1448524233-Pedoman Penilaian LTV PDF
1448524233-Pedoman Penilaian LTV PDF
a. Surat Berharga dan saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia atau memiliki peringkat investasi dan diikat secara gadai;
b. tanah, rumah tinggal dan gedung yang diikat dengan hak
tanggungan;
c. pesawat udara atau kapal laut dengan ukuran di atas 20 (dua puluh) meter
kubik yang diikat dengan hipotek
d. kendaraan bermotor dan persediaan yang diikat secara fidusia;
e. Mesin yang menyatu dng tanah diikat dengan hak tanggungan.
PBI
17/10/2015
• Peraturan
Bank
Indonesia
Nomor
17/10/PBI/2015
tentang
Rasio
Loan
To
Value
atau
Rasio
Financing
To
Value
untuk
Kredit
atau
Pembiayaan
Proper>
dan
Uang
Muka
untuk
Kredit
atau
Pembiayaan
Kendaraan
Bermotor
tanggal
18
Juni
2015
(”PBI
17/10/2015”),
serta
peraturan
perundangan
terkait
lainnya
yang
berlaku.
• Sejalan
dengan
>ngginya
pertumbuhan
kredit
atau
pembiayaan
pemilikan
proper>,
kredit
atau
pembiayaan
konsumsi
beragun
proper>,
dan
kredit
atau
pembiayaan
kendaraan
bermotor
yang
berpotensi
menimbulkan
berbagai
Risiko
maka
Bank
perlu
meningkatkan
keha>-‐ha>an
dalam
penyaluran
kredit
atau
pembiayaan
pemilikan
proper>,
kredit
atau
pembiayaan
konsumsi
beragun
proper>,
dan
kredit
atau
pembiayaan
kendaraan
bermotor.
• Sejalan
dengan
ketentuan
dan
peraturan
yang
diatur
oleh
Bank
Indonesia
maupun
Regulasi
terkait
lainnya,
maka
perlu
disusun
pedoman
penilaian
yang
dapat
digunakan
oleh
Penilai
dalam
pemenuhan
penentuan
nilai
proper>
sebagai
agunan
terkait
penentuan
besaran
nilai
kredit
berdasarkan
ketentuan
rasio
Loan
to
Value
(LTV)
oleh
Bank
Indonesia
dan
Laporan
Perkembangan
Pembangunan
Proper>
(LP3).
Definisi
(PBI
17/10/PBI/2015)
• Proper<
terdiri
dari
Rumah
Tapak,
Rumah
Susun,
dan
Rumah
Kantor
atau
Rumah
Toko;
• Rumah
Tapak
adalah
bangunan
yang
berfungsi
sebagai
tempat
>nggal
yang
merupakan
kesatuan
antara
tanah
dan
bangunan
dengan
buk>
kepemilikan
berupa
surat
keterangan,
ser>fikat,
atau
akta
yang
dikeluarkan
oleh
lembaga
atau
pejabat
yang
berwenang;
• Rumah
Susun
adalah
bangunan
gedung
ber>ngkat
yang
dibangun
dalam
suatu
lingkungan
yang
terbagi
dalam
bagian-‐bagian
yang
distrukturkan
secara
fungsional
baik
dalam
arah
horizontal
maupun
ver>kal
dan
merupakan
satuan-‐satuan
yang
masing-‐
masing
dapat
dimiliki
dan
digunakan
secara
terpisah,
antara
lain
griya
tawang,
kondominium,
apartemen,
dan
flat;
• Rumah
Kantor
atau
Rumah
Toko
adalah
tanah
berikut
bangunan
yang
izin
pendiriannya
sebagai
rumah
>nggal
sekaligus
untuk
tujuan
komersial
antara
lain
perkantoran,
pertokoan,
atau
gudang.
