BRONCHOPNEUMONIA
3. Etiologi
a. Bakteri
Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza,
klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
e. Aspirasi benda asing
f. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronchopnemonia adalah daya tahan
tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit
menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna. (Smeltzer, Suzanne C,
2001)
4. Tanda dan Gejala
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
Nyeri pleuritik
Nafas dangkal dan mendengkur
Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
Mengecil, kemudian menjadi hilang
Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis
Area sirkumoral
Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas.
5. Fatofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh
virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga
terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya
penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan
mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang
terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan
napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan
produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga
fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak
lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas,
hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan
yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. (Smeltzer, Suzanne C, 2001)
Alveolus
Akumulasi secret
Set point bertambah
Reaksi peradangan pada
Obstruksi jalan napas bronchus dan alveolus
Fibrosus dan
pelebaran Respon menggigil
Gangguan ventilasi Rangsangan batuk
Atelektasis Reaksi
peningkatan
Bersihan jalan panas tubuh
Nyeri pleuritik
nafas tidak efektif Gangguan
difusi
Hipertermi
Gangguan rasa
Peningkatan nyaman nyeri Gangguan
frekuensi pertukaran
napas gas
Evaporasi
meningkat
8. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2002), bronchopneumonia pada anak bila tidak ditangani
dengan baik akan mengakibatkan komplikasi sebagai berikut :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Otitis Media Acute
d. Infeksi sitemik
e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
9. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2002), Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi, tetapi karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu therapy secepatnya
maka biasanya diberkan :
a. Penisillin 50.000 U/ kgbb/hari, ditambah dengan chloramfenicol 50-70
mg/kgbb/hari atau diberkan antibiotic yang mempunyai spectrum luas seperti
Ampicillin, pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari
b. Pemberian oksigen, fisioterafi dada dan cairan intravena biasanya diperlukan
campuran glucose dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan
KCl 10 mEq / 500 ml/ botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat kurang
makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis
gas darah arteri.
Manipulatif
Umur Motorik/Sensorik Sosial Bahasa
Sampai 1 Reflek-reflek
bulan primitif
Dapat enghisap
Menggenggam,
Memberikan
respon terhadap
suara-suara
mengejutkan
1-3 bulan Menegakkan Memberikan
kepala sebentar, respon senyum
Mengadakan
gerakan-gerakan
merangkak jika
tengkurap
Manipulatif
Umur Motorik/Sensorik Sosial Bahasa
3-4 bulan Mengangkat Tersenyum. Bersuara jika Mulai
kepala dari posisi diajak bicara. mengamati
tengkurap dalam tangan sendiri
waktu yang Mampu untuk
singkat. memegang
Memalingkan kerincingan.
kepala ke arah
suara.
5-9 bulan Berguling dari Memperlihatkan Bervokalisasi Mulai
sisi ke sisi ketika kegembiraan suara-suara memindahkan
terlentang. dengan berlagak bergumam, benda dari
Memalingkan dan tersipu- suaraseperti satu tangan ke
kepala pada "da", "ma". tangan
sipu.
orang yang lainnya.
berbicara. Mampu
memanipulasi
benda-benda.
Manipulatif
Umur Motorik/Sensorik Sosial Bahasa
3 tahun Berlari bebas Mengetahui Berbicara Menggambar
Melompat nama dan jenis dengan lingkaran
Mengendari kelaminnya kalimat- Menggambar
sepeda roda sendiri dapat kalimat gambar-
tiga. diberi pendek. gambar yang
pengertian dapat
Bermain secara dikenal.
konstruktif dan
imitatif.
4) Hubungan Interpersonal
Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting dalam
perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual, dan
kepribadian. luasnya rentang kontak penting untuk pembelajaran dan
perkembangan kepribadian yang sehat.
5) Tingkat Sosioekonomi
Riset menunjukkan bahwa tingkat sosioekonomi keluarga anak
mempunyai dapak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan.
