Tugas Sim, Margie Elizabeth, Yananto Mihadi Putra, Pengenalan Elearning 2018

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 20

PENGENALAN ELEARNING

Sejak tahun 1970 teknologi informasi dan komunikasi di Negara Indonesia

berkembang pesat, perkembangan tersebut berjalan secara bertahap. Semenjak

terbentuknya Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) di Indonesia,

sangat membantu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang ada di

Indonesia menjadi terarah. Pada orde baru terdapat teknologi informasi dan

komunikasi yang baru yaitu internet.

Dalam internet terdapat banyak variasi program atau layanan internet yang sangat

membantu masyarakat dalam hal sarana informasi maupun edukasi. Internet identik

dengan media sosial yang terdapat banyak variasi program di dalamnya salah

satunya yaitu konten.

Masyarakat dapat meluangkan ide atau pemikiran dan juga mengekspresikan diri

melalui konten. Dengan adanya konten dapat memberi banyak manfaat bagi

masyarakat dalam hal pendidikan, bisnis, ataupun perusahaan. Misalnya pemanfaatan

konten pada perusahaan. Saat ini perusahaan -- perusahaan sudah mulai

memanfaatkan inovasi teknologi komunikasi dan informasi yaitu konten. Salah satu

inovasinya adalah konten e-learning.

E-learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi dalam peroses belajar mengajar. Sedangkan

menurut michael (2013:27), e-learning merupakan pembelajaran yang disusun

dengan tujuan menggunakan sistem elektronik atau komputer sehingga mampu

mendukung proses pembelajaran. E-learning memanfaatkan teknologi sebagai

wadahuntuk pengajaran melalui media online. Konten ini mempunyai sifat mandiri,

dikarenakan pembelajaran e-learning akan di posting melalui media online dan akan
tersimpan dalam suatu program yang nantinya dapat diakses secara mandiri oleh

seseorang yang membuka program dari e-learning tersebut.

Indonesia telah menerapkan e-learning untuk proses pembelajaran hal tersebut

dikarenakan banyak manfaat yang terdapat dalam konten ini yaitu e-learning dapat

diakses kapan saja dan dimana saja sehingga seseorang tidak perlu mengeluarkan

banyak waktu untuk datang kesuatu tempat untuk melakukan pembelajaran.

Selain itu e-learning juga sangat berguna bagi suatu perusahaan, hal tersebut

diketahui melalui sebuah survei oleh majalah Forbes di Amerika dan Eropa yang

telah mulai menghimplementasikan sistem manajemen pelatihan berbasis e-learning

yang terdapat banyak manfaat untuk perusahaan yaitu menghemat waktu dan biaya.

Perusahaan saat ini menggunakan e-learning sebagai media training bagi karyawan-

karyawannya.

Penerapan e-learning pada suatu perusahaan dinilai sangat menguntungkan dari

berbagai sisi yaitu (anywhere, anytime, anyspace), dengan konten ini perusahaan

dapat memberikan pembelajaran dimana saja, kapan saja, dan diruang manapun

selama didukung dengan keberadaan jaringan internet tentunya. Selain itu

perusahaan konten ini sangat membantu perusahaan besar yang mempunyai banyak

cabang, tidak perlu bersusah-payah mendatangi cabang perusahaan satu-persatun

karena e-learning dapat menjangkau semua cabang perusahaan guna untuk

melakukan training untuk karyawan perusahaan.

Selain itu banyak perusahaan di Indonesia yang berharap menggunakan e-learning

yang akan menguntungkan untuk perusahaan misalnya biaya pelatihan yang

dikeluarkan perusahaan dapat menjadi lebih rendah. Biaya rendah disini meliputi

biaya transportasi, dengan adanya teknologi e-learning ini perusahaan tidak perlu
jauh-jauh mendatangi lokasi pelatihan, cukup menggunakan koneksi internet, maka

pelatihan sudah bisa dilakukan.

Terdapat syarat penerapan e-learning dalam perusahaan antara lain:

1. Meaningful content

Untuk melakukan penerapan e-learning dalam perusahaan hal yang paling utama

harus diperhatikan adalah mengenai isi konten e-learning yang akan di bagikan. Isi

dari e-learning yang akan di bagikan harus bermanfaat bagi perusahaan ataupun

karyawan perusahaan misalnya mengandung makna tertentu yang berguna untuk

proses pembekalan bagi karyawan perusahaan.

