Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan

Tujuan dari percobaan identifikasi asam nukleat ini adalah mengerti cara cara
identifikasi senyawa penyusun asam nukelat.

1.2. Dasar Teori

Asam nukleat merupakan molekul terbesar yang ditemukan dalam tubuh. Asam
nukelat pertama kali ditemukan dari inti (nukleus) sel oleh ahli biokimia Swiss Mescher.
Asam nukleat merupakan polimer dan satuan pembentuknya adalah nukleotida. Setiap
nukleotida terdri dari gugus fosfat, gula dengan lima karbon, basa yang mengandung
nitrogen ( James, 2008 ).

Asam nukleat memiliki kemampuan unik untuk memproduksi dirinya sendiri


secara langsung sehingga memungkinkan untuk membentuk duplikat dan
mentransmisikan ADN ke seluruh tubuh sel dari suatu generasi ke generasi berikutnya
secara tepat. ADN memberikan pola cetakan untuk protein dan enzim yang secara
langsung mengontrol perkembangan , proses biokimia, anatomi, fisiologim dan tingkah
laku organisme. ADN terdapat dalam semua sel ( Setyowati, 2007 ).

Terdapat dua jenis asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat ( DNA ) dan asam
ribonukleat ( RNA ). Asam asam ini adalah molekul yang membuat organisme hidup
dapat memproduksi komponen komponen kompleksnya dari satu generasi ke generasi
berikutnya. DNA dapat mengarahkan sintesis RNA, mengontrol sintesis protein melalui
RNA. DNA adalah materi genetik yang diwaris organisme dari orangtuanya ( Campbell,
2009 ).

DNA ( deoxyribonucleic acid ) merupakan tempat penyimpanan informasi genetik


yang dikodekan dalam bahasa kimiawi dan diproduksi di dalam semua sel tubuh makhluk
hidup. Struktur DNA pertama kali diungkap oleh James Watson dan Franson Crick pada
tahun 1953 berdasarkan atas foto difraksi sinar X yang dibuat oleh Rosalind Franklin dan
Maurice Wilkins. Berdasarkan atas data yang diperoleh Watson dan Crick membuat
struktrur DNA yang disebut untai ganda (double helix). Untai ganda DNA tersusun oleh
dua rantai polinukleotida yang terpilin. Kedua rantai tersebut berikatan dengan adanya
ikatan hidrogen antara basa adenin dengan timin sebanyak dua ikatan dan antara guanin
dan sitosin sebanyak tiga ikatan (Triwibowo,2005 ).
Gambar 1. Struktur DNA double Helix
DNA terdiri dari tiga macam molekul, yaitu gula pentosa, gugus fosfat dan basa
nitrogen. Gula pentosa memiliki 5 atom C dan pada DNA. Gugus fosfat menyebabkan
asam nukleat bermuatan negatif. Basa nitrogen yang menyusun asam nukleat ada dua
macam, yaitu basa purin yang terdiri dari adenin dan guanin dan basa pirimidin yang
terdiri dari timin dan sitosin. Basa purin atau pirimidin adalah basa nitrogen yang terikat
pada atom C nomor 1 suatu molekul gula melalui ikatan N-glukosidik. Ikatan tersebut
menghasilkan molekul yang disebut nukleosida. Nukleosida akan bergabung dengan
fosfat dan membentuk molekul yang disebut nukleotida (Triwibowo, 2005).

