E-mail : 4bduhr1dha@gmail.com
1
Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Pontianak, Jl. A. Yani No 111, Pontianak
2
Seksi Kesehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Abstract : Determinants of Diarrhea In Pontianak. The aim of this research is to analyze the determinants of
diarrhea cases in Pontianak. This study analyze data of EHRA studies. The design of EHRA study was cross-sec-
tional with sample size were 1600 houshold. This study analyze the relation between family sanitary and diarrhea
case of family members in the last 6 months. There are relation between the access to clean water (P value = 0.00);
washing hands with soap after cleaning her Child’s butt (P value = 0.04); washing hands with soap after defecating
(P value = 0.03); washing hands with soap before eating (P value = 0.00); and washing hands with soap before
feeding her Child (P value = 0.01) with diarrhea case of family members. Utilize soap based on the observation
also related with the diarrhea case (P value = 0.00).
Abstrak : Determinan Kasus Diare di Kota Pontianak. Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis determinan
kasus diare di Kota Pontianak. Studi ini merupakan analisis lanjutan Studi EHRA Kota Pontianak, yang menggu-
nakan pendekatan Cross sectional dengan jumlah sampel 1600 keluarga dengan menganalisis hubungan sanitasi
keluarga dengan kejadian diare anggota keluarga dalam 6 bulan terakhir. Akses air bersih merupakan determinan
kejadian diare pada anggota keluarga (Nilai P = 0.00); perilaku CTPS setelah menceboki anak (Nilai P=0.04);
CTPS setelah BAB (Nilai P=0.03); CTPS sebelum makan (Nilai P=0.00); serta CTPS sebelum menyuapi anak
(Nilai P=0.01) terbukti ada hubungan dengan kejadian diare anggota keluarga. Kepemilikan sabun di jamban hasil
observasi juga ada hubungan dengan kejadian diare (Nilai P=0.00).
Diare merupakan salah satu penyakit menular berba- demiologi, pencegahan diare, penyuluhan kesehatan,
sis lingkungan yang sampai saat ini masih menjadi pengelolaan logistik, dan pemantauan serta evaluasi
masalah kesehatan yang penting jika dilihat dari ang- dirasakan belum memberikan daya ungkit terjadinya
ka kesakitan dan kematian di Indonesia (Adisasmito, perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses
2007). Diare juga merupakan pembunuh balita kedua sanitasi (Keusch, et al., 2006).Kegagalan tersebut
setelah infeksi saluran pernafasan (Depkes, 2008). menyebabkan kasus diare tiap tahun masih tinggi.
Menurut WHO (2009) lebih dari sepertiga kema- Strategi baru untuk menurunkan kejadian diare mel-
tian anak di dunia karena diare, yaitu sebesar 35%, alui Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
dimana sebagian besar terjadi di negara berkembang Program STBM merupakan suatu strategi untuk
termasuk Indonesia.Berdasarkan Riskesdas (2013) mencapai target MDGs goal 7. Program STBM un-
menunjukkan Prevalensi Nasional Diare sebesar 7% tuk menurunkan angka kejadian diare melalui upaya
dan merupakan penyebab kematian paska kelahiran meningkatkan higienitas dan kualitas kehidupan mas-
yang tinggi pada anak dengan proporsi 31.4%. yarakat Indonesia diantaranya melalui kegiatan Stop
Sejumlah upaya telah dilakukan untuk mene- Buang Air Besar Sembarangan dan penyediaan sani-
kan morbiditas dan mortalitas pada anak balita yang tasi dasar rumah tangga. Strategi yang digunakan un-
disebabkan diare.Program tersebut merupakan upaya tuk mengimplementasi program tersebut melalui mo-
multisektoral yang terkait langsung dengan upaya bilisasi dan pemberdayakan masyarakat agar memilih
pemberantasan penyakit menular berbasis lingkun- hidup sehat. Kota Pontianak merupakan salah satu
gan. Kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan kota yang telah menerapkan STBM di beberapa kelu-
dalam rangka pengendalian penyakit diare melalui rahannya. Namun angka kesakitan karena diare masih
kegiatan tatalaksana penderita diare, surveilans epi- cukup tinggi tiap tahunnya, bahkan selalu masuk da-
952 jurnal vokasi Kesehatan, Volume II Nomor 2 Juli 2016, hlm. 94 - 100
Tabel 2
Hubungan Kebiasaan Pengelolaan Sampah dan Kondisi Saluran Akhir Tinja
Dengan Kejadian Diare Anggota Rumah Tangga
lam 6 bulan terakhir, yaitu sebesar 44.8%. Sementara lebih dari 10 meter. Hasil pengamatan di lapangan
keluarga yang tidak pernah mengalami kesulitan air mayoritas keluarga memiliki sumber air berjarak yang
bersih cenderung tidak mengalami sakit diare dalam aman dengan saluran akhir tinja, yaitu sebesar 58%.
