Anda di halaman 1dari 26

II.

KONSEP DESAIN
A. Pembebanan
Beban pada struktur dapat berupa gaya atau deformasi sebagai
pengaruh temperatur atau penurunan.

Beban yang bekerja pada struktur bangunan dapat bersifat


permanen (tetap) seperti berat sendiri struktur serta
perlengkapan tetap, dan beban tidak tetap, seperti pengaruh
angin, gempa, salju, tumbukan, ledakan, dan sebagainya.

Kuantitas beban yang bekerja pada jenis-jenis struktur


bangunan diatur dalam standar peraturan pembebanan seperti :
1) Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG)
1983
2) SNI 03-1727-1989, Tata cara perencanaan pembebanan untuk
rumah dan gedung
3) RSNI T-02-2005, Pembebanan Untuk Jembatan.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
B. Metode Perencanaan
1. Metode elastis atau ASD

Perencanaan struktur baja dengan metode ini harus dipenuhi


kriteria bahwa tegangan yang terjadi akibat beban kerja
(beban layan, beban tak terfaktor) tidak boleh melampaui
tegangan ijin.

Tegangan ijin adalah tegangan leleh (tegangan dasar)


dibagi dengan angka keamanan (safety faktor).
σ
Sehingga berlaku : σ  σ dan σ 1
SF
dengan, σ  tegangan yang terjadi
σ  tegangan ijin
σ  tegangan dasar (leleh)
1
SF  faktor keamanan
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Selain dikenal dengan istilah metoda elastis, metode ini
juga dikenal dan lebih tepat dengan istilah metode
berdasarkan beban kerja atau berdasarkan tegangan
kerja (Allowable Stress Design = ASD).

Menurut code 2005 definisi ASD adalah sebagai


berikut :

The nominal strength is divided by a safety


factor, and the resulting allowable strength is then
required to equal or exceed the required strength
determined by structural analysis for the appropriate
ASD load combination specified by the applicable
building code.
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
2. Metode plastis

Dari diagram tegangan regangan baja diketahui bahwa di


atas batas elastis baja masih mampu menahan beban atau
dengan kata lain di atas batas elastis baja masih punya
kekuatan cadangan.

Atas pertimbangan tersebut maka muncullah ide


metode perancangan plastis (plastic design) yang
dianggap lebih ekonomis dibandingkan metode
perancangan elastis.

Dalam metode plastis kekuatan elemen struktur


didasarkan pada kekuatan runtuh dan beban kerja
dihitung dan dikalikan dengan faktor tertentu atau
faktor keamanan.

Metode perancangan plastis disebut juga dengan


perancangan batas (limit design) dan perancangan
runtuh (collapse design).
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
3. Metode LRFD
Menurut code 2005 definisi LRFD (Load and Resistance
Factor Design) adalah sebagai berikut :

The nominal strength is multiplied by a resistance


factor, and the resulting design strength is then
required to equal or exceed the required strength
determined by structural analysis for the appropriate
LRFD load combination specified by the applicable
building code.

Metode LRFD merupakan hasil penelitian dari


Advisory Task Force yang dipimpin oleh T. V.
Galambos dari Washington University, St. Louis.
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Dalam LRFD, beban kerja atau beban layan (Qi)
dikalikan dengan faktor beban atau faktor
keamanan (λi) yang nilainya lebih besar dari
1,0.

Besar faktor beban bervariasi tergantung


tipe dan kombinasi pembebanan.

Beban kerja atau beban layan setelah


dikalikan faktor beban selanjutnya dikenal
dengan beban terfaktor.
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Beban terfaktor akan dipikul oleh elemen atau
sistem struktur yang mempunyai kekuatan
nominal atau kekuatan teoritis (Rn) yang
direduksi dengan suatu faktor resistansi atau
faktor overcapacity () yang nilainya lebih kecil
dari 1,0.

Kekuatan ultimate teoritis atau disebut


juga kekuatan nominal (Rn) setelah
dikalikan faktor resistansi menjadi
kekuatan rencana (tahanan rencana).

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Sehingga suatu elemen atau sistem struktur
dikategorikan aman apabila :

 Rn   i . Qi

Bagian kiri persamaan merepresentasikan


ketahanan atau kekuatan dari sebuah
elemen atau sistem struktur.

Bagian kanan persamaan menyatakan


beban yang harus dipikul oleh struktur
tersebut.
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Standar perencanaan struktur baja metode LRFD diatur dalam :
1) RSNI T-03-2005 Perencanaan Stuktur Baja Untuk Jembatan
2) SNI 03 - 1729 – 2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
Untuk Bangunan Gedung

Gambar 2.1. Konsep perencanaan struktur baja


Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
C. Faktor Beban dan Kombinasi Pembebanan
Faktor beban berfungsi untuk menaikkan nilai beban
dalam mengantisipasi ketidakpastian intensitas beban
yang bekerja pada struktur.

Nilai faktor beban mati lebih kecil dari pada beban


hidup karena perencana dapat menentukan dengan
lebih pasti besarnya beban mati dibandingkan
dengan beban hidup (beban hidup intensitasnya
bisa berubah suatu waktu).

Beban yang keberadaanya untuk waktu yang lama


variasi besar bebannya akan lebih kecil, sedangkan
untuk beban yang bekerja dengan durasi relatif
pendek akanStruktur
mempunyai variasi yang besar.
Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Kombinasi pembebanan adalah jumlah dari beban-beban
kerja yang sudah dikalikan terhadap faktor beban.

Nilai faktor beban dan kombinasi pembebanan yang


bekerja pada struktur diatur pada Pasal 6.2.2 SNI 03-1729-
2002 yaitu sebagai berikut :

1) U = 1,4D
2) U = 1,2D + 1,6L + 0,5(La atau H)
3) U = 1,2D + 1,6(La atau H) + (LL atau 0,8W)
4) U = 1,2D + 1,3W + L L + 0,5(La atau H)
5) U = 1,2D  1,0E + L L
6) U = 0,9D  (1,3W atau 1,0E)
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
dengan,
U = beban ulimate
D = beban mati yang diakibatkan oleh berat kostruksi permanen,
termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan
peralatan layan tetap;
L = adalah beban hidup dari pengguna gedung dan beban bergerak
didalamnya, termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban
lingkungan seperti angin, air hujan, dll
La = adalah beban hidup atap yang ditimbulkan selama perawatan
oleh pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan
biasa oleh orang dan benda bergerak;
H = adalah beban hujan tidak termasuk genangan air hujan
(ponding)
W = beban angin
E = beban gempa yang ditentukan dengan peraturan gempa
L = 0,5
Bila L < 5 kPa (500 kg/m2)
L = 1,0
Bila L  5 kPa (500 kg/m2) atau untuk gedung parkir, gedung
untuk areal pertemuan umum.
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Soal 1 :
Suatu struktur pelat lantai bangunan hotel dipikul oleh balok IWF
400.200.8.13 dengan jarak antar balok 2,6 m (as to as). Tebal pelat
lantai 120 mm dengan finishing adukan tebal 3 cm dan penutup
lantai menggunakan keramik. Hitunglah beban terfaktor yang harus
dipikul oleh balok tersebut sesuai kombinasi LRFD (SNI 03-1729-
2002)!
Keramik Adukan Pelat beton
1
3
12

IWF 400X200X8X13

2,60 2,60

2,60

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Penyelesaian :

Penentuan beban kerja (Peraturan Pembebanan Indonesia


Untuk Gedung 1983),
Beton bertulang = 2400 kg/m3
= 24 kN/m3
Adukan (per cm tebal) = 21 kg/m2
= 0,21 kN/m2
Keramik (per cm tebal) = 24 kg/m2
= 0,24 kN/m2
Beban hidup (bangunan hotel) = 250 kg/m2
= 2,5 kN/m2

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Penentuan berat sendiri balok (tabel profil baja) :
Profil IWF 400.200.8.13 = 66 kg/m’
= 0,66 kN/m’

Perhitungan beban mati D dan beban hidup L yang dipikul oleh balok (jarak antar
balok 2,6 m) :
Pelat lantai D1 = 24 kN/m3 x 0,12 m x 2,6 m = 7,488 kN/m’
Adukan D2 = 0,21 kN/m2 x 3 cm x 2,6 m = 1,638 kN/m’
Keramik D3 = 0,24 kN/m2 x 1 cm x 2,6 m = 0,624 kN/m’
Berat IWF D4 = 0,660 kN/m’
Total D = 10,410 kN/m’

Beban hidup L = 2,5 kN/m2 x 2,6 m = 6,500 kN/m’

Perhitungan beban terfaktor akibat beban mati (D) dan beban hidup (L) :
U1 = 1,4 D
= 1,4 x 10,410 kN/m’
= 14,574 kN/m’
U2 = 1,2 D + 1,6 L + 0,5(La atau H)
= (1,2 x 10,410) + (1,6 x 6,5) + (0,5 x 0)
= 22,892 kN/m’

Beban terfaktor yang menentukan yaitu U2 = 22,892 kN/m’.


Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Soal 2 :
Suatu elemen struktur gording pada sistem
struktur rangka atap (kuda-kuda) berupa profil
lipped channel C 150x50x20x3,2. Jarak antar
gording 1,80 m dengan kemiringan bidang atap
290. Apabila penutup atap digunakan genteng
keramik hitunglah beban terfaktor yang dipikul
oleh gording tersebut !

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Penyelesaian :
Penentuan beban kerja (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983) :
1) Penutup atap (genteng) = 50 kg/m2
= 0,50 kN/m2
2) Air hujan = 40 - (0,8*a)
dengan, a = kemiringan atap
= 290
 Air hujan = 40 - (0,8*29)
= 17 kg/m2
= 0,17 kN/m2 bidang datar
3) Angin = 25 kg/m2 * ka
dengan, ka = koefisien angin
= (0,02*a ) - 0,4
= (0,02*29) - 0,4
= 0,18
(Nilai positif berarti menekan bidang atap)
 Angin = 25*0,18
= 4,50 kg/m2
= 0,05 kN/m2 (Arah tegak lurus bidang atap)

Penentuan berat sendiri gording (tabel profil baja) :


Profil lipped channel C 150x50x20x3,2 = 6,76 kg/m
= 0,07 kN/m
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
Kedudukan dan posisi gording pada kuda-kuda :
 Jarak antar gording 1,80 meter
 Posisi gording miring (a = 29O) mengikuti kemiringan atap
y

1,80 m x

290

1,57 m
w sin 290

290

w cos 290

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Perhitungan beban mati (D), beban hidup (L), beban air hujan (H) dan
beban angin (W) yang bekerja pada gording.
Arah beban dibagi ke dalam dua sumbu yaitu terhadap sumbu x dan
sumbu y.
1) Beban mati D
Genteng D1 = 0,50 * 1,80 = 0,90 kN/m
Berat lipped channel D2 = 0,07 kN/m
Total beban mati D = 0,97 kN/m

a) Beban mati terhadap sumbu x, Dx = D cos 29O


= 0,97 * 0,87
= 0,84 kN/m
b) Beban mati terhadap sumbu y, Dy = D sin 29O
= 0,97 * 0,48
= 0,47 kN/m

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
2) Beban air hujan, H = 0,17 * 1,57 = 0,27 kN/m
a) Beban air hujan terhadap sumbu x, Hx = H cos 29O
= 0,27 * 0,87
= 0,23 kN/m
b) Beban air hujan terhadap sumbu y, Hy = H sin 29O
= 0,27 * 0,48
= 0,13 kN/m
3) Beban angin, W = 0,05 * 1,80 = 0,09 kN/m
Beban angin bekerja tegak lurus bidang atap maka,
a) Beban angin terhadap sumbu x, Wx = W
= 0,09 kN/m
b) Beban angin terhadap sumbu y, Wy = 0

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Perhitungan beban terfaktor :
1) Terhadap sumbu x, U1 = 1,4 Dx
= 1,4 * 0,84
= 1,18 kN/m
U2 = 1,2 Dx + 1,6 Lx + 0,5 Hx
= (1,2 * 0,84) + (1,6 * 0) + (0,5 * 0,23)
= 1,12 kN/m
U3 = 1,2 Dx + 1,6 Hx + 0,8 Wx
= (1,2 * 0,84) + (1,6 * 0,23) + (0,8 * 0,09)
= 1,45 kN/m
U4 = 1,2 Dx + 1,3 Wx + 0,5 Hx
= (1,2 * 0,84) + ( 1,3 * 0,09) + (0,5 * 0,23)
= 1,24 kN/m

2) Terhadap sumbu y, U1 = 1,4 Dy


= 1,4 * 0,47
= 0,66 kN/m
U2 = 1,2 Dy + 1,6 Ly + 0,5 Hy
= (1,2 * 0,47) + (1,6 * 0) + (0,5 * 0,13)
= 0,63 kN/m
Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU
Purwokerto
U3 = 1,2 Dy + 1,6 Hy + 0,8 Wy
= (1,2 * 0,47) + (1,6 * 0,13) + (0,8 * 0)
= 0,77 kN/m
U4 = 1,2 Dy + 1,3 Wy + 0,5 Hy
= (1,2 * 0,47) + ( 1,3 * 0) + (0,5 * 0,13)
= 0,63 kN/m

Beban terfaktor yang menentukan yaitu :


1) Terhadap sumbu x, U3 = 1,45 kN/m
2) Terhadap sumbu y, U3 = 0,77 kN/m

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
D. Faktor resistansi
Faktor resistansi ini berfungsi untuk
mengantisipasi ketidakpastian kekuatan
struktur, yang diakibatkan dimensi struktur
(kurang), ataupun mutu material dan mutu
pelaksanaan (buruk).

Faktor resistansi atau faktor reduksi atau


faktor overkapasitas (kapasitas lebih) 
nilainya selalu lebih kecil dari 1,0.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Nilai faktor resistansi dalam perencanaan struktur
baja berdasarkan metode LRFD ditentukan pada
Tabel 6.4-2 SNI 03-1729-2002 seperti yang tertera
pada Tabel 2.1 berikut.

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto
Tabel 2.1. Nilai faktor resistansi berbagai jenis struktur

No. Jenis dan kondisi elemen struktur Faktor resistensi 

1. Komponen struktur yang memikul momen lentur 0,90

2. Komponen struktur yang memikul gaya aksial tekan 0,85

3. Komponen struktur yang memikul gaya aksial tarik

a. Terhadap kuat tarik leleh 0,90

b. Terhadap kuat tarik fraktur 0,75

4. Komponen struktur yang memikul gaya aksial dan lentur 0,90

5. Komponen struktur komposit

a. Kuat tekan 0,85

b. Kuat tumpu beton 0,60

c. Kuat lentur dengan distribusi tegangan plastis 0,85

d. Kuat lentur dengan distribusi tegangan elastis 0,90

6. Sambungan baud 0,75

7. Sambungan las

a. Las tumpul penetrasi penuh 0,90

b. Las sudut, las tumpulStruktur


penetrasi
Baja I sebagian, las- pengisi
- Iwan Rustendi UNWIKU 0,75
Purwokerto
THE END

Struktur Baja I - Iwan Rustendi - UNWIKU


Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai