Anda di halaman 1dari 19

 

Uji Aktivitas Antioksidan dan Kestabilan Fisik


Sediaan Krim Ekstrak Daun Teh Hijau dan
Krim Ekstrak Daun Teh Putih (Camellia sinensis. L)

Sarah Fatia Fauzia1 dan Joshita Djajadisastra1

1. Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok, 16424 Indonesia

Email: sarah.fatia.fauzia@gmail.com

Abstrak

Teh memiliki efek antioksidan karena kandungan senyawa polifenol, khususnya katekin dan
asam fenolik yang tinggi. Teh hijau dan teh putih adalah dua jenis teh yang diperoleh tanpa
proses fermentasi. Teh putih berasal dari pucuk dan daun teh muda sementara teh hijau
berasal dari daun teh yang lebih tua. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas
antioksidan dan kestabilan fisik dari formulasi krim ekstrak daun teh hijau dan krim ekstrak
daun teh putih. Kedua jenis teh diformulasikan ke dalam sediaan topikal dengan konsentrasi
masing-masing 0,15%. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode peredaman
DPPH.Berdasarkan hasil penelitian, krim ekstrak daun tehputih memiliki aktivitas antioksidan
yang lebih tinggi daripada krim ekstrak daun tehhijau. Nilai IC50 krim ekstrak teh putihadalah
1184,25 ppm sedangkan nilai IC50 teh hijau adalah 1792,84 ppm. Uji kestabilan fisik
dilakukan dengan penyimpanan sediaan pada tiga suhu yaitu suhu kamar (28±2oC); suhu
rendah (4±2oC) dan suhu tinggi (40±2oC), uji sentrifugasi dan cycling test. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa formulasi krim ekstrak daun teh hijau dan krim ekstrak daun teh putih
memiliki kestabilan fisik yang cukup baik.

Antioxidant Activity and Physics Stability Test of Green Tea Leaf Extract Cream and
White Tea Leaf Extract Cream (Camellia sinensis L.)

Abstract

Tea has antioxidant effects because the content of polyphenol compound, particularly
catechin and phenolic acid. The green tea and white tea are two types of tea obtained without
the fermentation process. White tea comes from the buds and young tea leaves while green tea
comes from the older mature tea leaves.This study aimed to test the antioxidant activity and
determine the physical stability of the formulation of green tea leaf extract cream and white
tea leaf extract cream. Both of tea were formulated into topical preparations with a
concentration of 0.15%, respectively. Determination of antioxidant activity conducted by
DPPH reduction method. Based on this research, white tea leaf extract cream had higher
antioxidant activity than green tea leaf extract cream. IC50 values of white tea extract cream is
1184.25 ppm whereas the IC50 value of green tea leaf extract cream was 1792.84 ppm.
Physical stability test conducted by keeping those two creams at three temperature conditions:
in room temperature (28±2oC); low temperature (4±2oC) and high temperature (40±2oC),
centrifuge test dan cycling test. Observations showed that the cream formulation of green tea
leaf extract and white tea leaf extract cream had a good physical stability.

Keywords : green tea, white tea, catechin, creams, antioxidant, DPPH

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

Pendahuluan

Penuaan kulit adalah proses biologis kompleks yang dihasilkan dari dua faktor, yaitu faktor
intrinsik atau diprogram secara genetik dan penuaan ekstrinsik disebabkan oleh faktor
lingkungan. Kulit mengalami kontak langsung dengan lingkungan, oleh karena itu kulit juga
mengalami penuaan sebagai akibat dari kerusakan lingkungan (Fisher et al., 2002).
Proses penuaan kulit diyakini juga dipengaruhi oleh pembentukan radikal bebas yang dikenal
sebagai reactive oxygen species atau ROS (Pietta, 1999; Mackiewicz dan Rimkevičius, 2008).
Asap rokok, makanan yang digoreng, dibakar, paparan sinar matahari berlebih, asap
kendaraan bermotor, racun dan polusi udara merupakan sumber pembentuk senyawa radikal
bebas. Radikal bebas dan bahan sejenisnya dapat mengganggu produksi normal DNA serta
merusak lipid pada membran sel yang menyebabkan penuaan dini pada kulit, ditandai dengan
kulit kering, keriput dan kusam.
Teh (Camellia sinensis) yang berasal dari Cina, merupakan produk agrikultur yang
penting. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa teh mempunyai efek yang menguntungkan
bagi kesehatan manusia, termasuk efek dalam menurunkan kadar kolesterol, antioksidan,
antimikroba, perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular dan kanker. Polifenol, khususnya
katekin dan asam fenolik adalah senyawa utama yang bertanggung jawab atas efek
menguntungkan ini pada kesehatan manusia (Zuo et al., 2002). Teh hijau dan teh putih adalah
dua jenis teh yang diperoleh tanpa proses fermentasi. Teh hijau dibuat dari daun teh yang
lebih tua dibandingkan teh putih, kedua jenis teh mengalami penonaktifan enzim fenolase
dengan cara pemanasan sehingga oksidasi terhadap katekin dapat dicegah (Towaha, 2012;
Higdon, 2007). Pemakaian ekstrak teh hijau secara topikal dapat meberikan efek perlindungan
dari kerusakan kulit akibat photoaging dan karsinogenesis (Katiyar, 2007; Morley et al.,2005;
Luo et al., 2006). Oleh karena itu, teh hijau dan teh putih diformulasikan ke dalam bentuk
sediaan krim sebagai antioksidan topikal untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat
oksidasi dan mencegah penuaan dini (Herling dan Zastrow, 2001). Kedua jenis krim
kemudian diuji aktivitas antioksidan dan kestabilan fisiknya.