6 bulan terkahir, yaitu sebesar 76.2%. Hasil uji statis- Rumah tangga yang memiliki sumber air dengan jarak
tik membuktikan terdapat hubungan antara akses air aman cenderung anggota keluarga tidak mengalami
bersih dengan kejadian diare anggota keluarga, den- diare dalam 6 bulan terakhir, begitupula sebaiknya.
gan nilai P sebesar 0.00. Hasil uji statistik membuktikan bahwa tidak terdapat
Tabel 3
Hubungan Akses Air Bersih, Perilaku CTPS dan
Jarak Saluran Akhir Tinja dengan Kejadian Diare Anggota Keluarga
Tidak
Diare Total Nilai P
Kondisi Sanitasi RT Sakit
F % F % F %
Kesulitan Air Tidak Pernah 1038 76.2 124 52.3 1162 72.7
Beberapa 45 3.3 16 6.8 61 3.8
jam saja
1 beberapa hari 78 5.7 25 10.5 103 6.4
Seminngu 57 4.2 16 6.8 73 4.6
>1 Minggu 125 9.2 49 20.7 174 10.9
0.00
CTPS Setelah 344 25.3 75 31.6 419 26.2 0.04
menceboki anak
Setelah BAB 1043 76.6 166 70.0 1209 75.6 0.03
Sebelum makan 1238 90.9 200 84.4 14.38 89.9 0.00
Sebelum 312 22.9 73 30.8 385 24.1 0.01
menyuapi anak
Sebelum 565 41.5 99 41.8 664 41.5 0.93
menyiapkan makan
Setelah memegang 369 27.1 72 30.4 441 27.6 0.29
hewan
Jarak saluran <10 m 572 42 98 41 670 42
akhir tinja >10 m 790 58 139 59 929 58 0.85
Sabun di dalam Ada 1181 87 187 79 1368 86
atau dekat jamban Tidak 181 13 50 21 231 14 0.00
Kondisi sanitasi keluarga yang keempat yaitu hubungan antara jarak sumber air dan saluran akhir
kebiasaan cuci tangan pakai sabun (CTPS) di enam tinja dengan kejadian diare pada anggota keluarga,
waktu seperti yang terlihat pada Tabel 3. Dari 6 wak- karena nilai P lebih besar dari nilai alpa (0.05).
tu penting CTPS, kebiasaan berisiko terjadi di wak- Kondisi sanitasi terakhir yang diamati yaitu
tu setelah menceboki anak, sebesar 26.2%; sebelum kepemilikan sabun di jamban.Sabun merupakan sarat
menyuapi anak, sebesar 24.1%; sebeleum meny- dari kebiasaan cuci tangan yang sehat atau dikenal
iapkan makan, sebesar 41.5%; dan setelah memegang dengan CTPS.Sebagian besar, yaitu 86% keluarga,
hewan, sebesar 27.6%. Kebiasaan CTPS yang baik memiliki sabun di jamban.Rumah tangga yang memi-
yaitu setelah BAB dan sebelum makan dengan preva- liki sabun di jamban anggota keluarga cenderung
lensi di atas 70%. Hasil uji statistik, kebiasaan CTPS tidak mengalami diare, yaitu sebesar 87%.Sedangkan
yang berhubungan dengan kejadian diare anggota kel- keluarga yang tidak memiliki sabun di jamban ang-
uarga yaitu CTPS sebelum menceboki anak, setelah gota keluarga cenderung mengalami diare, yaitu sebe-
BAB, sebelum makan dan sebelum menyuapi anak, sar 21%.Hasil uji statistik juga sejalan, dengan nilai
karena memiliki nilai P lebih kecil dari nilai alpa P sebesar 0.0, yang artinya terdapat hubungan antara
(0.05). kepemilikan sabun di jamban dengan kejadian diare
Kondisi sanitasi kelima yaitu jarak saluran akhir anggota keluarga.
tinja dengan sumber air keluarga, dengan jarak aman
Ridha dkk, Determinan Kasus Diare di Kota Pontianak 598
Boadi KO, Kuittunen M. 2005. Childhood Diarrheal tor. Disease Control Priorities in Develop-
Morbidity in the Accra Metropolitan Area, ing Countries, 2nd edition ed. Washington
Socio Economic, Environmental and Be- (DC): World Bank. p. 371 - 88.
havioral Risk Determinants. Ghana. Jour- Rosalyn O’Loughlin, G. F., Brendan Flannery & Paul
nal of Health & Population in Developing M. Emerson. 2006. Follow-up of a low cost
Countries, available from: <http:/ /www. latrine promotion programme in one dis-
jhpdc.unc.edu/.> Diakses pada tanggal 28 trict of Amhara, Ethiopia: characteristics
Agustus 2016. of early adopters and non-adopters. Trop-
Boisson, S., Peppin Sosai, Shubajyoti Ray, Parim- ical Medicine and International Health.
