PERSALINAN PRETERM
Oleh:
Preseptor:
PENDAHULUAN
Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi preterm atau
diperkirakan 15 juta bayi lahir prematur dan jumlah ini terus meningkat.
bawah usia 5 tahun, dan bertanggungjawab atas sekitar 1 juta kematian anak pada
tahun 2015.2
2016, didefinisikan sebagai kontraksi uterus regular yang diikuti dengan dilatasi
serviks yang progresif dan/atau penipisan serviks pada kehamilan kurang dari 37
Menurut data WHO tahun 2017, angka kejadian persalinan preterm pada
184 negara berkisar 5%-18% . Hampir satu juta anak meninggal setiap tahun
akibat komplikasi kelahiran prematur di mana lebih dari 60% kelahiran prematur
berpenghasilan tinggi hanya 9%.2 Pada tahun 2016 menurut Center for Disease
Control and Prevention (CDC), persalinan preterm terjadi pada 1 dari 10 bayi
yang lahir di Amerika Serikat.5 Menurut data WHO tahun 2017, Indonesia masuk
1
kedalam 5 besar negara dengan jumlah persalinan preterm terbanyak, 675.700
kasus.2
Sehingga diperlukan pemahaman yang lebih baik tentang faktor – faktor resiko
kehamilan preterm.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2
Persalinan preterm menurut WHO tahun 2015 adalah persalinan sebelum
kontraksi uterus regular yang diikuti dengan dilatasi serviks yang progresif
dan/atau penipisan serviks pada kehamilan kurang dari 37 minggu. Saat kelahiran
kelahiran preterm.4
2.2 Epidemiologi
juta setiap tahun. Hampir satu juta anak meninggal setiap tahun akibat komplikasi
kelahiran prematur di mana lebih dari 60% kelahiran prematur terjadi di Afrika
hanya 9%. 2
Pada tahun 2016 menurut Center for Disease Control and Prevention
(CDC), persalinan preterm terjadi pada 1 dari 10 bayi yang lahir di Amerika
Serikat. Menurut data WHO tahun 2017, Indonesia masuk kedalam 5 besar negara
kematian neonatal (bayi umur 0-28 hari), tercatat 181 kasus. Kematian bayi
3
neonatal dini (0-6 hari) sebesar 78,5%. Proporsi terbesar disebabkan oleh
kedua oleh prematuritas dan ketiga disebabkan oleh sepsis. Proporsi bayi
bayi prematur belum memuaskan, atau karena alasan lainnya, seperti terlambat
35% persalinan preterm terjadi tanpa diketahui penyebab yang jelas, 30% akibat
persalinan elektif, 10 % pada kehamilan ganda, dan sebagian lain akibat kondisi
tunggal dijumpai seperti distensi berlebih uterus, ketuban pecah dini atau trauma.
3. Perdarahan desidua.
4
Menurut ACOG, beberapa wanita memiliki risiko kelahiran prematur lebih
tinggi daripada yang lain. Wanita yang pernah melahirkan prematur sebelumnya
memiliki risiko terbesar. Wanita dengan serviks pendek juga berisiko tinggi. faktor
lain yang terkait dengan kelahiran prematur termasuk kondisi kebidanan dan
ginekologis saat hamil, komplikasi kehamilan saat ini, dan faktor gaya hidup.4
persentase kelahiran prematur lebih besar terjadi pada ibu dengan karakteristik
melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun, berpendidikan kurang dari SD, tinggal
5
didapatkan bahwa multiparitas merupakan faktor risiko terjadinya persalinan
preterm.6
2.4 Patofisiologi
adalah secara signifikan dapat mebuat serviks menjadi pendek yaitu dari
panjang 3.5 cm menjadi 2.5 cm. Serviks yang pendek muncul lebih sering
pada wanita yang mempunyai riwayat kelahiran preterm dan terminasi dari
kehamilan.
6
kehamilan 22-24 minggu lebih baik dijadikan prediksi kelahiran preterm
2. Jalur Plasental-vascular
peralihan tipe imunitas dari Th-1 (helper cell), yang mungkin bersifat
7
Stress mental dan stress pekerjaan dapat menginisiasi respon stress
Nutrisi yang kurang dapat menurunkan jumlah kalori dalam tubuh yang
onset dari persalinan preterm. Jadi, terlalu banyak stress (stress kronik)
8
dalam melemaskan jaringan myometrium, tetapi ketika regangan melebihi
tetap lemas dan persalinan dapat terjadi. Jalur ini biasanya terjadi pada
2.5 Diagnosis
statistik tidak terbukti dapat mengurangi kejadian kurang bulan secara statistik.8
9
Hidrasi oral maupun intravena sering dilakukan untuk mencegah
persalinan preterm, karena sering terjadi hipovolemik pada ibu dengan kontraksi
3. Pemberian tokolitik
Optimalisasi personel.