Gambar 2. Struktur DNA pada basa nitrogen


RNA adalah polimer asam nukleotida dari empat jenis ribonukleotida. Molekul
RNA dapat berbentuk pita tunggal atau pita ganda yang tidak terpilin heliks. Setiap pita
RNA terdiri atas ribonukleotida ( polinukleotida ). RNA mengandung gula pentosa , basa
nitrogen dan asam fosfat. Gula pentosanya berupa ribosa. Basa nitrogen purinya terdiri
atas adenin dan guanin, sedangkan pirimidinya terdiri atas sitosin dan urasil ( Ariebowo,
2007 ).
Tabel 1. Perbedaan antara DNA dengan RNA (Sloane, 2004)

DNA RNA

1. Terdapat dalam inti dan


1. hanya terdapat dalam inti sel sitoplasma, terutama dalam
(nucleus) , yaitu pada kromosom ribosom
2. Membentuk rantai ganda yang
2. Membentuk rantai tunggal dan
amat panjang (double helix)
3. Berhubungan erat dengan tidak panjang (tanpa rantai
pengendalian faktor keturunan komplemen)
dan sintesa protein. 3. Berhubungan dengan sintesa
Kadarnya tidak dipengaruhi oleh protein dan kadarnya berubah-
kecepatan sintesa protein. ubah menurut kecepatan sintesa
protein.
1. Mengandung basa : 1. Mengandung basa :
A. Pirimidin : S dan T
A. Pirimidin : S dan U
B. Purin : A dan G
C. Komponen gulanya (urasil)
deoksiribosa, yaitu ribose B. Purin : A dan G
yang kekurangan satu 2. Komponen gulanya ribosa
atom oksigen. (pentosa)

Sintesis protein terjadi di dalam sel. Sintesis protein berlangsung melalui dua
tahap, yaitu: transkripsi dan translasi. Transkripsi adalah proses pembentukan RNA d
oleh DNA template, proses ini berlangsung ketika enzim RNA polymerase melekat pada
nukleotida DNA sehingga pasangan DNA itu lepas dan salah satu rantai melakukan
pencetakan. Translasi adalah proses penterjemahan kode genetika dalam sintesis protein.
Proses translasi adalah dengan melekatnya RNA d ke ribosom, maka RNA t menjadi
aktif dan mengikat asam-asam amino di sekitarnya, kemudian masing-masing
membawanya ke ribosom. Bagian ujung yang melilit RNA t itu berkaitan dengan RNA d
lewat titik basa masing-masing. Titik basa RNA t yang setangkup dengan titik basa RNA
d (kodon) disebut antikodon. Jadi antokodon mengikat dan mengangkut asam amino
khusus sesuai dengan kode yang terdapat pada RNA duta (Poedjiadi, 2006).
1.3. Tinjauan Bahan
1.3.1. Ammonium Molibdat

Ammonium molibdat berbentuk padatan bewarna putih atau hijau terang ,


memiliki berat molekul 1235,86 g/mole, mudah terdekomposisi. Mudah larut di air
dingin, dan air hangat Berbahaya jika terhirup, tertelan, dan dapat menyebabkan iritasi
jika terkena kulit dan mata (Sciencelab,2012).

1.3.2. Kalium Fosfat

Kalium fosfat berbentuk padatan berwarna putih dan memiliki pH 8,8 , memiliki
berat molekul 174,18 g/mol. Mudah larut di air dingin, air hangat, sedikit larut di alkohol.
Berbahaya jika terhirup, tertelan, dan dapat menyebabkan iritasi jika terkena kulit dan
mata (Sciencelab,2012).

1.3.3. Asam Sulfat

Asam Sulfat berbentuk cair tidak bewarna dan bersifat asam , memiliki berat
molekul 98,08 g/mole, memiliki titik didih 270˚ C dan memiliki titik leleh sebesar -35˚
C. Mudah larut di air dingin, etil alkohol. Berbahaya jika terhirup, tertelan, dan dapat
menyebabkan iritasi jika terkena kulit dan mata (Sciencelab,2012).

1.3.4. Asam Asetat Glasial

Asam asetat glasial berbentuk cair, tidak berwana memiliki bau kecut yang khas.
Berat molekul senyawa ini adalah 60,05 gr.mol-1, ia akan mendidih pada suhu 118,1oC
dan akan melebur pada suhu 16,6oC . Mudah larut di air dingin, air hangat, dietil eter,
aseton. Berbahaya jika terhirup, tertelan, dan dapat menyebabkan iritasi jika terkena kulit
dan mata (Sciencelab,2012).