6) Penyakit
Banyak penyakit kronik dan Gangguan apapun yang dicirikan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna dan mengabsorbsi nutrisi tubuh akan
member efek merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan.
7) Bahaya lingkungan
Bahaya dilikungan adalah sumber kekhawatiran pemberi asuhan
kesehatan dan orang lain yang memerhatikan kesehatan dan keamanan.
Bahaya dari residu kimia ini berhubungan dengan potensi kardiogenik, efek
enzimatik, dan akumulasi. (Baum dan Shannon, 1995)
8) Stress pada masa kanak-kanak
Stress adalah ketidakseimbagan antara tuntutan lingkungan dan sumber
koping individu yang menggangggu ekuiibrium individu tersebut. ( mastern
dkk, 1998)
Usia anak, temperamen situasi hidup, dan status kesehatan
mempengaruhi kerentanan, reaksi dan kemampuan mereka untuk mengatasi
stress. Koping adalah tahapan khusus dari reaksi individu terhadap stressor.
Strategi koping adalah cara khusus anak mengatasi stersor ang dibedakan dari
gaya koping yang relative tidak mengubah karakteristik kepribdian atau hasil
koping. ( Ryan-wengger, 1992)
9) Pengaruh media masa
Terdapat peningkatan kekhawatiran mengenai berbagai pengaruh media
pada perkembangan anak. (Rowitz, 1996)
d. Masa sekolah
Timbul kecemasan : berpisah dengan lingkungan yang dicintainya
Kehilangan kontrol karena adanya pembatasan aktivitas
Kehilangan kontrol : perubahan peran dalam keluarga, kehilangan
kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau
pergaulan sosial, perasaan takut mati dan adanya kelemahan fisik
Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri : ekspresi baik secara verbal
maupun nonverbal : anak sudah mampu mengkomunikasikannya, sudah
mampu mengontrol perilaku jika merasa nyeri : menggigit bibir/menggigit
dan memegang sesuatu dengan erat.
e. Masa remaja
Timbul perasaan cemas : harus berpisah dengan teman sebayanya
Pembatasan aktivitas di RS : anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan
menjadi tergantung pada keluarga atau pertugas kesehatan.
Reaksi yang sering muncul : menolak perawatan atau tindakan yang
dilakukan, anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau
menarik diri dari keluarga, sesama pasien dan petugas kesehatan.
Perasaan sakit : respon anak bertanya-tanya, menarik diri dari
lingkungannya / menolak kehadiran orang lain.
3) Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak
a. Perasaan cemas dan takut
Perasaan cemas dan takut : mendapat prosedur menyakitkan
Cemas paling tinggi : menunggu informasi tentang diagnosa penyakit
anaknya.
Takut muncul : takut kehilangan anak pada kondisi sakit terminal
Perilaku : sering bertanya/bertanya tentang hal yang sama secara berulang-
ulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang dan marah.
b. Perasaan sedih
Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal
Perilaku : isolasi, tidak mau didekati orang lain, tidak kooperatif terhadap
petugas kesehatan.
c. Perasaan frustasi
Putus asa dan frustasi : anak yang telah dirawat cukup lama dan tidak
mengalami perubahan, tidak adekuatnya dukungan psikologis.
Perilaku : tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan, menginginkan
pulang paksa.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
1. Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, perawat yang mengkaji, nomor medical record.
2. Identitas klien dan keluarga klien meliputi : nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, suku bangsa dan alamat.
3. Ayah meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat
4. Ibu meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat saudara
kandung meliputi: umur, jenis kelamin dan pendidikan
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Provocative, yaitu penyebab/hal-hal yang mendahului sebelum terjadi
keluhan utama. Pada pasien bronchopneumonia biasanya didahului oleh
infeksi traktus respiratorius atas.
Qualitas/quantitas, yaitu seberapa berat keluhan dirasakan, bagaimana
rasanya seberapa sering terjadinya. Pada pasien bronchopnemonia keluhan
yang dirasakan yaitu sesak nafas, dan demam tinggi sampai kejang.