a. Nifedipin
Nifedipin adalah antagonis kalsium diberikan per oral. Dosis inisial 20 mg,
dilanjutkan 10-20 mg, 3-4 kali perhari, disesuaikan dengan aktivitas uterus sampai
48 jam. Dosis maksimal 60mg/hari, komplikasi yang dapat terjadi adalah sakit
b. Magnesium sulfat
parenteral. Dosis awal 4-6 gr IV diberikan dalam 20 menit, diikuti 1-4 gram per
jam tergantung dari produksi urin dan kontraksi uterus. Bila terjadi efek toksik,
10
Indomethacin: dosis awal 100 mg, dilanjutkan 50 mg peroral setiap 6 jam
untuk 8 kali pemberian. Jika pemberian lebih dari dua hari, dapat menimbulkan
d. Atosiban
oksitosin dan vasopresin. Dosis awal 6,75mg bolus dalam satu menit, diikuti
e. Beta2-sympathomimetics
Saat ini sudah banyak ditinggalkan. Preparat yang biasa dipakai adalah
Dimulai dengan 10 tetes per menit dan dinaikkan 5 tetes setiap 10 menit sampai
hilang. Selanjutnya diberikan dosis pemeliharaan satu tablet (10 mg) setiap 8 jam
setelah makan. Nadi ibu, tekanan darah dan denyut jantung janin harus dimonitor
e. Progesteron
11
4. Pemberian Kortikosteroid
dapat dicapai dalam 1 - 7 hari pemberian, setelah 7 hari efeknya masih meningkat.
5. Antibiotika
karena tidak dapat meningkatkan luaran persalinan. Pada ibu dengan ancaman
sehari selama 7 hari). atau eritromisin (2 x 500 mg sehari selama 7 hari) akan
6. Perencanaan Persalinan
sebaiknya ibu dirujuk ke tempat yang mempunyai fasilitas neonatal intensive care
12
2.7 Pencegahan persalinan preterm
ANC yang baik adalah yang terpenting dapat membantu untuk mendeteksi
beberapa dari faktor ibu dan anak yang dapat memicu persalinan preterm. Pasien
dengan faktor risiko tinggi diberikan edukasi mengenai gejala dan tanda bahaya
yang mengarah pada persalinan preterm. Hal yang paling penting adalah bed rest
preterm.9
1. Preeklamsi
2. Fetal distress
2.8 Komplikasi10
13
bronkopulmonari, dan apneu penyakit jalan nafas
pada bayi prematur. reaktif, dan asma.
2. Pencernaan dan hiperbilirubinemia, intoleran Gagal berkembang,
nutrisi dalam makan, necrotizing sindroma usus pendek,
enterocolitis, gagal tumbuh Kolestasis
3. Imunologi Infeksi yang didapat di rumah Respiratory syncytial
sakit, daya tahan tubuh kurang, virus infection,
infeksi perinatal bronchiolitis
4. Sistem saraf pusat Perdarahan intraventrikular, Cerebral palsy,
Leukomalacia periventrikular, hidrosefalus, serebral
Hidrosefalus Atrofi, keterlambatan
perkembangan saraf,
Gangguan pendengaran
5. Ophthalmological Retinopathy of prematurity Kebutaan, retinal
detachment, myopia,
strabismus
6. Cardiovascular Hypotension, patent ductus Pulmonary
arteriosus, hypertension, hipertensi
pulmonary hypertension ketika dewasa
7. Ginjal Gangguan air dan elektrolit, Hipertensi ketika
gangguan keseimbangan asam dewasa
basa
8. Hematological Anemia iatrogenik, perlu
sering transfusi, anemia
prematuritas
9. Endocrinological Hipoglikemia, tingkat tiroksin Gangguan regulasi
sementara rendah, kekurangan glukosa, peningkatan
kortisol resistensi insulin
2.9 Prognosis
Usia kehamilan dan berat lahir sangat berpengaruh terhadap mortalitas dan
anak yang lahir pada usia kehamilan 22-27 minggu memiliki gangguan
palsy dan gangguan intelektual yang tinggi. Bayi yang lahir pada usia kehamilan
tingkat mortalitas dan komplikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka
yang tidak. Bayi yang lahir pada usia kehamilan 34-36 minggu dengan exposure
14
kortikosteroid antenatal juga memiliki insidens gangguan pernafasan yang lebih
rendah.11
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis :
Keluhan Utama
Seorang pasien perempuan usia 21 tahun datang ke IGD Rumah Sakit
Unand Padang pada tanggal 3 Februari 2019, pukul 11.50 WIB dengan
keluhan keluar lendir bercampur darah dari kemaluan sejak 3 jam yang lalu
sebelum masuk rumah sakit.