Definisi
(PBI
17/10/PBI/2015)
Kredit
Proper<
yang
selanjutnya
disingkat
KP
adalah
kredit
konsumsi
yang
terdiri
atas:
• Kredit
yang
diberikan
Bank
untuk
pembelian
Rumah
Tapak,
termasuk
Kredit
konsumsi
beragun
Rumah
Tapak,
yang
selanjutnya
disebut
KP
Rumah
Tapak;
• Kredit
yang
diberikan
Bank
untuk
pembelian
Rumah
Susun,
termasuk
Kredit
konsumsi
beragun
Rumah
Susun,
yang
selanjutnya
disebut
KP
Rusun;
dan
• Kredit
yang
diberikan
Bank
untuk
pembelian
Rumah
Toko
dan/atau
Rumah
Kantor,
termasuk
Kredit
konsumsi
beragun
Rumah
Toko
dan/atau
Rumah
Kantor,
yang
selanjutnya
disebut
KP
Ruko
atau
KP
Rukan.
Pembiayaan
Proper<
yang
selanjutnya
disebut
KP
Syariah
adalah
Pembiayaan
konsumsi
yang
terdiri
atas:
• Pembiayaan
yang
diberikan
Bank
untuk
pembelian
Rumah
Tapak,
termasuk
Pembiayaan
konsumsi
beragun
Rumah
Tapak,
yang
selanjutnya
disebut
KP
Rumah
Tapak
Syariah;
Definisi
(PBI
17/10/PBI/2015)
• Pembiayaan
yang
diberikan
Bank
untuk
pembelian
Rumah
Susun,
termasuk
Pembiayaan
konsumsi
beragun
Rumah
Susun,
yang
selanjutnya
disebut
KP
Rusun
Syariah;
dan
• Pembiayaan
yang
diberikan
Bank
untuk
pembelian
Rumah
Toko
dan/atau
Rumah
Kantor,
termasuk
Pembiayaan
konsumsi
beragun
Rumah
Toko
dan/
atau
Rumah
Kantor,
yang
selanjutnya
disebut
KP
Ruko
Syariah
atau
KP
Rukan
Syariah.
• Rasio
Loan
to
Value
yang
selanjutnya
disebut
Rasio
LTV
adalah
angka
rasio
antara
nilai
Kredit
yang
dapat
diberikan
oleh
Bank
terhadap
nilai
agunan
berupa
Proper>
pada
saat
pemberian
Kredit
berdasarkan
harga
penilaian
terakhir.
• Rasio
Financing
to
Value
yang
selanjutnya
disebut
Rasio
FTV
adalah
angka
rasio
antara
nilai
Pembiayaan
yang
dapat
diberikan
oleh
Bank
terhadap
nilai
agunan
berupa
Proper>
pada
saat
pemberian
Pembiayaan
berdasarkan
harga
penilaian
terakhir.
Definisi
Nilai
Pasar
(SPI
101)
Nilai Pasar adalah, estimasi sejumlah uang yang dapat diperoleh dari hasil
penukaran suatu aset atau liabilitas pada tanggal penilaian, antara
pembeli yang berminat membeli dengan penjual yang berminat
menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya
dilakukan secara layak, di mana kedua pihak masing-masing bertindak atas
dasar pemahaman yang dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan
(SPI 101-3.1).
9
LTV dan FTV
Uang
Muka
(E)
DP
=
1,000
x
20%
LTV
=
L/V
dibutuhkan
Opini
“PENILAI”
=
200
NK
=
V
x
LTV
E
=
1
-‐
LTV
Persyaratan
Dalam
rangka
menerapkan
prinsip
keha>-‐ha>an
dalam
pemberian
KPP
atau
KPP
iB
dan
KKBP
atau
KKBP
iB,
Bank
melakukan
hal-‐
hal
sebagai
berikut
:
• Bank
dilarang
memberikan
Kredit
atau
Pembiayaan
untuk
pemenuhan
Uang
Muka
dalam
rangka
KP,
KP
Syariah,
KKB,
dan
KKB
Syariah
kepada
debitur
atau
nasabah;
• dalam
rangka
penerapan
ketentuan
mengenai
Rasio
LTV
dan/atau
Rasio
FTV,
Bank
hanya
dapat
memberikan
KP
atau
KP
Syariah
jika
Proper>
yang
akan
dibiayai
telah
tersedia
secara
utuh;
• terdapat
perjanjian
kerjasama
antara
Bank
dengan
pengembang
yang
paling
kurang
memuat
kesanggupan
pengembang
untuk
menyelesaikan
Proper>
sesuai
dengan
yang
diperjanjikan
dengan
debitur
atau
nasabah;
dan
• terdapat
jaminan
yang
diberikan
oleh
pengembang
kepada
Bank
baik
yang
berasal
dari
pengembang
sendiri
atau
pihak
lain
yang
dapat
digunakan
untuk
menyelesaikan
kewajiban
pengembang
apabila
Proper>
>dak
dapat
diselesaikan
dan/atau
>dak
dapat
diserahterimakan
sesuai
perjanjian.
Persyaratan
• Jika
Proper>
yang
akan
dibiayai
oleh
Bank
belum
tersedia
secara
utuh
maka
pencairan
KP
atau
KP
Syariah
dimaksud
hanya
dapat
dilakukan
secara
bertahap
sesuai
perkembangan
pembangunan
Proper>
yang
dibiayai;
• Perkembangan
pembangunan
Proper>
yang
dibiayai
didasarkan
atas
laporan
perkembangan
pembangunan
Proper>
yang
berasal
dari:
– pengembang,
apabila
Kredit
atau
Pembiayaan
untuk
1
(satu)
atau
beberapa
debitur
atau
nasabah
secara
keseluruhan
pada
proyek
yang
sama
bernilai
sampai
dengan
Rp5.000.000.000,00
(lima
miliar
rupiah);
atau
– penilai
independen,
apabila
Kredit
atau
Pembiayaan
untuk
1
(satu)
atau
beberapa
debitur
atau
nasabah
secara
keseluruhan
pada
proyek
yang
sama
bernilai
di
atas
Rp5.000.000.000,00
(lima
miliar
rupiah)
Monitoring
Pembangunan
Proper<
(illustrasi)
Lingkup
Kredit
Kredit
atau
pembiayaan
Kepemilikan
Proper>
(KPP
atau
KPP
iB)
Lingkup
a. Penyusunan
LP3
yang
dimaksud
dalam
pedoman
ini
Pekerjaan
merupakan
pekerjaan
dalam
pemberian
pendapat
oleh
Penilai
ataş
progres
realisasi
pembangunan
fisik
proper>
sebagai
mana
dimaksud
yang
disebutkan
pada
Nama
Penugasan
di
ataş
b. Pengamatan
perkembangan
pembangunan
fisik
proper>
yang
telah
diikat
perjanjian
kredit
antara
Bank
dengan
Debitur/Pembeli;
c. Dasar
penentuan
besaran
bobot
rencana
pembangunan
dapat
dilihat
kepada
:
1) Gambar
kerja
rencana
pembangunan;
2.
Pedoman
LP3
Lingkup
d. Dasar
penentuan
besaran
bobot
realisasi
progress
Pekerjaan
pembangunan
dapat
dilihat
kepada
:
• Laporan
progres
pekerjaan
lapangan
secara
berkala
dan
pada
tanggal
monitoring.
• Hasil
verfikasi
laporan
progres
pekerjaan
lapangan
berdasarkan
realisasi
fisik
terlihat
di
lapangan;
e. Verifikasi
realisasi
pembangunan
fisik
bangunan
di
lapangan
selanjutnya
diklarifikasi
berdasarkan
kesesuaian
spesifikasi
bangunan
atau
proper>
yang
menjadi
objek
monitoring
f. Dasar
penentuan
besaran
acuan
perkembangan
tahapan
pekerjaan
dan
kunjungan
mengiku>
pedoman
yang
disusun
bank.
Seper>
tahapan
pekerjaan
pondasi
(....%);
pasangan
dinding
(...%)
dan
penutup
atap
(...%).
g. Kesimpulan
hasil
realisasi
pembangunan
yang
akan
diberikan
Penilai
dapat
dalam
bentuk
persentasi
(%)
dan/atau
dalam
satuan
mata
uang
rupiah
(Rp)
2.
Pedoman
LP3