Tinjauan Teoritis

Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5m2 dengan berat kira-kira 15% berat
badan.

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

Kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998 adalah


sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku,
bibir dan organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya
tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau
badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit. Tujuan
utama penggunaan kosmetik adalah untuk kebersihan pribadi meningkatkan daya tarik
melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan
rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan
dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Mitsui,
1993).

Teh dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan penanganan pasca panennya produk
teh diklasifikasikan menjadi 4 (empat) jenis, yaitu teh putih, teh hijau, teh oolong dan teh
hitam. Teh hijau dan teh putih adalah dua jenis teh yang diperoleh tanpa proses fermentasi.
Teh putih dibuat dari pucuk daun muda yang dipetik dan dipanen sebelum benar-benar mekar
dan merupakan daun teh yang paling sedikit mengalami pemrosesan dari semua jenis teh.
Dengan proses yang lebih singkat, kandungan zat katekin pada teh putih adalah yang
tertinggi, sehingga mempunyai khasiat yang lebih banyak dibanding teh jenis lainnya. Teh
hijau dibuat dari daun teh yang lebih tua dibandingkan teh putih, kemudian mengalami
penonaktifan enzim fenolase dengan cara pemanasan sehingga oksidasi terhadap katekin
dapat dicegah. Pemanasan ini dapat dilakukan dengan cara Jepang yakni menggunakan uap
panas 85oC selama 3 menit atau cara Tiongkok yakni memanggang (pan firing) dengan cara
tradisional dengan suhu 100-200oC maupun pada mesin dengan suhu 220-300oC (Towaha,
2012; Higdon, 2007). Kandungan utama dalam teh adalah polifenol 30-35%; sisanya berupa
karbohidrat 25%; kafein 3,5%; protein 15%; asam amino 4%; lignin 6,5%; asam organik
1,5%; lipid 2%; klorofil 0,5%; karotenoid kurang dari 0,1% dan senyawa-senyawa volatil
0,1% (Tjitrosoepomo, 2000). Turunan polifenol sebagai antioksidan dapat menstabilkan
radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan
menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas (Hattenschwiler dan
Vitousek, 2000).  
Menurut Farmakope Indonesia III, krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Depkes RI,
1979). Suatu krim terdiri atas bahan aktif dan bahan dasar (basis) krim. Bahan dasar terdiri
dari fase minyak dan fase air yang dicampur dengan penambahan bahan pengemulsi

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

(emulgator) kemudian akan membentuk basis krim. Selain itu, dalam suatu krim untuk
menunjang dan menghasilkan suatu karakteristik formula krim yang diinginkan, maka sering
ditambahkan bahan-bahan tambahan seperti pengawet, pengkelat, pengental, pewarna,
pelembab, pewangi, dan sebagainya. Agar diperoleh suatu basis krim yang baik, maka
pemakaian bahan pengemulsi sangat menentukan (Lachman, 1994).
Untuk memperoleh nilai kestabilan suatu sediaan farmasetika atau kosmetik dalam
waktu yang singkat, maka dapat dilakukan uji stabilitas dipercepat. Pengujian ini
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan pada waktu sesingkat mungkin
dengan cara menyimpan sampel pada kondisi yang dirancang untuk mempercepat terjadinya
perubahan yang biasanya terjadi pada kondisi normal. Jika hasil pengujian suatu sediaan pada
uji dipercepat selama 3 bulan diperoleh hasil yang stabil, hal itu menunjukkan bahwa sediaan
tersebut stabil pada penyimpanan suhu kamar selama setahun (Djajadisastra, 2003).

Metode Penelitian

Alat
Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu), rotary evaporator (Buchi), neraca analitik tipe 210-
LC (Adam, Amerika Serikat), pH meter tipe 510 (Eutech Instrument, Singapura), mikroskop
optik (Nikon model Eclipse E 200, Jepang), homogenizer (Omni-Multimix Inc, Malaysia),
sentrifugator (Kubota 5100, Jepang), penetrometer (Herzoo, Jerman) Oven (Memmert,
Jerman), penangas air (Memmert, Hongkong), lemari pendingin (Toshiba, Jepang), shaker,
hot plate dan alat-alat gelas.

Bahan
Simplisia daun teh hijau (PTPN, Indonesia), simplisia daun teh putih (PTPN, Indonesia),
etanol 96% teknis, metanol teknis, setil alkohol (Ecogreen, Indonesia), isopropil miristat
(Palm-Oleo, Malaysia), propilen glikol (Dow Chemical Pacific, Singapore), dimetikon (KCC,
Korea), tween 80 (Croda, Singapore), span 80 (Croda, Singapore),butilhidroksi toluen,
metilparaben (Stan Chem, Inggris), propilparaben (Stan Chem, Inggris), DPPH (Sigma-
Aldrich, Jerman), asam askorbat (Weisheng Pharm, China), standar epigalokatekin galat
(Chengdu, China) dan aquadest.

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Teh


Sejumlah masing-masing 506 g serbuk teh hijau dan teh putih diekstraksi menggunakan
pelarut 2 L etanol 96%. Rendaman simplisia lalu diaduk secara kontinyu selama 3 jam lalu
didiamkan selama 18 jam. Ekstrak disaring menggunakan kain kola dan kertas penyaring.
Filtrat kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu tidak lebih dari 50oC
hingga pekat. Ekstrak pekat diuapkan kembali diatas penangas air hingga diperoleh ekstrak
kental. Remaserasi dilakukan sebanyak 3 kali, masing-masing menggunakan 2 L etanol 96%.