15
Nyeri pinggang yang menjalar ke ari-ari sejak 16 jam yang lalu sebelum
masuk rumah sakit.
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada.
Keiuar darah yang banyak dari kemaluan tidak ada.
Tidak haid sejak ± 8 bulan yang lalu.
HPHT : 20-05-2018 TP : 06-02-2019.
Gerakan janin telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu.
RHM : mual (+), muntah (-), perdarahan (-).
ANC: kontrol rutin ke bidan.
RHT: Mual (-), muntah (-), perdarahan (-).
Riwayat menstruasi: menarche umur 12 tahun, siklus haid teratur,
lamanya 4-5 hari, banyaknya 2-3 x ganti duk/hari, nyeri haid (-).
Riwayat demam (-),kaki bengkak (-),pandangan kabur (-).
Riwayat konstipasi (-), nyeri BAK (-), nyeri kepala (-), keputihan (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, diabetes
melitus, dan hipertensi.
Riwayat alergi tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit keturunan,
menular, dan kejiwaan.
Riwayat Perkawinan : 1 x tahun 2014
Riwayat Kehamilan/Abortus/Persalinan : G2P1A0H1
1. 2015, laki-laki, 1600 gram, preterm, lahir spontan, ditolong bidan, hidup
2. Sekarang
Riwayat Kontrasepsi : tidak ada
Riwayat Imunisasi : tidak ada
Riwayat Pendidikan : SMP
Riwayat Pekerjaan : Pasien seorang ibu rumah tangga dengan aktifitas fisik
ringan-sedang
Riwayat Kebiasaan : merokok (-), alkohol (-), narkoba (-)
16
Berat Badan sebelum hamil : 49 Kg
Berat Badan sesudah hamil : 57 Kg
LILA : 24 cm
Vital sign :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Nafas : 22x/menit
Temperatur : 36,70 C
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher :
Inspeksi :JVP 5-2 cmH2O, kelenjar tiroid tidak tampak membesar
Palpasi :tidak teraba pembesaran kenjar tiroid dan tidak teraba
pembesaran kenjar getah bening
Thoraks :
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : irama jantung reguler, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus normal kiri dan kanan
Perkusi : sonor kiri dan kanan
Auskultasi : suara napas vesikuler , ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : status Obstetri
Genitalia : status Obstetri
Ekstremitas : edema (+), Akral hangat, CRT <2 detik
Status Obstetrikus :
Muka : chloasma gravidarum (-)
Mammae : membesar, aerola dan papilla mammae hiperpigmentasi
(+), pembesaran kelenjar montgomery (+).
Abdomen
17
Inspeksi : tampak membuncit sesuai dengan usia kehamilan preterm.
Linea mediana hiperpigmentasi (+), striae gravidarum (+),
sikatrik (-)
Palpasi :
L1 : FUT teraba 2 jari dibawah processus xyphoideus.
Teraba massa besar, lunak, noduler
L2 : teraba tahanan terbesar janin di sebelah kiri ibu.
Teraba bagian-bagian kecil janin di sebelah kanan ibu.
L3 : teraba massa keras, terfiksir.
L4 : konvergen
TFU : 28 cm TBA : 2325 gr His : 1-2x/20"/S
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N, DJJ : 145-155 x/menit
Genitalia :
Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)
VT : Ø 2-3 cm, portio lunak
Ketuban (+) utuh
Kepala uuk Hodge I-II
3.5 Diagnosa :
G2P1A0H1 Parturien Preterm 35-36 minggu Kala I Fase Laten.