2. Effective learning design

Hal kedua yang harus diperhatikan dalam penerapan e-learning dalam perusahaan

adalah mengenai keefektifan dari isi e-learning tersebut, isi konten e-learning

harus efektif sehingga para karyawan perusahaan yang mengakses dapat mudah

menerima pembelajaran dengan baik dan juga sesuai dengan tujuan perusahaan.

3. Technology that works

Hal ketiga yang harus diperhatikan yaitu mengenai ketepatan isi dari e-learning

yang akan disampaikan. Yang dimaksud ketepatan disini adalah e-learning harus

disajikan dengan tepat, sehingga pembelajaran dapat bekerja dengan optimal, selain

itu karyawan perusahaan juga alan mendapatkan apa yang dibutuhkan oleh

perusahaan dan karyawan juga mendapatkan pengalaman pembelajaran melalui

ketepatan isi e-learning yang disampaikan.


Proses pembuatan e-learning dalam perusahaan

Pembuatan konten e-learning dalam suatu perusahaan terdapat 2 metode yaitu

pembuatan e-learning yang berupa modul dan juga pembuatan web berupa learning

management system (LSM). Learning management system merupakan layanan berupa

webside yang bisa diakses oleh user (pengguna) yang telah dibuat.

Melalui LSM dapat terlihat berupa laporan bagi siapa saja yang telah mengakses e-

learning dan juga akan memberikan peringatan bagi orang yang belum membuka e-

learning tersebut. dalam proses pembuatan e-learning dalam perusahaan terdapat

beberapa pihak yang terlibat dalam proses pelatihan atau penggunaan e-learning

diantanya yaitu user, subject matter expert, tim developer.

Masing -- masing pihak tersebut mempunyai tugas tersendiri dalam mengelola e-

learning. User berarti orang yang dapat mengakses portal e-learning yang telah

dibuat. Terdapat beberapa tingkatan user yaitu moodle, seperti admin utama,

manager, pemateri, karyawan perusahaan. Subect matter expert adalah pengampu

materi yang menguasai materi yang nantinya akan dibuat sebuah pembelajaran

dalam e-leraning.

Biasanya subject matter expert dijalankan oleh pihak perusahaan yang mengetahui

segala hal dari sebuah pembelajaran yang akan disampaikana dalam e-learning

tersebut, subject matter expert biasa disebut sebagai pemateri utama dalam e-

learning. Sedangkan tim developer merupakan pihak yang menyusun materi menjadi

sebuah skenario pembelajaran, tim developer juga bertanggung jawab mengubah

sebuah materi pembelajaran tertulis menjadi lebih menarik dan lebih hidup dengan

cara menambahkan grafik, audio visual, ataupun animasi dalam isi e-learning.
Terdapat beberapa keuntungan penerapan e-learning dalam perusahaan diantaranya

adalah sebagai berikut:

Keuntungan penerapan e-learning bagi perusahaan dalam hal melakukan training

(pelatihan):

1. Fleksibel

Penerapan e-learning dalam perusahaan akan memberikan fleksibelitas yaitu e-

leraning akan lebih bersifat efisien dalam mengatur waktu pembelajaran. Proses

training perusahaan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa menghabiskan

banyak waktu.

Dengan penggunaan E-learning maka karyawan bisa belajar tidak hanya pada saat

training saja seperti saat training dengan model konvensional melainkan dari mana

saja dan kapan saja materi pelatihan bisa dibaca, dipelajari tanpa ada batasan

tertentu. Secara tidak langsung karyawan akan belajar secara terus menerus tanpa

paksaan. Dan tentu saja dengan cara yang jauh lebih menarik lagi.

2. Mandiri

Penerapan e-learning dalam perusahaan bersifat mandiri. Materi pembelajaran

dapat diakses melalui komputer, laptop, smartphone dengan menggunakan jaringan

koneksi internet. Dengan begitu karyawan perusahaan dapat mengakses

pembelajaran e-learning secara mandiri, belajar dengan kemauan sendiri dan

karyawan dapat menentukan waktu yang tepat baginya untuk melakukan

pembelajaran, hal itulah yang membedakan antara penerapan pembelajaran e-

learning dengan proses belajar yang bersifat konvensional. selain itu karyawan akan

bisa lebih fokus menerima pembekalan atau pembelajaran dari perusahaan.


3. Hemat Biaya Pengeluaran

Penerapan e-learning dalam perusahaan akan membantu meringankan biaya training.

Bisa kita katakan bahwa pelatihan dengan memanfaatkan E-learning sangat jauh

lebih hemat dibandingkan dengan metode klasik tatap muka yang selama ini masih

banyak digunakan baik di perusahaan besar maupun kecil. Jika dengan model tatap

muka maka perusahaan masih harus mengeluarkan banyak biaya seperti biaya

tempat training, biaya pengajar, perjalanan dinas, konsumsi, transportasi, dll yang

dalam satu kali training saja bisa menghabiskan biaya hingga puluhan atau bahkan

ratusan juta rupiah. Padahal karyawan pada satu perusahaan jumlahnya bisa sampai

ribuan orang Sedangkan jika menggunakan E-learning maka yang dibutuhkan hanya

server atau pusat saja kemudian semua karyawan bisa mendapatkan materi pada

email pribadi pada saat bersamaan dari berbagai tempat yang berbeda tanpa ada

tambahan biaya apapun. Perbedaan ini pasti akan terlihat sangat mencolok sekali

bukan?

4. Pembelajaran Secara Continue

Dengan menerapkan e-learning dalam perusahaan maka materi yang dibagikan

kepada karyawan dapat dipelajari atau dibaca berulang-kali dalam bentuk

data,video, audio visual dan lain sebagainya.

5. Jangkauan Yang Luas

E-learning dapat menjangkau siapa saja dan seberapa jauh jaraknya dengan begitu

akan sangat menguntungkan perusahaan dalam proses training karyawan.


6. Penyebaran Pembelajaran Sangat Cepat

Pembelajaran melalui media sosial e-learning bersifat cepat, sehingga karyawan

dapat mengakses materi pembelajaran dengan segera.

7. Pengukuran Hasil yang Akurat.

Dalam penggunaan pelatihan dengan E-learning maka karyawan bukannya tanpa

tanggung jawab dan bebas atas kemudahan yang sudah diberikan.

Sebagai salah satu ujian atau syarat kelulusan maka setiap karyawan dalam setiap

jabatan diwajibkan untuk menjawab atau menyelesaikan setiap quiz, soal, test atau

ujian yang diberikan juga melalui materi yang ada. Sistem E-learning sudah memiliki

desain yang lengkap sampai dengan scoring atau penilaian jawaban karyawan yang

saat itu juga bisa langsung mengetahui hasilnya. Dari segi waktu pun lebih efisien

dan singkat.

Beberapa Perusahaan Yang Telah Menerapkan E-learning:

Tercatat beberapa perusahaan telah menerapkan e-learning dan hasilnya cukup

memuaskan dilihat dari sisi keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan

menggunakan e-learning. Data menunjukkan beberapa perusahaan seperti Aetna bisa

menghemat biaya pengeluaran dibandingkan jika mereka menerapkan pembelajaran

konvensional.

Dari hal tersebut telah banyak perusahaan yang mencoba membandingkan antara

pembelajaran melalui metode konvensional dengan penerapan e-learning. J.D

fletcher Study juga menyebutkan bahwa pembelajaran melalui metode e-learning


secara besar dapat lebih meningkatkan pemahaman dan penerapan materi yang

disampaikan dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional.

Selain itu terdapat juga perusahaan perbankan yang telah menerapkan e-learning

yaitu Bank Mandiri. Perusahaan Bank Mandiri telah menerapkan proses

pembelajaran melalui e-learning yang dimana pembelajaran dapat dilakukan pada

jarak jauh dan juga dapat diakses seluruh karyawan Bank Mandiri diseluruh cabang

di Indonesia.

Menurut Chief Executive Officer (CEO) Bank Mandiri keuntungan yang diperoleh

dalam menerapkan pembelajaran menggunakan e-learning adalah untuk meminimalisir

biaya yang dikeluarkan guna untuk pembelajaran atau pelatihan bagi karyawan Bank

yang jumlahnya tidak sedikit, selain itu penerapan pembelajaran e-learning bersifat

sangat cepat sehingga para karyawan dapat langsung mengakses materi

pembelajaran yang telah di kirim melalui e-learning tersebut.

Penerapan metode e-learning pada perusahaan yang telah disusun dengan baik maka

akan menghasilkan keuntungan tersendiri untuk perusahaan, hal tersebut

dikarenakan metode pembelajaran menggunakan e-learning dapat meningkatkan skill

karyawan yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Selain itu keuntungan

pembelajaran menggunakan metode e-learning adalah perusahaan dapat memastikan

bahwa dokumentasi pembelajaran yang diberikan kepada karyawan dapat disimpan

dengan sistematis dan terinci.

Mungkin beberapa orang merasa aneh dengan adanya kalimat pendidikan untuk

urusan sebuah bisnis, tapi di jaman serba digital hal seperti ini adalah sebuah

kenyataan. Walaupun, bisnis pendidikan menggunakan sistem e-Learning belum

setenar e-Commerce, namun peluang bisnis pendidikan terbuka lebar untuk para
instansi pendidikan mau pun swasta untuk mendapatkan income. Jika ditelaah lebih

jauh, bisnis edukasi melalui e-Learningmemiliki keuntungan dari segi pemasukan

finansial sekaligus mencerdaskan bangsa melalui teknologi. Jadi, dalam hal ini bukan

mengenai monopoli pendidikan dan tidak ada pihak yang dirugikan dari jenis bisnis e-

Learning.

e-Learning memberikan manfaat yang signifikan dan dinamis baik dalam dunia bisnis

atau pun pendidikan karena sistem pendidikan ini lebih efektif serta efisien

dibandingkan sistem pendidikan konvensional. Melihat peluang ini, maka banyak

Perguruan Tinggi di Indonesia yang menerapkan sistem e-Learning yang

memanfaatkan teknologi informasi untuk menunjang dunia bisnis pendidikan

sekaligus meningkatkan intelejensi masyarakat. Di antara banyak perguruan tinggi di

Indonesia ada beberapa deretan nama universitas swasta di Jakarta dan Bandung

yang memanfaatkan e-Learning untuk menunjang kebutuhan pendidikan dan

mencetak lulusan terbaik, di antaranya adalah Universitas Mercu Buana (UMB),

London School of Public Relations(LSPR), Institut Teknologi Harapan Bangsa

(ITHB), Universitas Bina Nusantara (Binus), Universitas Bakrie, Universitas

Gunadarma dan Universitas Islam Bandung (UNISBA).

Tidak disangsikan lagi bahwasanya pendidikan telah beranjak menjadi sebuah usaha

sector jasa yang tidak bisa dianggap sederhana. Sehingga menuntut adanya

perkembangan setelah di dahului oleh perubahan, baik berupa system yang

senantiasa menyesuaikan, tenaga pengajar yang senantiasa ditingkatkan

kemampuannya, hingga bergerak kepada sarana serta prasarana penunjang

pendidikan tersebut. Hal tersebut erat kaitannya dengan menjaga mutu dan kualitas

pendidikan untuk senantiasa menjadi yang terbaik dalam mencerdaskan generasi

bangsa.
Menjaga mutu erat kaitannya dengan sejauhmana pendidikan mampu melayani

pelanggan baik internal (guru dan staf) serta eksternal (orangtua murid, dan

institusi terkait). Mutu terus disempurnakan dengan tidak terlepas dari konsep

akan mutu yang matang serta profesionalitas sumberdaya yang ada.

Salah satu perkembangan dalam dunia pendidikan ialah di adopsinya nilai-nilai digital

dalam pembelajaran. Sebagaimana diketahui bersama, dengan dijembatani oleh

teknologi. Pendidikan kini menjadi hajat hidup orang banyak. Pendidikan menyatukan

jarak, waktu, dan tempat. Hal tersebut dipertemukan oleh hubungan-hubungan dan

relasi yang saling terkait. Maka teknologi muncul menjadi media perantara untuk

mempertemukannya.

Hari ini, mungkin guru tidak lebih pandai dari para muridnya dalam sisi kecakapan

dan keahlian mengakses barang-barang baru. Para murid lebih cepat dalam

mengakses informasi dan lebih cepat mengerti untuk menggunakan alat-alat

teknologi. Sebab anak-anak hari ini adalah anak-anak yang lebih cepat dibentuk oleh

lingkungan dibandingkan dengan bentukan sekolahan. Akan tetapi hal demikian

lumrah adanya, mengingat pendidikan tumbuh secara dinamis dan menemukan

bentuk-bentuk penyesuaian untuk mencapai gugus kesempuraan.

Institusi pendidikan memiliki kewajiban untuk membuat pelajar sadar terhadap

variasi metode pembelajaran yang diberikan kepada mereka. Institusi pendidikan

harus memberi pelajar kesempatan untuk mencontoh pembelajaran dalam variasi

model yang berbeda. Institusi harus memahami bahwa beberapa pelajar juga suka

pada kombinasi beberapa gaya belajar dan institusi harus mencoba untuk cukup

fleksibel dalam memberikan pilihan tersebut. (Sallis; 2010).


Fleksibilitas itu yang kini menghasilkan pola pembelajaran yang sangat dekat bagi

anak didik dan menjadikan pembelajaran menyenangkan karena adanya beragam

eksplorasi yang dihasilkan. Salah satu yang sedang menjadi bahan perkembangan

ialah dengan menggunakan metode pembelajaran e-learning. Bukan barang baru lagi

e-learning telah mencapai kejayaannya di beberapa negara maju. Komunikasi dalam

pembelajaran bukan lagi menjadi halangan dan pembatas. Koneksivitas itu

menghasilkan long life education. E-learning digadang-gadang menjadi sebuah

alternative pembelajaran yang membongkar paksa gaya belajar konvensional penuh

dengan kejenuhan.

E-learning sesuai dengan definisinya memiliki makna usaha untuk membuat sebuah

transformasi proses pembelajaran yang ada di sekolah ke dalam bentuk digital

dengan menggunakan teknologi internet (Purbo & Hartanto, 2002). Sedangkan

definisi lain menjelaskan E-Learning sebagai sebuah sistem pendidikan yang

menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan

media internet , jaringan komputer, maupun komputer stand alone. (Hartley, 2001).

Pada definisi lainnya e -Learning bermakna sebagai sarana pendidikan yang

mencakup motivasi diri sendiri, komunikasi, efisiensi, dan teknologi (Berman, 2006).

Mudahnya e-learning adalah cara pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan

media elektronik (internet, intranet, satelite, tape audio/video, TV interaktif, CD

ROM interaktif) untuk menyampaikan bahan ajar maupun interaksi antara siswa dan

pengajar. E-learning kemudian hadir dengan membawa perubahan dan menjadikan

metode pembelajaran tersier yang mengangkat jatidiri pendidikan baik itu pendidik

maupun murid (Liauw, 2008 dalam Teo, 2010). Di negara maju konsep e-learning

sudah bukan lagi menjadi barang baru, di Inggris pembelajaran dengan menggunakan

e-learning telah ada pada tahun 2003 yang dikemudian hari mendapatkan banyak
manfaat seperti efektivitas dalam pembelajaran dan menggabungkan banyak

pengalaman (Bell, 2007). Kehadiran E-Learning diharapkan mampu mengubah

paradigma pembelajaran dari guru aktif menjadi siswa aktif (Bryn & John, 2006

dalam Li, 2009).

Komponen Tujuan E-Learning

Sebagai sebuah paradigma pembelajaran, e-learning memiliki komponen terstruktur

yang digunakan untuk melandasi tujuan-tujuan efektivitas yang diharapkan.

Landasan tujuan tersebut harus disertai dengan mekanisme pelaksanaan dan tindak

lanjut, diantaranya ialah:

1. Proses penyampaian instruksi dan informasi, proses ini dibutuhkan untuk

memastikan apa yang harus dilakukan oleh penguna e-learning.

2. Berbagi sumber atau media pembelajaran, tidak hanya guru saja yang

dituntut untuk berbagi pengetahuan, akan tetapi pelajar juga dituntut untuk

saling berbagi terhadap pelajar lainnya. Sehingga proses pembelajaran

merata hasil dan manfaatnya.

3. Adanya interaksi dan diskusi di dalam proses e-learning, pada proses e-

learning, pelajar dapat menggunakan forum diskusi untuk saling bertanya,

bertukar penjelasan, debat, dan saling memberikan dukungan dan mengoreksi

apabila dimungkinkan terjadinya sebuah kesalahan.

4. Dalam proses e-learning akan didapati pertukaran interaksi social dan

pemahaman akan emosi, darisana pembelajaran e-learning menemukan

muaranya. Bukan hanya belajar dan saling berbagi, namun e-learning menjadi

sebuah media untuk memahami psikologis dan kemampuan antar individu.


5. Memudahkan proses pengerjaan tugas dan menghemat penggunaan bahan

baku dari alam yang sulit untuk terbarukan, di e-learning. Dengan adanya e-

learning dapat mengurangi limbah serta proses timbale-balik antara guru dan

murid berlangsung efisien.

6. Evaluasi pembelajaran, optimalisasi pembelajaran melalui e-learning akan

lebih baik bila dilakukan dengan tindak lanjut adanya evaluasi. Dengan

demikian akan terlihat kekurangan dan kelemahan serta kelebihan yang mesti

dipertahankan dalam menjalankan aktivitas e-learning kedepannya.

7. Melihat sejauhmana daya siswa yang mampu menangkap pembelajaran. Dengan

adanya e-learning secara terpadu, diharapkan para pengajar mampu

memantau aktivitas anak muridnya dalam mengetahui sejauhmana tingkat

pemahaman yang di dapatkan. (Li, 2009).

Bila digunakan dengan baik, e-learning akan menghasilkan banyak manfaat. Manfaat

tesebut tentunya bersifat efektif. Manfaat-manfaat tersebut juga bersesuaian

dengan Renstra pendidikan Nasional 2005-2009, dari manfaat tersebut akan

menghasilkan output yaitu Pendidikan bermutu, akuntabel, murah, merata, dan

terjangkau oleh rakyat banyak. Manfaat tersebut yakni:

1. Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan;

2. Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing Pendidikan;

3. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Citra Publik Pendidikan. (Djunaidy,

2009).
Implementasi Penggunaan E-Learning di Sekolah Dasar

Sebagai penunjang utama pendidikan di Indonesia, sekolah dasar yang terdiri dari

jenjang terbawah yakni TK hingga SMP memiliki andil dalam membentuk karakter,

disiplin, serta kecerdasan anak didik. Berbeda halnya dengan sasaran pendidikan

untuk dewasa dari jenjang SMA keatas, tuntutan yang diberikan secara umum ialah

mendewasakan dan menjadikan bijak dalam berfikir dan bertindak. Sekolah di

tingkat dasar pun sangat memungkinkan untuk dilakukan model pembelajaran e-

learning. Namun tentunya pembelajaran yang dilakukan tidak lebih hebat

dibandingkan dengan jenjang lebih tinggi lagi.

Implementasi e-learning yang dapat diterapkan pada sekolah pendidikan tingkat

dasar ialah dengan menggunakan metode pembelajaran interaktif. Digitalisasi

dilakukan untuk memudahkan dan membuat anak didik nyaman dengan pelajaran yang

diberikan, serta menjadikan anak didik paham dengan apa yang ia temukan nantinya.

Bentuk-bentuk eksplorasi dan imajinasi menjadi titik mutlak dalam mengembangkan

pola pendidikan tingkat dasar berbasis e-learning. Hal ini dapat dilakukan dengan

berbagai macam model dan cara, dianataranya ialah:

1. Membekali para pengajar dengan kecakapan dan pengetahuan serta kompetisi

pelajaran yang diajarkan. Hal ini penting karena sebelum seorang guru

menggunakan metode e-learning maka wajib atas dirinya untuk mengenali dan

mendeteksi ejauhmana pola pembelajaran efektif melalui e-learning akan

dicapai dengan maksimal. Agar siswa dan guru merasa nyaman dan e-learning

memiliki andil dan peranan penting.

2. Menyiapkan sarana pendukung baik teknis maupun non-teknis. Sarana

pendukung teknis ialah tersedianya instalasi yang cukup dan mudah untuk
diakses, sedangkan sarana non-teknis ialah fasilitas-fasilitas pendukung baik

itu sumber belajar hingga tempat yang memadai demi terciptanya pendidikan

e-learning berkelanjutan.

3. Komunikasi internal dan ektsernal, sebagaimana disinggung di penjelasan

sebelumnya. Bahwa institusi pendidikan adalah institusi jasa yang menjunjung

tinggi pelanggan. Para pelanggan tersebut berasal dari dalam institusi seperti

guru dan staf, sedangkan institusi eksternal yakni para wali/orang tua murid

dan sebagainya. Perlunya institusi pendidikan menjalankan komunikasi dapat

menjadi dukungan positif terciptanya pembelajaran e-learning yang berguna..

4. Ketersediaan alat bantu pengajaran, e-learning bukanlah sesuatu yang sulit

apabila ketersediaan media belajar memadai. Akan tetapi permasalahan yang

kini ada ialah implementasi e-learning kekurangan alat bantu, terlebih hal

tersebut arus dibeli dengan harga yang tidak murah.

5. Koneksivitas, hal ini menjadi penting untuk menjadikan pembelajaran e-

learning dapat dilaksanakan. Ketersediaan pasokan listrik yang optimal, media

bantu dan pokok yang ditunjang dengan baik, serta adanya jaringan internet

yang senantiasa stabil juga menjadi penentu keberhasilan pembelajaran e-

learning tidak terkecuali untuk jenjang pendidikan dasar.

Jika poin-poin diatas dapat terealisasi maka implementasi penggunaan e-learning

sebagai paradigma baru dalam pembelajaran takkan lagi menjadi hambatan.

Peluang dan Tantangan

Tentunya sebagai sebuah paradigma pembelajaran, E-Learning memiliki tantangan.

Baik bersifat teknis seperti kurangnya dukungan fasilitas dan infrastruktur erta
minimnya kecakapan dan kompetensi penggunaan oleh para guru. Sedangkan untuk

tantangan non-teknis ialah masih adanya anggapan miring akan minimnya tingkat

efektivitas pembelajaran e-learning terlebih di beberapa daerah, belum lagi

penentangan dari kalangan masyarakat umum yang menganggap bahwa pembelajaran

e-learning ialah paradigma pemborosan dan berdaya guna rendah.

Akan tetapi e-learning tetap memiliki peluang dan penerimaan yang besar, selain

asas kemudahan dan efektivitas yang paripurna. E-learning mampu mengarahkan

kultur maya para siswa yang sebelumnya hanya memiliki orientasi penggunaan

internet sebatas permainan (game) maupun jejaring sosial. Diharapkan dengan

adanya e-learning kelak para siswa akan dapat menemukan arah belajar di depan

monitor komputer dan perangkat pembelajaran visual lainnya. Hal ini tentu akan

berpengaruh ositif terhadap budaya positif bangsa.

Penerapan E learning dalam pendidikan mengikutsertakan beberapa komponen.

Komponen pertama adalah infrastruktur e learning. Infrastuktur berupa personal

komputer, jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia lainnya. Pada

infrastruktur saat pembelajaran terjadi maka terkadang terjadi kendala. Kendala

yang terjadi adalah tidak semua pembelajaran efektif dalam menggunakan media

komputer. Banyak pembelajaran yang lebih efektif bila dilakukan secara kooperatif

atau pun kolaboratif. Pada dasarnya E learning menggunakan meedia komputer untuk

menyampaikan pembelajaran sedangkan salah satu teori belajar yaitu teori

humanistik adalah memanusiakan manusia dan E learning kurang memanusiakan

manusia.

Kendala lain juga muncul, yaitu ketersedian dan kelayakan infrastruktur E learning

itu sendiri. Dalama kenyataannya tidak semua sekolah memiliki perangkat untuk
menjalankan E learning begitu pula pada Perguruan Tinggi tidak semua perangkatnya

layak untuk digunakan untuk proses pembelajaran E learning. Kendala utamanya

adalah ketika seorang pendidik menyampaikan pembelajaran melalui E learning maka

peserta didik harus menggunakan komputer dan jaringan internet untuk

menerimannya namun tidak semua peserta didik memiliki perangkat tesebut di

rumahnya. Peserta didik yang tidak memiliki mendapat kendala dan harus pergi ke

warnet (contohnya) untuk menggunakan E learning tersebut dan itu menambah biaya

pembelajaran.

Kendala dari peserta didik yang belum dapat mengoperasikan komputer begitu juga

halnya pendidik. Kita tidak bisa pungkiri pada daerah daerah tertentu E learning

tidak dapat diterpkan karena tidak semua daerah memiliki pembelajaran tentang E

learning. Penggunaan E learning tidak dapat terapkan karena memang peserta didik

yang belum mengetahui dan menguasai bagaimana mengoperasikan E learning

tersebut. Sebagian pendidik juga ada yang tidak dapat menggunakan E learning

karena memang mereka tidak mendapatkan pembelajaran tersebut saat menjalani

studi. Seorang guru olah raga misalnya pada saat studi mereka tidak diajarkan

bagaimana menggunakan E learning secara spesifik sehingga apabila diterapkam

dalam pembelajaran olah raga, guru tersebut bingun dan pembelajaran tidak dapat

efektif karena tidak memiliki keahlian tersebut.

E learning memliki sistem yang dapat memvirtualisasi proses belajar mengajar

mengajar konvensional. Sering disebut dengan LMS atau Learning Management

System yang dimana terdapat manajemen kelas, pembuatan materi, forum diskusi

dan sistem penilaian serta sistem ujian online. Pada dasarnya semua sama pada

lembaga pendidikan lainnya yang dilaksanakan secara nyata namun apabila

diterapkan dalam E learning akan muncul kendala lagi. Bagaimana sistem tersebut
dapat berjalan lancar apabila tidak didukung oleh admin yang memliki kemampuan

yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Apabila seorang admin hanya mengerti

bagaimana caranya mengoperasikan sistem tersebut maka dia hanya akan mengatur

softwarenya saja, lalu bagaimana sistem lainnya??Untuk itu tiap bagia seperti

konten, penilaian, pembuatan soal ujian harusnya di berikan pada admin yang

kompeten. Hal itu menjadi kendala karena kita harus melibatkan banyak orang yang

memiliki kemampuan dibidangnya masing masing, sekali lagi itu memerlukan biaya

yang besar dan tidak semua lembaga pendidikan dapat menjalankannya.

Penutup

Paradigma pembelajaran yang senantiasa mengalami perubahan akan terus menuntut

kreatifitas dalam melakukan pengembangan. Hal tersebut tidak terlepas dari dua

subjek sector yakni adanya regulator dalam hal ini adalah pemerintah, serta

operator dalam hal ini adalah pengguna dan objek yang bekerja. e-learning bukanlah

barang baru di negara-negara maju. Penggunaan dan implementasinya terus

mengalami kemajuan. Di Indonesia sendiri, pembelajaran e-learning sebelumnya

telah ada, yakni di bangku universitas dengan dimulai oleh Universitas Terbuka

melalui modul, CD interaktif, serta kini penggunaan jaringan internet. Beberapa

kampus luar negeri pun menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar positif,

sebagaimana yang ditempuh oleh Medina Islamic University yang menjadikan

mahasiswanya berkuliah melalui jarring maya. Seandainya pemerintah fokus dan

konsisten untuk menggarap pembelajaran melalui e-learning, kelak kedepan

pembelajaran yang menjemukan dan menjenuhkan dengan system kelas dapat


teratasi. Halangan dan rintangan bisa tersolusi. Dan terakhir visi Indonesia cerdas

pada beberapa tahun yang akan dating bisa tercapai secara maksimal.
Daftar Pustaka

Bell, Jane. E-Learning: Your Flexible Development Friend, 2007.

http://emeraldinsight.com

Putra, Yananto Mihadi. (2018). Modul Kuliah Sistem Informasi Manajemen: Pengenalan Model

Pembelajaran eLearning. FEB - Universitas Mercu Buana: Jakarta.)

Anda mungkin juga menyukai