ita Routray, Belen Torondel, Wolf-Pe- Vol.11(9):1406–15. doi:10.1111/ j. 1365-
ter Schmidt, Bishakha Bhanja & Thomas 3156. 2006.01689.x
Clasen. 2014.Promoting latrine construction Luby SP, Agbootwalla M, Feikin DR, Painter J,
and use in rural villages practicing open Billhimer W, Altaf A. Haektra RM. 2010.
defecation: process evaluation in connec- Effect Handwashing on Child Health; a
tion with a randomised controlled trial in Randomized Controlled Trial 2005.The
Orissa, India. BMC Research Notes, 7:48, Lancet.16: 225-33, Available from: <www.
available from <http://www.biomedcen- thelancet.com.> Diakses pada tanggal 10
tral.com/1756-0500/7/486> Diakses pada Agustus 2016.
tanggal 28 Agustus 2016. Rehydration Project. 2009. Water and Sanitation
Clasen, T., Bostoen, K., Schmidt, W., et. al. 2010. In- Health Basics: A Supplement to Issue No.
terventions to improve disposal of human 31. Dialogue on Diarrhea 1987. Available
excreta for preventing diarrhoea (Review). from: <http://www.healthlink.org.uk/.> Di-
The Cochrane Collaboration.Published by akses pada tanggal 30 Agustus 2016.
JohnWiley & Sons, Ltd. (6):1-32. Semba, R., Kraemer, K., Sun, K. et. al. 2011.Rela-
Departemen Kesehatan RI. 1998. Pedoman Upaya tionship of the Presence of a Household
Penyehatan Air Bagi Petugas Sanitasi pusk- Improved Latrine with Diarrhea and Un-
esmas.Direktorat Penyehatan Air.Ditjen der-Five Child Mortality in Indonesia.The
PPM & PLP, Departemen Kesehatan RI, Ja- American Society of Tropical Medicine and
karta. Hygiene, 84(3): 443–50
Departemen Kesehatan RI. 2008. Modul Pelatihan Simanjutak, D. 2009. Determinan Perilaku Buang Air
Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP Besar (BAB) Masyarakat (Studi terhadap
BABS). Jakarta: Ditjen PP-PL dan Pokja pendekatan Community Led Total Sanita-
AMPL. p. 19-43. tion pada masyarakat desa di wilayah kerja
Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Barat.2014. Puskesmas Pagelaran, Kabupaten Pande-
Profil Kesehatan Propinsi Kalimantan Barat. glang tahun 2009).Tesis.Universitas Indo-
Dinkes Kalbar nesia.
Erdan. 2005. Faktor-Faktor Risiko yang Berhubun- Spears D, Ghosh A, Cumming O (2013) Open Def-
gan dengan Kejadian Diare Akut Pada Anak ecation and Childhood Stunting in India:
Usia 0–24 Bulan di Kabupaten Gunung An Ecological Analysis of New Data from
Kidul. Tesis. Universitas Gadjah Mada, Yo- 112 Districts. PLoS ONE, 8(9): e73784.
gyakarta. doi:10.1371/journal.pone.0073784
Galan, D., Seung-Sup Kim, & Jay P Graham. 2013. Tiwari SSK, Schmidt WP, Darby J, Kariuki ZG, Jen-
Exploring changes in open defecation preva- kins MW. 2010. Intermittent Slow Sand
lence in sub-Saharan Africa based on nation- Filtration for Preventing Diarrhea Among
al level indices. BMC Public Health, 13:527. Children in Kenya Households Using Unim-
doi:10.1186/1471-2458-13-527. proved Water Sources 2009, available from:
Hanif, Nenny Sri Mulyani & Susy Kusciwati.2011. DOI: <10.1111/j.13653156.2009.02381.x>
Faktor Risiko Diare Akut pada Balita.Ber- Published Online: 4 September 2009. Diak-
ita Kedokteran Masyarakat. Vol. 27 (1) 10- ses pada tanggal 5 Agustus 2016.
17 Vollaard AM, Ali S, Smet Jo, Asten, Henri Van, Wid-
Kemenkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Riskesdas. jaja S, Visser Leo G, Surjadi, Charles, Dissel
Direktoran Penelitidan dan Pengembangan, JT van. 2005. A Survey of the Supply and
Kementrian Kesehatan RI. Bacteriologic Quality of Drinking Water
Keusch, G. T, Fontaine, O., Bhargava, A. et. al., 2006. and Sanitation in Jakarta, Indonesia. South-
Diarrheal Diseases. In: Jamison DT, edi- east Asian J Trop Med Public Health,36(6)
Nopember: 1553-61.
Ridha dkk, Determinan Kasus Diare di Kota Pontianak 7100