Pemeriksaan Kadar Epigalokatekin Galat


Kadar katekin dalam ekstrak teh hijau dan teh putih dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Panjang gelombang
maksimum standar adalah 274 nm yang kemudian digunakan selama pengujian. Pengujian
dilakukan dengan membuat larutan standar menggunakan 5 mg standar epigalokatekin galat
yang dilarutkan dalam 5 mL etil asetat, kemudian dihomogenkan dalam penangas ultrasonik
selama 5 menit. Setelah itu, 2 mL larutan dipipetkemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer
100 mL.Larutan kemudian ditambahkan 50 mL etil asetat dan dimasukkan kedalam penangas
ultrasonik selama 5 menit lalu absorbansi diukur pada panjang gelombang maksimum.
Pembuatan sampel uji dilakukan dengan menggunakan 10 mg sampel ekstrak dilarutkan
dalam 10 mL etil asetat, selanjutnya perlakuan yang sama diberikan seperti pada pembuatan
larutan standar. Absorbansinya dicatat kemudian persentase kadar dihitung menggunakan
rumus :
!"  274 !"
%  !"#"$ =  ×  ×100
!"  274 !

Pembuatan Sediaan
Tabel 1. Formulasi sediaan krim
 
Zat F1 F2 F3 F4
Ekstrak Teh Hijau - 0,15% - -
Ekstrak Teh Putih - - 0,15% -
Setil Alkohol 8% 8% 8% 8%
Isopropil miristat 6% 6% 6% 6%
Dimetikon 2% 2% 2% 2%
Tween 80 3,8% 3,8% 3,8% 3,8%
Span 80 1,2% 1,2% 1,2% 1,2%
Propilen glikol 10% 10% 10% 10%
Metil Paraben 0,2% 0,2% 0,2% 0,2%
Propil paraben 0,04% 0,04% 0,04% 0,04%
BHT 0,05% 0,05% 0,05% 0,05%
Vitamin C - - - 0.15%

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 
Aquadest Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100
Keterangan : F1 = Kontrol negatif (basis krim tanpa ekstrak)
F2 = Formula krim ekstrak teh hijau
F3 = Formula krim ekstrak teh putih
F4 = Kontrol Positif (basis krim dengan vitamin C)

Pembuatan krim dilakukan dengan mencampur fase minyak seperti setil alkohol, isopropil
miristat, span 80, dimetikon dan butilhidroksitoluen kemudian dipanaskan di atas penangas
air dengan suhu 70oC hingga meleleh. Bahan pengawet metilparaben dan propilparaben
dilarutkan dalam fase air, yaitu sebagian propilen glikol dan aquadest sambil dipanaskan
diatas waterbath hingga suhu 70oC. Setelah bahan pengawet larut, tween 80 ditambahkan ke
dalam campuran massa. Fase air dan fase minyak diaduk hingga homogen menggunakan
homogenizer dengan kecepatan 950 rpm selama 15 menit. Setelah massa campuran dingin,
ekstrak teh yang telah dilarutkan dalam propilen glikol dan aquadest ditambahkan.

Evaluasi
Evaluasi sediaan dilakukan dengan pengamatan organoleptis, pemeriksaan homogenitas,
pengukuran pH, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan diameter globul rata-rata dan
pemeriksaan viskositas serta sifat alir.
1. Pengamatan Organoleptis (Budiman, 2008)
Sediaan krim diamati terjadinya pemisahan fase atau tidak, bau serta perubahan warna.
2. Pemeriksaan Homogenitas (Budiman, 2008)
Sediaan krim diletakkan di antara dua kaca objek lalu diperhatikan adanya partikel-
partikel kasar atau ketidakhomogenan dibawah cahaya.
3. Pengukuran pH (Budiman, 2008)
Uji pH dapat dilakukan menggunakan pH meter.Mula-mula elektroda dikalibrasi dengan
dapar standar pH 4 dan pH 7.Kemudian elektroda dicelupkan ke dalam sediaan, catat nilai
pH yang muncul di layar.Pengukuran dilakukan pada suhu ruang.
4. Pemeriksaan Konsistensi (Maulina, 2011)
Sediaan yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam wadah khusus dan diletakkan pada
meja penetrometer. Peralatan diatur hingga ujung kerucut menyentuh bayang permukaan
sediaan yang dapat diperjelas dengan menghidupkan lampu.Batang pendorong dilepas
dengan mendorong tombol start.Angka penetrasi dibaca 5 detik setelah kerucut
menembus sediaan. Dari pengukuran konsistensi dengan penetrometer akan diperoleh
yield value. Pemeriksaan konsistensi dilakukan pada minggu ke-0 dan minggu ke-8
dengan penyimpanan pada suhu kamar.

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

5. Pemeriksaan Diameter Globul Rata-rata


Pengukuran diameter globul rata-rata dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik
dengan perbesaran 400 kali. Krim diletakkan pada kaca objek dan ditutup dengan gelas
penutup, kemudian diamati menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran 400 kali.
Gambar yang diamati difoto menggunakan kamera digital kemudian diameter globul dan
distribusi globul diukur.
6. Penentuan Viskositas dan Sifat Alir
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookefield.Formulasi
disimpan dalam wadah, lalu spindel diturunkan ke dalam sediaan hingga batas yang
ditentukan. Pengukuran dilakukan dengan kecepatan diatur mulai 0,5; 2,5; 5; 10 dan 20
rpm, lalu dibalik dari 20; 10; 5; 2,5 dan 0,5 rpm. Dari masing-masing pengukuran dengan
perbedaan rpm dibaca skalanya ketika jarum merah yang bergerak telah stabil. Nilai
viskositasnya lalu dihitung. Pemeriksaan konsistensi dilakukan pada minggu ke-0 dan
minggu ke-8 dengan penyimpanan pada suhu kamar.

Uji Stabilitas Sediaan


1. Suhu Rendah
Sampel krim disimpan pada suhu 4±2o C selama 8 minggu, kemudian dilakukan
pengamatan meliputi perubahan warna, bau, dan pengukuran pH setiap 2 minggu.
2. Suhu Kamar
Sampel krim disimpan pada suhu 28±2o C selama 8 minggu, kemudian dilakukan
pengamatan meliputi perubahan warna, bau, dan pengukuran pH setiap 2 minggu.
3. Suhu Tinggi
Sampel krim disimpan pada suhu 40±2o C selama 8 minggu, dilakukan pengamatan
organoleptis meliputi perubahan warna, bau, dan pengukuran pH setiap 2 minggu.
4. Metode Cycling Test
Sampel krim disimpan pada suhu 4±2oC selama 24 jam, lalu dipindahkan ke dalam oven
yang bersuhu 40±2oC selama 24 jam (satu siklus). Uji dilakukan sebanyak 6 siklus
kemudian diamati adanya pemisahan fase.
5. Uji Mekanik (Sentrifugasi)
Sampel disentrifugasi dengan kecepatan 3800 rpm pada radius sentrifugasi selama 5 jam
(ekuivalen dengan efek gravitasi selama 1 tahun). Setelah disentrifugasi, dilakukan
pengamatan apakah terjadi pemisahan fase.

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

Pengujian Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Teh dengan Metode Peredaman DPPH (2,2-
Difenil-1-pikril hidrazil)
DPPH adalah senyawa radikal bebas berwarna ungu. Apabila DPPH direaksikan dengan
senyawa peredam radikal bebas misalnya flavonoid, intensitas warna ungu akan berkurang
dan bila senyawa peredam radikal bebas yang bereaksi jumlahnya besar, maka DPPH dapat
berubah warna menjadi kuning. Perubahan warna ini dapat diukur serapannya secara
spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum.
Sampel sediaan diambil sebanyak 1,0 gram dicukupkan dengan 100,0 mL metanol dalam labu
tentukur dan dilakukan ekstraksi. Dilakukan sonikasi selama 30 menit kemudian
disentrifugasi selama 30 menit. Hasil yang telah di sentrifuge diambil filtratnya. Larutan
filtrat tersebut memiliki konsentrasi 10.000 ppm. Dari larutan krim ekstrak teh hijau
konsentrasi 10.000 ppm, dipipet 1; 1,5; 2;3; 3,5; dan 4 ml kemudian dilarutkan dengan
metanol hingga 10,0 ml didapatkan konsentrasi 1000; 1500; 2000; 3000; 3500 dan 4000 ppm.
Dari larutan krim ekstrak teh putih konsentrasi 10.000 ppm, dipipet 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3 dan
3,5 ml kemudian dilarutkan dengan metanol hingga 10,0 ml didapatkan konsentrasi 250; 500;
1000; 1500; 2000 dan 2500 ppm. Selanjutnya 2,0 mL dari masing-masing larutan sampel
ditambahkan 1,0 mL DPPH dan 1,0 mL metanol kemudian homogenkan. Larutan uji dan
larutan kontrol diinkubasi pada suhu 37º C selama 30 menit.Serapan atau absorbansi larutan
uji diukur pada panjang gelombang maksimum kemudian persentase inhibisi dihitung
menggunakan rumus :
serapan  kontrol   −  serapan  sampel
Persentase  Inhibisi = ×100%
serapan  kontrol

Hasil dan Pembahasan

Pembuatan Ekstrak Daun Teh


Pada proses pembuatan ekstrak etanol daun teh dengan menggunakan masing-masing 506 g
serbuk daun teh, diperoleh total rendemen teh hijau sebesar 34,42% dan total rendemen teh
putih sebesar 35,53%.

Pemeriksaan Kadar Epigalokatekin Galat


Pemeriksaaan kadar epigalokatekin galat dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang maksimum standar, yaitu 274 nm. Berdasarkan 2 kali pengujian,

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

kadar epigalokatekin galat pada teh putih lebih besar dibandingkan dengan teh hijau. Nilai
persentase kadar epigalokatekin galat pada teh hijau rata-rata sebesar 16,05%, sementara pada
teh putih sebesar 39,9%.

Formulasi Krim
Kondisi optimum pembuatan krim yaitu dengan kecepatan pengadukan 950 rpm selama 15
menit. Hasil dari evaluasi awal krim ekstrak daun teh hijau dan krim ekstrak daun teh putih
diperoleh sifat krim memiliki konsistensi setengah padat, lembut, mudah menyebar, nyaman
ketika dioleskan pada kulit serta memiliki pH 5,73 untuk krim F2 dan pH 5,62 untuk krim F3
yang sesuai dengan rentang pH fisiologis kulit.

