon yang dipasang
secara teratur di sekitar lobang ledakan tadi akan terbias atau
refraksi. Dengan mengetahui waktu ledakan dan waktu
kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat diketahui
kecepatan rambatan waktu getaran melalui perlapisan-
perlapisan batuan. Dengan demikian konfigurasi struktur bahwa
permukaan dapat diketahui. Gelombang akan merambat
dengan kecepatan yang berbeda pada batuan yang berbeda-
beda. Geophone merupakan alat penerima gelombang yang
dipantulkan kepermukaan, hidrophone untuk gelombang di
dasar laut.

Cepat rambat gelombang seismik pada batuan tergantung pada

 Jenis batuan
 Derajat pelapukan
 Derajat pergerakan
 Tekanan
 Porositas (kadar air)
 Umur (diagenesa, konsolidasi, dll)

H. Mooney (1977) mengatakan bahwa harga cepat rambat


gelombang akan lebih besar (dibandingkan) :

1. Batuan beku basa batuan beku asam


2. Batuan beku batuan sedimen
3. Sedimen terkonsolidasi sedimen un-konsolidasi
4. Sedimen unkonsolidasi sedimen un-konsolidasi
5. Soil basah soil kering
6. B. sedimen karbonat batupasir
7. Batuan utuh batuan terkekarkan
8. Batuan segar batuan lapuk
9. Batuan berat batuan ringan
10. Batuan berumur tua batuan berumur muda

20
4. Metoda Geolistrik

Dalam metoda ini yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity)


dari batuan. Yang dimaksud dengan tahanan jenis batuan
adalah tahanan yang diberikan oleh masa batuan sepanjang
satu meter dengan luas penampang satu meter persegi kalau
dialiri listrik dari ujung ke ujung, satuannya adalah Ohm-m2/m
atau disingkat Ohm-meter.

Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi


biasanya dipakai sistem empat elektrode yang dikontakan
dengan baik pada bumi. dua elektrode dipakai untuk
memasukan arus listrik ke dalam bumi, disebut elektrode arus
(current electrode) disingkat C, dan dua elektrode lainnya
dipakai untuk mengukur voltage yang timbul karena arus tadi,
elektrode ini disebut elektrode potensial atau “potential
electode” disingkat P. ada beberapa cara dalam penyusun ke
empat elektode tersebut, dua diantaranya banyak yang dipakai
adalah cara Wenner dan cara Shlumberger.

b. Metoda tidak langsung cara geokimia

Pengukuran sistimatika terhadap satu atau lebih unsur jejak (trace


elements) pada batuan, tanah, stream, air atau gas.

Tujuannya untuk mencari anomali geokimia berupa konsentrasi


unsur-unsur yang kontras terhadap lingkungannya atau
background geokimia.

Anomali dihasilkan dari mobilitas dan dispresi unsur-unsur yang


terkonsentrasi pada zona mineralisasi. Anomali merupakan
perbedaan-perbedaan yang mencolok antara satu titik atau batuan
dengan titik lainnya.

Pada dasarnya eksplorasi jenis ini lebih cenderung untuk


menentukan perbedaan mendasar (anomali) unsur-unsur yang
terdapat pada tanah atau sampel yang kita cari. Proses untuk
membedakan unsur ini dilakukan dengan beberapa reaksi kimia.

21
BAB III

PENUTUP

Eksplorasi adalah kegiatan teknis ilmiah untuk mencari tahu


suatu area, daerah, keadaaan, ruang yang sebelumnya tidak diketahui
keberadaan akan isinya.

berdasarkan pada sifat penyelidikan dan pendekatan teknologi


yang digunakan, maka kegiatan eksplorasi secara umum dapat
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu eksplorasi tak langsung dan
eksplorasi langsung.

Beberapa metode (aspek) yang akan dipelajari sehubungan


dengan Metode eksplorasi Langsung ini adalah :

 Pemetaan geologi/alterasi.
 Tracing float, paritan, dan sumur uji.
 Sampling (pengambilan dan preparasi conto).
 Pemboran eksplorasi dan sampling pemboran

Metoda Tidak Langsung dilakukan dengan dua cara yaitu cara


geofisika dan cara geokimia.

22

Anda mungkin juga menyukai