1.3.5. HNO3

Asam nitrat ( HNO3) berbentuk cair tidak bewarna hingga berwarna kuning
terang dan bersifat asam , memiliki titik didih 121˚ C dan memiliki titik leleh sebesar -
41,6˚ C. Mudah larut di air dingin, air hangat, dietil eter. Berbahaya jika terhirup, tertelan,
dan dapat menyebabkan iritasi jika terkena kulit dan mata (Sciencelab,2012).
1.3.6. Ammonia
Ammonia merupakan senyawa gas dengan formula NH3, tidak berwarna, berbau
sengit, larut dalam air dan menghasilkan larutan alkali yang mengandung NH4OH (Basri,
2005).

1.3.7. Difenilamin

Difenilaminberbentuk padatan tidak berwarna , memiliki berat molekul 169,23


g/mol, memiliki titik didih 302˚ C dan memiliki titik leleh sebesar 53˚ C . Mudah larut di
air dingin, aseton, dietil eter. Berbahaya jika terhirup, tertelan, dan dapat menyebabkan
iritasi jika terkena kulit dan mata (Sciencelab,2012).

1.3.8. Perak Nitrat

Perak nitrat berbentuk padatan , tidak berwarna ,memiliki berat molekul 169,87
g/mol, memiliki titik didih 440˚ C dan memiliki titik leleh sebesar 212˚ C . Mudah larut
di air dingin,dietil eter. Berbahaya jika terhirup, tertelan, dan dapat menyebabkan iritasi
jika terkena kulit dan mata (Sciencelab,2012).

1.3.9. Orsinol

Orsinol berbentuk padatan berwarna coklat , memiliki berat molekul 142,15


g/mol, memiliki titik didih 290˚ C dan memiliki titik leleh sebesar 59,5˚ C . Mudah larut
di air dingin, metanol, dietil eter. Berbahaya jika terhirup, tertelan, dan dapat
menyebabkan iritasi jika terkena kulit dan mata (Sciencelab,2012).
BAB II

METODOLOGI

2.1.Alat

Alat yang digunakan antara lain tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes,
pipet ukur, pipet volume, penangas air, corong pisah, botol semprot, gelas kimia.

2.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain asam sulfat , DNA,
RNA, larutan ammonium molibdat , HNO3 pekat, aquades, hidrolisa asam nukleat,
kalium fosfat, difenilamin ,asam asetat glasial, orsinol, larutan AgNO3 , ammonia
pekat.

2.3. Skema Kerja

2.3.1. Hidrolisa Asam Nukleat

Asam Nukleat Hasil Isolasi

ditambah 10 ml H2SO4 1 M
Hasil

DNA atau RNA

dimasukkan dalam 3 tabungreaksi


dididihkan selama 3 menit
disaring fraksi yang tidak pecah selama hidrolisis
disimpan filtrate yang tidak dingin untuk percobaan selanjutnya

Hasil
2.3.2. UjiFosfat
10 g ammonium molibdat

dilarutkan dalam akuades 50 ml


ditambah HNO3pekattetes demi tetes hingga semua ammonium molibdat larut
ditambah akuades 100 ml

Larutan ammonium molibdat


diambil sebanyak 3 ml
ditambah 1 ml asam hidrolisat asam nukleat
dipanaskan selama 5 menit
diamati, adanya endapan kuning menunjukkan fosfat positif
Hasil

2.3.3. UjiDeoksiribosa

0,1 mL Hidrolisat Asam Nukleat


ditambah larutan dische
dipanaskan selama 5 menit
diamati, warna biru menunjukkan adanya deoksiribosa

Hasil

2.3.4. UjiRibosa

0,1 mL Hidrolisat Asam Nukleat


ditambah 1 ml orsinol
dipanaskan selama 5 menit
diamati, adanya ribose ditunjukkan oleh perubahan warna kuning menjadi
hijau