Evaluasi
1. Pengamatan Organoleptis
Kedua formula krim tidak menunjukan adanya partikel-partikel yang mengkristal dan
memiliki pH yang sesuai dengan rentang pH balance kulit yaitu 4,5-6,5. Foto organoleptis
krim pada minggu ke-0, dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. (F1) krim tanpa zat aktif; (F2) krim ekstrak daun teh hijau;
(F3) krim ekstrak daun teh putih

a. Krim tanpa zat aktif


Sediaan berwarna putih; berbau khas; homogen; pH 6.02
b. Krim ekstrak daun teh hijau
Sediaan berwarna Pantone 100 PC; berbau khas; homogen; pH 5.73
c. Krim ekstrak daun teh putih
Sediaan berwarna Pantone 1205 PC; berbau khas; homogen; pH 5.62
2. Pemeriksaan Konsistensi
Hasil pengujian konsistensi krim pada minggu ke-0 dan minggu ke-8 dalam penyimpanan
suhu kamar, formulasi kedua jenis krim ekstrak daun teh hijau dan krim ekstrak daun teh
putih mengalami kenaikan nilai kedalaman penetrasi. Hal ini menunjukkan bahwa

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

kekentalan dari sediaan menurun sehingga kerucut semakin dalam menembus sediaan
yang ditunjukan oleh nilai kedalaman penetrasi. Hasil pengujian berkorelasi dengan hasil
uji viskositas.
3. Penentuan Viskositas dan Sifat Alir
Hasil uji viskositas krim ekstrak daun teh hijau dan teh putih memiliki viskositas yang
tinggi. Sifat aliran formulasi kedua jenis krim adalah pseudoplastis tiksotropik.
Berdasarkan hasil pengamatan selama 8 minggu viskositas kedua formulasi krim
menurun, namun penurunan konsistensi tidak mengubah sifat aliran krim. Penurunan
nilai viskositas ini dapat terjadi karena pada proses pengadukan tidak semua globul
terlapisi oleh film pelindung sehingga globul kembali bersatu dan mengalami peningkatan
ukuran yang berakibat pada menurunnya viskositas krim. Menurut hukum Stokes, ukuran
diameter partikel berbanding terbalik dengan viskositas mediumnya. Semakin kecil
ukuran partikel maka semakin tinggi viskositasnya. Rheogram krim dapat dilihat pada
Gambar 2. dan Gambar 3.

Krim  Ekstrak  Daun  Teh  Hijau   Krim  Ekstrak  Daun  Teh  PuAh  
0.025   0.025  
Rate  of  Shear  (rpm)  
Rate  of  Shear  (rpm)  

0.02   0.02  
0.015   0.015  
0.01   0.01  
0.005   0.005  
0   0  
0   200   400   600   800   0   200   400   600   800  

Shearing  Stress  (dyne/cm2)   Shearing  Stress  (dyne/cm2)  

Gambar 2. Rheogram krim minggu ke-0

Krim  Ekstrak  Daun  Teh  Hijau   Krim  Ekstrak  Daun  Teh  PuAh  
Rate  of  Shear  (rpm)  

Rate  of  Shear  (rpm)  

0.025   0.025  
0.02   0.02  
0.015   0.015  
0.01   0.01  
0.005   0.005  
0   0  
0   100   200   300   400   0   100   200   300   400  
Shearing  Stress  (dyne/cm2)   Shearing  Stress  (dyne/cm2)  

Gambar 3. Rheogram krim minggu ke-8

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

4. Pemeriksaan Diameter Globul Rata-rata


Pengukuran diameter globul rata-rata dilakukan menggunakan mikropskop optik dengan
perbesaran 400 kali. Ukuran rata-rata diameter globul yang diperoleh pada kedua
formulasi memenuhi persyaratan emulsi keruh yang memiliki ukuran globul 0,5-50 µm.
Pada formulasi krim ekstrak daun teh hijau, diameter globul pada minggu ke-0 adalah
0.805 sedangkan diameter globul krim ekstrak daun teh putih pada minggu ke-0 adalah
0.733. Setelah penyimpanan selama 8 minggu, ukuran diameter globul rata-rata
mengalami peningkatan, terutama pada krim yang disimpanpada suhu tinggi. Hal ini
disebabkan karena krim adalah suatu sistem yang mempunyai energi bebas permukaan
pada partikel terdispersinya. Partikel tersebut berenergi tinggi dan cenderung
mengelompok kembali sedemikian rupa dalam mengurangi permukaan total dan dalam
memperkecil energi bebas pemukaannya. Semakin tinggi suhu, pergerakan molekul
masing-masing fase di dalam sediaan semakin besar sehingga menghasilkan peningkatan
diameter globul yang lebih besar dibandingkan penyimpanan pada suhu yang lebih rendah
(Djajadisastra, 2003). Data hasil pemeriksaan diameter ukuran globul sediaan selama 8
minggu dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil pemeriksaan diameter ukuran globul sediaan selama 8 minggu

Minggu ke-0 Minggu ke-4 Minggu ke-8


Krim Suhu
d(µm) d(µm) d(µm)
Rendah 1.462 1.617
F2 Kamar 0.805 1.495 1.675
Tinggi 1.860 2.006
Rendah 1.351 1.430
F3 Kamar 0.733 1.640 1.837
Tinggi 2.156 2.218

Uji Stabilitas
1. Pengamatan Organoleptis dan Homogenitas
Selama pengamatan dari minggu ke-0 hingga minggu ke-8, kedua formula krim tidak
menunjukan adanya pemisahan fase dan perubahan bau, pada tiga kondisi analisis yang
berbeda-beda yaitu suhu rendah, suhu kamar dan suhu tinggi. Perubahan warna terjadi
pada kedua formulasi yang disimpan pada suhu tinggi. Hal ini mungkin terjadi karena
teroksidasinya zat aktif dalam sediaan sehingga warna sediaan menjadi lebih pekat.
Penurunan pH yang terjadi pada krim F2 dan F3 kemungkinan disebabkan karena
pengaruh CO2 yang berasal dari udara bereaksi dengan ion H+ dalam krim sehingga

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

membentuk H2CO3 yang bersifat asam. Data hasil pemeriksaan pH sediaan selama 8
minggu dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 3. Hasil pemeriksaan pH sediaan krim pada berbagai kondisi penyimpanan