3.6 Sikap :
Kontrol keadaan umum, vital sign, His, DJJ
Ikuti persalinan
IVFD RL 20 tpm
18
Inj Ceftriaxon 2x1 gram
Inj Dexametason 2x5 mg (2 ampul)
Rencana :
Persalinan partus pervaginam
PERJALANAN PENYAKIT
Tanggal 3 Februari 2019 Pukul 14.00 WIB
S : Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari
Pasien semakin kesakitan, merasa seperti ingin buang air besar
Pasien ingin mengeran
Gerakan janin (+)
O : KU Kes TD Nd Nfs T
Sdg CMC 110/70mmHg 82x/i 20x/i 36,7 0C
Abdomen:
His : 4-5x/50"/K
DJJ : 120-130 x/mnt
Genitalia :
Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)
VT : Ø lengkap
Ketuban (+) utuh
Teraba kepala UUK kiri depan Hodge III
A : G2P1A0H1 Parturien Preterm 35-36 minggu Kala II
Janin Hidup Tunggal Intra Uterin
P :
Kontrol KU, VS, HIS, DJJ
Amniotomi
Pimpin persalinan
Rencana : Partus pervaginam
LAPORAN PERSALINAN
19
Jam 14.00 terlihat adanya tanda kala II persalinan, yaitu ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran, tekanan meningkat pada rektum dan
vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan sfingter ani membuka.
Menyiapkan pertolongan persalinan:
Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk resusitasi tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk/kain
bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm
di atas tubuh bayi
Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set
Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik :
Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% )
Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap Bila
selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi
Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 - 160x/ menit)
Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan
meneran.
Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
20
Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan janin, dan dokumentasikan semua
temuan yang ada.
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran
secara benar.
Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran:
Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
Berikan cukup asupan cairan peroral (minum)
Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120
menit (2 jam) meneran (Primigravida) atau 60 menit (1 jam)
meneran (multigravida)
Lindungi perineum dengan tangan kanan (dibawah kain bersih dan
kering), ibu jari pada salah satu perineum dan 4 jari tangan pada sisi
perineum yang lain. Tangan kiri menahan kepala bayi untuk menahan
posisi tetap fleksi saat keluar secara bertahap melewati introitus dan
perineum. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan
dangkal.
Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong di antara dua klem tersebut.
Pada pasien ini tidak terdapat lilitan tali pusat.
21
Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas (sanggah
susur).
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
kepunggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki
dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
Jam 14.05 WIB.
Lahir bayi perempuan, Bayi lahir cukup bulan, menangis kuat dan
bergerak aktif.
Bayi dikeringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk / kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus.
Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
Pemotongan dan pengikatan tali pusat: Dengan satu tangan. Angkat tali
pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan dilakukan
22
pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. Kemudian dilakukan
pengikatan tali pusat.
Agar ada kontak kulit ibu kekulit bayi, bayi diletakkan tengkurap di dada
ibu. Lurus kan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada / perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari puting payudara ibu dan selimuti bayi
Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.
Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi pelepasan plasenta. Tangan lain meregangkan tali pusat.
Saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorso
kranial.
Timbul tanda-tanda pelepasan plasenta:
Fundus uteri naik
Tali pusat yang terlihat menjadi lebih panjang ± 3 cm
Bentuk uterus menjadi membulat dan keras
Disertai pengeluaran darah dengan tiba-tiba
Saat plasenta muncul di introitus vagina, plasenta dilahirkan dengan kedua
tangan. Memegang dan memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadahnya.
Setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, dilakukan masase uterus dengan
meletakkan telapak tangan pada difundus dan dilakukan gerakan
melingkar hingga uterus berkontraksi.
Memeriksa plasenta dan selaput plasenta,
Plasenta lahir spontan, lengkap 1 buah, berat ± 500 gram, insersi
parasentralis. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum (dengan 2
jari telunjuk dan tengah tangan kanan membuka liang vagina untuk memeriksa
apakah ada laserasi atau robekan perineum dan vagina yang menyebabkan
perdarahan). Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Melakukan asuhan pasca persalinan, yaitu :
Memastikan uterus berkontraksi baik.
Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
23
Dilakukan penimbangan bayi, memberikan tetes mata antibiotika dan vit
K.
Berat badan bayi : 2550 gram
Panjang badan bayi: 44 cm
Evaluasi perdarahan : perdarahan ± 200 cc
Diagnosis :
P2A0H2 post partus pervaginam
Neonatus kurang bulan, laki-laki, BB 2550 gr, PB 44 cm.
Sikap :
Kontrol KU,VS, PPV, kontraksi
Awasi kala IV
Terapi :
Cefixime 2x200 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Sulfat ferosus 1x300 mg
Vitamin C 3x50 mg
Rencana:
Pindah ke bangsal
KALA IV
Jam ke Waktu TD Nadi Suhu TFU Kontraksi Kandung Darah
uterus kemih
1 14.15 120/70 82x 36,80 2 jari bpst Baik Kosong Normal
24
Follow up
Tanggal 4 Februari 2019, pukul 06.30 WIB
S : Demam (-), ASI (+/+), BAK (+) , BAB (+), PPV (-)
O : KU Kes TD Nd Nfs T
Sdg CMC 120/80 88x/i 20x/i 36,8 0C
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak sedikit membuncit
Palpasi : FUT 2 jari bawah pusat, kontraksi baik
NT(-), NL (-),DM(-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) Normal
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)
A : P2A0H2 post partus pervaginam
P :
Sikap
Kontrol KU, VS, PPV
Mobilisasi dini
Breast care
Vulva hygiene
Terapi :
Cefixime 2x200 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Sulfat ferosus 1x300 mg
Vitamin C 3x50 mg
Rencana : Pulang
BAB 4
DISKUSI
25
Pasien perempuan berumur 21 tahun datang ke Rumah Sakit Unand
dengan keluhan utama keluar lendir bercampur darah dari kemaluan sejak 3 jam
sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengatakan nyeri pinggang yang menjalar ke ari-ari sejak 16 jam
sebelum masuk rumah sakit. Keluar air-air yang banyak dari kemaluan dan keluar
darah yang banyak dari kemaluan tidak ada. Keluhan yang dialami pasien
menunjukkan tanda dan gejala dari inpartu. Pasien sudah tidak haid sejak 8 bulan
yang lalu (HPHT: 20 Mai 2018). Usia kehamilan pasien kurang dari 37 minggu
dikategorikan sebagai persalinan preterm.
Berdasarkan anamnesis didapatkan adanya riwayat persalinan preterm
sebelumnya di usia masi muda dengan tingkat psiko sosio ekonomi dapat menjadi
faktor predisposisi persalinan preterm.
Pada pemeriksaan leopold ditemukan tinggi fundus uteri teraba 3 jari di
bawah prosesus xiphoedeus, teraba tahanan terbesar janin disebelah kiri ibu,
bagian terbawah teraba massa keras dan terfiksir. Pada pemeriksaan VT
pembukaan sebesar 2-3 cm. Ketuban masih utuh. Pasien didiagnosa dengan
G2P1A0H1 Parturien Preterm 35-36 minggu Kala I Fase Laten. Tindakan
selanjutnya observasi pembukaan serviks hingga lengkap dan masuk ke kala II.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb: 11,4 gr/dl, leukosit:
14.550/mm3, trombosit : 143.000/mm3, hematokrit: 33%, PT: 9.00”, APTT: 33.0”.
Hasil ini menunjukkan dalam batas normal.
Pada pukul 14.00 WIB terlihat adanya tanda kala II persalinan yaitu ibu
merasa ada dorongan kuat untuk meneran, tekanan meningkat pada rektum dan
vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan sfingter ani membuka. Pembukaan
sudah lengkap tetapi ketuban masih utuh, maka dilakukan amniotomi. Tindakan
asuhan persalinan normal dilakukan. Bayi pun lahir pada pukul 16.05 dengan
jenis kelamin laki-laki dan berat badan 2550 gram, menangis kuat dan bergerak
aktif. Pasien pun masuk ke Kala III , beberapa saat setelah itu plasenta pun lahir
spontan lengkap 1 buah berat ±500 gram, pada fase ini dilakukan manajemen aktif
kala 3 antara lain pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah
bayi lahir, melakukan peregangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri.
26
Setelah itu pasien pun masuk ke kala IV, pada pasien dilakukan evaluasi
kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Berdasarkan kepustakaan manajemen aktif kala III ini bertujuan untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat
waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah pada kala tiga
persalinan jika dibandingkan dibiarkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
Sebelum persalinan diberikan ceftriaxon 2x1 gram iv untuk mencegah
infeksi pada kehamilan yang beresiko dan dexametason 2x10 mg iv untuk
pematangan surfaktan paru janin dan mencegah perdarahan intraventrikular.
Setelah asuhan persalinan normal selesai pasien di pindahkan ke ruang rawat dan
diberikan cefixime 2x200 mg untuk mencegah infeksi post partum, asam
mefenamat 3x500 mg untuk mengurangi nyeri, sulfat ferosus 1x300 mg untuk
mencegah anemia, serta vitamin C 3x50 mg suplemen untuk mempercepat proses
penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
27
1. Prawiroharjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta : P.T Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo; 2013: 667-676.
5. Center for Disease Control and Prevention (CDC). Preterm birth. 2017.
https://www.cdc.gov/reproductivehealth/maternalinfanthealth/pretermbirth.ht
m diakses tanggal 05 Februari 2019.
10. Cunningham FG, et al. Obstetri Williams (Williams Obstetri). Jakarta : EGC;
2013.
28
11. Furdon S. Prematurity. 2017. https://emedicine.medscape.com/article/975909-
overview#showall diakses tanggal 05 Februari 2019.
29