Hasil

2.3.5. UjiBasaPurin

1 mL Hidrolisat Asam Nukleat

ditambah ammonia pekat tetes demi tetes sampai basa


ditambah beberapa tetes larutan AgNO3
diamati, endapan putih yang agak larut menandakan adanya basa-basa purin

Hasil
BAB III

DATA HASIL PENGAMATAN

3.1. Hidrolisat asam nukleat

No Perlakuan Pengamatan

Kecambah Kecambah Kecambah Kecambah


kepala kepala ekor besar ekor kecil
besar kecil

1. Hasil isolasi Kuning Keruh dan Keruh dan Keruh dan


dimasukkan dalam keruh dan ada endapan ada endapan ada endapan
kuvet ada endapan berwarna berwarna berwarna
berwarna putih putih putih
kuning

2. Hasil isolasi Endapan Endapan Endapan Endapan


disentriugasi kuning putih putih putih
selama 10 menit kecoklatan
pada 3000 rpm
dan filtrat dibuang

3. Endapan yang Larutan Larutan Larutan Larutan


dipanaskan menjadi menjadi menjadi menjadi
ditambahkan 10 coklat muda coklat muda coklat kuning
ml asam sulfat bening dan bening dan kemerahan kehijauan
pekat + 30 ml sedikit sedikit
aquades panas panas

4. Larutan didihkan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
selama 3 menit perubahan perubahan perubahan perubahan
warna dan warna dan warna dan warna dan
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
endapan endapan endapan endapan
3.2.Uji fosfat

No Perlakuan Pengataman

Kecambah Kecambah Kecambah Kecambah


kepala kepala kecil ekor besar ekor kecil
besar

1. Hidrolisat asam Larutan Larutan Larutan Larutan


nukleat berwarna berwarna berwarna berwarna
dimasukkan dalam kecoklatan kecoklatan merah muda kuning
tabung reaksi jernih jernih jernih jernih

2. Ditambah 3 ml Larutan Larutan Larutan Larutan


ammonium menjadi menjadi menjadi menjadi
molibdat tidak tidak tidak tidak
berwarna berwarna berwarna berwarna

3. Dipanaskan pada Tidak Tidak Tidak Tidak


suhu 47oC selama terjadi terjadi terjadi terjadi
5 menit perubahan perubahan perubahan perubahan

4. Setelah 5 menit Terdapat Terdapat Tidak Terdapat


suhu dinaikkan endapan endapan terbentuk endapan
menjadi 50 oC kuning yang kuning yang endapan kuning yang
agak larut agak larut kuning agak larut
3.3. Uji deoksiribosa

No Perlakuan Pengataman

Kecambah Kecambah Kecambah Kecambah


kepala besar kepala ekor besar ekor kecil
kecil

1. Hidrolisat asam Hidrolisat Larutan Hidrolisat Hidrolisat


nukleat asam nukleat berwarna asam asam
dimasukkan dalam berwarna coklat nukleat nukleat
tabung reaksi coklat bening bening berwarna berwarna
sebanyak 1 ml merah hijau bening
jambu

2. Ditambahkan Reagen Warna Reagen Reagen


reagen dische dische campuran dische dische
sebanyak 2ml berwarna biru menjadi berwarna berwarna
pekat berbau biru tua biru pekat biru pekat
menyengat, pekat berbau berbau
hidrolisat menyengat, menyengat,
terbentuk 2 hidrolisat hidrolisat
lapisan, terbentuk 2 terbentuk 2
lapisan atas lapisan, lapisan,
biru, lapisan lapisan atas lapisan atas
bawah bening biru, lapisan biru, lapisan
bawah bawah
bening bening

3. Campuran Campuran Campuran Campuran Campuran


dipanasakan menjadi biru menjadi menjadi biru menjadi biru
selama 5 menit tua pekat biru tua tua pekat tua pekat
dengan suhu 47 oC pekat