Minggu ke- Minggu Minggu Minggu Minggu


Krim Suhu 0 ke-2 ke-4 ke-6 ke-8
pH pH pH pH pH
Rendah 5.73 5.67 5.5 5.56 5.34
Ekstrak daun
Kamar 5.73 5.42 5.27 5.31 5.31
teh hijau
Tinggi 5.73 5.36 5.28 5.16 5.13
Rendah 5.62 5.51 5.48 5.39 5.26
Ekstrak daun
Kamar 5.62 5.28 5.2 5.11 5.09
teh putih
Tinggi 5.62 5.27 5.24 5.02 4.98

2. Cycling Test
Berdasarkan hasil cycling test selama 6 siklus menunjukkan bahwa sediaan tidak
mengalami pemisahan fase maka dapat disimpulkan bahwa sediaan menunjukkan sifat
yang stabil secara organoleptis dan homogenitas. Gambar krim sebelum dan sesudah
cycling test dapat dilihat pada Gambar 4.

Teh Hijau Teh Putih Teh Hijau Teh Putih

u u u u

Gambar 4. Krim sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) cycling test

3. Uji Mekanik (Sentrifugasi)


Setelah dilakukan uji mekanik krim tidak mengalami pemisahan fase. Hal ini
menunjukkan bahwa formulasi krim cukup stabil terhadap gaya gravitasi penyimpanan
selama 1 tahun. Gambar krim sebelum dan sesudah uji mekanik dapat dilihat pada
Gambar 5.

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

Gambar 5. Krim sebelum (kiri) dan setelah (kanan)


uji mekanik (sentrifugasi)

Uji Aktivitas Antioksidan


Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan terhadap krim F1 sebagai kontrol negatif, krim F2
yaitu krim ekstrak daun teh hijau, krim F3 yaitu krim ekstrak daun teh putih dan krim F4
yang mengandung vitamin C sebagai kontrol positif. Krim diekstraksi menggunakan pelarut
metanol, kemudian disonikasi selama 30 menit dan disentrifugasi selama 30 menit untuk
memisahkan filtrat air dan fase minyak. Filtrat kemudian dibuat ke dalam sejumlah
konsentrasi pengenceran dan direaksikan dengan larutan DPPH, kemudian diinkubasi selama
30 menit dengan suhu 37oC. Absorbansi larutan diukur menggunakan spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang 517 nm.
Hasil pengujian aktivitas antioksidan krim dinyatakan dengan nilai IC50. Semakin kecil nilai
IC50 suatu zat maka semakin kecil konsentrasi zat tersebut dibutuhkan untuk menghambat
radikal bebas DPPH. Berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh dari hasil pengujian, krim ekstrak
teh putih memiliki nilai IC50 yang paling kecil yaitu 1184,25 ppm, sementara teh hijau
1792,84 ppm. Hal ini berkorelasi dengan hasil penetapan kadar epigalokatekin galat yang
berperan dalam aktivitas antioksidan, dimana teh putih memiliki kadar epigalokatekin galat
yang lebih tinggi dibandingkan dengan teh hijau. Nilai IC50 krim kontrol negatif adalah
135534,2 ppm, sedangkan krim kontrol positif 3588,04 ppm. Jika dibandingkan dengan krim
vitamin C sebagai kontrol positif, kedua jenis krim ekstrak teh memiliki nilai IC50 yang lebih
kecil, hal ini menunjukan bahwa kedua jenis teh merupakan antioksidan yang poten.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji aktivitas antioksidan, kedua jenis krim ekstrak teh memiliki aktivitas
antioksidan yang lebih tinggi dari vitamin C sebagai kontrol positif yang memiliki nilai IC50
3588,04 ppm. Dari 2 jenis krim ekstrak teh, krim teh putih memiliki aktivitas antioksidan
yang lebih tinggi dengan nilai IC50 sebesar 1184,25 sedangkan krim teh hijau memiliki nilai
IC50 sebesar 1792,84 ppm. Berdasarkan hasil uji stabilitas fisik, formulasi krim yang telah

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

dibuat cukup stabil karena secara organoleptis selama 8 minggu krim tidak menunjukkan
perubahan yang signifikan terhadap bau, warna dan homogenitas serta pada cycling test dan
uji mekanik tidak menunjukkan adanya pemisahan fase, walaupun nilai viskositas dan
konsistensi formulasi krim menurun.

Daftar Referensi

Anonim. (2005). White Tea Could be Most Potent of Teas. Accessed on 20th January 2014
from http://www.naturalstandard.com/news/news200508026.asp
Adiwilaga, C. S. (1992). Pengolahan dan Pengenalan Mutu Teh Hitam.Bandung: PT.
Perkebunan XII. Halaman: 4-15.
Ansel, H. C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Terj.dari
Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, Penerjemah : Farida Ibrahim. Jakarta:
UI Press. Halaman: 107, 513.
Ansel, H. C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi kedelapan Terj. Dari
Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, Penerjemah : Farida Ibrahim. Jakarta:
UI Press. Halaman: 492-494
Arief, S. (2010). Radikal Bebas. Accessed on 20th January 2014 from
http://www.pediatrik.com
Astuti, M. (2001). Antioksidan pada teh. Kumpulan Makalah : Radikal Bebas dan
Antioksidan Dalam Kesehatan : Dasar, Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam
Bagian Biokimia FKUI. Jakarta : Bagian Biokimia FKUI. Halaman: 1-15.
Banga, A. K. (2005). Therapeutic peptides and proteins: formulation, processing, and
delivery systems. CRC press. Halaman: 262
Budiman, Muhammad Haqqi. (2008). Uji Stabilitas dan Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim
yang Mengandung Serbuk Ekstrak Tomat (Solanum lycopersicum L.)Skripsi Program
Sarjana Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia.Depok: Departemen Farmasi.
Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. PT Bumi
Aksara, Jakarta, Indonesia. Halaman: 120-121.
Clark, J. (2004). The Acidity of Phenol.Chem Guide. Accessed on 20th January 2014 from
http://www.chemguide.co.uk/organicprops/phenol/acidity.html

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. (2000). Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Halaman: 5, 9-11.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1979). Farmakope Indonesia Edisi
ketiga.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1995). Farmakope Indonesia Edisi
keempat.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dalimartha, S. (1999).Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, jilid 1. Jakarta: Trubus agriwidya.
Dharmanita, Febry L. (2006). Uji Efikasi Kerja Antioksidan dan Stabilitas Fisik Dari Krim
Yang Mengandung Sari Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb).Skripsi Program
Sarjana Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia. Depok: Departemen Farmasi.
Djajadisastra, J. (2003). Seminar Setengah Hari HIKI: Cosmetic Stability. Depok:
Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia.
Eckmann, B., et al. (2000). Prediction of Emulsion Properties from Binder/Emulsifier
Characteristic.Eurasphalt & Eurobitume Congress. Barcelona.
Elsner, P. dan Howard I. M. (2000).Cosmeceuticals Drug vs Cosmetics.Marcel Dekker Inc.
New York. Halaman: 16, 145, 163
Faramayudha, F., Alatas, F., dan Desmiaty, Y. (2010).Formulasi Sediaan Losion Antioksidan
Ekstrak Air Daun Teh Hijau (Camellia sinensis L.). Majalah Obat Tradisional,
15(3).Halaman: 105 – 111.
Fisher, G. J., Kang, S., Varani, J., Bata-Csorgo, Z., Wan, Y., Datta, S., dan Voorhees, J. J.
(2002).Mechanisms of photoaging and chronological skin aging. Archives of
dermatology, 138 (11). Halaman: 1462.
Harborne, J.B., (1987). Metode Fitokimia. Edisi ke dua.Bandung : ITB
Harmita. (2006). Buku Ajar Analisis Fisikokimia. Depok: Departemen Farmasi
FMIPA UI. Halaman: 15-17, 22-25.
Herling dan Zastrow, L. (2001) Dangerous Free Radical in Skin Generated by UV-A
Irradiation.SOF W-Journal, 127, Halaman: 24-32.
Higdon, J. (2007). An Evidence Based Approach to Dietary Phytochemicals. Thieme.
Halaman: 38-4
Higdon, J. V., Frei, B. (2003). Tea catechins and polyphenols: health effects, metabolism, and
antioxidant functions. Crit Rev Food Sci Nutr.(43). Halaman: 89–143.

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

Hukmah, S.(2007). Aktivitas Antioksidan Katekin dari Teh Hijau (CamelliaSinensis O.K.
Var. Assamica (mast)) Hasil Ekstraksi dengan VariasiPelarut dan Suhu.Skripsi
Program Jurusan Kimia, Fakultas Sainsdan Teknologi, Universitas Islam Negeri
(UIN). Malang.
Hoffman, R. (2007). EGCG-Potent Extract of Green Tea. Accesed from
http://www.drhoffman.com/page.cfm/118
Isnidar., Wahyuono, S., dan Setyowati, E. P. (2011). Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Antioksidan Daun Kesemek (Diospyros kaki Thunb.) dengan Metode DPPH (2,2-
Difenil-1-pikrilhidrazil). Majalah Obat Tradisional, 16 (3), Halaman: 157-164.
Javanmardi,J., C. Stushnoff, E. Locke, dan J. M. Vivanco. (2003). Antioxidant Activity and
Total Phenolic Content of Iranian Ocimum Accessions.Food Chem.(83). Halaman:
547-550.
Katiyar, S., Elmets, C. A., & Katiyar, S. K. (2007). Green tea and skin cancer:
photoimmunology, angiogenesis and DNA repair. The Journal of nutritional
biochemistry, 18(5), Halaman: 287-296.
Kosasih, E.N., Tony S. dan Hendro H. (2006). Peran Antioksidan Pada Lanjut Usia. Pusat
Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia. Jakarta.
Lachman, L. (1994).Teori dan Praktek Farmasi Industri, edisi ketiga.Penerjemah Siti
Suyatmi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, UI Press. Halaman: 1029-1119.
Lieberman, H. A., Rieger, M. M., & Banker, G. S. (ed). (1988). Pharmaceutical Dosage
Forms: Disperse Systems, volume 1. New York: Marcel Dekker. Halaman: 236-238.
Luo, D., Min, W., Lin, X. F., Wu, D., Xu, Y., & Miao, X. (2006). Effect of
epigallocatechingallate on ultraviolet B-induced photo-damage in keratinocyte cell
line. The American journal of Chinese medicine, 34(05), Halaman: 911-922.
Mackiewicz, Z., & Rimkevičius, A. (2008).Skin aging. Gerontologija, 9(2), Halaman: 103-
108.
Manian, R., Anusuya, N., Siddhuraju, P., dan Manian, S. (2008).The Antioxidant Activity and
Free Radical Scavenging Potential of Two Different Solvent Extracts of Camelia
sinensis (L.) O. Kuntze, Ficus bengalensis L. and Ficus racemosa L. Food Chemistry.
Halaman: 1000-1007.
Maulina, Ika Dwi. (2011). Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim yang
Mengandung Ekstrak Umbi Wortel (Daucus carota L.).Skripsi Program Sarjana
Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia.Depok: Departemen Farmasi.

