Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA

KELUARGA BERENCANA (F.3)

PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh surat tanda selesai internsip

Disahkan oleh :

Pendamping Penyusun

dr. Sinta Wulan Sari dr. Istiani Danu Purwanti

NIP 19750826 2008012 2 006 Dokter Internsip

28
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committee 1970:
keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan
jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008).
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan
UNFPA (2005) dan pelaksanaan program KB masih mengalami beberapa
hambatan. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-
2003, masih sekitar 40% Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum menjadi
akseptor KB (Saroha, 2009).
Berdasarkan data survey demografi dan kesehatan Indonesia pada tahun
2007 pengguna kontrasepsi IUD menduduki peringkat ke empat, dari sejumlah
746.702 peserta KB dan yang menggunakan IUD sebanyak (2,74%) (BKKBN,
2007).
IUD atau Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah satu alat kontrasepsi
modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan
masa aktif fungsi kontrasepsinya), bentuknya bermacam-macam. IUD adalah
alat kontrasepsi yang efektiftasnya sangat tinggi, yaitu 0,6-0,8 kehamilan/100
perempuan dalam 1 tahun pertama pemakaian, 1 kegagalan dalam 125-170
kehamilan (Hidayati, 2009).

29
I.2. Tujuan
Edukasi dan Evaluasi Penggunaan Kontrasepsi IUD
I.3. Pemeriksaan Pasien
1. Data Pasien
Nama : NY. IW
Umur : 29 tahun
Alamat : Bobosan 2/2
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. Diagnosis / Gambaran Klinis
Pasien datang ke poli KIA Puskesmas I Purwokerto Utara untuk
kontrol penggunaan IUD. Pasien menggunakan kontrasepsi jenis tersebut
sejak 2 tahun yang lalu. Saat ini pasien mengalami nyeri pada pinggangnya.
Nyeri dirasakan hilang dan timbul. Pasien merasa khawatir dan ingin
mengecek apakah IUD masih terpasang dengan baik atau tidak. Sebelumya,
pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), sakit jantung (-).
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), sakit jantung (-).
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien dan suami menikah satu kali, saat menikah pasien berumur 24 tahun
dan suami berumur 26 tahun. Pasien sudah memiliki dua orang anak, satu
perempuan dan satu laki-laki.
Pasien tidak bekerja, suami pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Biaya
kesehatan menggunakan BPJS.
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik
Pasien tinggal di rumah bersama suami dan ibu pasien. Kondisi kebersihan
lingkungan sekitar menurut pasien cukup baik.

30
7. Riwayat Haid
Menarche : 11 tahun
Siklus menstruasi : 28 – 30 hari, teratur
Lama menstruasi : 6 – 7 hari
Jumlah pembalut/hari : 2 pembalut/hari
8. Riwayat Obstetri
P2A0, anak pertama laki-laki 4 tahun, anak kedua perempuan 1 tahun
9. Riwayat Keluarga Berencana
Pasien menggunakan KB IUD/AKDR
10. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,50 C
Berat badan saat ini : 55 kg
Tinggi badan : 160 cm
Mata : Conjungtiva palpebra anemis (-/-), icterus (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorak :
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS
Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, bising (-), gallop (-)

31
Pulmo
Inspeksi : Statis : Hemithorax kanan=kiri
Dinamis : Hemithorax kanan=kiri
Palpasi : Stem Fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler(+/+), suara tambahan(-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, hiperemis (-), benjolan (-)
Auskultasi : Bisingusus (+) normal
Perkusi : Timpani, pekaksisi (+) normal, pekakalih (-), pekak
hepar (+)
Palpasi : Supel, hepardan lien takteraba, ginjal kanan dan kiri
tak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, merah, kering CRT < 2 detik, edema (-)
Status Ginekologi
Inspeksi : dalam batas normal, IUD terpasang dengan baik

11. Assessment
P2A0 usia 29 tahun, IUD terpasang dengan baik
12. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Mengobservasi keluhan pasien dan memberikan analgetik untuk
mengurangi rasa nyeri selama 3 hari.

I.4. Pelaksanaan
Dari hasil pemeriksaan tanggal 25 September 2017 didapatkan hasil IUD
terpasang dengan baik, tidak nampak adanya permasalahan.

32
I.5. Monitoring dan Evaluasi
Pengguna alat kontrasepsi IUD/AKDR diharapkan melakukan kontrol ke
bidan/dokter setiap 1 tahun sekali, dan/atau apabila ada keluhan. Hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dari penggunaan IUD/AKDR
tersebut.

33
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian IUD/AKDR


Intra Uterine Device (IUD) merupakan alat kontrasepsi yang digunakan dalam
rahim sebagai pencegah kehamilan. Cara kerjanya sebagai benda asing dalam
rahim dapat menimbulkan reaksi peradangan setempat. Tembaga yang terdapat
di dalam IUD mempengaruhi reaksi biokimia dalam rahim yang menyebabkan
disfungsi sperma sehingga tidak mampu melakukan pembuahan. Intra uterine
device (IUD) relatif aman dan efektif dalam mencegah kehamilan (Hidayati ,
2009).
AKDR atau IUD atau spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik
yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan
dimasukkan kedalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani,
2010).

II.2. Fungsi IUD


AKDR atau spiral adalah suatu alat yang dimasukkan kedalam rahim wanita
untuk tujuan kontrasepsi (Handayani, 2010).

II.3. Jenis IUD


 AKDR Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh
macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat
dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik (polietilen) baik yang
ditambah obat atau tidak.
a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2:

34
1. Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes Loop, CUT, Cu-
7.Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2. Bentuk tertutup (Closed Device): Misalnya: Ota-Ring, Altigon, dan
Graten Ber Ring.
b. Menurut Tambahan atau Metal
1. Medicated IUD: Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220
(daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya
kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya
kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang
IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan,
misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 220 mm2. Cara insersi:
Withdrawal.
2. Un Medicated IUD: Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil,
Antigon. Cara insersi Lippes Loop: Push Out. Lippes Loop dapat
dibiarkan in-utero unuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang
tidak ada keluhanan persoalan bagi akseptornya. IUD yang banyak
dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis Un Medicated yaitu Lippes
Loop dan yang dari jenis Medicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.
 AKDR yang mengandung hormonal
a. Progestasert –T = Alza T
Panjang 36 mm, labar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 µg
progesteron setiap hari.
Tabung insersinya berbentuk lengkung.
Daya kerja 18 bulan.
Tekhnik insersi: Plunging (modified withdrawal)
b. LNG 20
Mengandung 46-60 mg Levonolgestrel, dengan pelepasan 20µg per hari.

35
II.4. Efektifitas IUD
Efektivitas IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu
berapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa: Ekspulsi spontan, terjadinya
kehamilan dan pengangkatan/pengeluaran karena alasan-alasan medis atau
pribadi.
Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada :
 IUD : Bentuk, Ukuran, dan mengandung CU atau progesteron.
 Akseptor
1. Umur : makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, makin rendah
angka ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD.
2. Paritas : makin muda usia, terutama pada nuligravida, makin tinggi
angka ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD.
3. Frekuensi senggama.
Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan per
100 perempuan dalam satu tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170
kehamilan). (Handayani,2010)

II.5. Keuntungan dan Kerugian IUD


 Keuntungan IUD
1. Dapat efektif segera setelah pemasangan.
2. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-308A dan tidak
perlu diganti).
3. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
5. Meningkatkan kenyamanan seksual, karena tidak perlu takut hamil.
6. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A).
7. Tidak mempengaruhi kualitas ASI.

36
8. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak ada infeksi).
9. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).
10. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
11. Membantu mencegah kehamilan ektopik (Handayani:2010).
12. AKDR umumnya sangat mudah dikeluarkan dan pemulihan kesuburan
berlangsung cepat (angka konsepsi 78-88% setelah 12 bulan dan 92-
97% pada 3 tahun setelah pengeluaran). Kesuburan cepat pulih setelah
pengeluaran LNG-IUS (Anna dan Ailsa, 2006).
 Kerugian IUD
1. Efek samping yang umum terjadi:
a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
b. Haid lebih lama dan banyak.
c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi. d.Saat haid lebih sakit
(disminorea).
2. Komplikasi lain:
a. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan.
b. Perdarahan hebat diwaktu haid atau diantaranya dapat
memungkinkan penyebab anemia.
c. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar).
3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan.

37
5. Penyakit radang panggul dapat terjadi setelah wanita dengan IMS
memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.
6. Prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
7. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR. Biasanya menghilang selama 1-2 hari.
8. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melepas AKDR.
9. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR dipasang sesudah melahirkan).
10. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR
untuk mencegah kehamilan normal.

38
DAFTAR PUSTAKA

Glassier, Anna dan Gebbie Ailsa. 2006. Keluarga Berencana Dan Kesehatan
Reproduksi. Jakarta : EGC.

Hadyani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka
Rihanna.

Hanafi, Hartanto. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka


Sinar Harapan.

39

Anda mungkin juga menyukai