PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mereka yang malang, tak mampu mengelak dari takdir bahwa kasih sayang
yang ia terima akan jauh, disebabkan oleh ayah dan ibu mereka yang telah
tiada. Atau, tidak memberi porsi perhatian kasih-sayang pada kita.
Menghardik anak yatim adalah refleksi kesombongan diri, merasa diri lebih
baik dan Allah menolak kesombongan. Oleh sebab itu, mereka yang sombong
dan bakhil seperti kata Hamka dengan menghardik anak yatim sebagai
simbolisasi, patut diucap sebagai "pendusta agama".
Dan ini menunjukkan pula bahwa Islam memiliki visi kemanusiaan. Dan
visi kemanusiaan ini harus diterjemahkan ke dalam amal nyata atau kehidupan
sehari-hari. Dengan memberi makan orang miskin yang memerlukan.
Mengutamakan sifat individualis, berarti seseorang telah melanggar visi
kemanusiaan. Ialah "pendusta agama". Agama bukan hanya bersifat vertikal,
terkungkung dan terpenjara di mesjid. Agama ialah kemanusiaan yang
membebaskan dan mencerahkan.
Ada tiga parameter celakanya (wail) orang-orang yang shalat (ayat 4-7).
Pertama, mereka yang lalai dalam shalatnya (ayat 5). Kedua, mereka yang
berbuat riya' (ayat 6). Ketiga, mereka yang menolak memberi pertolongan.
Buya Hamka menafsirkan bahwa "lalai" berarti shalat tanpa diikuti oleh
kesadaran sebagai hamba Allah. Kata Buya Hamka: "Saahuun; asal arti
katanya ialah lupa. Artinya dilupakannya apa maksud sembahyang itu, tidak
didasarkan atas pengabdian kepada Allah, walau ia mengerjakan ibadah.
Ibadah tanpa kesadaran, adalah sebuah kelalaian, begitu tafsir Buya Hamka.
Kesadaran penting, manakala kita melakukan purifikasi atas niat beribadah itu.
Mereka yang berbuat riya' berarti menodakan niat ikhlasnya pada sesuatu
yang bukan pada Allah. Menisbatkan sesuatu yang seharusnya
dipersembahkan pada Allah misalnya: shalat dan ibadah justru kepada benda
4
ciptaan Allah. Shalat dalam kerangka ini hanya membawa kecelakaan. Kata
Buya Hamka, kadang-kadang dia menganjurkan memberi makan fakir miskin,
kadang-kadang kelihatan dia khusyu' sembahyang; tetapi semuanya itu
dikerjakannya karena ingin dilihat, dijadikan reklame. Dalam bahasa yang
lebih moderen, shalat hanya dijadikan citra untuk kekuasaan, untuk amal
keduniaan.
5
2.2 GERAKAN PEDULI PADA FAKIR MISKIN DAN YATIM PIATU
Gerakan peduli pada fakir miskin dan yatim piatu salah satunya adalah
berzakat. Di jelaskan dalam Surat At-Taubah : 60 tentang
kelompok penerimaanzakat, fakir miskin dan yatim piatu termasuk golongan
yang wajib menerima zakat. Karena anak yatim dan yatim piatu adalah anak
yang ditinggal meninggal oleh orang tuanya baik ayahnya atau ibunya atau
keduanya dan belum dewasa serta belum dapat mencari nafkah
sendiri. Sedangkan fakir miskin adalah golongan yang tidak mendapati sesuatu
yang mencukupi kebutuhan mereka. Ada yang mencontohkan bahwa fakir itu
pendapatan sehari-hari kurang dari separuh kebutuhannya, sedangkan miskin
pendapatannya kurang dari kebutuhannya tetapi pendapatannya diatas 50%
kebutuhannya namun masih kurang.
6
2.3 BENTUK DAN MODEL GERAKAN SOSIAL MUHAMMADIYAH
1. Bidang Pendidikan
2. Bidang Kesehatan
7
d. Balai Pengobatan berjumlah 846
e. Apotek dan KB berjumlah 4
4. Bidang Kaderisasi
8
2.4 REVITALISASI GERAKAN MUHAMMADIYAH
9
7. Pengembangan model-model kegiatan/aksi yang lebih sensitif
terhadap kepentingan-kepentingan aktual/nyata umat, masyarakat, dan
dunia kemanusiaan dengan pengelolaan yang lebih konsisten.
8. Menggerakkan seluruh potensi angkatan muda dan organisasi otonom
Muhammadiyah sebagai basis kader dan pimpinan Persyarikatan.
9. Meningkatkan bimbingan, arahan, dan panduan kepada seluruh tingkatan
pimpinan dan warga Muhammadiyah.
10. Menggerakkan kembali Ranting dan jamaah sebagai basis gerakan
Muhammadiyah.
1. Revitalisasi Teologis
2. Revitalisasi Ideologis
10
krisis kemuhammadiyahan, maka krisis tersebut harus dibaca dalam
konteks pelemahan ideologis di kalangan muhammadiyah karena tuntutan-
tuntutan dan pertimbangan-pertimbangan yang biasanya serba pragmatis.
3. Revitalisasi Pemikiran
4. Revitalisasi Organisasi
11
5. Revitalisasi Kepemimpinan
7. Revitalisasi Aksi
12
gerakan anti korupsi, kegiatan-kegiatan pembinaan umat yang bercorak
partisipatif, dan aktivitas sosial masyarakat lainnya semangat etos Al-Maun.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
https://wahyutris13.blogspot.com/2016/04/muhammadiyah-sebagai-gerakan-
sosial.html
15