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

Martin, A. (1993). Farmasi Fisik, edisi ketiga. Terjemahan dari Physical Pharmacy, oleh
Joshita Djajadisastra. Jakarta: UI Press. Halaman 1143-1183.
Mitsui, Takeo. (1993). New Cosmetic Science. Japan: Nanzando Ltd. Halaman: 3, 14, 19-21
Moore, Wilkinson. (1982). Harry’s Cosmeticology (7thed). George London: Godwin,
Halaman: 3-6, 247-254.
Morley, N., Clifford, T., Salter, L., Campbell, S., Gould, D., & Curnow, A. (2005). The green
tea polyphenol (−)-­‐epigallocatechin gallate and green tea can protect human cellular
DNA from ultraviolet and visible radiation-­‐induced damage. Photodermatology,
photoimmunology & photomedicine, 21(1), Halaman: 15-22.
Murthy, Narasimha. (2011). Dermatokinetics of Tehrapeutic Agents. USA: CRC Press.
Halaman: 83-86.
Namita, P., Mukesh, Rawat., dan Vijay, K. J. (2012). Camellia Sinensis (Green Tea): A
Review. Global Journal of Pharmacology,6 (2). Halaman: 52-59
Perva-Uzunalić, A., Škerget, M., Knez, Ž., Weinreich, B., Otto, F., & Grüner, S. (2006).
Extraction of active ingredients from green tea (Camellia sinensis): Extraction
efficiency of major catechins and caffeine. Food Chemistry, 96 (4), Halaman: 597-
605.
Pietta, P-G. (1999). Flavonoids ad Antioxidants, Reviews, J. Nat. Prod., 63, Halaman: 1035-
1042.
Prakash, Aruna. 2001. Antioxidant Activity Medallion Laboratories Analitical Progress, 19
(2). Minnesota. Halaman: 1-3.
Riskiana, A. (2004). Perbandingan Efektifitas Kerja Antioksidan dari Krim Anti-Aging yang
Mengandung Berbagai Zat Antioksidan.Skripsi Program Sarjana Departemen
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia.Depok: Departemen Farmasi.
Robinson, T. (1995).Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi,Penerjemah : Prof. Dr.
Kosasih Padmawinata, Bandung : ITB.
Rohdiana, D.(2001). Aktivitas Daya Tangkap Radikal Polifenol Dalam Daun Teh. Majalah
Jurnal Indonesia 12 (1). Halaman: 53-58.
Rohmatussolihat.(2009). Antioksidan, Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia.BioTrends 4
(1).Halaman: 59
Rowe, Raymond C., Sheskey, Paul J., Quinn, Marian E. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th Edition. Washington: Pharmaceutical Press and American Pharmacists

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

Association. Halaman: 73-76, 155-156, 283-285, 348-349, 441-444, 596-598, 587-


589.
Saha, R. (2012). Cosmeceuticals and Herbal Drugs: Practical Uses. International Journal, 3
(1). Halaman: 59-65
Shahidi, F dan Zhong, Y. (2005). Antioxidants: Regulatory Status. Bailey’s Industrian Oil
and Fat Products, Sixth Edition. John Wiley&Sons, Inc. Halaman: 491-512.
Shivaprasad, H. N., S. Mohan, M. D.Kharya, M. R. Shiradkar, dan K. Lakshman. (2005). In
vitro models for antioxidant activity: A review.Accessed on 22nd January 2014 from
http://www.pharmainfo.net/reviews/vitro-models-antioxidant-activity-evaluation-
review.
Soematmaji, D.W. (1998). Peran stress oksidatif dalam Patogenesis Angiopati Mikro dan
Makro DM. dalam: Medica. 5 (24). Halaman: 318-325.
Sudarto, P., Sutisna, H., dan Achmad, T. (2002).Buku ajar patologi I (umum).Jakarta :
Sagung Seto. Halaman 21-23.
Tjitrosoepomo, G. (2000). Taksonomi tumbuhan obat-obatan.Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Tranggono, R. I. S., F. Latifah dan Djajadisastra, J. (2007). Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman: 6-8, 27.
Towaha, J., dan E. T. Bambang. (2012). Mengenal 4 Macam Jenis Teh. Accessed on 15th
January 2014 from http://balittri.litbang.deptan.go.id/index.php/
component/content/article/49-infotekno/159-mengenal-4-macam-jenis-teh.
Wasitaatmadja, S. M, (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press, Halaman: 3-
6.
Winarno, F.G., (1995). Enzim Pangan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Yanhendri., Yenny, S. W. (2012). Berbagai Bentuk Sediaan Topikal dalam Dermatologi.
CDK-194, 39 (6). Halaman: 423-430.
Zarena, Arasali S., dan Kadimi U.S. (2009). A study of antioxidant properties from Garcinia
Mangostana L. Pericarp extract. Central Food Technological Research, 8(1),
Halaman: 23-24.
Zuo, Y., Chen, Hao., dan Deng, Y. (2002). Simultaneous Determination of Catechins,
Caffeine and Gallic Acids in Green, Oolong, Black and Pu-Erh Teas Using HPLC
With a Photodiode Array Detector. Talanta 57. Halaman: 307–316

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014


 
 

Zhao, Yang.,et al. (2011). Tentative Identification, Quantitation, and Principal Component
Analysis of Green Pu-erh, Green and White Teas Using UPLC/DAD/MS. Food
Chemistry 126. Halaman: 1269–1277

Uji Aktivitas..., Sarah Fatia Fauzia, FF UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai