Bab I, V, Daftar Pustaka PDF
Bab I, V, Daftar Pustaka PDF
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Dalam
Ilmu Hukum
Oleh:
Pembimbing:
1. Lindra Darnela, S.Ag., M.Hum.
2. Nurainun Mangunsong, S.H., M.Hum.
2014
ABSTRAK
Tindak pidana korupsi merupakan salah satu extraordinary crime yang dari
tahun ke tahun jumlah kasusnya terus meningkat di Indonesia. Berdasarkan data dari
Transparency International Indonesiaan (TII), Indonesia berada di urutan 114 dari
177 negara dengan Nilai Indeks Persepsi Korupsi 32. Nilai Indeks Persepsi Korupsi
(IPK) Indonesia ternyata lebih rendah daripada negara-negara tetangga, seperti
Singapura (86), Brunei (60), Malaysia (50), Filipina (36), dan Thailand (35). Sebagai
extraordinary crime, korupsi menyebabkan kerugian negara yang sangat besar.
Hadirnya Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dimaksudkan
untuk mengefektifkan upaya pemerintah dalam memberantas korupsi. Upaya
pemerintah tersebut tidak akan maksimal jika aparat penegak hukum seperti polisi,
jaksa, dan hakim yang bertugas menegakkan keadilan tidak sejalan dengan cita-cita
pemerintah. Hakim tidak jarang memberikan hukuman yang terlampau ringan kepada
terpidana kasus korupsi sehingga tidak menimbulkan efek jera kepada terpidana
kasus korupsi. Contoh putusan tersebut adalah Putusan No.13/Pidsus/2012/P Tipikor
Yk.
Ada beberapa hal yang menarik dalam putusan tersebut. Yang pertama hakim
mengakui bahwa telah terjadi Vorgezete Handelings dalam perbuatan terdakwa, tetapi
hakim justru tidak menggunakan aturan tentang Vorgezete Handelings dalam
menjatuhkan pidananya. Yang kedua, hakim tidak konsisten dalam memutuskan
besarnya kerugian negara. Hakim memilih untuk membuktikan dakwaan kedua, tetapi
dalam putusannya hakim menggunakan jumlah kerugian dalam dakwaan pertama.
Berdasarkan beberapa persoalan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap Putusana No.13/Pidsus/2012/P Tipikor Yk dari aspek hukum
formiil, hukum materiil, filosofis, dan penalaran hukum.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis menggunakan metode penelitian
lapangan (field research) dengan mengumpulkan data-data persidangan. Penelitian ini
bersifat deskriptif analitik yaitu menjelaskan bagaimana penerapan hukum dalam
Putusan No.13/Pidsus/2012/P Tipikor Yk.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah Putusan No.13/Pidsus/2012/P Tipikor
Yk telah memenuhi aspek hukum formiil sehingga putusan tersebut sah menurut
hukum. Dari segi hukum materiil, hakim tidak menggali lebih mendalam hukum yang
diterapkan kepada terdakwa. Dari segi filosofis, hukuman yang dijatuhkan oleh
majelis hakim tidak sejalan dengan latar belakang pembentukan undang-undang
pemberantasan tindak pidana korupsi yang ingin memberikan efek jera kepada pelaku
korupsi. Dari segi penalaran hukum, hakim tidak menunjukkan keruntutan penalaran
hukum karena di awal hakim meyakini terjadi Vorgezete Handelings, tetapi dalam
putusan sama sekali tidak dilakukan aturan absorbsi dalam penjatuhan pidananya.
ii
FM-UINSK-BM-05-03/RO
Kepada:
Yth. Bapak Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga
Di Yogyakarta
Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum Prodi Ilmu
Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu dalam Ilmu Hukum.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi saudara tersebut dapat segera
dimunaqosahkan. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu 'alaikum Wr. Wh.
Yogyakarta, 24 Shafar 1434 H
27 Januari 2014 M
Pembimbing I
iv
FM-UINSK-BM-05-03/RO
Kepada:
Yth. Bapak Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga
Di Yogyakarta
Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Syari' ah dan Hukum Prodi Ilmu
Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu dalam Ilmu Hukum.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi saudara tersebut dapat segera
dimunaqosahkan. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu 'alaikum Wr. Wh.
Yogyakarta, 24 Shafar 1435 H
27 Januari 2014 M
Pembimbing II
,./
v
MOTTO
(Hadist)
Bidik Sasaran
(Winda Septiani)
(Albert Einstein)
vii
PERSEMBAHAN
(Sinah)
Affan Zubaedi)
Kalijaga Yogyakarta
viii
KATA PENGANTAR
salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW,
keluarga sahabatnya, dan kepada seluruh umat Islam yang dicintai oleh Allah
SWT.
Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.). Selama penyusunan skripsi ini
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun
ix
1. Prof. Dr. Musa Asy’ari selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta;
Hukum dan Penguji II yang dengan senang hati memberikan kritik dan
7. Dr. Makhrus Munajad, M.Hum. selaku Penguji II yang dengan senang hati
8. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu
10. Kedua orang tua tercinta, Bapak Nuropik dan Ibu Putiha, yang tanpa jenuh
x
11. Saudaraku, Muhammad Khaerul Umam, Khafidul Mualif, dan
12. Ibu Mela, selaku Pegawai Pengadilan Negeri Yogyakarta yang banyak
13. Teman-teman Prodi Ilmu Hukum 2010, Umi, Vida, Simbok, Raninov,
Ranicil, Riska, Tika, Manda, Tya beserta teman-teman lain yang tidak
14. Teman-teman KKN KP 52, yang semangat dan kompak selama KKN
bersama penyusun;
sukses;
17. Patner wirausaha ”Pudding Imut”, terima kasih untuk Alfi yang selama
ini telah berjuang bersama baik dalam hal akademik maupun bisnis
18. Personel RT 1 Kost Fitria, Nonongz, Gembrotz, Ifana, Icuk, Udin, Neni,
xi
Terimakasih atas semua kebaikan yang telah kalian berikan, kalian adalah
teman dalam sedih dan senang yang selalu memberi motivasi untuk
Kepada semua yang tidak bisa saya ungkapkan di sini, saya mengucapkan
skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, masukan yang konstruktif
telah berbentuk skripsi ini dapat bermanfaat bagi Jurusan Ilmu Hukum dan
Winda Septiani
NIM: 10340103
xii
DAFTAR ISI
xiii
BAB III: TINJAUAN PERKARA NO.13/PIDSUS/2012/P.TIPIKOR-YK 44
A. Deskripsi Kasus ....................................................................... 44
B. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum .............................................. 45
C. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum .............................................. 45
D. Dasar Hukum .......................................................................... 46
E. Pertimbangan Hukum dan Amar Putusan ................................. 47
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Surat Izin Penelitian .......................................................................... 107
B. Curiculum Vitae ................................................................................ 108
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
crimes, white collar crime, official crime atau sebagai salah satu bentuk dari
abuse of power.2 Sebagai tindak pidana luar biasa, korupsi adalah suatu
perbuatan seseorang atau korporasi baik by need maupun by greed, tetapi harus
1
Extraordinary Crime adalah kejahatan tingkat tinggi, yaitu kejahatan yang umumnya
dilakukan dengan siasat yang sangat rapi dan terencana sehingga akan sangat susah membongkar
kasusnya.
2
Muladi dan Barda Nawawi Arif, Bunga Rampai Hukum Pidana, (Bandung: Alumni,
2010) hlm. 143.
3
Harum Pudjiarto, Politik Hukum Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
di Indonesia, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 1994), hlm. 18.
1
dilihat sebagai extraordinary crime karena cenderung berdampak sangat luas,”
yaitu:4
14. Dilakukan dalam segala cuaca, termasuk saat negara dalam keadaan krisis
4
Azis Syamsudin, Tindak Pidana Khusus, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 176.
5
Money Laundering adalah tindak pidana memproses sejumlah uang ilegal hasil tindak
pidana menjadi dana yang kelihatannya bersih atau sah menurut hukum.
2
Dampak tersebut sedang mengancam Indonesia karena setiap tahun
menjelma menjadi suatu budaya baru, dalam arti telah menguasai tingkah laku
(behaviour) bukan saja birokrasi negara, tetapi juga dunia usaha dan seluruh
jumlah kasus korupsi yang cukup signifikan. Berdasarkan laporan dari Komisi
dari tahun sebelumnya. Jumlah kasus korupsi dari tahun 2004 sampai dengan
6
Murtir Jeddawi, Negara Hukum, Good Governance, dan Korupsi di Daerah, (Yogyakarta:
Total Media, 2011), hlm. 121.
3
penyidikan berjumlah 353 perkara, penuntutan berjumlah 277 perkara, inkracht
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah kasus korupsi dari
negara dengan nilai Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 32. Jumlah nilai yang
diperoleh Indonesia tahun ini sama dengan dua tahun sebelumnya, yaitu tahun
2011 dan 2012. Nilai Indeks Persepsi Korupsi (IPK)9 Indonesia ternyata lebih
7
http://acch.kpk.go.id/statistik-penanganan-tindak-pidana-korupsi-berdasarkan-tahun,
diakses pada tanggal 15 Januari 2014, Jam 20.00 WIB.
8
Transparency International Indonesian merupakan salah satu chapter Transparency
International, sebuah jaringan global NGO antikorupsi yang mempromosikan transparansi dan
akuntabilitas kepada lembaga-lembaga negara, partai politik, bisnis, dan masyarakat sipil.
9
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia adalah sebuah instrumen pengukuran tingkat
korupsi kota-kota di seluruh Indonesia. IPK Indonesia merupakan hasil survei kuantitatif terhadap
pelaku bisnis. Nilai terendah adalah 0 untuk negara terkorup dan nilai tertinggi adalah 100 untuk
negara terbersih.
10
Http://Nasional.Kompas.Com/Read/2013/12/03/1449245/Stagnan.Indeks.Persepsi.
Korupsi.Indonesia.2013, diakses pada tanggal 15 Januari 2014, Jam 20.35 WIB.
4
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
korupsi yang semakin hari semakin bertambah. Akan tetapi, usaha pemerintah
berasal dari aparat penegak hukum yang seharusnya berada di barisan terdepan
2.100.000.000.000,00.12
11
Murtir Jeddawi, Manifestasi Otonomi Daerah; Arah Kebijakan Publik dan Realisasi
Pelaksanaan Otonomi Sebagai Acuan Bagi Pemerintah Daerah, (Yogyakarta: Total Media, 2011),
hlm. 185.
12
Http://Corruption-Aceh.Blogspot.Com/2013/02/Penegakan-Hukum-Minimalis.Html,
diakses pada tanggal 15 Januari 2014, Jam 21.03 WIB.
5
Contoh putusan yang tidak sejalan dengan semangat antikorupsi lainnya
Murdaya, terdakwa kasus suap terhadap Bupati Buol, Sulawesi Tengah, Amran
Batalipu yang hanya dihukum dua tahun delapan bulan penjara dan denda
tuntutan jaksa penuntut umum yaitu hukuman lima tahun penjara dan denda Rp
2007, 2008, dan 2009. Pada tahun 2007 sampai sekarang, BKKBN Yogyakarta
13
Ibid.
14
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dalam paparan selanjutnya akan
penyusun sebut BKKBN.
15
UPPKS adalah kelompok yang memiliki usaha ekonomi produktif yang beranggotakan
anggota keluarga.
6
melakukan beberapa tindak pidana korupsi yaitu memalsukan surat yang
yang sudah cair. Majelis hakim yang memutus perkara ini hanya menghukum
pertimbangan hakim dengan putusan akhir yang dibuat. Pada penjelasan awal
skripsi dengan judul “Analisis Putusan Hakim dalam Kasus Korupsi (Studi
B. Rumusan Masalah
16
Putusan No.13/Pidsus/2012/P Tipikor Yk, hlm. 110.
7
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
2. Manfaat
Manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis yang akan didapat
a. Manfaat Teoretis
8
b. Manfaat Praktis
diteliti.
maupun bawah.
D. Telaah Pustaka
dalam kasus korupsi dana rehabilitasi dan rekonstruksi gempa. Hasil dari
9
keadilan masyarakat.17 Perbedaannya dengan skripsi penulis adalah objek
Jalingkos sudah cukup sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh hukum.
Penegakan hukum kasus korupsi Jalingkos dianggap masih tebang pilih. Hal
ini tidak sesuai dengan prinsip tegaknya supremasi hukum yang mempunyai
arti kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk
penelitian tersebut dengan penelitian yang akan penyusun lakukan adalah objek
17
Amalia Hidayati, “Penanganan Kasus Korupsi Dana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca
Gempa Tahun 2006 di Kabupaten Bantul (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Bantul No.
222/Pid.Sus/2010/Pn.Btl)”, Skripsi, Fakultas Syari’ah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.
18
Budi Setiyono, “Analisis Kasus Korupsi Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Kota Slawi
(Jalingkos) Di Kabupaten Tegal”, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro, 2009.
10
penelitian yang penyusun lakukan adalah objek penelitiannya berbeda.
berbeda.19
atas kasus korupsi yang menjerat politikus besar Akbar Tanjung. 20 Perbedaan
buku ini dengan yang akan penyusun teliti adalah objeknya, yaitu putusan
E. Kerangka Teoretik
yaitu:
hal itu tidak lepas dari sistem pembuktian negatif (negative weterlijke), yang
pada prinsipnya menetukan bahwa suatu hak atau peristiwa atau kesalahan
19
Raharjo Kurniawan, “Analisis Penerapan Ketentuan Pidana Minimal Oleh Hakim
Pengadilan Negeri Surakarta Dalam Persidangan Perkara Korupsi”, Skripsi, Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.
20
SF Marbun, Akuntabilitas Putusan Akbar Tanjung Oleh Mahkamah Agung :
Keterbukaan, Keterukuran Sanksi, (Yogyakarta: UII Press, 2004).
11
dianggap telah terbukti, di samping adanya alat-alat bukti menurut undang-
adilkah putusan ini atau seberapa jauh manfaat dari putusan yang dijatuhkan
oleh seorang hakim bagi para pihak dalam perkara atau bagi masyarakat
pada umumnya.
a. Teori Keseimbangan
21
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 105-113.
12
dimana kepentingan masyarakat dirumuskan dalam hal memberatkan dan
oleh hakim dalam penjatuhan suatu putusan lebih ditentukan oleh instink
membuat putusan yang sesat. Oleh karena itu, hakim harus hati-hati
dalam menggunakan teori ini, yang hanya mengandalkan seni dan intuisi
13
c. Teori Pendekatan Keilmuan
perkara, hakim tidak boleh semata-mata atas dasar intuisi, tetapi harus
esensi dari suatu sengketa yang diajukan kepadanya. Dari keterangan ahli
14
Semakin banyak “jam terbang” dari seorang hakim, seharusnya
f. Teori Kebijaksanaan
cinta terhadap tanah air, nusa, dan bangsa Indonesia serta kekeluargaan.
putusan dalam perkara anak, tetapi jika dimaknai lebih dalam, teori ini
luas, intuisi yang tajam dan peka, pengalaman yang luas, serta etika dan
15
moralitas yang baik dan terjaga dari pengaruh-pengaruh buruk dalam
kehidupannya.
berikut:
4 ayat (1)).
perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang
(1)).
memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa (Pasal 8 ayat
(2)).
16
ketidakcermatan, baik yang bersifat formal maupun material sampai dengan
3. Teori Pemidanaan
Perihal ide dari ditetapkannya tujuan pidana dan pemidanaan dapat dilihat
berikut:
a. Teori Absolut
absolut adalah balas dendam terhadap pelaku, atau dengan kata lain,
22
Ibid, hlm. 94.
23
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 29.
17
kejahatan itu sendiri.24 Menurut Johannes Andenaes, tujuan dari pidana
b. Teori Relatif
18
dalam rangka menjadikan terpidana jera untuk selanjutnya tidak
sebagai berikut:28
pencegahan kejahatan;
c. Teori Gabungan
28
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori..., hlm. 17.
19
diperbaiki sehingga bisa kembali ke masyarakat. Munculnya teori
suatu pidana kepada seseorang tidak hanya berorientasi pada upaya untuk
membalas tindakan orang itu, tetapi agar ada upaya untuk mendidik atau
4. Penemuan Hukum
juga mempunyai unsur-unsur otonom yang kuat (hati nurani) karena hakim
pandangannya sendiri.29
tidak terikat pada putusan hakim terdahulu mengenai perkara yang sejenis
29
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2001),
hlm. 45.
20
perkara serupa dengan yang dihadapinya. Ini tidak berarti bahwa asasnya
diikuti.
diasumsikan bahwa hukumnya itu ada, tetapi tersembunyi, agar sampai pada
permukaan masih harus digali. Jadi hukumnya itu ada, tetapi masih harus
hukum lainnya. jika hendak mencari hukumnya, arti sebuah kata maka
metode yang selama ini sudah dikenal, yaitu metode interpretasi, metode
30
Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum, (Yogyakarta: UII Press, 2012), hlm. 107.
21
a. Metode interpretasi
1) Interpretasi Gramatikal
2) Interpretasi Sistematis
3) Interpretasi Historis
4) Interpretasi Teleologis
22
sehingga tujuan lenih diperhatikan dari bunyi bunyi kata-
5) Interpretasi Komparatif
6) Interpretasi Antisipatif
7) Interpretasi Restriktif
8) Interpretasi Ekstensif
23
Interpretasi Ekstensif adalah metode penafsiran yang membuat
9) Interpretasi Otentik
b. Metode Argumentasi
c. Metode Eksposisi
24
digunakan oleh hakim pada saat ia dihadapkan pada situasi adanya
5. Penalaran Hukum
yuris adalah bahwa terdapat suatu relasi yang erat dan istimewa antara
hukum dan logika. Sifat logis adalah suatu sifat khusus dari hukum. Hal itu
dengan 2 (dua) cara, yaitu melalui penalaran hukum induksi dan deduksi.
pengadilan pada tingkat pertama dan kedua adalah judex facti.32 Setelah
31
B. Arief Shidarta, Hukum dan Logika, (Bandung: Alumni, 2006), hlm. 27.
32
Judex Facti maksudnya pengadilan yang berwenang memeriksa fakta dan bukti dari
suatu perkara. Judex facti memeriksa bukti-bukti dari suatu perkara dan menentukan fakta-fakta
dari perkara
33
Ahmad Rifai, Penemuan..., hlm. 89.
25
Penalaran hukum (legal reasoning) adalah kegiatan berpikir
adalah:
(keyakinan) bahwa hukum harus berlaku sama bagi semua orang yang
34
Shidarta, “Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Keindonesiaan”, Disertasi,
Universitas Katolik Parahyangan, 2004, hlm. 486.
26
pandangan dan fakta yang diajukan para pihak dalam proses peradilan
riil terjadi;
35
B. Arief Shidarta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum Sebuah Penelitian Tentang
Fundasi Kefilsafatan Dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu
Hukum Nasional Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hlm. 166-167.
36
Shidarta, “Penemuan Hukum Melalui Putusan Hakim”, Makalah Dibawakan Pada
Seminar Pemerkuatan Pemahaman Hak Asasi Manusia Untuk Hakim Seluruh Indonesia Di Hotel
Grand Angkasa, Komisi Yudisial, (Medan, 2 - 5 Mei 2011), hlm. 3-4.
27
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Sifat Penelitian
3. Sumber Penelitian
a. Data Primer
b. Data Sekunder
37
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 105.
28
Data sekunder ini akan diperoleh dari penelitian kepustakaan yang
Korupsi;
Kehakiman.
korupsi.
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang berasal dari
29
4. Teknik Pengumpulan Data
5. Analisis Data
Tipikor Yk .
G. Sistematika Pembahasan
Pada bab pertama, berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
38
Inkracht artinya sudah berkekuatan hukum tetap.
30
Pada bab kedua, pembahasan ditujukan pada tinjauan umum tindak pidana
korupsi, pengertian tindak pidana korupsi, jenis penjatuhan pidana pada tindak
pidana korupsi, faktor pemicu tindak pidana korupsi, dan tindak pidana korupsi
Pada bab ketiga, pembahasan ditujukan pada tinjauan umum tentang perkara
penuntut umum, tuntutan jaksa penuntut umum, dasar hukum hakim dalam
Pada bab keempat, pembahasan ditujukan pada hasil penelitian dan analisis
Pada bab kelima, bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang
yang ada.
31
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagaimana diatur dalam Pasal 197 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana kecuali ketentuan huruf e Pasal 197 ayat (1) Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana karena ada kesalahan redaksi pada tuntutan
diterapkan dalam kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa yang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, tetapi hanya dikenakan satu pasal saja,
tidak sesuai dengan logika hukum. Majelis hakim yang pada pertimbangan
99
awalnya menyatakan bahwa terdakwa melakukan vorgezette handelings, justru
pada putusan akhir tidak melakukan absorbsi hukuman sehingga pidana yang
B. Saran
untuk posisi calon hakim maupun calon jaksa harus benar-benar murni
pendidikan para calon hakim dan jaksa yang sudah lolos seleksi Calon
Pegawai Negeri Sipil sehingga para hakim dan jaksa yang nantinya
100
2. Jangka Waktu Dekat
Melakukan diklat dan seminar antikorupsi bagi para hakim dan jaksa
supaya terbentuk mindset dan soul pada aparatur hukum tersebut yang
pelaku korupsi.
101
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Abdur Rafi’, Abu Fida’, Terapi Penyakit Korupsi Dengan Tazkiyatun Nafs
102
Mertokusumo, Sudikno, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Yogyakarta:
Liberty, 2001.
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung:
Alumni, 2010.
1994.
103
Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia, Bandung:
B. INTERNET
Http://acch.kpk.go.id/statistik-penanganan-tindak-pidana-korupsi-
Http://Corruption-Aceh.Blogspot.Com/2013/02/Penegakan-Hukum-
WIB.
Http://Nasional.Kompas.Com/Read/2013/12/03/1449245/Stagnan.Indeks.Perse
104
C. MAKALAH
2011.
D. SKRIPSI
Surakarta, 2010.
E. UNDANG-UNDANG
105
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20
106