Region/radiasi, yaitu lokasi keluhan utama tersebut dirasakan/ditemukan,
daerah/area penyebaran sampai kemana. Pada pasien bronchopnemonia
biasanya sesak dirasakan pada seluruh daerah dada.
Severity scale, yaitu skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai seberapa
jauh. Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak dirasakan sangat berat
diikuti oleh demam tinggi dan kejang sampai terjadi penurunan kesadaran.
Timing, yaitu kapan keluhan tersebut mulai ditemukan/dirasakan pada
pasien bronchopnemonia keluhan dirasakan berat pada saat malam hari
dan aktifitas yang berlebihan. (Carpenito, 2008)
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi penyakit yang pernah dialami (apa kapan dirawat/tidak dimana,
reaksi anak), pernah dirawat (dimana, kapan, berapa lama, bagaimana reaksi
anak), pengobatan yang pernah diberikan (jenis, berapa lama, dosis), tindakan
medis (operasi, vena pungtie dan lain-lain) alergi atau tidak. Adanya riwayat
infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam, anorexia, sukar
menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan
imunitas seperti malnutrisi, anggota keluarga lain yang mengalami sakit
saluran pernapasan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi keluarga inti, ayah, ibu, nenek, kakek, parnan, bibi dan lain-
lain, penyakit yang pernah diderita/masih diderita penyakit menular, penyakit
keturunan dan lain-lain.
5. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Meliputi penyakit ibu selama hamil, perdarahan, makanan pantangan,
pemeriksaan kehamilan.
Trisemester I (0-12 minggu) tiap 4 minggu (7 kali pemeriksaan)
Trisemester II (13-24 minggu) : tiap 2 minggu (7 kali pemeriksaan)
Trisemester III (25-36 minggu) : tiap minggu sampai bayi lahir
imunisasi TT 2 kali selama kehamilan
b. Intra Natal
Meliputi : bayi waktu lahir ditolong siapa, jenis persalinan, Apgar
score, berat badan lahir, adakah proses kelahiran yang lama, perdarahan,
posisi janin waktu lahir.
c. Post Natal
Meliputi kesehatan ibu yang buruk pada masa post natal, kesehatan
bayi, kelainan congenital, infeksi, hipo/hipertermin nutrisi (colostrums)
segera setelah lahir, menunggu asi keluar diganti pasi, pantangan makanan
ibu.
6. Riwayat Tumbuh Kembang
Meliputi kejadian penting pada perkembangan masa kanak-kanak
seperti tengkurap, berjalan, imunisasi dan lain-lain.
7. Riwayat Psikologis
a. Pola interaksi, meliputi dengan orang tua, teman dan orang lain
b. Pola kognitif, meliputi kemampuan berfikir, berbahasa dan intelegensi
c. Pola emosi, meliputi bila marah, sedih, takut, gembira dan lain-lain
d. Konsep diri meliputi penilaian atau pandangan terhadap dirinya; harga diri,
bodi image, ideal diri / cita-cita hal yang terbaik, dan aktualisasi diri.
e. Pola pertahanan diri, meliputi bagaiman keluarga menghadapi masalah
yang dihadapi. (Anastasia anne, 2006)
8. Riwayat Sosial
Yang harus dikaji adalah pola kultural atau norma yang berlaku,
rekreasi, lingkungan tempat tinggal klien dan keadaan ekonomi.
9. Kebiasaan Sehari-hari
Meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktifitas seperti bermain dan
personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Pengukuran pertumbuhan meliputi : tinggi badan, berat badan, lingkar
kepala atas dan lingkar dada
Pengukuran tanda vital meliputi : tensi darah, nadi, respirasi dan suhu
Keadaan sistem tubuh
2. Sistem optalmikus
Inspeksi : bentuk, warna konjunctiva, pupil, dan sklera
Palpasi : adanya oedema, massa dan peradangan.
Pada pasien bronchopneumoni biasanya ditemukan perubahan warna
sklera mata bila terjadi hipertermi.
3. Sistem respiratorik
Inspeksi : observasi penampilan umum, konfigurasi thorak, kaji terhadap
area intercosta dan penggunaan otot tambahan, evaluasi kulit, bibir dan
membran mukosa, kaji kuku mengenai warnanya. Palpasi mengetahui
adanya masa, pembesaran kelenjar limfe, bengkak, nyeri, pulpasi,
krepitasi dan fokal fremitus
Perkusi : untuk mengetahui batas dan keadaan paru-paru
Auskultasi : untuk mengevaluasi bunyi nafas yang meliputi frekuensi,
kualitas, tipe dan adanya bunyi tambahan.
Pada penderita bronchopneumonia biasanya ditemukan dispneu,
pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung, dan
penggunaan otot-otot tambahan, suara nafas abnormal (ronchi) dan batuk
dengan produksi sputum.
4. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : warna kulit, anggota tubuh dan membran mukosa, pelpebra
anemis atau tidak, periksa prekordium dan adanya oedema palpasi:
seluruh dada terhadap impuls apikal, getaran dan nyeri tekan, palpasi
nadi dan oedema perifer
Perkusi : untuk mengetahui batas jantung
Auskultasi : untuk mendengarkan bunyi akibat vibrasi karena kegiatan
jantung.
Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan hipotensi, tanda-tanda
sianosis pada mulut dan hidung, nadi cepat dan lemah.
5. Sistem gastro intestinal
Inspeksi : mengetahui keadaan warna, lesi / kemerahan pada abdomen
dan gerakan abdomen.
Auskultasi : untuk mengetahui frekuensi, nada dan intensitas bising usus
yang dihasilkan
Perkusi : mengetahui adanya gelembung udara dalam saluran cerna dan
pekak hati.
Palpasi : untuk merasakan adanya spasme otot, nyeri tekan, masa
krepitasi subkutan dan organ abdomen.
Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan diare, mual, muntah,
penurunan berat badan dan distensi abdomen.
6. Sistem neurologis
Inspeksi:untuk mengetahui penampilan umum dan perilaku pasien
Perkusi : mengetahui refleks pasien.
Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan gelisah, bila
suhu terus-menerus meningkat dapat menimbulkan kejang dan penurunan
kesadaran.
7. Sistem muskulo skeletal
Inspeksi : mengetahui keadaan penampilan umum dan keadaan
exstremitas.
Palpasi : mengetahui masa dan keadaan otot
Perkusi : untuk mengetahui adanya reflek dan kekuatan otot
Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan kelelahan,
tonus otot, email, penurunan kekuatan otot, dan intoleransi aktifitas.
8. Sistem urogenetalia
Inspeksi : mengetahui warna, tekstur, luka memar pada kulit dan
perhatikan keadaan panggul dengan adanya mass /pembesaran.
Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk ventilasi yang 1. Memungkinkan ekspansi paru maksimum
efektif berhubungan keperawatan selama .......x 24 jam, maksimum contoh : posisi
dengan proses menunjukan fungsi pernapasan normal, semifowler
2. Hindari pakaian yang ketat
inflamasi dengan kriteria :
3. Beri oksigen lembab sesuai
ketentuan 2. Untuk menghindari penekanan diafragma
Frekuensi napas 20-40 x/menit 4. Tingkatkan istirahat dan tidur dengan 3. Meningkatkan reoksigenasi
(menurut Katreen Morgan Speer penjadwalan yang tepat
(2008)
Tidak ada penggunaan otot-otot 4. Memudahkan proses penyembuhan dan
aksesori pernapasan meningkatkan tahanan alamiah
Pernapasan teratur
Anak istirahat dan tidur dengan baik
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi atau kedalaman 1. Tachipneu, pernapasan dangkal dan gerakan
tidak efektif keperawatan selama ......x 24 jam, jalan pernapasan dan gerakan dada dada sering terjadi karena ketidaknyamanan
berhubungan dengan napas bersih, dengan kriteria hasil : 2. Hisap secret sesuai kebutuhan 2. Merangsang batuk atau pembersihan jalan
napas secara mekanik pada pasien yang
akumulasi secret pada
Jalan napas bersih tidak mampu melakukan karena batuk tak
Bronkhiolus efektif
Suara napas vesikuler
3. Memudahkan pengeluaran secret
Frekuensi napas 20-40 x/menit
4. Penurunan aliran udara terjadi pada area
(menurut Katreen Morgan Speer
konsolidasi ronchi terjadi akibat respon
(2008)
3. Lakukan fisioterapi dada terhadap secret auskultasi area paru catat
Tidak ada dyspneu
4. Auskultasi area paru catat adanya adanya ronchi
Tidak ada ronchi ronchi 5. Untuk mencegah pengerasan sekresi nasal
dan pengeringan membrane mukosa.
6. Memudahkan pengenceran dan pengeluaran
secret
Diagnosis
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Cemas berhubungan setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Beri aktifitas pengalihan yang tepat 1. Untuk mengalihkan perhatian anak
dengan dyspneu selama .....x 24 jam, cemas hilang sesuai kondisi anak : misal
/berkurang, dengan kriteria hasil : membacakan cerita/ dongeng
2. Beri tindakan kenyamanan yang
Anak tidak menunjukan tanda-tanda diinginkan anak
ketidaknyamanan fisik seperti 3. Beri obyek kedekatan misal : mobil- 2. Berikan obyek kedekatan missal : boneka
gelisah mobilan
Anak tampak tenang dan dapat
melakukan aktifitas seperti biasa 3. Untuk mengalihkan perhatian anak
Tanda-tanda vital dalam batas
normal : TD : 86/54 mmhg, N : 130
x/menit, R : 20-40 x/menit S :
36,5o-37o C
Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Pantau tanda-tanda vital tiap 4 jam 1. Untuk memantau status kesehatan
penyebaran infeksi selama .........x 24 jam, infeksi sekunder sekali
berhubungan dengan tidak terjadi, dengan kriteria hasil : 2. Dorong tehnik mencuci tangan yang
baik 2. Mencegah infeksi nasokomial
adanya organisme
3. Kolaborasi : berikan antibiotic sesuai
infeksi Terjadi penurunan tanda-tanda
indikasi
infeksi
4. Dorong keseimbangan istirahat 3. Obat ini digunakan untuk membunuh
Tanda-tanda vita normal : TD : 86/54 adekuat dengan aktifitas sedang mikroorganisme inefektif
mmhg, N : 130 x/menit, R : 20-40 5. Batasi pengunjung sesuai indikasi 4. Memudahkan proses penyembuhan
x/menit, S : 36,5o-37o C
5. Menurunkan pemajanan terhadap pathogen
infeksi lain
Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji tingkat toleransi fisik anak 1. Menunjukan respon fisiologis klien
berhubungan dengan selama .........x24 jam, terjadi terhadap aktifitas
ketidakseimbangan peningkatan toleransi aktifitas, dengan 2. Penghematan energi membantu
2. Bantu anak dalam aktifitas hidup menurunkan energi sehingga membantu
antara suplay dan kriteria hasil :
sehari-hari dalam keseimbangan suplay oksigen
kebutuhan oksigen 3. Tehnik penghematan energi untuk
Tidak ada dyspneu menurunkan penggunaan energi
Tanda-tanda vital dalam batas 3. Beri periode istirahat dan tidur yang 4. Konsumsi oksigen selama aktifitas dapat
normal : TD : 86/54 mmhg, N : sesuai dengan usia dan kondisi meningkatkan jumlah oksigen yang ada
130 x/menit, R : 20-40 x/menit, 4. Seimbangkan istirahat dan tidur bila
S : 36,5o-37o C psien berambulasi
Gangguan rasa nyaman : Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Berikan tindakan kenyamanan 1. Dapat menghilangkan ketidaknyamanan
Nyeri berhubungan selama .........x24 jam, nyeri hilang, 2. Anjurkan aktifitas pengalihan sesuai 2. Untuk mengalihkan perhatian klien
dengan proses inflamasi dengan kriteria hasil : usia
3. Berikan analgesic sesuai indikasi
3. Obat ini dapat digunakan untuk
Klien tampak tenang
meningkatkan klien
Klien tidak rewel
Skala nyeri berkurang
Perubahan proses Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kenali kekhawatiran dan kebutuhan 1. Dapat menurunkan stress
keluarga berhubungan selama .........x24 jam, terjadi orang tua untuk informasi dan
dengan hospitalisasi anak pengurangan ansietas keluarga, dukungan
2. Gali perasaan dan masalah seputar
dengan kriteria hasil :
hospitalisasi dan penyakit anak
3. Berikan informasi seputar kesehatan 2. Memudahkan dalam pemilihan intervensi
Kecemasan keluarga berkurang anak
Secara verbal keluarga 4. Berikan dukungan sesuai kebutuhan
mengatakan cemas berkurang 5. Anjurkan perawatan yang berpusat 3. Untuk menurunkan ansietas yang dialami
pada keluarga dan anjurkan anggota keluarga
keluarga agar terlibat dalam 4. Meningkatkan kemampuan koping
perawatan. 5. Meningkatkan pemahaman keluarga
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan 1. Manifestasi distress pernapasan
berhubungan dengan selama .........x24 jam, gangguan kemudahan bernapas
meningkatnya akumulasi pertukaran gas dapat diatasi, dengan 2. Observasi warna kulit, membrane
mukosa, dan kuku, catat adanya 2. Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi
secret kriteria hasil :
sianosis kuku atau respon tubuh terhadap demam
3. Kaji status mental
Tidak ada sianosis
Anak tidak gelisah 3. Gelisah dapat menunjukan
4. Awasi frekuensi dan irama jantung hipoksemia/penurunan oksigen serebral
5. Pertahankan istirahat tidur 4. Tachikardi ada biasanya akibat demam
6. Observasi penyimpanan kondisi, 5. Menurunkan kebutuhan oksigen
catat sianosis, perubahan tingkat 6. Syok dan oedema paru adalah penyebab
kesadaran dan gelisah umum kematian
Resiko tinggi perubahan Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji perubahan tanda vital contoh : 1. Peningkatan suhu tubuh meningkatkan laju
suhu tubuh : Hipertermi selama .........x24 jam, resiko peningkatan suhu tubuh setiap 4 jam metabolic
berhubungan dengan hipertermi tidak terjadi, dengan sekali
2. Monitor intake out put
proses inflamasi kriteria hasil :
2. Memberikan informasi tentang keadekuatan
cairan
Suhu tubuh 36,5-37 C 3. Berikan cairan intra vena atau 3. Pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan
Membran mukosa lembab peroral resiko dehidrasi
4. Anjurkan dan berikan kompres 4. Menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
hangat sehingga memudahkan penurunan suhu
tubuh melalui evaporsi
5. Berguna untuk menurunkan demam
5. Kolaborasi untuk pemberian obat
antipiretik sesuai indikasi
Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji perubahan tanda-tanda vital 1. Peningkatan suhu / memanjangnya demam
kekurangan cairan tubuh selama .........x24 jam, resiko missal peningkatan suhu tubuh, meningkatkan laju metabolic
berhubungan dengan kekurangan cairan tidak terjadi, tachicardi dan hipotensi
2. Kaji turgor kulit, kelembaban
hipertermi dengan kriteria hasil :
membrane mukosa 2. Indikator langsung keadekuatan volume
cairan, meskipun membrane mukosa mulut
Membran mukosa lembab kering karena napas mulut dan oksigen
turgor kulit baik tambahan
Pengisian kapiler cepat 3. Memberikan informasi tentang keadekuatan
Tanda-tanda vital dalam batas 3. Pantau masukan dan haluaran cairan dan kebutuhan penggantian
normal : TD : 86/54 mmhg, N : 4. pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan
130 x/menit, R : 20-40 resiko dehidrasi
x/menit, S : 36,5-37 C 4. Tingkatkan asupan cairan sedikitnya
120 ml/kg BB/hari
DAFTAR PUSTAKA
Betz & Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC;2002