4. Diamati perubahan Campuran Campuran Campuran Campuran


yang terjadi menjadi biru menjadi menjadi biru menjadi biru
tua pekat biru tua tua pekat tua pekat
pekat
3.4. Uji ribosa

No Perlakuan Pengataman

Kecambah Kecambah Kecambah Kecambah


kepala kepala ekor besar ekor kecil
besar kecil

1. Hidrolisat asam Warna Warna Warna larutan Warna


nukleat larutan larutan menjadimerah larutan
dimasukkan 1 ml menjadi menjadi muda menjadi
kuning kuning kecoklatan kuning
kecoklatan kecoklatan

2. Ditambahkan Berwarna Berwarna Berwarna Berwarna


dengan larutan kuning kuning kuning (++) kuning (+)
orsinol 1ml (+++) (++++)

3. Dipanaskan pada Tidak Tidak Larutan Larutan


suhu 50oC terjadi terjadi berubah berubah
perubahan perubahan, warna warna
namun menjadi menjadi
bertambah kuning kuning
coklat kehijauan kehijauan
(++) (++)

3.5. Uji basa-basa purin

No Perlakuan Pengataman

Kecambah Kecambah Kecambah Kecambah


kepala kepala kecil ekor besar ekor kecil
besar

1. Diambil hidrolisat Larutan Larutan Larutan Larutan


asam nukleat 0,5 berwarna berwarna berwarna berwarna
ml orange orange merah muda orange
bening bening
2. Ditambahkan Berbau, Berbau, Berbau, Berbau,
ammonium 10 panas, panas, panas, panas,
tetes berwarna berwarna berwarna berwarna
bening bening bening bening
kekuningan kekuningan kekuningan kekuningan

3. Ditambahkan Larutan Larutan Larutan Larutan


AgNO3 10 tetes berwarna berwarna berwarna berwarna
bening bening bening bening

4. Ditambahkan Terbentuk Terbentuk Terbentuk Tidak


AgNO3 berlebih emulsi pada emulsi pada emulsi pada terjadi
penambahan penambahan penambahan perubahan
40 tetes 20 tetes 40 tetes
larutan larutan larutan
berwarna berwarna berwarna
bening bening bening

Keterangan : (+) = kuning muda

(+) = kuning agak tua

(+++) = kuning tua

(++++) = kuning kecoklatan


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Hidrolisat Asam Nukleat

Prinsip percobaan ini adalah menghidrolisis asam nukleat agar mempermudah


dalam mengidentifikasi asam nukleat pada proses selanjutnya, karena penyusun asam
nukleat terpecah, sehingga apabila dihidrolisis lebih lanjut akan menghasilkan asam
fosfat dan nukleosida. Proses hidrolisis asam nukleat ini dilakukan dengan cara
sentriugasi, kemudian endapan yang terbentuk dihidrolisis pada suasan asam dengan
menambahkan asam sulfat pekat dan sedikit air sehingga akan menghasilkan molekul
gula dan basa nitrogen.

Langkah awal yang perlu dilakukan untuk menghidrolisis asam nukleat adalah
hasil isolasi asam nukleat dimasukkan ke dalam kuvet yang kemudian dilakukan
sentrifugasi untuk memisahkan antara pelarut dengan filtratnya. Kemudian, endapan
yang terbentuk atau asam nukleat ditambah dengan larutan H2SO4 pekat 10 mL dan 30
mL aquades. Larutan H2SO4 pekat berfungsi sebagai larutan untuk membuat larutan
bersuasana asam. Sementara aquades digunakan sebagai pengencer larutan karena
H2SO4 yang digunakan terlalu pekat sehingga dapat merusak asam nukleat bila tidak
diencerkan. Selanjutnya larutan didihkan selama 3 menit untuk mempercepat reaksi
hidrolisis.karena larutan yang terbentuk tidak ada endapan, maka tidak perlu
dilakukan penyaringan. Filtrat yang terbentuk siap untuk diuji fosfat, basa purin,
ribosa dan deoksiribosa.

Hasil yang didapat dari hidrolisis asam nukleat ini adalah sebelum dilakukan
sentrifugasi kecambah kepala kecil, ekor besar dan kecil keruh dan terdapat endapan
berwarna putih,dan kecambah kepala besar kuning keruh dan terdapat endapan
kuning, namun setelah dilakukan sentrifugasi kecambah kepala kecil, ekor besar dan
kecil menjadi endapan putih, sedangkan kepala besar memilki endapan kuning
kecoklatan, ketika penambahan asam sulfat pekat dan aquades kecambah kepala kecil
menjadi coklat tua bening, kepala besar menjadi coklat muda bening, ekor kecil
menjadi kuning kehijauan dan ekor besar larutannya menjadi coklat kemerahan,
pendidihan menyebabkan larutan tidak mengalami perubahan, karena asam nukleat
larut dalam pelarut asam, sehingga memepermudah untuk proses selanjutnya.

4.2. Uji fosfat

Prinsip percobaan uji fosfat adalah menguji adanya gugus fosfat dalam sampel
asam nukleat yang dilakukan dengan cara menambahkan asam molibdat dalam larutan
hidrolisat asam nukleat yang kemudian dipanaskan selama 5 menit. gugus fosfat yang
positif dapat ditunjukkan dengan adanya edapan kuning.
Langkah awal yang dilakukan ialah mempipet larutan hasil hidrolisat asam
nukleat ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL lalu ditambahkan 3 mL larutan
ammonium molibdat sebagai larutan untuk menguji keberadaan fosfat dalam larutan
hidrolisa asam nukleat. Selanjutnya, dipanaskan pada suhu 47o C untuk mempercepat
reaksi. Namun setelah 5 menit pemansan suhu dinaikkan menjadi 50o C.

Hasil yang didapat dari uji fosfat adalah hidrolisat asam nukleat sebelum
ditambahkan asam molibdat, kepala besar dan kepala kecil berwarna coklat jernih,
ekor besar berwarna merah muda jernih, ekor kecil berwarna kuning jernih, namun
setelah ditambahkan asam molibdat larutan pada masing-masing sampel menjadi
tidak berwarna dan ketika dipanaskan pun tidak mengalami perubahan warna, namun
ketika suhunya diperbesar pada kepala besar, kepala kecil dan ekor kecil terdapat
endapan kuning yang agak larut, hal ini menunjukkan bahwa terdapat gugus fosfat
didalamnya, sedangkan pada ekor besar tidak mengalami perubahan artinya tidak ada
gugus fosfat yang terkandung didalamnya. Hal ini menandakan bahwa kecambah ekor
besar merupakan nukleosida karena tidak memiliki fosfat

4.3. Uji deoksiribosa

Prinsip percobaan uji deoksiribosa adalah menguji adanya deoksiribosa dalam


larutan hidrolisat asam nukleat. Dimana untuk menguji keberadaan gula deoksiribosa
tersebut, dilakukan penambahan reagen dische. Adapula proses pemanasan untuk
mempercepat reaksi. Apabila suatu larutan positif terhadap uji ini, makan akan
menghasilkan larutan berwarna biru.

Langkah awal yang dilakukan untuk uji ini ialah larutan hasil hidrolisa asam
nukleat dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
kemudian ditambahkan dengan 2 mL reagen dische. Reagen dische berfungsi sebagai
larutan yang mengindikasikan adanya gula deoksiribosa dalam larutan. Kemudian,
larutan campuran tersebut dipanaskan pada suhu 47o C selama 5 menit untuk
mempercepat reaksi. Lalu diamati warna larutan yang terbentuk.

Hasil yang didapat adalah sebelum penambahan reagen dische larutan pada
kepala besar dan kecil berwarna coklat bening, ekor besar berwarna merah muda
bening, dan ekor kecil berwarna hijau bening, ketika ditambahkan reagen dische
hidrolisat asam nukleat pada masing-masing sampel berwarna biru tua pekat, dan
pada pemanasan dengan suhu 40oC semua sampel berwarna biru pekat. Hal ini
menunjukkan bahwa semua larutan sampel baik kecambah ekor besar dan kecil
maupun kecambah kepala besar dan kecil positif terhadap uji ini. Atau semua sampel
tersebut mengandung gula deoksiribosa.
4.4. Uji ribosa

Prinsip percobaan uji ribosa adalah menguji keberadaan ribose dalam larutan
sampel dengan penambahan reagen orsinol, sebagai larutan yang mengindikasikan
adanya ribose. Selain itu, dilakukan juga pemanasan untuk mempercepat reaksi.
Apabila larutan memiliki gula ribose, maka larutan akan mengalami perubahan dari
kuning menjadi hijau sebagai hasilnya.

Langkah awal yang dilakukan untuk uji ini ialah larutan hidrolisat asam
nukleat dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian
ditambah larutan orsinol 1 mL. larutan orsinol berfungsi sebagai reagen yang
mengindikasikan adanya ribosa dalam larutan. Kemudian dilakukan pemanasan
selama 5 menit pada suhu 40o C untuk mempercepat reaksi.

Hasil yang didapat dari percobaan ini adalah sebelum penambahan reagen
orsinol larutan pada kepala besar dan kecil berwarna kuning kecoklatan, ekor besar
berwarna merah muda dan ekor kecil berwarna kuning, setelah penambahan reagen
orsinol larutan berubah warna menjadi kuning dan ketika pemanasan pada suhu 40o C,
terjadi perubahan warna menjadi kehijauan pada ekor besar dan ekor kecil sedangkan
pada kepala besar dan kepala kecil tidak mengalami perubahan artinya larutan tetap
berwarna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa kecambah ekor besar besar dan ekor
kecil memiliki ribosa. Namun, kecambah kepala besar dan kecil tidak memiliki ribosa
karena tidak terbentuk larutan berwarna hijau sebagai hasil akhirnya. Tidak mungkin
dalam suatu asam nukleat memiliki ribosa dan deoksiribosa sekaligus. Karena,
deoksiribosa merupakan tanda bahwa larutan atau sampel tersebut merupakan DNA.
Sedangkan ribose merupakan tanda bahwa sampel tersebut merupakan RNA.namun,
pada kecambah ekor besar dan kecil, mereka memiliki baik ribosa maupun
deoksiribosa. Hal ini dikarenakan adanya kerusakan pada DNA akibat proses
pengadukan yang terlalu kencang pada proses isolasi asam nukleat serta proses
inkubasi yang kurang optimum. Sehingga berdampak pada struktur asam nukleat.
Namun yang paling parah menerima dampaknya ialah kecambah ekor besar dan ekor
kecil. Sehingga susunannya tidaklah teratur. Hal tersebutlah yang menyebabkan
kecambah ekor besar dan ekor kecil tersebut dapat bereaksi baik dengan orsinol
(reagen uji ribosa) maupun dengan dische (reagen uji deoksiribosa). Sehingga, mereka
menyatakn positif terhadap uji keduanya.

4.5. Uji basa-basa purin

Prinip percobaan uji basa – basa purin adalah menguji keberadaan basa purin
pada kecambah atau sampel. Dimana, larutan hidrolisat asam nukleat ditambahkan
dengan ammonium dan AgNO3. Apabila sampel positif terhadap uji ini maka akan
terbentuk endapan berwarna putih.
Langkah awal yang dilakukan ialah sebanyak 0,5 mL larutan hidrolisat asam
nukleat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan
ammonium 10 tetes agar larutan bersuasana basa. Selanjutnya ditambahkan 10 tetes
AgNO3 untuk membentuk endapan putih. Namun karena 10 tetes masih kurang, maka
ditambahkan AgNO3 berlebih agar terbentuk endapan putih yang menandakan adanya
basa purin dalam sampel.

Hasil yang didapat dari uji basa – basa purin adalah sebelum penambahan
ammonium larutan pada kepala besa, kepala kecil dan ekor kecil berwarna orange
bening, ekor besar berwarna merah muda, namun ketika penambahan penambahan
ammonium 10 tetes larutan pada masing-masing sampel berwarna bening kekuningan.
Pada penmabahan Ag NO3 larutan berubah warna menjadi bening dan tidak ada
endapan putih yangg sedikit larut, hal ini menunjukan bahwa baik kecambah ekor
besar dan kecil maupun kepala besar dan kecil negatif terhadap uji basa purin. Atau
tidak mengandung senyawa basa burin dalam susunan asam nukleatnya. Hal ini
dikarenakan keadaan awal asam nukleat hasil isolasi sudah rusak. Sehingga,
mempengaruhi uji-uji yang lainnya. tidak memungkinkan suatu asam nukleat tidak
memiliki basa purin di dalamnya. Hasil uji yang negatif terhadap uji ini menunjukkan
bahwa asam nukleat yang digunakan sebagai sampel dalam keadaan rusak, yang
memungkinkan, basa purinnya hancur.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini ialah bahwa uji identifikasi senyawa penyusun
asam nukleat dapat dimulai dengan menghidrolisis asam nukleat terlebih dahulu untuk
memperudah identifikasi senyawa penyusunnya. Selanjutnya dapat dilakukan uji-uji
senyawa penyusunnya seperti uji ribosa, uji deoksiribosa, uji basa purin, dan uji fosfat.
Hasil dari uji ini ialah untuk uji fosfat semua menunjukkan hasil positif terkecuali
kecambah ekor besar. Untuk uji deoksiribosa, semua sampel menunjukkan hasil
positif. Uji ribose, yang menunjukkan hasil uji positif ialah kecambah ekor besar dan
kecil. Sedangkan untuk basa purin, tidak ada sampel yang menunjukkan hasil positif.
Hal ini menandakan bahwa sususan asam nukleat sudah rusak saat proses isolasi.
Karena, hasil identifikasinya tidak memberikan hasil yang sesuai.

5.2. Saran

Untuk praktikum identifikasi DNA, jangan sampai salah memilih bahan dan
praktikan harus menguasai job desknya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Ariebowo, Moekti. 2007. Biologi. Jakarta : Visindo Media Perkasa.

Campbell, Neil A et all. 2009. Biology Consepts and Connection. San Fransico : Pearson
Benjamin Cummings.

James, Joyce. 2008. Principles of Sciece for Nurses. England : Blackwell Publishing.

Poedjiadi, Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia PRESS,Jakarta.

Sciencelab1, 2012, MSDS Acetic Acid Glacial, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal


06 november 2014.

Sciencelab2, 2012, MSDS Ammonia, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal 06


november 2014.

Sciencelab3, 2012, MSDS Ammonium Molibdate, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal


06 november 2014.

Sciencelab4, 2012, MSDS Diphenylamine, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal 06


november 2014.

Sciencelab5, 2012, MSDS Nitric Acid, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal 06


november 2014.

Sciencelab, 2012, MSDS Orcinol, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal 06 november


2014.

Sciencelab6, 2012, MSDS Potassium Phospate, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal


06 november 2014.

Sciencelab7, 2012, MSDS Silver Nitrat, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal 06


november 2014.

Sciencelab8, 2012, MSDS Sulfuric Acid, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal 06


november 2014.

Setyowati. Tetty, 2007. BiologiInteraktif. Jakarta : Azka Press.

Sloane, Ethel, 2004. Anatomy And Phsiology . Sudbury: Jonwa and Bartlet Publisher.

Triwibowo, Y. 2005. Biologi Molekular. Erlangga, Jakarta: Erlangga


LAMPIRAN

Reaksi-reaksi
1. Isolasi Asam Nukleat

2. Hidrolisat Asam Nukleat

3. Uji Fosfat
4. Uji Deoksiribosa

5. Uji Ribosa

6. Uji Purin

Anda mungkin juga menyukai